Anda di halaman 1dari 44

PERENCANAAN

PENGAWASAN
BERBASIS RISIKO

oleh
Direktur Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
BPKP

Dra. Bea Rejeki Tirtadewi, Ak, MM, CRMP, CA, CFrA, QIA, CGCAE Jakarta, 25 Oktober 2021
CURRICULUM VITAE

• Dra. Bea Rejeki Tirtadewi, Ak, MM,


CRMP, CA, CFrA, QIA, CGCAE
• Surabaya, 30 Mei 1962
• Direktur Pengawasan Tata Kelola
Pemerintah Daerah, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
• Pembina Utama Madya / IV d
• 34 tahun sebagai auditor di BPKP
PENUGASAN

• 1986 sd 1988 penempatan pertama sebagai Ketua Tim di Perw BPKP


Kalselteng,
• Des 1988 sd 2000 di Deputi Pengawasan BUMN/BUMD, (sebagai Ketua Tim
dan sebagai Kepala Seksi)
• 2000 sd 2010 di Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang
Perekonomian, (sebagai pengendali teknis dan sebagai KaSubDit)
• 2010 sd 2017 di Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik,
Hukum, Keamanan, Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, (sebagai
KaSubDit dan sebagai Direktur),
• Juli 2017 sampai dengan saat ini di Deputi Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah, sebagai Direktur Pengawasan Tata Kelola Pemerintah
Daerah,
Penugasan dan short course, antara lain:
• Factory Inspection gelagar Jembatan Suramadu, Shanghai dan Beijing China, 2007,
• COSO Training di IIA Global Head Quarter Altamonte Springs Orlando, Florida, USA 14-18 Juni 2010,
• Benchmark Penggunaan Peralatan Jalan Tol yang akan dipergunakan pada Tol Cikopo Palimanan di PT PLUS Kualalumpur Malaysia
2010,
• Implementasi SPIP di Perwakilan RI Melbourne, Australia, 2011,
• Peserta Kunjungan HLC (High Level Commitee) ke Airbus Military Spanyol, Pesawat Latih GROB Jerman, dan Nexter (Caesar)
Perancis (September 2012),
• BPKP Customized Risk and Controls Training, Washington DC, USA, 25 Agustus sd 3 September 2012,
• Implementasi SPIP di Konjen RI di Jeddah, Maret 2013,
• Implementasi SPIP di KBRI Korea Selatan, Seoul, Juni 2013,
• Peserta Kunjungan HLC (High Level Commitee) ke Bell Helicopter Textron Inc dan Pratt & Whitney Montreal Canada, Desember
2013,
• Peserta Kunjungan HLC (High Level Commitee) ke Sao Paolo, Rio De Jainero, Brasilia, Brazil, Rudal Inspection, Mei 2014,
• Implementasi SPIP di Perwakilan RI Cape Town, Afrika Selatan, Maret 2014,
• Implementasi SPIP di Perwakilan RI Pretoria, Afrika Selatan, Maret 2014,
• Benchmarking Innovation di Manila Philippine, April 2015,
• Factory Inspection Pemancar, Paris, Desember 2015,
• Implementasi SPIP di Perwakilan RI Tashkent Ubekiztan, Maret 2016,
• Factory Inspection Antena, Melbourne, Juni 2016,
• Overseas Training Organization Integrity, The Hague Belanda, Februari 2018,
• Narasumber pada Seminar Ascociation Government Internal Auditor Philippine di Cebu City Philippine, tanggal 8 sd 11 Oktober
2019.
Prinsip-prinsip Pokok (core principles) Praktik Profesional Audit Internal

1. Mendemonstrasikan integritas.
2. Mendemonstrasikan kompetensi dan kecermatan profesional.
3. Objektif dan bebas dari pengaruh yang tidak semestinya (independen).
4. Selaras dengan strategi, tujuan dan risiko organisasi.
5. Diposisikan secara layak dan didukung sumber daya memadai.
6. Mendemonstrasikan kualitas dan perbaikan berkelanjutan.
7. Berkomunikasi secara efektif.
8. Memberi asurans berbasis risiko.
9. Berwawasan, proaktif dan fokus pada masa depan.
10.Mendorong perbaikan organisasi.

(Kerangka Kerja IPPF 2016)

5
Prinsip Pareto
• Prinsip Pareto (The Pareto principle) juga dikenal sebagai aturan 80-
20.
• Banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20%
dari penyebabnya.
• Vilfredo Pareto semasa di Swiss, melakukan pengamatan terhadap
hasil panen kacang polong di kebunnya. Ia memperhatikan bahwa
tidak semua tanaman kacang polong menghasilkan hasil panen yang
sama. Pareto membuat perkiraan bahwa 80% dari hasil panen
kacang polongnya dihasilkan oleh 20% tanaman.
• Ia kemudian mengaplikasikan temuannya pada data kepemilikan
tanah di Italia. Ia juga ternyata menemukan bahwa sekitar 80% dari
tanah di Italia dikuasai oleh 20% dari populasi.
• Prinsip Pareto merupakan pengembangan matematis dari hasil
pengamatan Pareto. Prinsip Pareto memiliki aplikasi yang sangat
luas, seperti dari bidang ekonomi, ilmu komputer, dan olahraga.

Sesuai teori Pareto, segera susun PKPT Tahun 2021 dengan


Pendekatan Berbasis Risiko sebagaimana telah diamanahkan oleh
PerMendagri No. 23 Th 2020, SAIPI
6
Agenda
01
APIP SANGAT PENTING

02
PEMILIHAN AUDITABLE UNIT

03
FASILITASI/EVALUASI KETEPATAN RR

04
BENTUK PROFESIONALISME SDM DALAM PPBR

05
7
APIP SANGAT PENTING

5
Pasal 1 PP 60/2008
SPIP dalam PP 60/2008 bukan hanya
SPI merupakan proses integral TENTANG SPIP
terkait pengendalian intern namun untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya Pasal 3
mencakup proses tata kelola, tujuan organisasi
Penerapan unsur SPIP
manajemen risiko, dan dilaksanakan menyatu dan
menjadi bagian integral dari
pengendalian (GOVERNANCE, RISK, Pasal 11
kegiatan Instansi Pemerintah
AND CONTROL). Peran APIP:
• Memberikan keyakinan
yang memadai atas Pasal 13
ketaatan dan 3E Pimpinan Instansi Pemerintah
• Memberikan peringatan wajib melakukan penilaian
dini dan meningkatkan risiko terhadap:
efektivitas Manajemen • Tujuan Instansi
SAIPI Paragraf 3100 : Risiko Pemerintah
“Proses tata kelola sektor publik, manajemen • Memelihara dan • Tujuan tingkat kegiatan
risiko, dan pengendalian intern masing-masing meningkatkan kualitas tata
kelola pemerintahan Pasal 16
tidak didefinisikan secara terpisah dan berdiri
sendiri sebagai suatu proses dan struktur, Pasal 14
Pimpinan instansi pemerintah
melainkan memiliki hubungan antara proses tata mengidentifikasi setiap risiko
Untuk mencapai tujuan,
kelola sektor publik, manajemen risiko, dan yang melekat pada sifat,
organisasi perlu menetapkan:
pengendalian intern. Oleh karena itu, Auditor • Strategi operasional
misinya, atau pada kegiatan
signifikansi dan kompleksitas
harus mengevaluasi proses tata kelola sektor • Strategi manajemen
dari setiap program spesifik
publik, manajemen risiko, dan pengendalian terintegrasi dan rencana
yang dilakukan
penilaian risiko
intern auditi secara keseluruhan sebagai satu
kesatuan yang tidak dipisahkan”.
PENGAWALAN PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI DALAM PP 60 TAHUN 2008
TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)
PERENCANAAN/ KONDISI SISTEM PENGENDALIAN
PENCAPAIAN TUJUAN
PENETAPAN TUJUAN INTERN

CAPAIAN KINERJA
VISI MISI ORGANISASI: (OUTCOME DAN OUTPUT):
………………………. ………………………………..

KEPEMIMPINAN OPINI LAPORAN KEUANGAN/


TUJUAN: YANG KONDUSIF PENURUNAN JUMLAH TEMUAN:
……………………….. …………………………………
SASARAN: HUBUNGAN
KERJA/
……………………….. KEMITRAAN KONDISI KEAMANAN ASET (FISIK,
HUKUM, DAN ADMINISTRASI):
………………………………….
INDIKATOR: KETEPATAN
……………………….. STRUKTUR
ORGANISASI TEMUAN KEPATUHAN/
STRATEGI PENCAPAIAN KETERJADIAN FRAUD/TIPIKOR:
…………………………………..
PROGRAM:
………………………..
KEGIATAN: PERAN APAKAH MENINGKAT KUALITASNYA?
……………………….. APIP

INDIKATOR: KETIGA ASPEK TERSEBUT MERUPAKAN


PEMANTAUAN KOMPONEN DALAM PENILAIAN
………………………..
MATURITAS PENYELENGGARAAN
APAKAH TERUS DITINGKATKAN SPIP TERINTEGRASI
APAKAH SUDAH TEPAT? EFEKTIVITASNYA? (PER-BPKP NOMOR 5 TAHUN 2021)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif pada
Seluruh Tahapan Proses Bisnis Pemerintah

Tujuan SPIP
1. Efektivitas dan efisiensi;
2. Keandalan pelaporan keuangan; WILAYAH TERTIB ADMINISTRASI WTA
3. Pengamanan aset negara;
4. Ketaatan terhadap peraturan AKUNTABILITAS KEUANGAN
perundang-undangan.

KESEJAHTERAAN
WAJAR TANPA PENGECUALIAN WTP
PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP, pasal 2

PERBAIKAN TATA KELOLA, PENGUATAN PROSES BISNIS DAN MITIGASI RISIKO

RAKYAT
Keandalan Proses
Perencanaan Pelaksanaan
Sistem Belanja, Pencapaian
dan Anggaran dan
Pengendalian Pengadaan Kinerja
Penganggaran Kegiatan
Intern Barang/Jasa

APIP: memperkuat dan menunjang


efektivitas SPIP
BEBAS dari KORUPSI WBK

Pengawasan Intern AKUNTABILITAS KINERJA


BPKP Membina Penyelenggaraan SPIP BERSIH MELAYANI WBBM
PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP, pasal 48-59

Peran Aparat Pengawasan Internal yang Optimal (Assurance & Advisory)


11
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, SPIP, dan Kapabilitas APIP
PENYELENGGARAAN SPIP MENDUKUNG UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN
MELALUI REFORMASI BIROKRASI
Penyelenggaraan unsur/subunsur SPIP secara integral mendukung proses pelaksanaan reformasi birokrasi pada setiap
aspek, namun dalam penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB), hasil penilaian maturitas
penyelenggaraan SPIP masuk ke dalam aspek penilaian pada komponen pengawasan.
Termasuk di dalamnya Nilai
Maturitas SPIP, Kapabilitas

Unsur SPIP
APIP, Manajemen Risiko

Lingkungan
Pelayanan
Pengendalian Publik (6%) Kapasitas dan
(8 Subunsur)
Pengawasan Akuntabilitas Organisasi
Manajemen (20%)
(12%)
Penilaian Risiko
Perubahan (5%)

(2 Subunsur) Pemerintah yang bersih


dan bebas KKN (10%)
Kegiatan Pengendalian Peraturan Revolusi Mental Akuntabilitas
(11 Subunsur) Perundangan (5%) Kinerja (6%)
Peningkatan Pelayanan
Informasi dan Publik (10%)
Komunikasi
(2 Subunsur) Pengelolaan
Penguatan
SDM (15%) HASIL PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
Organisasi (6%)
Pemantauan Tata
(2 Subunsur) Laksana (5%)

PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 13


PERLU PERENCANAAN PENGAWASAN
BERDASARKAN PRIORITAS MANAJEMEN DAN BERBASIS RISIKO
Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko
merupakan metode penyusunan perencanaan pengawasan periodik yang selaras
dengan tujuan strategis organisasi dengan memanfaatkan hasil manajemen risiko
auditan (IACM 2017)

SAIPI paragraf 3010, mensyaratkan Pimpinan APIP menyusun rencana strategis dan
rencana kegiatan audit intern tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang
mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi. (AAIPI, 2013) agar
APIP mengelola dan mengalokasikan sumber daya secara efektif untuk area yang
memiliki risiko tertinggi yang berdampak pada tujuan organisasi .

The Institute of Internal Auditors (RBIA, IIA, 2014), Audit Intern Berbasis Risiko sebagai
metodologi yang menghubungkan audit intern dengan kerangka manajemen risiko
keseluruhan organisasi pemerintahan. AIBR mencakup tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pengomunikasian dan monitoring TL.


IIA-IPPF 2017
2010 – Planning, The chief audit executive must establish a risk-based plan to determine the priorities of the internal audit activity, consistent with the


organization’s goals.
2010.A1 – The internal audit activity’s plan of engagements must be based on a documented risk assessment, undertaken at least annually. The input of senior 14
management and the board must be considered in this process.
Diagram Proses Penyusunan Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko

15
AOI PPBR
Belum semua APIP menggunakan RR dalam menyusun Perlu peningkatan kompetensi terkait pengelolaan risiko
PPBR. (identifikasi risiko, perumusan risiko, penyusunan RR dan
RTP) dan audit kinerja.
Sebagian APIP telah menyusun RR, namun pernyataan
risiko belum sepenuhnya tepat karena belum didasarkan
Pembinaan kepada OPD agar dapat menyusun RR dan
pemahaman proses bisnis yang memadai, belum PPBR yang berkualitas, fokus pada urusan/tujuan/program
mencantumkan indikator SMART (Specific, Measurable, strategis Pemda dengan jumlah penggunaan RR harus
Achievable, Relevant, Time Bound) sesuai target kinerja meningkat.
tahunan, belum dimutakhirkan secara berkala.

Mutu risk assessment belum memadai. Seluruh PP dalam PKPT telah melalui proses PPBR, dan
Risiko-risiko strategis yang mendukung visi-misi Kepala ditandatangani Kepala Daerah awal tahun.
PKPT mengutamakan perbaikan mutu hasil pengawasan,
Daerah belum menjadi area pengawasan dalam PKPT.
bukan berorientasi peningkatan jumlah PP. Hal ini supaya
pengujian di lapangan dan analisis masalah dapat
Pernyataan risiko, penyebab, dan RTP belum tepat dan dilakukan dengan cermat, teliti, serta profesional, didukung
tidak saling terkait (belum jelas ke akar permasalahan). evidence yang mendalam sehingga mampu mengungkap
Hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil audit permasalahan utama dan penyebab hakiki serta
kinerja. menghasilkan saran perbaikan pengendalian dan
Rekomendasi dalam laporan audit kinerja belum terhubung pengurangan dampak yang menghilangkan penyebab.
dengan risiko utama yang teridentifikasi dalam PPBR.

16
TANTANGAN PERENCANAAN PENGAWASAN BERBASIS RISIKO

TANTANGAN ACTION PLAN

Pemilihan Auditable Units Semua PP berdasarkan RISIKO !!


(Yang dilakukan Akin, Aket, ATT, dsb)

Mutu risk assessment belum memadai.


Risiko-risiko strategis yang mendukung
visi-misi Presiden belum menjadi area
PPBR pengawasan di PKPT
Bimtek MR
Pernyataan risiko, penyebab dan rencana
tindak pengendalian belum tepat dan
tidak saling terkait (belum jelas ke akar
permasalahan)

Analisis atas risiko dan dampak adanya


Bentuk Profesionalisme SDM dalam PKPT keterbatasan anggaran dan sumber daya
manusia
17
PEMILIHAN AUDITABLE UNIT

5
FOKUS DAN SASARAN PENGAWASAN ITJEN

Pengawasan Ke Daerah

Pengawasan Kinerja (Audit Kinerja atas


Program/Kegiatan Prioritas)

Pengawasan Rutin

Dst
PEMILIHAN AUDITABLE UNIT UNTUK AUDIT KINERJA

Akin fokus pada program/kegiatan prioritas yang


selaras dengan RPJMN-Renstra.
PEMILIHAN AUDITABLE UNIT UNTUK AUDIT KINERJA

Akin fokus pada program/kegiatan prioritas yang


selaras dengan RPJMN-Renstra.
PEMILIHAN AUDITABLE UNIT UNTUK ASSURANCE LAINNYA

Bila dalam penugasan mandatory terdapat PKPT TERDIRI ATAS al:


1. Pengawalan/Reviu Perencanaan Jangka
beberapa area pengawasan, APIP dapat
Menengah
mempertimbangkan nilai risiko, maupun faktor 2. Pengawalan/Reviu Perencanaan
risiko sebagai alat untuk menetapkan Tahunan dan Anggaran
prioritas/urusan rencana pengawasannya. 3. Audit Ketaatan atas area high risk dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi
(PBJ, Perijinan, Hibah/Bansos, Promosi
SDM)
4. Reviu Laporan Keuangan agar
(PDTT, Pengaduan Masyarakat, Permintaan memperoleh opini WTP
APH) 5. Reviu LKJiP
6. Memberikan atensi yang signifikan
sebagai upaya Early Warning System
PENGECUALIAN
7. Konsultansi berupa fasilitasi
pengawalan untuk perbaikan tata kelola
(RB/WBK/WBBM)
8. Konsultansi berupa fasilitasi
pengawalan untuk perbaikan SPIP/MR
PENUGASAN INSPEKTORAT PADA SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN
Reviu terhadap Perencanaan
Strategis/Renstra dan
Perubahannya

Perencanaan

Reviu SAKIP atas Laporan Kinerja


Reviu terhadap Perencanaan
Tahunan dan Anggaran serta
Perubahannya

Pelaporan Penganggaran

Psl 11 PP 60/2008:
APIP memberikan Peringatan
Dini

Pengawasan: Audit Kinerja atas


Reviu terhadap LK Pengelolaan Keuangan, Audit dengan
*sebelum dilaksanakan Tujuan Tertentu (ATT al APBJ, APBJE ),
Reviu, Evaluasi, Monitoring dan was
Pemeriksaan oleh BPK
Pertanggung- lain
Pelaksanaan
jawaban

Aturan PBJ pasal 76 Perpres 16 Tahun 2018 , Menteri K/L/P


wajib was PBJ audt was PBJ melalui APIP-nya masing2.
FASILITASI/EVALUASI KETEPATAN RR

5
PEMAHAMAN KONSEP DAN TEORI MR

Manajemen risiko adalah gabungan antara seni dan ilmu


VIDEO MENGENAI MR, pengetahuan. Dikatakan sebagai sebuah seni karena manajemen
SILAHKAN DOWNLOAD DI: risiko dapat bersifat tidak terstruktur dan membuka kreatifitas.
Dikatakan sebuah ilmu karena memerlukan proses analisis, ada
bit.ly/RiskDoctor aturan baku seperti siapa pemilik risiko, timeline

Risiko berkaitan dengan ketidakpastian/uncertainty dalam


mencapai tujuan. Suatu tujuan dapat diuraikan ke dalam hierarki
tujuan: tujuan STRATEJIK, tujuan DEPARTEMENTAL, dan tujuan
PROYEK. Oleh karena itu, risiko dapat mempengaruhi tujuan di
setiap level.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian dan efek jika suatu


risiko terjadi. Seringkali penyebab, risiko dan efek itu saling
bertukar. Agar lebih jelas dalam membuat penyataan risiko maka
pernyataan risiko dapat disusun secara terstuktur dengan
menjabarkan penyebab, risiko dan akibatnya sehingga bisa mudah
terlihat perbedaan antara penyebab, risiko, dan akibatnya.
LANGKAH-LANGKAH EVALUASI RR DAN RTP
g. Lakukan evaluasi apakah penyebab terjadinya risiko telah
a. Dapatkan kebijakan manajemen risiko yang berlaku pada mencerminkan penyebab hakiki (root cause), sehingga pengendalian
Pemerintah Daerah; risiko dapat langsung “menghilangkan” akar penyebab risiko. Akar
b. Dapatkan dokumen perencanaan terkait tujuan Pemerintah penyebab terjadinya risiko biasanya mengarah pada kurangnya
Daerah sampai dengan tujuan area pengawasan (RPJMD- sumber daya 5M (Man, Money, Machine, Method, Material);
Renstra-RKPD-Renja-DPA);
h. Lakukan analisis apakah penetapan tingkat terjadinya risiko
c. Dapatkan Dokumen register risiko terbaru yang sudah di (probabilitas) dan dampak terjadinya risiko telah sesuai dengan data-
update; data historis dan pembandingan (benchmarking) kondisi serupa di
d. Dapatkan informasi-informasi terkait proses bisnis organisasi tempat lain serta informasi-informasi penting/kredibel lainnya yang
dan data-data historis seperti: hasil audit sebelumnya, dapat dijadikan rujukan. Bandingkan tingkat kemungkinan terjadinya
laporan capaian kinerja organisasi, kejadian-kejadian risiko dan dampak terjadinya risiko pada register risiko dengan
penting yang pernah dialami organisasi, dan informasi- kriteria yang terdapat pada kebijakan MR Pemda;
informasi penting/kredibel lainnya yang dapat dijadikan i. Lakukan analisis apakah pengendalian yang direncanakan mampu
rujukan; “menghilangkan/mengurangi” penyebab terjadinya risiko yang
e. Lakukan analisis atas ketepatan penetapan konteks, baik dapat menurunkan tingkat terjadinya risiko (probabilitas) dan/atau
tingkat strategis Pemda, tingkat strategis OPD maupun dampak terjadinya risiko;
tingkat operasional OPD, termasuk menguji keselarasan j. Lakukan wawancara dan konfirmasi untuk memastikan pengujian
penetapan risiko, apakah risiko-risiko yang ditetapkan telah atas tahapan identifikasi risiko, mulai dari prosesnya, apakah telah
selaras dengan konteks tujuan dan sasaran strategis melibatkan pihak yang memang memahami risiko, apakah risiko
Pemerintah Daerah (RPJMD-Renstra); telah diidentifikasi mulai dari menganalisis tujuan, identifikasi
f. Lakukan evaluasi ketepatan perumusan risiko apakah risiko kegiatan/program untuk mencapai tujuan, serta mengidentifikasi
yang teridentifikasi telah menetapkan apa, dimana, kapan, risiko yang melekat pada setiap kegiatan/program yang
mengapa, dan bagaimana sesuatu dapat terjadi (4W1H), menghambat pencapaian tujuan tersebut. Apakah penetapan risiko
sehingga berpotensi berdampak negatif terhadap operasional OPD, risiko strategis OPD dan risiko strategis Pemerintah
pencapaian tujuan. Pastikan bahwa risiko bukanlah negasi Daerah telah tepat, apakah masih ada risiko kunci/utama/signifikan
tujuan (membalik tujuan); yang belum diidentifikasi oleh manajemen;
LANGKAH-LANGKAH EVALUASI RR DAN RTP (LANJUTAN)

k. Lakukan klarifikasi terhadap kejadian-kejadian penting yang terjadi setelah tanggal perumusan register risiko sampai
dengan saat evaluasi keandalan register risiko yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi,
termasuk risiko yang jarang terjadi namun dampaknya sangat besar, bagaimana manajemen memantaunya; dan
l. Lakukan pembahasan hasil evaluasi dengan satuan kerja pemilik risiko. Diperlukan prosedur agar auditor dapat
menyampaikan permasalahan/isu yang ditemukan dan prosedur untuk memperoleh persetujuan manajemen untuk
meng-update register risiko. Dalam bertindak, auditor harus menegakkan prinsip dasar bahwa manajemenlah yang
bertanggung jawab untuk mengelola risiko. Register risiko hasil evaluasi perlu divalidasi/disetujui oleh pihak yang
berwenang sesuai tingkat risikonya (pimpinan-pimpinan satuan kerja terkait, dan apabila risiko strategis Pemda
divalidasi oleh Kepala Daerah).
BENTUK PROFESIONALISME SDM
DALAM PPBR

5
ISI MINIMAL DALAM PKPT

a. Nama objek/unit yang akan diaudit (Area Pengawasan);


b. Jenis Pengawasan yang akan dilakukan; PENTING
1. Auditor harus menentukan sumber
c. Tujuan/Sasaran pengawasan;
daya yang sesuai untuk mencapai
d. Ruang Lingkup; sasaran dalam penugasan audit
e. Jadwal Pelaksanaan (RMP dan RPL); intern. Penugasan Auditor harus
f. Anggaran Waktu Tim; didasarkan pada evaluasi atas sifat
g. Anggaran Biaya; dan kompleksitas penugasan,
h. Output yang dihasilkan; keterbatasan waktu, dan
i. Informasi lain sesuai kebutuhan. ketersediaan sumber daya.
2. Audit harus dilaksanakan oleh
sebuah tim yang secara kolektif
harus mempunyai kompetensi yang
MASUKAN: diperlukan untuk melaksanakan audit
1. Kinerja APIP bukan diukur dari jumlah PP dalam PKPT, tapi dari substansi intern. Oleh karena itu, pimpinan
pengawasan yg dilakukan (PP jangan banyak2, tapi mutu audit berkualitas) APIP harus mengalokasikan Auditor
2. Semua PKPT merupakan PPBR yang mempunyai latar belakang
3. Penyusunan PKPT sudah dimulai (paling akhir) Desember, sehingga awal pendidikan formal, pengetahuan,
tahun bisa di ttd Pimpinan keahlian dan keterampilan,
4. Tim MO dan Manajemen dilibatkan dalam penyusunan PKPT kompetensi lain serta pengalaman
sesuai dengan kebutuhan audit.
CONTOH PERHITUNGAN KECUKUPAN SDM

No Bulan Kebutuhan Berdasar PKPT Kemampuan SDM Cukup/


Kurang
Jumlah SDM
(Diluar PJ, Kapasitas
∑ PP ∑ HP (Diluar PJ, PPJ) PJJ) SDM/Bln
1 JANUARI 2 30 25 550 Cukup
2 FEBRUARI 1 13 25 500 Cukup
3 MARET 11 202 25 550 Cukup
4 APRIL 1 10 25 550 Cukup
5 MEI 1 15 25 550 Cukup
6 JUNI 3 60 25 550 Cukup
7 JULI 6 120 25 550 Cukup
8 AGUSTUS 5 310 25 550 Cukup
9 SEPTEMBER 15 402 25 550 Cukup
10 OKTOBER 16 605 25 550 Kurang
11 NOVEMBER 3 120 25 550 Cukup
12 DESEMBER 6 402 25 550 Cukup
Total 70 2.289 6.600
PENERAPAN
MANAJEMEN
RISIKO SEBAGAI
UPAYA It’s a

RISK
PENCAPAIAN
TUJUAN
PEMBANGUNAN
THIS IS GOVERNANCE’S PROBLEMS, INDONESIAN PROBLEMS, WHY?

Yang ditunggu-tunggu
masyarakat itu hasilnya!
*hasil pembangunan/belanja pemerintah

PRESIDEN JOKOWI DALAM RAKORNAS PENGAWASAN INTERN 27/5/2021

Cegah Sebelum Terjadi! atau Jangan Sampai


Terjadi Lagi Berulang-ulang!!
Implementasikan MR pada Sektor Publik!
PERAN TARGET PENGUATAN PENGELOLAAN REFORMASI BIROKRASI DAN SISTEM AKUNTABILITAS
KINERJA ORGANISASI DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2020-2024
BPKP MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PENYUSUNAN
KEBIJAKAN/PEDOMAN

EVALUASI HASIL
PENILAIAN SPIP
TERINTEGRASI
(TERMASUK DI
DALAMNYA NILAI MR
INDEKS)

EVALUASI MR INDEKS
BUMN/D & BLU/D
KONSEPSI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
(ENTERPRISE RISK MANAGEMENT) DALAM SASARAN
MEMPROTEKSI HASIL PEMBANGUNAN DARI PEMBANGUNAN
LEVEL ORGANISASI TERKECIL SAMPAI NASIONAL
DENGAN LEVEL NASIONAL
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAERAH
Sasaran Sasaran Sasaran
Strategis K/L 3 Strategis K/L 2 Strategis K/L 1

PROTEKSI DENGAN
PENERAPAN Sasaran Sasaran
MANAJEMEN RISIKO Program dan Program dan
Sasaran Sasaran Sasaran
PADA K/L DALAM KONTEKS Kegiatan A Kegiatan A
Strategis OPD 1 Strategis OPD 2 Strategis OPD 2
STRATEGIS SAMPAI
OPERASIONAL PROTEKSI DENGAN
Aktivitas Aktivitas
PENERAPAN Sasaran Sasaran
Operasional Operasional
MANAJEMEN RISIKO Program dan Program dan
PADA PEMDA Kegiatan A1 Kegiatan A1
DALAM KONTEKS
FAKTOR KUNCI, antara lain:
STRATEGIS SAMPAI Aktivitas Aktivitas
• Ketepatan indikator (cascading OPERASIONAL
selaras dari unit tertinggi sampai Operasional Operasional
terendah) dan berorientasi hasil;
• Ketepatan strategi (program dan
kegiatan); Aktivitas operasional dilaksanakan Output Indikator Indikator SASARAN
• Penerapan manajemen risiko; dan sesuai SOP, sumber daya dikelola kegiatan program sasaran PEMBANGUNAN
• Perbaikan kualitas pengendalian. dengan baik, compliance, aset aman. tercapai tercapai tercapai TERCAPAI!
IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH (PERDEP PPKD NO.4 TAHUN 2019)

KEBIJAKAN/PEDOMAN STRUKTUR/FUNGSI
PROSES MANAJEMEN RISIKO
MANAJEMEN RISIKO MANAJEMEN RISIKO

PENANGGUNG JAWAB/
MEMUAT, ANTARA LAIN: PEMILIK RISIKO TINGKAT PEMDA
KOMITE
• Penetapan Konteks MR
(1) Control Environment

Informasi dan Komunikasi (4)


Pengelolaan Risiko TINGKAT Evaluation
PEMDA
KOORDINATOR/ (2) Penilaian Risiko
• Penetapan Struktur PEMILIK RISIKO TINGKAT ESL I.

Pemantauan (5)
Pengelola Risiko Penetapan Konteks/Tujuan

• Metode Identifikasi dan UNIT/PELAKSANA PENANGGUNG


FUNGSI JAWAB Identifikasi Risiko
Analisis Risiko KEPATUHAN PENGAWASAN MR

• Kriteria Penilaian Risiko Analisis Risiko


UNIT PEMILIK RISIKO TINGKAT ESL II
• Pembangunan Budaya
Risiko UNIT PEMILIK RISIKO TINGKAT ESL III Kegiatan Pengendalian (3)

DAN SETERUSNYA

Implementasi Manajemen Risiko (MR) secara utuh memuat bagaimana kualitas kebijakan/pedoman penerapan MR, struktur atau fungsi manajemen
risiko yang dibentuk dan dijalankan, serta bagaimana proses manajemen risiko yang dilakukan.
PENERAPAN MR DALAM PENGAWASAN
PROYEK PRIORITAS NASIONAL DI DAERAH

How does it work?


Pemerintah Daerah Menetapkan Kebijakan MR → Menetapkan Struktur/Fungsi MR → Melaksanakan Proses MR →
Menilai Efektivitas Implementasi MR Melalui Penilaian Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (MR Indeks) → BPKP
melakukan evaluasi dan pembinaan terkait dengan peningkatan kualitas implementasi MR.
Maka, semakin tinggi level maturitas SPIP terintegrasi (termasuk di dalamnya level MR Indeks) semakin besar
kemungkinan Pemerintah Daerah mencapai tujuan pembangunan secara efektif dan efisien.
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS RPJMN 2020-2024
PROYEK PRIORITAS: INDIKATOR HASIL/MANFAAT PROYEK: INDIKASI PENDANAAN PELAKSANA ANTARA LAIN:

10 Destinasi Pariwisata • Meningkatnya devisa sektor pariwisata Rp161 Trilyun (APBN, Kemenparekraf, Kemen PUPR,
Prioritas (Danau Toba, menjadi 30 miliar USD (2024); KPBU, BUMN, Swasta) KKP, Kemen KUKM, KLHK,
Borobudur, Lombok-Mandalika, • Meningkatnya jumlah perjalanan Kemendikbud, Kemenhub,
wisatawan 350-400 juta perjalanan dan Pemda, Badan Usaha
Labuan Bajo, Manado- wisatawan mancanegara 22,3 juta (BUMN/Swasta)
Likupang, Wakatobi, Raja Ampat,
kedatangan (2024)
Bromo-Tengger-Semeru, Bangka
Belitung, dan Morotai.

SANGAT PENTING UNTUK DILAKUKAN:


SINKRONISASI PERENCANAAN DAN
KOORDINASI MASING-MASING K/L DENGAN DINAS SESUAI TUSINYA

SASARAN STRATEGIS RPJMD KAB. MANGGARAI BARAT 2016-2021


SASARAN STRATEGIS: INDIKATOR: ANGGARAN PELAKSANA ANTARA LAIN:

Meningkatnya Peran Sektor • Jumlah kunjungan wisatawan (211.749 Rp77,94 Milyar (APBD) Dinas Pariwisata dan
Pariwisata Sebagai Penggerak orang); Kebudayaan, Dinas PUPR,
Ekonomi Daerah • Lama Tinggal Wisatawan (7,6 hari) Dinas Perinkop-UKM, Dinas
LHK dan Rumkim, Dinas
Sosial, Satpol PP, Bappeda)
PROYEK PUSAT DALAM RPJMN YANG
MENGARAH KE LABUAN BAJO DI MANA MR DIIMPLEMENTASIKAN?
KEMEN Penyediaan air baku di Kawasan Strategis
PUPR (KI, KEK, DPP)
IMPLEMENTASI MR
PADA K/L
Kawasan yang dibangun sarana
KKP
prasarana Wisata Bahari dan BMKT

KEMEN KUMKM Penerima Dukungan


RPJMD
KKUKM Pengembangan Usaha Eco Tourism MANGGARAI BARAT
SASARAN STRATEGIS:
Pengembangan Ekowisata dengan Meningkatnya Peran
KEMEN
konsep SAVE (Science, Academic, Sektor Pariwisata
DIKBUD
Voluntary, Education) Sebagai Penggerak
Ekonomi Daerah
Pengembangan Taman Nasional dan
KEMEN
Taman Wisata Alam sebagai
LHK
dukungan destinasi wisata prioritas
PENANGANAN RISIKO
KEMEN Profil dan Promosi Investasi Pariwisata di KEMITRAAN/HUBUNGAN
PAREKRAF Destinasi Prioritas ANTAR INSTANSI

KEMEN Pengembangan Pelabuhan Labuan IMPLEMENTASI MR


HUB Bajo (Terminal Multipurpose) PADA PEMDA
IMPLEMENTASI MR PADA PEMDA
DENGAN MR CONNECTED FOKUS SAMA EFISIEN POTENSI NILAI INVESTASI
PEMBANGUNAN
Sasaran Strategis: Indikator Sasaran:
- Jumlah Kunjungan Wisatawan Fokus Kepada Penetapan dan
Peran Pariwisata Pelaksanaan
Sebagai Penggerak - Lama Tinggal Wisatawan, dan Tujuan/Sasaran Penggunaan 77.938.342.000
Kegiatan
- Kontribusi Pariwisata pada PAD Daerah Anggaran
Ekonomi Daerah
POTENSI BELANJA
TERBUANG/TIDAK
TANPA MR SEKTORAL TIDAK SINKRON TIDAK EFISIEN EFEKTIF

TANPA MR: KEGIATAN SATKER BERPOTENSI MENGEJAR TARGET RENJA INDIVIDUAL/SEKTORAL

PARBUD PUPR PERINKOP-UKM LHK & RUMKIM SOS & SAT PP BAPPEDA

Kegiatan: Kegiatan: Kegiatan: Kegiatan: Kegiatan: Kegiatan:


Event Pameran, Perbaikan Jalan, Bina Kelompok Peningkatan Sanitasi Penanganan PMKS Perencanaan Pem.
Anggaran: Anggaran: Pengrajin, Anggaran: Dasar RT, Anggaran: Anggaran: Ekonomi, Anggaran:
725.600.000 69.986.209.000 355.000.000 5.458.753.000 1.164.880.000 247.900.000

RT SAJA? KAW SESUAI POTENSI


APAKAH EFEKTIF? TEPAT SASARAN? APAKAH CUKUP? CUKUP? TEPAT?
WISATA? DAERAH?

DENGAN MR: RISIKO TERHADAP TUJUAN TERIDENTIFIKASI DAN DIMITIGASI

Risk: Promosi Risk: Perbaikan Risk: Ketersediaan Risk: Amenitas Risk: Pengamen, Risk: Inkosistensi
Wisata Tidak jalan tidak ke Souvenir Khas, Kawasan Wisata Pengemis, Penetapan Pagu
Optimal, Atraksi destinasi wisata, Ketersediaan Tidak Memadai, Gangguan pada Program OPD
Wisata Terbatas, dst. RTRW Wisata Belum Kuliner, Ijin Investasi Sampah, Tidak Kamtibmas di yang Pendukung
Ada, dst. Sulit, dst. Dikelola, dst. Kawasan Wisata Wisata

Kegiatan Based On Perbaikan jalan Peningkatan Pengelolaan Sanitasi Fokus Penanganan Penetapan Program
Risk Mitigation: wisata, penetapan Kapasitas Pengrajin, mencakup Kawasan PMKS Pengamen, dan Kegiatan serta
Inovasi Promosi RTRW Kawasan Sentra Kuliner, Oleh- Publik/Wisata, Pengemis, Anggaran sesuai
Melalui Medsos, wisata, dst. Oleh, dst. Inovasi Pengelolaan Gangguan Mental Sasaran Daerah
Video, Infografis Sampah Terlantar
TANTANGAN:
Kondisi Implementasi Manajemen Risiko pada
Pemerintah Daerah
Komitmen Manajemen
AREA PERBAIKAN K/LD untuk
meningkatkan kualitas
perencanaan dan
PENETAPAN menerapkan manajemen
PENETAPAN risiko untuk mendukung
STRUKTUR
IKU MRI APIP mendorong pencapaian program
MR
18/542 penerapan MR termasuk yang telah direncanakan.
30/542
(3,32%) atas risiko-risiko
(5,54%) fraud/korupsi,
melakukan pengawasan
pada area-area yg
542 Pemda berisiko tinggi melalui
(Prov/Kab/Kota) PIBR, dan mendorong
perbaikan pengendalian
TELAH TELAH intern secara
MENETAPKAN MENYUSUN berkelanjutan. Komitmen K/L/D
KEBIJAKAN RISK untuk meningkatkan
MR** REGISTER)** kompetensi SDM K/L/D
299/542 446/542 agar mampu
(55,17%) (82,28%) menyelenggarakan
pengendalian intern dan
AREA PERBAIKAN manajemen risiko secara
Catatan:
*) 145 Kebijakan perlu direvisi agar memuat framework manajemen risiko (bukan memadai serta
hanya penilaian risiko) melakukan penilaian atas
**) Sebagian besar Risk Register masih bersifat formalitas, belum dipantau dan efektivitasnya.
dievaluasi secara berkala.
KONSEPSI THE THREE LINES MODEL DALAM MELINDUNGI NILAI/HASIL PEMBANGUNAN YANG DIRENCANAKAN

1 2 3
UNIT KEPATUHAN/
MANAJEMEN
KOORDINATOR PENGELOLAAN APARAT PENGAWASAN INTERN
(OPD-OPD)
RISIKO

• Pelaksanaan aktivitas- • Menyusun guidance, • Assurance atas pelaksanaan


aktivitas proses bisnis • menyediakan expertises, program dan kegiatan
dalam rangka mencapai • Supporting implementasi MR, manajemen dalam rangka
tujuan organisasi; • Monitoring pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi
• Melaksanakan pengelolaan risiko; (misal: audit kinerja);
pengelolaan risiko, dan • Memberikan • Mengevaluasi keandalan
langkah-langkah pendapat/rekomendasi pengendalian yang dibangun
pengendalian intern perbaikan atas Langkah- oleh manajemen (Assurance
untuk memproteksi hasil. Langkah pengendalian yang atas GRC)
dilaksanakan Manajemen.

Dengan mendudukan konsepsi three lines model kedalam fungsi-fungsi pemerintahan, maka peran masing-masing unit
dalam mengimplementasikan manajemen risiko sebagai upaya mencapai tujuan pembangunan akan lebih jelas.
ALTERNATIVE TOOLS DALAM MENGAWAL TUJUAN PEMBANGUNAN JIKA MANAJEMEN K/L/D BELUM DAPAT MENGIMPLEMTASIKAN INSTRUMEN
MANAJEMEN RISIKO:

PENGUATAN KAPABILITAS APIP !


Lampiran PP 60/2008 Tentang SPIP, Pasal 47 ayat (2):
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP, dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi IP
termasuk akuntabilitas keuangan negara.

MENDUKUNG
BPKP-BAPPENAS-KEMENDAGRI-KEMENKEU-KEMENPAN- TERCAPAINYA TUJUAN
PENGUATAN
RB DAN KEMENTERIAN REGULATOR LAINNYA KAPABILITAS APIP PEMBANGUNAN

SEHINGGA APIP DAPAT ………

MENDORONG PERBAIKAN
MELAKSANAKAN WAS MEMBERIKAN REKOMENDASI
PENGENDALIAN INTERN DALAM
INTERN SEBAGAI HASIL WAS INTERN
PROSES BISNIS ORGANISASI

REKOMENDASI PENYUSUNAN
PENDAMPINGAN TERSUSUNNYA KEBIJAKAN/SOP
KEBIJAKAN/SOP
PENINGKATAN KOMPETENSI
BIMTEK PENINGKATAN KOMPETENSI
MANAJEMEN
REKOMENDASI PERBAIKAN PERBAIKAN IMPLEMENTASI
REVIU
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN/SOP
REKOMENDASI PERBAIKAN PERBAIKAN SOP/SISTEM/
EVALUASI
KEBIJAKAN/SISTEM KELEMAHAN PROSEDUR
PENYELESAIAN TEMUAN PENYELESAIAN TEMUAN,
AUDIT
KETAATAN, TL HASIL WAS, DSB. PENCEGAHAN TEMUAN BERULANG
FAKTOR KEBERHASILAN IMPLEMENTASI
MANAJEMEN RISIKO
Komitmen Pimpinan
Manajemen K/LD untuk
meningkatkan kualitas APIP mendorong penerapan
perencanaan dan MR termasuk atas risiko-
menerapkan manajemen risiko fraud/korupsi,
risiko untuk mendukung melakukan pengawasan
pencapaian program yang pada area-area yg berisiko
telah direncanakan. tinggi melalui PIBR, dan
mendorong perbaikan Komitmen untuk
pengendalian intern secara meningkatkan kompetensi
berkelanjutan. SDM K/L/D agar mampu
menyelenggarakan
pengendalian intern secara
memadai dan melakukan
penilaian kualitasnya
Ing ngarso sung tulodo
Ing Madyo mangun karso (maturitas SPIP).
Tut wuri handayani. Didukung Pimpinan melalui:
Di depan memberikan - Mandat Formal
keteladanan, ditengah kekuatan - Independensi
dan terus berkarya, dibelakang - Profesionalisme
memberi dorongan. - Staf yang Kompeten dan Objektif
- Ki Hajar Dewantara - - Anggaran yang Cukup
- Keterbukaan Akses
- Dukungan stakeholder
Terima Kasih
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
Jalan Pramuka Nomor 33, Jakarta Timur 13120
Telepon 021-85910031 (hunting), (021) 85910302

bpkp.go.id BPKPgoid BPKP_id PPKD.BPKP @BPKPgoid

Anda mungkin juga menyukai