PENGAWASAN
BERBASIS RISIKO
oleh
Direktur Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
BPKP
Dra. Bea Rejeki Tirtadewi, Ak, MM, CRMP, CA, CFrA, QIA, CGCAE Jakarta, 25 Oktober 2021
CURRICULUM VITAE
1. Mendemonstrasikan integritas.
2. Mendemonstrasikan kompetensi dan kecermatan profesional.
3. Objektif dan bebas dari pengaruh yang tidak semestinya (independen).
4. Selaras dengan strategi, tujuan dan risiko organisasi.
5. Diposisikan secara layak dan didukung sumber daya memadai.
6. Mendemonstrasikan kualitas dan perbaikan berkelanjutan.
7. Berkomunikasi secara efektif.
8. Memberi asurans berbasis risiko.
9. Berwawasan, proaktif dan fokus pada masa depan.
10.Mendorong perbaikan organisasi.
5
Prinsip Pareto
• Prinsip Pareto (The Pareto principle) juga dikenal sebagai aturan 80-
20.
• Banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20%
dari penyebabnya.
• Vilfredo Pareto semasa di Swiss, melakukan pengamatan terhadap
hasil panen kacang polong di kebunnya. Ia memperhatikan bahwa
tidak semua tanaman kacang polong menghasilkan hasil panen yang
sama. Pareto membuat perkiraan bahwa 80% dari hasil panen
kacang polongnya dihasilkan oleh 20% tanaman.
• Ia kemudian mengaplikasikan temuannya pada data kepemilikan
tanah di Italia. Ia juga ternyata menemukan bahwa sekitar 80% dari
tanah di Italia dikuasai oleh 20% dari populasi.
• Prinsip Pareto merupakan pengembangan matematis dari hasil
pengamatan Pareto. Prinsip Pareto memiliki aplikasi yang sangat
luas, seperti dari bidang ekonomi, ilmu komputer, dan olahraga.
02
PEMILIHAN AUDITABLE UNIT
03
FASILITASI/EVALUASI KETEPATAN RR
04
BENTUK PROFESIONALISME SDM DALAM PPBR
05
7
APIP SANGAT PENTING
5
Pasal 1 PP 60/2008
SPIP dalam PP 60/2008 bukan hanya
SPI merupakan proses integral TENTANG SPIP
terkait pengendalian intern namun untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya Pasal 3
mencakup proses tata kelola, tujuan organisasi
Penerapan unsur SPIP
manajemen risiko, dan dilaksanakan menyatu dan
menjadi bagian integral dari
pengendalian (GOVERNANCE, RISK, Pasal 11
kegiatan Instansi Pemerintah
AND CONTROL). Peran APIP:
• Memberikan keyakinan
yang memadai atas Pasal 13
ketaatan dan 3E Pimpinan Instansi Pemerintah
• Memberikan peringatan wajib melakukan penilaian
dini dan meningkatkan risiko terhadap:
efektivitas Manajemen • Tujuan Instansi
SAIPI Paragraf 3100 : Risiko Pemerintah
“Proses tata kelola sektor publik, manajemen • Memelihara dan • Tujuan tingkat kegiatan
risiko, dan pengendalian intern masing-masing meningkatkan kualitas tata
kelola pemerintahan Pasal 16
tidak didefinisikan secara terpisah dan berdiri
sendiri sebagai suatu proses dan struktur, Pasal 14
Pimpinan instansi pemerintah
melainkan memiliki hubungan antara proses tata mengidentifikasi setiap risiko
Untuk mencapai tujuan,
kelola sektor publik, manajemen risiko, dan yang melekat pada sifat,
organisasi perlu menetapkan:
pengendalian intern. Oleh karena itu, Auditor • Strategi operasional
misinya, atau pada kegiatan
signifikansi dan kompleksitas
harus mengevaluasi proses tata kelola sektor • Strategi manajemen
dari setiap program spesifik
publik, manajemen risiko, dan pengendalian terintegrasi dan rencana
yang dilakukan
penilaian risiko
intern auditi secara keseluruhan sebagai satu
kesatuan yang tidak dipisahkan”.
PENGAWALAN PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI DALAM PP 60 TAHUN 2008
TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)
PERENCANAAN/ KONDISI SISTEM PENGENDALIAN
PENCAPAIAN TUJUAN
PENETAPAN TUJUAN INTERN
CAPAIAN KINERJA
VISI MISI ORGANISASI: (OUTCOME DAN OUTPUT):
………………………. ………………………………..
Tujuan SPIP
1. Efektivitas dan efisiensi;
2. Keandalan pelaporan keuangan; WILAYAH TERTIB ADMINISTRASI WTA
3. Pengamanan aset negara;
4. Ketaatan terhadap peraturan AKUNTABILITAS KEUANGAN
perundang-undangan.
KESEJAHTERAAN
WAJAR TANPA PENGECUALIAN WTP
PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP, pasal 2
RAKYAT
Keandalan Proses
Perencanaan Pelaksanaan
Sistem Belanja, Pencapaian
dan Anggaran dan
Pengendalian Pengadaan Kinerja
Penganggaran Kegiatan
Intern Barang/Jasa
Unsur SPIP
APIP, Manajemen Risiko
Lingkungan
Pelayanan
Pengendalian Publik (6%) Kapasitas dan
(8 Subunsur)
Pengawasan Akuntabilitas Organisasi
Manajemen (20%)
(12%)
Penilaian Risiko
Perubahan (5%)
SAIPI paragraf 3010, mensyaratkan Pimpinan APIP menyusun rencana strategis dan
rencana kegiatan audit intern tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang
mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi. (AAIPI, 2013) agar
APIP mengelola dan mengalokasikan sumber daya secara efektif untuk area yang
memiliki risiko tertinggi yang berdampak pada tujuan organisasi .
The Institute of Internal Auditors (RBIA, IIA, 2014), Audit Intern Berbasis Risiko sebagai
metodologi yang menghubungkan audit intern dengan kerangka manajemen risiko
keseluruhan organisasi pemerintahan. AIBR mencakup tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pengomunikasian dan monitoring TL.
•
IIA-IPPF 2017
2010 – Planning, The chief audit executive must establish a risk-based plan to determine the priorities of the internal audit activity, consistent with the
•
organization’s goals.
2010.A1 – The internal audit activity’s plan of engagements must be based on a documented risk assessment, undertaken at least annually. The input of senior 14
management and the board must be considered in this process.
Diagram Proses Penyusunan Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko
15
AOI PPBR
Belum semua APIP menggunakan RR dalam menyusun Perlu peningkatan kompetensi terkait pengelolaan risiko
PPBR. (identifikasi risiko, perumusan risiko, penyusunan RR dan
RTP) dan audit kinerja.
Sebagian APIP telah menyusun RR, namun pernyataan
risiko belum sepenuhnya tepat karena belum didasarkan
Pembinaan kepada OPD agar dapat menyusun RR dan
pemahaman proses bisnis yang memadai, belum PPBR yang berkualitas, fokus pada urusan/tujuan/program
mencantumkan indikator SMART (Specific, Measurable, strategis Pemda dengan jumlah penggunaan RR harus
Achievable, Relevant, Time Bound) sesuai target kinerja meningkat.
tahunan, belum dimutakhirkan secara berkala.
Mutu risk assessment belum memadai. Seluruh PP dalam PKPT telah melalui proses PPBR, dan
Risiko-risiko strategis yang mendukung visi-misi Kepala ditandatangani Kepala Daerah awal tahun.
PKPT mengutamakan perbaikan mutu hasil pengawasan,
Daerah belum menjadi area pengawasan dalam PKPT.
bukan berorientasi peningkatan jumlah PP. Hal ini supaya
pengujian di lapangan dan analisis masalah dapat
Pernyataan risiko, penyebab, dan RTP belum tepat dan dilakukan dengan cermat, teliti, serta profesional, didukung
tidak saling terkait (belum jelas ke akar permasalahan). evidence yang mendalam sehingga mampu mengungkap
Hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil audit permasalahan utama dan penyebab hakiki serta
kinerja. menghasilkan saran perbaikan pengendalian dan
Rekomendasi dalam laporan audit kinerja belum terhubung pengurangan dampak yang menghilangkan penyebab.
dengan risiko utama yang teridentifikasi dalam PPBR.
16
TANTANGAN PERENCANAAN PENGAWASAN BERBASIS RISIKO
5
FOKUS DAN SASARAN PENGAWASAN ITJEN
Pengawasan Ke Daerah
Pengawasan Rutin
Dst
PEMILIHAN AUDITABLE UNIT UNTUK AUDIT KINERJA
Perencanaan
Pelaporan Penganggaran
Psl 11 PP 60/2008:
APIP memberikan Peringatan
Dini
5
PEMAHAMAN KONSEP DAN TEORI MR
k. Lakukan klarifikasi terhadap kejadian-kejadian penting yang terjadi setelah tanggal perumusan register risiko sampai
dengan saat evaluasi keandalan register risiko yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi,
termasuk risiko yang jarang terjadi namun dampaknya sangat besar, bagaimana manajemen memantaunya; dan
l. Lakukan pembahasan hasil evaluasi dengan satuan kerja pemilik risiko. Diperlukan prosedur agar auditor dapat
menyampaikan permasalahan/isu yang ditemukan dan prosedur untuk memperoleh persetujuan manajemen untuk
meng-update register risiko. Dalam bertindak, auditor harus menegakkan prinsip dasar bahwa manajemenlah yang
bertanggung jawab untuk mengelola risiko. Register risiko hasil evaluasi perlu divalidasi/disetujui oleh pihak yang
berwenang sesuai tingkat risikonya (pimpinan-pimpinan satuan kerja terkait, dan apabila risiko strategis Pemda
divalidasi oleh Kepala Daerah).
BENTUK PROFESIONALISME SDM
DALAM PPBR
5
ISI MINIMAL DALAM PKPT
RISK
PENCAPAIAN
TUJUAN
PEMBANGUNAN
THIS IS GOVERNANCE’S PROBLEMS, INDONESIAN PROBLEMS, WHY?
Yang ditunggu-tunggu
masyarakat itu hasilnya!
*hasil pembangunan/belanja pemerintah
PENYUSUNAN
KEBIJAKAN/PEDOMAN
EVALUASI HASIL
PENILAIAN SPIP
TERINTEGRASI
(TERMASUK DI
DALAMNYA NILAI MR
INDEKS)
EVALUASI MR INDEKS
BUMN/D & BLU/D
KONSEPSI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
(ENTERPRISE RISK MANAGEMENT) DALAM SASARAN
MEMPROTEKSI HASIL PEMBANGUNAN DARI PEMBANGUNAN
LEVEL ORGANISASI TERKECIL SAMPAI NASIONAL
DENGAN LEVEL NASIONAL
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAERAH
Sasaran Sasaran Sasaran
Strategis K/L 3 Strategis K/L 2 Strategis K/L 1
PROTEKSI DENGAN
PENERAPAN Sasaran Sasaran
MANAJEMEN RISIKO Program dan Program dan
Sasaran Sasaran Sasaran
PADA K/L DALAM KONTEKS Kegiatan A Kegiatan A
Strategis OPD 1 Strategis OPD 2 Strategis OPD 2
STRATEGIS SAMPAI
OPERASIONAL PROTEKSI DENGAN
Aktivitas Aktivitas
PENERAPAN Sasaran Sasaran
Operasional Operasional
MANAJEMEN RISIKO Program dan Program dan
PADA PEMDA Kegiatan A1 Kegiatan A1
DALAM KONTEKS
FAKTOR KUNCI, antara lain:
STRATEGIS SAMPAI Aktivitas Aktivitas
• Ketepatan indikator (cascading OPERASIONAL
selaras dari unit tertinggi sampai Operasional Operasional
terendah) dan berorientasi hasil;
• Ketepatan strategi (program dan
kegiatan); Aktivitas operasional dilaksanakan Output Indikator Indikator SASARAN
• Penerapan manajemen risiko; dan sesuai SOP, sumber daya dikelola kegiatan program sasaran PEMBANGUNAN
• Perbaikan kualitas pengendalian. dengan baik, compliance, aset aman. tercapai tercapai tercapai TERCAPAI!
IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH (PERDEP PPKD NO.4 TAHUN 2019)
KEBIJAKAN/PEDOMAN STRUKTUR/FUNGSI
PROSES MANAJEMEN RISIKO
MANAJEMEN RISIKO MANAJEMEN RISIKO
PENANGGUNG JAWAB/
MEMUAT, ANTARA LAIN: PEMILIK RISIKO TINGKAT PEMDA
KOMITE
• Penetapan Konteks MR
(1) Control Environment
Pemantauan (5)
Pengelola Risiko Penetapan Konteks/Tujuan
DAN SETERUSNYA
Implementasi Manajemen Risiko (MR) secara utuh memuat bagaimana kualitas kebijakan/pedoman penerapan MR, struktur atau fungsi manajemen
risiko yang dibentuk dan dijalankan, serta bagaimana proses manajemen risiko yang dilakukan.
PENERAPAN MR DALAM PENGAWASAN
PROYEK PRIORITAS NASIONAL DI DAERAH
10 Destinasi Pariwisata • Meningkatnya devisa sektor pariwisata Rp161 Trilyun (APBN, Kemenparekraf, Kemen PUPR,
Prioritas (Danau Toba, menjadi 30 miliar USD (2024); KPBU, BUMN, Swasta) KKP, Kemen KUKM, KLHK,
Borobudur, Lombok-Mandalika, • Meningkatnya jumlah perjalanan Kemendikbud, Kemenhub,
wisatawan 350-400 juta perjalanan dan Pemda, Badan Usaha
Labuan Bajo, Manado- wisatawan mancanegara 22,3 juta (BUMN/Swasta)
Likupang, Wakatobi, Raja Ampat,
kedatangan (2024)
Bromo-Tengger-Semeru, Bangka
Belitung, dan Morotai.
Meningkatnya Peran Sektor • Jumlah kunjungan wisatawan (211.749 Rp77,94 Milyar (APBD) Dinas Pariwisata dan
Pariwisata Sebagai Penggerak orang); Kebudayaan, Dinas PUPR,
Ekonomi Daerah • Lama Tinggal Wisatawan (7,6 hari) Dinas Perinkop-UKM, Dinas
LHK dan Rumkim, Dinas
Sosial, Satpol PP, Bappeda)
PROYEK PUSAT DALAM RPJMN YANG
MENGARAH KE LABUAN BAJO DI MANA MR DIIMPLEMENTASIKAN?
KEMEN Penyediaan air baku di Kawasan Strategis
PUPR (KI, KEK, DPP)
IMPLEMENTASI MR
PADA K/L
Kawasan yang dibangun sarana
KKP
prasarana Wisata Bahari dan BMKT
PARBUD PUPR PERINKOP-UKM LHK & RUMKIM SOS & SAT PP BAPPEDA
Risk: Promosi Risk: Perbaikan Risk: Ketersediaan Risk: Amenitas Risk: Pengamen, Risk: Inkosistensi
Wisata Tidak jalan tidak ke Souvenir Khas, Kawasan Wisata Pengemis, Penetapan Pagu
Optimal, Atraksi destinasi wisata, Ketersediaan Tidak Memadai, Gangguan pada Program OPD
Wisata Terbatas, dst. RTRW Wisata Belum Kuliner, Ijin Investasi Sampah, Tidak Kamtibmas di yang Pendukung
Ada, dst. Sulit, dst. Dikelola, dst. Kawasan Wisata Wisata
Kegiatan Based On Perbaikan jalan Peningkatan Pengelolaan Sanitasi Fokus Penanganan Penetapan Program
Risk Mitigation: wisata, penetapan Kapasitas Pengrajin, mencakup Kawasan PMKS Pengamen, dan Kegiatan serta
Inovasi Promosi RTRW Kawasan Sentra Kuliner, Oleh- Publik/Wisata, Pengemis, Anggaran sesuai
Melalui Medsos, wisata, dst. Oleh, dst. Inovasi Pengelolaan Gangguan Mental Sasaran Daerah
Video, Infografis Sampah Terlantar
TANTANGAN:
Kondisi Implementasi Manajemen Risiko pada
Pemerintah Daerah
Komitmen Manajemen
AREA PERBAIKAN K/LD untuk
meningkatkan kualitas
perencanaan dan
PENETAPAN menerapkan manajemen
PENETAPAN risiko untuk mendukung
STRUKTUR
IKU MRI APIP mendorong pencapaian program
MR
18/542 penerapan MR termasuk yang telah direncanakan.
30/542
(3,32%) atas risiko-risiko
(5,54%) fraud/korupsi,
melakukan pengawasan
pada area-area yg
542 Pemda berisiko tinggi melalui
(Prov/Kab/Kota) PIBR, dan mendorong
perbaikan pengendalian
TELAH TELAH intern secara
MENETAPKAN MENYUSUN berkelanjutan. Komitmen K/L/D
KEBIJAKAN RISK untuk meningkatkan
MR** REGISTER)** kompetensi SDM K/L/D
299/542 446/542 agar mampu
(55,17%) (82,28%) menyelenggarakan
pengendalian intern dan
AREA PERBAIKAN manajemen risiko secara
Catatan:
*) 145 Kebijakan perlu direvisi agar memuat framework manajemen risiko (bukan memadai serta
hanya penilaian risiko) melakukan penilaian atas
**) Sebagian besar Risk Register masih bersifat formalitas, belum dipantau dan efektivitasnya.
dievaluasi secara berkala.
KONSEPSI THE THREE LINES MODEL DALAM MELINDUNGI NILAI/HASIL PEMBANGUNAN YANG DIRENCANAKAN
1 2 3
UNIT KEPATUHAN/
MANAJEMEN
KOORDINATOR PENGELOLAAN APARAT PENGAWASAN INTERN
(OPD-OPD)
RISIKO
Dengan mendudukan konsepsi three lines model kedalam fungsi-fungsi pemerintahan, maka peran masing-masing unit
dalam mengimplementasikan manajemen risiko sebagai upaya mencapai tujuan pembangunan akan lebih jelas.
ALTERNATIVE TOOLS DALAM MENGAWAL TUJUAN PEMBANGUNAN JIKA MANAJEMEN K/L/D BELUM DAPAT MENGIMPLEMTASIKAN INSTRUMEN
MANAJEMEN RISIKO:
MENDUKUNG
BPKP-BAPPENAS-KEMENDAGRI-KEMENKEU-KEMENPAN- TERCAPAINYA TUJUAN
PENGUATAN
RB DAN KEMENTERIAN REGULATOR LAINNYA KAPABILITAS APIP PEMBANGUNAN
MENDORONG PERBAIKAN
MELAKSANAKAN WAS MEMBERIKAN REKOMENDASI
PENGENDALIAN INTERN DALAM
INTERN SEBAGAI HASIL WAS INTERN
PROSES BISNIS ORGANISASI
REKOMENDASI PENYUSUNAN
PENDAMPINGAN TERSUSUNNYA KEBIJAKAN/SOP
KEBIJAKAN/SOP
PENINGKATAN KOMPETENSI
BIMTEK PENINGKATAN KOMPETENSI
MANAJEMEN
REKOMENDASI PERBAIKAN PERBAIKAN IMPLEMENTASI
REVIU
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN/SOP
REKOMENDASI PERBAIKAN PERBAIKAN SOP/SISTEM/
EVALUASI
KEBIJAKAN/SISTEM KELEMAHAN PROSEDUR
PENYELESAIAN TEMUAN PENYELESAIAN TEMUAN,
AUDIT
KETAATAN, TL HASIL WAS, DSB. PENCEGAHAN TEMUAN BERULANG
FAKTOR KEBERHASILAN IMPLEMENTASI
MANAJEMEN RISIKO
Komitmen Pimpinan
Manajemen K/LD untuk
meningkatkan kualitas APIP mendorong penerapan
perencanaan dan MR termasuk atas risiko-
menerapkan manajemen risiko fraud/korupsi,
risiko untuk mendukung melakukan pengawasan
pencapaian program yang pada area-area yg berisiko
telah direncanakan. tinggi melalui PIBR, dan
mendorong perbaikan Komitmen untuk
pengendalian intern secara meningkatkan kompetensi
berkelanjutan. SDM K/L/D agar mampu
menyelenggarakan
pengendalian intern secara
memadai dan melakukan
penilaian kualitasnya
Ing ngarso sung tulodo
Ing Madyo mangun karso (maturitas SPIP).
Tut wuri handayani. Didukung Pimpinan melalui:
Di depan memberikan - Mandat Formal
keteladanan, ditengah kekuatan - Independensi
dan terus berkarya, dibelakang - Profesionalisme
memberi dorongan. - Staf yang Kompeten dan Objektif
- Ki Hajar Dewantara - - Anggaran yang Cukup
- Keterbukaan Akses
- Dukungan stakeholder
Terima Kasih
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
Jalan Pramuka Nomor 33, Jakarta Timur 13120
Telepon 021-85910031 (hunting), (021) 85910302