J
abatan Fungsional Auditor (JFA) merupakan jabatan karier yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional
bidang pengawasan di unit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) merupakan Instansi Pembina Jabatan Fungsional Auditor yang dalam melaksanakan perannya
sebagai Instansi Pembina memiliki tugas-tugas sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 99 ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, yaitu menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional
(JF), menyusun standar kompetensi JF, menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis JF, menyusun standar
kualitas hasil kerja dan pedoman penilaian kualitas hasil kerja pejabat fungsional, menyusun pedoman penulisan
karya tulis/karya ilmiah yang bersifat inovatif di bidang tugas JF, menyusun kurikulum pelatihan JF, menyelenggarakan
pelatihan JF, membina penyelenggaraan pelatihan fungsional pada lembaga pelatihan, menyelenggarakan uji kompetensi
JF, menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di bidang tugas JF, melakukan sosialisasi petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis JF, mengembangkan sistem informasi JF, memfasilitasi pelaksanaan tugas pokok JF, memfasilitasi
pembentukan organisasi profesi JF, memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik profesi dan kode perilaku
JF, melakukan akreditasi pelatihan fungsional dengan mengacu kepada ketentuan yang telah ditetapkan oleh LAN,
melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan JF di seluruh Instansi Pemerintah yang menggunakan Jabatan tersebut;
dan melakukan koordinasi dengan instansi pengguna dalam rangka pembinaan karier pejabat fungsional.
Tugas tersebut dilaksanakan oleh BPKP, antara lain melalui fasilitasi penerbitan berbagai peraturan terkait dengan
penerapan JFA, baik berupa Peraturan yang diterbtkan oleh Kementerian PANRB, maupun berupa peraturan turunannya,
seperti Petunjuk Pelaksanaan, Pedoman, dan Petunjuk Teknis lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi atas penerapan JFA pada
unit APIP K/L/D, masih terdapat berbagai kelemahan penerapan JFA, antara lain disebabkan oleh kurangnya pemahaman
pihak terkait di Unit APIP. Selain itu, hasil identifikasi atas kegiatan pelayanan konsultasi pelayanan JFA menunjukkan
bahwa perlu ada media yang lebih informatif untuk merangkum seluruh ketentuan penerapan JFA.
Panduan ini merupakan kodifikasi atas Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Kepala
BPKP, dan Peraturan Kepala Badan/Lembaga lainnya, yang bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para auditor,
APIP, dan Instansi Pengguna dalam penerapan JFA. Selain itu, untuk meningkatkan pemahamannya mengenai peraturan-
peraturan yang terkait dan bermanfaat bagi pengelolaan manajemen auditor di lingkungan Inspektorat Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah.
Kepala Pusat,
Tabel 3.1. Persyaratan Pengangkatan Pertama dan Dokumen Terkait yang Dibutuhkan 26
Tabel 3.2. Persyaratan dan Dokumen Terkait untuk Pengangkatan dari Jabatan Lain 28
(Perpindahan)
Tabel 3.3. Persyaratan dan Dokumen Terkait untuk Pengangkatan melalui Penyesuaian/ 30
Inpassing
Tabel 3.4. Persyaratan dan Dokumen Terkait untuk Pengangkatan Kembali 33
Tabel 3.5. Besaran Tunjangan Auditor Berdasarkan Jenjang Jabatan 39
Tabel 4.1. Uraian Hak dan Kewajiban Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa AAIPI 42
Tabel 4.2. Pejabat Pengusul, Pejabat Penetap (Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka 68
Kredit), dan Tim Penilai
Tabel 4.3. Komposisi Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Kenaikan Jabatan dan 74
Kenaikan Pangkat Auditor Terampil Pendidikan Diploma III/Sarjana Muda
Tabel 4.4. Komposisi Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Kenaikan Jabatan dan 74
Kenaikan Pangkat Auditor Tingkat Ahli Pendidikan Sarjana (S.1.)/Diploma IV
Tabel 4.5. Komposisi Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Kenaikan Jabatan dan 75
Kenaikan Pangkat Auditor Tingkat Ahli Pendidikan Pasca Sarjana (S.2.)
Tabel 4.6. Komposisi Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Kenaikan Jabatan dan 75
Kenaikan Pangkat Auditor Tingkat Ahli Pendidikan Doktor (S.3.)
Tabel 4.7. Syarat Kenaikan Jabatan dan Pangkat 76
BAGIAN I
GAMBARAN UMUM
A. LATAR BELAKANG
S ebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, pada Pasal 59 ayat 1 butir e dan ayat 2, BPKP diberi mandat melakukan pembinaan
terhadap peningkatan kompetensi auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa peningkatan kompetensi auditor APIP meliputi:
1. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
2. Penelitian dan Pengembangan; serta
3. Pembinaan jabatan fungsional di bidang audit
Peningkatan kompetensi auditor terkait dengan pembinaan jabatan fungsional di bidang audit,
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor (Pusbin JFA).
Peningkatan kompetensi auditor wajib dilaksanakan oleh semua APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah dengan melaksanakan dan mematuhi seluruh peraturan yang terkait, baik undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri, maupun peraturan kepala lembaga. Dalam praktiknya,
penerapan peraturan tersebut banyak menghadapi kendala antara lain ketidakpahaman APIP tentang
peraturan-peraturan tersebut ataupun kesalahan dalam menginterpretasikan peraturan-peraturan
tersebut. Ketidakpahaman atau kesalahan dalam menginterpretasikan peraturan tersebut berdampak
terhadap pengembangan kompetensi JFA dan karier auditor.
Pedoman penerapan JFA ini dikembangkan untuk menjadi panduan bagi auditor dan Unit APIP dalam
penerapan JFA. Panduan ini diharapkan akan dapat memudahkan penerapan JFA, mudah dipahami
dengan bahasa yang mudah dimengerti. Panduan ini merupakan kodifikasi dari seluruh peraturan yang
berhubungan dengan penerapan JFA.
Diagram 1.1
Sistematika dan Kerangka Pikir Panduan Penerapan JFA
Pengukuran Kinerja
Ruang Lingkup Auditor
BAGIAN II
PERENCANAAN JFA
Diagram 2.1
Alur Prosedur Penyusunan Analisis Kebutuhan/Formasi JFA
Unit PPK
No. Uraian BPKP KEMENPANRB
APIP K/L/D
Unit APIP K/L/D menyusun dan mengajukan
1
usulan Formasi JFA ke PPK masing-masing.
Contoh Formulir terkait dengan Prosedur Penyusunan Analisis Kebutuhan/Formasi JFA Dapat dilihat pada
Lampiran 3.
3) Tentukan Gugus Tugas (GT) yang dibutuhkan sesuai dengan perkiraan beban kerja dan jumlah hari kerja
dalam satu minggu, berdasarkan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perhitungan Kebutuhan JFA Unit APIP
4) Tentukan jumlah auditor untuk masing-masing jenjang dengan alternatif jumlah auditor per Gugus Tugas
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Komposisi Auditor Dengan Alternatif 1 PT, 3 KT, dan 9 atau 6 AT
Jumlah Auditor dalam
1 Gugus Tugas
No. Jabatan Peran
Alternatif 1 Alternatif 2
1 Auditor Madya Pengendali Teknis 1 1
2 Auditor Muda Ketua Tim 3 3
3 Auditor Pertama/Terampil Anggota Tim 9 6
Jumlah 13 10
Tabel 2.3
Ilustrasi Jumlah Hari Penugasan Dengan Alternatif Hari Kerja dan Komposisi Auditor
Alternatif 1 Alternatif 2
No. Jabatan
Jumlah 5 Hari 6 Hari Jumlah 5 Hari 6 Hari
Auditor Kerja Kerja Auditor Kerja Kerja
1 Auditor Madya* 1 5 6 1 5 6
2 Auditor Muda 1 15 18 1 15 18
Jumlah 65 78 50 60
* Satu orang Pengendali Teknis membawahi tugas sebanyak 3 tim, sehingga hari pengawasan untuk setiap penga-
wasan adalah sebanyak 1/3 dari hari pengawasan tim
7) Contoh: Pada Inspektorat XYZ terdapat informasi rencana penugasan tahun 20XX sebagai berikut:
a) Menerapkan formasi 1 Auditor Madya, 3 Auditor Muda dan 6 Auditor Pertama/ Terampil per 1 Gugus
Tugas.
b) Menerapkan 5 Hari Kerja dalam seminggu.
c) Jumlah seluruh auditan pada Peta Auditan adalah sebanyak 10 satker dan pada tahun 20XX akan dilaku-
kan kegiatan pengawasan terhadap sebanyak 6 Satker serta kegiatan tindak lanjut pengaduan mas-
yarakat dan monitoring tindak lanjut.
d) Rencana kegiatan pengawasan sebanyak 6 s.d. 8 kegiatan/Satker.
e) Jumlah Hari Penugasan rata-rata sebanyak 15 HP/kegiatan pengawasan.
Dengan perkiraan beban kerja sebanyak 4.030 HP, maka dikelompokkan pada Kelompok D2 dengan
kebutuhan 2 Gugus Tugas ditambah dengan 1 Auditor Utama, yaitu sebanyak 21 orang Auditor dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 2.5
Hasil Perhitungan Contoh Jumlah Kebutuhan/Formasi Auditor
1 2 3 4 5=3x4
1 Auditor Utama 1
2 Auditor Madya 1 2 2
3 Auditor Muda 3 2 6
4 Auditor Pertama/Terampil 6 2 12
Jumlah 21
a Permasalahan
• Komposisi auditor tidak proporsional.
Penjelasan
• Sesuai dengan pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
setiap Instansi Pemerintah termasuk APIP wajib menyusun kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS, termasuk auditor berdasarkan analisis
jabatan dan analisis beban kerja. Pengangkatan ke dalam JFA agar
memperhatikan formasi dan kecukupan beban kerja, sehingga para
auditor dapat memperoleh angka kredit yang cukup untuk kenaikan
jabatan/pangkat berikutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b Permasalahan
• Pengangkatan Auditor tidak melalui kajian formasi yang
dibutuhkan, dan peningkatan jabatan Auditor tidak melalui
assesment.
Penjelasan
• Setiap Instansi Pemerintah sesuai dengan Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 diwajibkan untuk menghitung
kebutuhan jabatan, baik secara jumlah maupun per jenjang jabatan,
sehingga sebelum melakukan pengangkatan dalam jabatan harus
tersedia terlebih dahulu perhitungan kebutuhan tersebut.
Pertimbangan dalam pengangkatan auditor mencakup:
1) Adanya Formasi;
2) Beban Kerja;
3) Adanya Anggaran;
4) Kompetensi; dan
5) Penilaian Pimpinan.
c Permasalahan
• Jabatan Auditor Pertama akan semakin berkurang karena naik
jabatan.
Penjelasan
• Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen PNS, setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun
kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS berdasarkan analisis
Jabatan dan analisis beban kerja untuk pencapaian tujuan Instansi
Pemerintah.
d Permasalahan
• Apabila 1 pengendali teknis hanya membawahi tugas sebanyak 1 tim,
apakah diperbolehkan hari pengawasan sama dengan tim?
Penjelasan
• Sesuai dengan Surat Kepala BPKP Nomor S-711/K/JF/2019 hal
Evaluasi dan Validasi Usulan Kebutuhan Jabatan Fungsional Auditor
dijelaskan bahwa dalam 1 gugus tugas terdapat 1 pengendali teknis
membawahi minimal 2 tim.
e Permasalahan
• Bagaimana jika Badan Kepegawaian Daerah menyetujui
Pengangkatan Auditor untuk mengisi lowongan CPNS tanpa
memperhatikan Surat Persetujuan Teknis dari BPKP?
Penjelasan
• Berdasarkan Pasal 27 ayat 6 Permenpan Nomor
PER/220/M.PAN/7/2008, Pengangkatan dilakukan setelah
mendapat persetujuan teknis secara tertulis dari Instansi Pembina.
4. Lampiran
Lampiran II S-711/K/JF/2019 tanggal 8 Agustus 2019
jabatan karena ditugaskan secara penuh seleksi terhadap calon peserta diklat dan
di luar jabatan auditor sebagai pejabat melakukan pengujian administratif atas
struktural mengikuti diklat penjenjangan kelengkapan dan kebenaran persyaratan
auditor dan USA mengikuti karier jabatan mengikuti diklat sebelum menyampaikan
strukturalnya. berkas pendaftaran kepada Kepala Pusat
11) Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) atau Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor
Pimpinan Unit APIP melaksanakan proses BPKP.
Jenis Diklat
No. Persyaratan
Auditor Muda Auditor Madya Auditor Utama
Auditor Penyelia
yang telah memiliki
1 Menduduki Jabatan Sertifikat Auditor Auditor Muda Auditor Madya
Ahli Pertama/
Auditor Pertama
2 Memiliki Sertifikat Auditor Pertama Auditor Muda Auditor Madya
3) Diklat Penjenjangan Auditor: Dibebaskan Dari Auditor Sebagai Pejabat Struktural/Tugas Belajar
Lebih Dari 6 Bulan
Tabel 2.8
Persyaratan Diklat Fungsional Untuk Diklat Penjenjangan Auditor Untuk Auditor yang Dibebaskan Dari
Auditor Sebagai Pejabat Struktural/Tugas Belajar Lebih Dari 6 Bulan
Jenis Diklat
No. Persyaratan
Auditor Muda Auditor Madya Auditor Utama
4) Diklat Penjenjangan Auditor: PNS Unit APIP yang Belum Diangkat JFA
Tabel 2.9
Persyaratan Diklat Fungsional Untuk Diklat Penjenjangan Auditor
Bagi PNS Unit APIP yang Belum Diangkat JFA
Jenis Diklat
No. Persyaratan
Auditor Muda Auditor Madya
1 Menduduki Jabatan Auditor Muda Auditor Madya Auditor Utama Auditor Utama
4 Wajib Diklat Ya Ya Ya Ya
sumber: pusdiklatwas.bpkp.go.id
a Permasalahan
• CPNS formasi Auditor dapat mengikuti Diklat Pembentukan Auditor
walaupun belum diangkat sebagai PNS.
Penjelasan
• Khusus untuk CPNS formasi Auditor dapat mengikuti Diklat Pembentukan
Auditor sebelum diangkat menjadi PNS, sehingga pada saat pengangkatan
menjadi PNS dalam jabatannya sudah dapat mencantumkan Jabatan
Auditor. Bagi PNS yang berasal dari CPNS formasi Auditor akan dilakukan
Pengangkatan Pertama segera setelah mengikuti Diklat Pembentukan
Auditor tanpa harus menunggu lulus ujian sertifikasi Auditor.
(Sumber data: Himpunan Tanya Jawab Forum Komunikasi JFA Tahun 2018)
b Permasalahan
• PNS yang belum diangkat ke dalam JFA namun sudah memiliki sertifikat
lulus Auditor Ahli, apakah dapat mengikuti diklat penjenjangan?
Penjelasan
• Bagi PNS pada unit APIP yang belum diangkat ke dalam Jabatan Fungsional
Auditor (JFA):
1) Memiliki sertifikat auditor pada jenjang setingkat lebih rendah dan
pangkat paling rendah.
2) Telah bertugas di unit APIP secara penuh lebih dari 12 (dua belas) bulan.
3) Diusulkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pimpinan unit APIP
yang bersangkutan.
c Permasalahan
• Seorang Auditor Terampil ditugaskan untuk memberikan keterangan ahli
dalam proses peradilan kasus pengawasan. Bagaimana pemberian angka
kreditnya?
Penjelasan
• Berdasarkan Surat Kepala Pusbin JFA Nomor: S-2010/JF/2/2015 tentang
Kesepadanan Atas Kegiatan yang Belum Terakomodasi dalam Tabel
Pemberian Angka Kredit sesuai dengan Permenpan Nomor
PER/220/M.PAN/7/2008, Angka Romawi I, angka 2 yang menyatakan bahwa
“Mendampingi/memberikan keterangan ahli dalam proses penyidikan
dan/atau peradilan kasus hasil pengawasan, oleh Auditor Terampil (Auditor:
Pelaksana/Pelaksana Lanjutan/Penyelia) diberikan angka kredit 0,2 per
Pemberian Keterangan Ahli (PKA).
C. PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI
1. Dasar Hukum
2. Penjelasan
a. Ketentuan Umum
1) Sertifikasi Auditor adalah proses penilaian kompetensi, kinerja, dan kemampuan profesi atas keahlian, ket-
erampilan seseorang di bidang pengawasan intern pemerintah, menurut disiplin keilmuan, keterampilan,
kefungsian, dan/atau keahlian di bidang pengawasan intern pemerintah.
2) Ujian Sertifikasi Auditor, yang untuk selanjutnya disingkat USA adalah metode yang dipakai untuk menguji
mutu keahlian dan keterampilan dari hasil Diklat.
3) Ujian Tertulis adalah pengujian keahlian dan keterampilan calon auditor dan auditor secara tertulis dan/
atau menggunakan komputer.
4) Ujian Sistem Jarak Jauh adalah pengujian keahlian dan keterampilan calon auditor dan auditor dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta media lainnya.
5) Peserta yang telah mengikuti Diklat Sertifikasi Auditor berhak mendapatkan Surat Tanda Mengikuti Pendi-
dikan dan Pelatihan (STMPP).
6) Peserta USA adalah peserta diklat yang memiliki Surat Tanda Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (STMPP)
dan telah ditetapkan sebagai peserta ujian, berdasarkan surat penetapan dari Kapusbin JFA. Peserta ujian
dapat mengikuti ujian, sepanjang sertifikat (STMPP) masih berlaku, yaitu terhitung 24 bulan sejak tanggal
STMPP diterbitkan.
7) Peserta USA yang telah dinyatakan lulus diberikan sertifikat auditor pemerintah, sesuai dengan jenjang
ujian yang diikuti.
8) Peserta USA yang telah memiliki sertifikat auditor pemerintah dapat diangkat ke dalam Jabatan Fungsional
Auditor maupun dinaikkan jabatannya setingkat lebih tinggi.
b. Pendaftaran Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis Komputer
Pendaftaran Peserta Ujian Sertifikasi Auditor (USA) merupakan salah satu kegiatan dalam siklus kegiatan
Sertifikasi JFA. Kegiatan ini penting karena merupakan awal dari serangkaian kegiatan yang akan menentukan
calon peserta dapat mengikuti ujian atau tidak.
1) Persyaratan Pendaftaran Ujian melalui Aplikasi Sibijak
Dokumen yang perlu disiapkan oleh calon peserta pada saat pendaftaran di aplikasi Sibijak terdiri atas:
a) Softfile dokumen surat usulan (pdf.);
b) Softfile dokumen PPK PNS periode terakhir saat mengikuti Pendidikan dan Pelatihan di Pusdiklatwas
BPKP (pdf.);
c) Softfile dokumen Sertifikat Tanda Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan dari Pusdiklatwas BPKP (pdf.);
d) Softfile pasfoto ukuran 3 x 4 dengan latar belakang warna merah (dalam bentuk jpg), dengan pakaian
putih berdasi gelap polos, (untuk yang menggunakan hijab, gunakan warna biru gelap atau hitam
tanpa motif).
2) Pihak yang Melakukan Pendaftaran
a) Pendaftaran ujian dilakukan melalui Aplikasi Sibijak oleh Admin Sibijak di unit APIP peserta USA.
b) Admin Sibijak bukan merupakan admin Registrasi Online Pusdiklatwas.
Tampilan pada saat admin mendaftarkan ujian adalah sebagai berikut:
d. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat Auditor diterbitkan dan ditandatangani secara digital oleh pejabat BPKP (Kepala Pusat Pembinaan
JFA dan Sekretaris Utama (untuk jenjang Auditor Terampil sampai dengan Ahli Muda) dan oleh Kepala BPKP
(untuk jenjang Auditor Ahli Madya dan Ahli Utama).
Sertifikat dapat diunduh melalui aplikasi Sibijak dengan cara sebagai berikut:
1) Login pada aplikasi Sibijak, dengan memasukkan NIP tanpa spasi;
2) Pilih menu USABK untuk peserta dan menu Sertifikasi JFA untuk admin unit; serta
3) Pilih Beranda, lalu klik tanda tambah (+) warna biru, kemudian sertifikat dapat dicetak.
Berkas
APIP Usulan Cek Kelengkapan
Lengkap
Verifikasi Pemenuhan
Persyaratan
Ya
Pencetakan Persetujuan
Sertifikat Buat Persetujuan
Kelulusan
Selanjutnya, dilakukan konversi atas nilai jam pelatihan yang pernah diikuti ke dalam nilai kumulatif,
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.13
Nilai Konversi Jam Pelatihan
a Permasalahan
• Berapa jumlah butir soal yang harus benar untuk dinyatakan lulus
ujian, dan bagaimana perhitungannya?.
Penjelasan
• Penilaian kelulusan Ujian Sertifikasi Auditor terdiri dari nilai Ujian
Tulis, nilai Aktivitas Kelas, dan Simulasi Pengawasan (diberikan oleh
widyaiswara), dan nilai PPK (Penilaian Prestasi Kerja) yang diberikan
oleh atasan peserta ujian. Sehingga nilai kelulusan tergantung pada
komponen-komponen penilaian tersebut, dan tidak dapat berdiri
sendiri.
(Sumber data: Peraturan Kepala Pusbin JFA Nomor 300 Tahun 2014)
b Permasalahan
• Berapa lama informasi pengumuman hasil ujian dan penerbitan
sertifikat kelulusan setelah selesai mengikuti ujian tertulis?
Penjelasan
• Berdasarkan SOP Penyelenggaraan Ujian, pengumuman ujian
paling lama adalah satu bulan setelah selesai ujian tertulis,
sedangkan untuk penerbitan sertifikat adalah 2 minggu setelah
pengumuman kelulusan ujian. Apabila ada lebih dari satu ujian
pada periode yang sama, maka penerbitan sertifikat paling lama
satu bulan setelah pengumuman.
c Permasalahan
• Bagaimana solusinya apabila ada kesalahan gelar akademis pada sertifikat
yang telah diterbitkan, lalu bagaimana mekanismenya?.
Penjelasan
• Pusbin JFA akan mengecek permasalahan terkait dengan kesalahan
penulisan gelar akademis tersebut. Apabila dijumpai adanya kekeliruan
pada saat penerbitan sertifikat, maka pimpinan unit kerja peserta ujian
dapat mengajukan surat ke Pusbin JFA untuk diterbitkan surat
keterangan.
• Apabila kesalahan penulisan gelar akademis karena ada perubahan
pada data peserta setelah ujian dilakukan, misalnya peserta baru diakui
gelar akademisnya setelah sertifikat diterbitkan, sedangkan pada saat
mendaftar masih menggunakan gelar akademis yang lama, maka gelar
akademis yang tercantum di sertifikat adalah gelar akademis peserta
pada saat mendaftar ujian.
BAGIAN III
PENGANGKATAN JFA
A. PENGANGKATAN KE DALAM JFA
1. Dasar Hukum k. Surat Edaran Kepala BPKP Nomor SE-13/K/
JF/2020 Tahun 2020 tentang Pengangkatan
Peraturan yang terkait dengan pengangkatan JFA
Perpindahan dalam Jabatan Fungsional Auditor
adalah sebagai berikut:
Ahli Utama Bagi Pegawai Negeri Sipil yang
a. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi
Aparatur Sipil Negara.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020
2. Ketentuan Umum
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen a. Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil. (JF) perlu mempertimbangkan lingkup tugas
c. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 organisasi dengan rincian tugas JF, serta beban
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. kerja yang memungkinkan untuk pencapaian
angka kredit bagi Pejabat Fungsional yang
d. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014
bersangkutan.
tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan. b. Pertimbangan pengangkatan JFA meliputi for-
masi jabatan, beban kerja, kompetensi, angga-
e. Peraturan Menteri Negara Pendayagu-
ran, penilaian pimpinan dan diterbitkan per-
naan Aparatur Negara Nomor PER/220/M.
setujuan teknis instansi pembina.
PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Audi-
tor dan Angka Kreditnya. c. Pengangkatan ke dalam jabatan Auditor
harus memperhatikan formasi agar mampu
f. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
melaksanakan tugas pokok untuk jangka
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 51
waktu tertentu yang ditetapkan oleh pejabat
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
yang berwenang dan memperhitungkan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
perbandingan antara jumlah auditor dengan
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008
beban kerja yang ada pada unit kerja yang
tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
bersangkutan.
Kreditnya.
d. Pengangkatan dalam JFA oleh Pejabat Pembina
g. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Kepegawaian dilakukan setelah mendapat
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13
persetujuan teknis dari Instansi Pembina,
Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan,
yaitu BPKP. Pangkat, jenjang jabatan, dan
dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai
besaran angka kredit yang tercantum dalam SK
Negeri Sipil.
Pengangkatan dalam JFA harus sesuai dengan
h. Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara yang tercantum dalam persetujuan teknis dari
dan Reformasi Birokrasi Nomor B/365/M. BPKP sebagai Instansi Pembina.
SM.02.03/2019 tentang Pemberlakuan
e. Pengangkatan PNS ke dalam JFA dilaksanakan
Pengaturan Jabatan Fungsional sesuai Peraturan
sebagai tindak lanjut setelah mendapat
Menteri PANRB Nomor 13 Tahun 2019 tentang
persetujuan teknis dari Kepala BPKP dan
Pengusulan, Penetapan dan Pembinaan Jabatan
dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
(PPK) serta tidak melebihi batas waktu
i. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-709/K/ berlakunya surat persetujuan teknis tersebut
JF/2009 tentang Pelaksanaan Pengangkatan, (pengangkatan pertama, perpindahan, dan
Kenaikan Jabatan/Pangkat, Pembebasan Se- pengangkatan kembali adalah 12 bulan dari
mentara, Pengangkatan Kembali, dan Pember- tanggal persetujuan teknis Kepala BPKP, sedang
hentian dalam dan dari Jabatan Fungsional Au- pengangkatan perlakuan khusus tergantung
ditor. pada aturannya).
j. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1633/K/ f. Persetujuan teknis secara tertulis dari Instansi
JF/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembina dalam bentuk surat persetujuan yang
Pengangkatan dan Sertifikasi Pejabat Struktural ditandatangani oleh Kepala BPKP merupakan
ke dalam Jabatan Fungsional Auditor. pertimbangan teknis yang meliputi kesesuaian
pangkat, jenjang jabatan, dan besaran angka
kredit dengan ketentuan yang berlaku. kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Angka kredit untuk pengangkatan pertama j. Sebagai tindak lanjut setelah surat persetujuan
dalam JFA dinilai dan ditetapkan pada saat teknis pengangkatan ke dalam jabatan Auditor
mulai melaksanakan tugas sebagai PFA. diterima agar PPK segera melakukan pengang-
h. Pejabat yang berwenang menetapkan angka katan ke dalam jabatan Auditor sesuai dengan
kredit membuat penetapan angka kredit awal batas waktu yang telah ditentukan.
dengan memperhatikan surat pengangkatan k. Dokumen baku formulir yang digunakan
auditor. dalam setiap proses pengangkatan mulai dari
i. Setiap PNS yang diangkat menjadi Pejabat surat pengusulan hingga surat Pengangkatan
Fungsional wajib dilantik dan diambil sumpah/ ke dalam jabatan Auditor dapat dilihat pada
janji menurut agama atau kepercayaannya Lampiran Panduan ini.
3. Pengangkatan Pertama
a. Uraian
1) Pengangkatan Pertama adalah pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ke dalam jabatan Auditor melalui
formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan belum pernah mutasi baik dalam kepangkatan, jabatan,
maupun unit kerja.
2) Calon PNS yang telah diangkat sebagai PNS dan mengikuti serta dinyatakan lulus uji kompetensi, paling
lama 1(satu) tahun, wajib diangkat dalam JF. Untuk pengajuan persetujuan teknis pengangkatan dalam
JFA ke BPKP, dapat dilakukan segera setelah CPNS tersebut mengikuti diklat fungsional Auditor (tanpa
menunggu ujian sertifikasi Auditor) dan telah diangkat dalam PNS.
3) PNS yang telah diangkat dalam JFA melalui pengangkatan pertama, paling lama 3 (tiga) tahun wajib
mengikuti dan lulus diklat fungsional Auditor.
4) Pejabat fungsional yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus pendidikan dan pelatihan fungsional tidak
diberikan kenaikan jenjang satu tingkat di atas.
Dokumen Persyaratan
No. Persyaratan
yang Harus Disampaikan
1. Fotokopi SK Pengangkatan CPNS
1 Berstatus PNS
2. Fotokopi SK Pengangkatan PNS
2 Memiliki integritas dan moralitas yang baik
3 Sehat jasmani dan rohani 3. Penilaian Prestasi Kerja 1 tahun terakhir
Nilai Prestasi Kerja paling kurang bernilai baik
4
(setiap unsur) dalam 1 tahun terakhir
4. Fotokopi Ijazah terakhir yang diakui secara
5 Berijazah Minimal S1 atau DIV untuk JF Ahli kedinasan/tercantum dalam SK Pangkat
terakhir
Persyaratan lain:
5. Fotokopi Sertifikat Mengikuti Diklat
Pembentukan JFA
6 Telah mengikuti Diklat Pembentukan JFA
Fotokopi Sertifikat Lulus Uji Kompetensi JFA
(jika ada)
6. Daftar Penugasan (Asli) formulir PDF yang
ditandatangani oleh Inspektur.
7 Mengumpulkan angka kredit untuk PAK Awal 7. Lembar kerja penilaian AK format
Microsoft Excel (softcopy)
8. Surat Penugasan dan output penugasan
8 Menyampaikan Usulan ke Instansi Pembina 9. Surat usulan Pengangkatan dalam JFA
Y
4. Jika memenuhi syarat, maka dilanjutkan
proses penyusunan Surat Persetujuan Proses Penerbitan Surat
Pengangkatan dalam JFA. Persetujuan
Pengangkatan dalam JFA
c) Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi Daerah Kabupaten/Kota melalui Gubernur bagi PNS Instansi
Daerah Kabupaten/Kota.
b. Dokumen Persyaratan Pengangkatan dari Jabatan Lain (Perpindahan)
Tabel 3.2
Persyaratan dan Dokumen Terkait untuk Pengangkatan dari Jabatan Lain (Perpindahan)
9 Tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional yang akan 9. Surat Usulan Kebutuhan JFA.
diduduki. 10. Kertas Kerja Perhitungan kebutuhan JFA.
11. PKPT 2 Tahun.
*apabila telah ada Rekomendasi Kebutuhan JFA dari
BPKP atau Penetapan Formasi dari Menpan RB, maka
tidak perlu melampirkan ketiga dokumen tersebut,
melainkan cukup melampirkan Rekomendasi Kebutuhan
JFA dari BPKP atau Penetapan Formasi dari Menpan RB
dan data existing Auditor yang ditandatangani oleh
Inspektur.
Persyaratan lain:
10 Riwayat mutasi jabatan, pangkat, dan penempatan. 12. Daftar riwayat jabatan, pangkat, dan penempatan.
11 Mengumpulkan angka kredit untuk dasar pembuatan PAK 13. Daftar Penugasan (Asli) formulir PDF yang
Awal. ditandatangani oleh Inspektur.
14. Lembar kerja penilaian AK formulir Microsoft Excel
(softcopy).
15. Surat Penugasan dan output penugasan.
12 Menyampaikan Usulan ke Instansi Pembina. 16. Surat usulan Pengangkatan dalam JFA.
13 Pernyataan bersedia mengangkat dari Pejabat Pembina 17. Surat Pernyataan bersedia mengangkat dalam JFA yang
Kepegawaian (PPK). ditandatangani oleh PPK.
Y
3. Fasilitator melakukan verifikasi dan validasi Verifikasi Usulan
atas Usulan Pengangkatan dalam JFA dari Unit Pengangkatan dalam JFA
APIP dan ketersediaan formasi Auditor. dan cek ketersediaan
formasi
6. Pengangkatan Kembali
a. Uraian
1) Pemberhentian adalah pemberhentian dari Jabatan Fungsional Auditor dan bukan pemberhentian sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
2) Pejabat Fungsional diberhentikan dari jabatannya apabila:
a) Mengundurkan diri dari jabatan.
b) Diberhentikan sementara sebagai PNS.
c) Menjalani cuti di luar tanggungan negara.
d) Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
e) Ditugaskan secara penuh pada jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrator, jabatan pengawas, dan
jabatan pelaksana.
f) Tidak memenuhi persyaratan jabatan.
3) Pejabat fungsional yang diberhentikan karena alasan sebagaimana angka 2) huruf b) sampai dengan e)
dapat diangkat kembali sesuai dengan jenjang jabatan terakhir apabila tersedia kebutuhan JF.
4) Pejabat fungsional yang diberhentikan karena alasan sebagaimana butir b) nomor (2) butir a) dan f)
terlebih dahulu dilaksanakan pemeriksaan dan harus mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang
sebelum ditetapkan pemberhentiannya. Atas PNS tersebut tidak dapat diangkat kembali dalam JF yang
sama.
5) Pengangkatan kembali dalam JF dilakukan dengan menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki dalam
jenjang jabatannya dan dapat ditambah dengan angka kredit dari penilaian pelaksanaan tugas bidang JF
selama diberhentikan.
6) Pejabat fungsional yang diberhentikan karena alasan sebagaimana angka 2) huruf e), dapat disesuaikan
pada jenjang sesuai dengan pangkat terakhir pada jabatannya paling kurang 1 tahun setelah diangkat
kembali pada jenjang JF terakhir yang didudukinya, setelah mengikuti dan lulus uji kompetensi apabila
tersedia kebutuhan JF.
7) PNS yang ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan
Pengawas dapat dilakukan pengangkatan melalui perpindahan ke dalam jabatan fungsional pada jenjang
yang setara sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, pengalaman dan angka kredit yang diperoleh sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Pejabat fungsional yang dibebaskan sementara karena tidak memenuhi angka kredit dan belum ditetapkan
keputusan pemberhentian dari JF, diangkat kembali dalam JF nya sesuai dengan jenjang jabatannya.
9) Keputusan pembebasan sementara bagi pejabat fungsional yang disebabkan karena dijatuhi hukuman
disiplin tingkat Sedang atau Berat berupa penurunan pangkat, dapat diangkat kembali dalam JF nya
apabila yang bersangkutan telah selesai menjalankan hukuman disiplin.
10) Keputusan Pemberhentian dari JF dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang pemberhentian dari JF.
11) PNS yang diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional Auditor terlebih dahulu harus mendapatkan
rekomendasi dari Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan selaku pimpinan Instansi
Pembina Jabatan Fungsional Auditor.
9 Menyampaikan usulan ke Instansi Pembina. 14. Surat usulan Pengangkatan dalam JFA.
10 Pernyataan bersedia mengangkat dari Pejabat Pembina 15. Surat Pernyataan bersedia mengangkat dalam JFA yang
Kepegawaian. ditandatangani oleh PPK.
Y
3. Fasilitator melakukan verifikasi dan validasi Verifikasi Usulan
atas Usulan Pengangkatan dalam JFA dari Unit Pengangkatan dalam JFA
dan cek ketersediaan
APIP dan ketersediaan formasi Auditor. formasi
Y
5. Jika memenuhi syarat, maka dilanjutkan
proses penyusunan Surat Persetujuan Proses Penerbitan Surat
Pengangkatan dalam JFA. Persetujuan
Pengangkatan dalam JFA
7. Alih Jabatan
a. Alih jabatan adalah peralihan dari jabatan Auditor Terampil ke Auditor Ahli.
b. Auditor Terampil yang memperoleh ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV dapat diangkat dalam jabatan Auditor Ahli,
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Tersedia formasi untuk jabatan Auditor Ahli;
2) Ijazah yang dimiliki sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk jabatan Auditor Ahli dan telah memiliki
sertifikasi Alih Jabatan dari Auditor Terampil ke Auditor Ahli; serta
3) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang ditentukan.
c. Auditor Terampil yang akan beralih menjadi Auditor Ahli diberikan angka kredit sebesar 65% (enam puluh
lima persen) angka kredit kumulatif untuk diklat, subunsur pengawasan dan pengembangan profesi ditambah
angka kredit ijazah sarjana (S1)/Diploma IV yang sesuai kompetensi, tanpa memperhitungkan angka kredit
dari unsur penunjang.
d. Pengangkatan dalam JF kategori Keterampilan yang memperoleh ijazah S-1/D-4 dapat diangkat dalam JF
kategori Keahlian harus mempertimbangkan lowongan kebutuhan untuk JF yang akan diduduki.
e. Pejabat Fungsional kategori keterampilan yang memperoleh ijazah S-1 (Strata Satu)/D-4 (Diploma – Empat)
dapat diangkat dalam JF kategori keahlian dengan persyaratan sebagai berikut:
1) JF terdiri atas kategori Keahlian dan kategori Keterampilan.
2) Tersedia kebutuhan untuk JF kategori keahlian yang akan diduduki.
3) Ijazah yang dimiliki sesuai dengan bidang pendidikan JF kategori Keahlian yang akan diduduki.
4) Mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis, kompetensi manajerial dan kompetensi sosial kultural, sesuai
dengan standar kompetensi yang telah disusun oleh Instansi Pembina.
5) Memiliki pangkat paling rendah sesuai dengan pangkat dalam JF yang akan diduduki.
6) Berusia paling tinggi sesuai dengan ketentuan.
f. Alih jabatan dari Auditor Terampil ke Auditor Ahli tidak memerlukan persetujuan teknis dari Instansi Pembina.
8. Contoh Kasus
a Contoh Kasus
Pengangkatan Pertama diusulkan setelah mengikuti diklat
fungsional (sertifikasi pembentukan auditor).
• Amanda, S.E. , Budiman, S.E. dan Cahyana, S.E. adalah CPNS TMT 1 April 2018 di Inspektorat
Kabupaten XXX yang dipersiapkan untuk menjadi Auditor (formasi Auditor). Ketiganya
diangkat sebagai PNS TMT 1 April 2019. Amanda, S.E. dan Budiman, S.E. sudah mengikuti
Diklat Pembentukan Auditor Ahli pada bulan Mei 2019, sedangkan Cahyana, S.E. belum
mengikuti Diklat Pembentukan Auditor Ahli. Amanda, S.E. telah lulus sertifikasi Auditor Ahli
sedangkan Budiman, S.E. belum lulus. Ketiganya diusulkan untuk memperoleh persetujuan
teknis pengangkatan ke dalam JFA kepada Kepala BPKP.
b Contoh Kasus
Pengangkatan Pertama tidak berlaku untuk calon auditor yang
sudah mengalami mutasi pangkat atau unit kerja.
Deni Saputra, S.E., CPNS TMT 1 April 2015 diangkat PNS TMT 1 April 2016, pangkat Penata
Muda, golongan ruang III/a pada Inspektorat Jenderal Kementerian ABC untuk memenuhi
formasi Auditor (seharusnya Pengangkatan Pertama). Yang bersangkutan sudah mengikuti
Diklat Pembentukan Auditor Ahli dan diusulkan persetujuan pengangkatan Auditor kepada
Kepala BPKP pada 20 Oktober 2017 dan disetujui 5 Januari 2018 dengan jabatan Auditor
Pertama, angka kredit 140, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a. Oleh Bagian
Kepegawaian, Sdr. Deni Saputra, S.E. tidak langsung diproses pengangkatan auditornya, namun
diusulkan kenaikan pangkat reguler untuk periode 1 April 2019 dan diterbitkan SK kenaikan
pangkatnya ke Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b TMT 1 April 2019. Karena telah
mengalami mutasi kepangkatan maka Sdr. Deni Saputra tidak dapat diangkat melalui
Pengangkatan Pertama dengan berdasarkan persetujuan Kepala BPKP tanggal 5 Januari 2018
tersebut dan harus diusulkan lagi persetujuan teknisnya yaitu menjadi Pengangkatan
Perpindahan yang salah satu persyaratannya adalah telah lulus sertifikasi pembentukan
auditor/memiliki sertifikat lulus Auditor Ahli dan masa berlaku persetujuan teknis telah
kadaluwarsa (telah lebih dari 12 bulan).
Catatan:
1) Calon Auditor yang mengalami mutasi unit kerja juga tidak dapat diangkat melalui
Pengangkatan Pertama.
2) Apabila setelah ada Persetujuan Teknis Kepala BPKP terjadi mutasi kepangkatan atau unit
kerja maka harus diusulkan lagi dan termasuk kriteria Pengangkatan Perpindahan.
3) Pengangkatan Perpindahan mensyaratkan harus memiliki sertifikat lulus Pembentukan
Auditor Ahli/Sertifikasi Auditor Pertama.
4) Masa berlaku surat persetujuan teknis adalah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
a Permasalahan
• CPNS yang pada saat rekruitmen formasi Auditor dan sudah diangkat menjadi PNS
serta telah lulus uji kompetensi apakah langsung dapat diangkat dalam jabatan JFA?
Penjelasan
• CPNS yang berasal dari formasi jabatan fungsional setelah diangkat sebagai PNS
dan telah mengikuti dan lulus uji kompetensi, paling lama 1 (satu) tahun wajib
diangkat dalam jabatan fungsional, namun terlebih dahulu harus mendapatkan
persetujuan teknis pengangkatan dalam JFA terlebih dahulu dari Instansi Pembina
(Pimpinan APIP membuat usulan kepada BPKP selaku Instansi Pembina JFA).
(Sumber data: Permenpan RB Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan,
Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil).
b Permasalahan
• Seorang PNS dalam SK CPNS dan SK Pengangkatan PNSnya tercantum jabatannya
adalah Auditor. Apabila PNS tersebut belum diangkat dalam JFA, ketika naik pangkat
berikutnya apakah jabatannya tetap tercantum Auditor?
Penjelasan
• Bagi CPNS yang saat ini telah diangkat menjadi PNS dan belum diangkat dalam
jabatan fungsionalnya dan belum mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan
fungsional agar diangkat dalam jabatan fungsional sesuai dengan formasi jabatannya
saat melamar CPNS dan Pejabat fungsional yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus
pendidikan dan pelatihan fungsional tidak diberikan kenaikan jenjang satu tingkat
lebih tinggi.
c Permasalahan
• Untuk CPNS yang Pada saat rekruitmen formasi Auditor, apakah pengangkatan ke
dalam JFA harus memiliki pengalaman paling kurang 2 (dua) tahun di unit APIP.
Penjelasan
• CPNS dengan formasi Auditor setelah diangkat sebagai PNS dan telah mengikuti
dan lulus uji kompetensi, paling lama 1 (satu) tahun wajib diangkat dalam jabatan
fungsional, tanpa persyaratan paling kurang 2 tahun di unit APIP.
d Permasalahan
• Untuk PNS dari unit kerja selain unit pengawasan dan ingin beralih menjadi Auditor
apakah dapat diangkat dalam jenjang jabatan auditor sesuai dengan pangkat
terakhirnya?
Penjelasan
• Untuk PNS dari unit kerja selain unit pengawasan dapat diangkat ke dalam JFA
melalui Pengangkatan Perpindahan atau melalui Inpassing. Apabila yang
bersangkutan diangkat melalui Perpindahan maka diangkat ke dalam JFA sesuai
sertifikasi Auditor yang dimiliki, sedangkan apabila yang bersangkutan diangkat ke
dalam JFA melalui Inpassing dapat diangkat sesuai dengan pangkat terakhir yang
dimiliki dengan memenuhi persyaratan antara lain:
1) Mengikuti dan lulus uji kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah
disusun oleh Instansi Pembina.
2) Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang Jabatan Fungsional
yang akan diduduki paling kurang 2 (dua) tahun.
3) Tersedia formasi untuk JF yang akan diduduki.
a Permasalahan
• CPNS formasi Auditor yang sudah diangkat menjadi PNS dan telah mengikuti diklat
pembentukan serta lulus sertifikasi Auditor Ahli apakah dapat diangkat ke dalam JFA
melalui SK Pejabat Pembina Kepegawaian tanpa ada penerbitan Persetujuan teknis
dari BPKP?
Penjelasan
• Pengangkatan ke dalam JFA bagi PNS formasi Auditor dilakukan setelah mendapat
persetujuan teknis secara tertulis dari instansi Pembina.
b Permasalahan
• Seorang PNS telah memperoleh Surat Persetujuan Pengangkatan dalam JFA dari
Instansi Pembina pada tanggal 4 Maret 2019 dengan jabatan Auditor Pertama, angka
kredit sebesar 156,78 per 31 Desember 2018, pangkat Penata Muda Tk.I (III/b). PNS
tersebut belum diangkat dalam JFA oleh PPK, tetapi telah memperoleh kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi, yaitu Penata (III/c) TMT 1 April 2019. Apabila PNS
tersebut diangkat dalam JFA oleh PPK, apakah harus mengajukan Usulan
Pengangkatan dalam JFA dengan pangkat yang baru?
Penjelasan
• PNS tersebut tidak perlu mengajukan Usulan Pengangkatan dalam JFA yang baru
selama Surat Persetujuan Pengangkatan dalam JFA masih berlaku.
• Untuk pengangkatan reguler, PNS tersebut dapat diangkat dalam jabatan Auditor
Pertama dengan pangkat Penata (III/c), dengan angka kredit sesuai dengan yang
tercantum pada lampiran Surat Persetujuan Pengangkatan dalam JFA.
Tabel 3.5
Besaran Tunjangan Auditor Berdasarkan Jenjang Jabatan
a Permasalahan
• Apakah awal periode PNS yang sudah diangkat ke dalam JFA dapat diberikan
tunjangan JFA-nya?
Penjelasan
• PNS yang sudah diangkat ke dalam JFA akan menerima tunjangan JFA sejak yang
bersangkutan diangkat ke dalam JFA sesuai SK pengangkatan ke dalam JFA, yang
ditandatangani Pejabat Pembina Kepegawaian.
b Permasalahan
• Apakah pembayaran tunjangan JFA menjadi beban Keuangan Daerah?
Penjelasan
• Pembayaran tunjangan JFA menjadi beban anggaran negara/APBN dan melekat pada
pembayaran gaji setiap bulan.
BAGIAN IV
PENGEMBANGAN JFA
A. ORGANISASI PROFESI JFA
1. Dasar Hukum
Peraturan yang terkait dengan pengembangan JFA adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara, pada Pasal 101
Paragraf 15 tentang Organisasi Profesi.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pada Pasal 52,
53, dan 55.
c. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 13 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional, pada Pasal 70.
d. Akta Pendirian AAIPI.
e. Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia.
2. Penjelasan
a. Uraian
1) Organisasi Profesi adalah organisasi yang diakui dan ditetapkan oleh Instansi Pembina untuk pengemban-
gan profesionalisme dan pembinaan penerapan kode etik, serta kode perilaku profesi JFA.
2) Pejabat Fungsional wajib menjadi anggota organisasi profesi JF.
3) Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (disingkat AAIPI) dibentuk pada tanggal 30 November 2012,
dengan susunan Dewan Pengurus Nasional (DPN) yang dikukuhkan oleh Wakil Presiden RI pada tanggal
19 Desember 2012.
4) Anggota AAIPI adalah perseorangan dan unit kerja APIP (struktural, auditor, dan P2UPD), yang memenuhi
persyaratan keanggotaan dan mengikat dirinya dengan organisasi AAIPI, terdiri atas Anggota Biasa dan
Anggota Luar Biasa/Kehormatan. Setiap anggota berhak mendapatkan kartu tanda anggota AAIPI, sesuai
dengan status keanggotaannya.
Tabel 4.1.
Uraian Hak dan Kewajiban Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa AAIPI
a Permasalahan
• Apakah SK Kepengurusan AAIPI Wilayah dapat diperhitungkan angka
kreditnya?
Penjelasan
• Dapat dinilai angka kreditnya sepanjang dilengkapi bukti keaktifan
kepengurusan (daftar hadir rapat/ notulen/undangan), Angka kredit tersebut
termasuk dalam Unsur Penunjang dengan nilai sebesar 0,5 untuk daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota/Departemen/LPND dan 0,75 untuk Nasional serta
sebesar 1 untuk skala Internasional.
b Permasalahan
• P2UPD dan pegawai pelaksana di unit APIP dapat menjadi Anggota AAIPI.
Penjelasan
• Sebagaimana dalam ART AAIPI bahwa anggota AAIPI adalah perorangan dan
unit kerja APIP (struktural, auditor dan P2UPD) yang memenuhi persyaratan
keanggotaan dan mengikat dirinya dengan organisasi AAIPI, namun dengan
terbitnya Permenpan nomor 13 tahun 2019 yang mewajibkan JFT untuk
membentuk organisasi profesi maka P2UPD yang merupakan JFT seharusnya
membentuk organisasi profesi tersendiri.
C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Dasar Hukum
Peraturan yang terkait dengan pengembangan kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Undang undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
c. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai
Negeri Sipil.
2. Uraian Penjelasan
a. Penyusunan Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi
1) Uraian
a) Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi merupakan dasar untuk melaksanakan
pemenuhan kompetensi pegawai dalam rangka pengembangan karier pegawai serta menjadi salah
satu dasar bagi pengangkatan Jabatan.
b) Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi adalah dokumen perencanaan pengembangan
kompetensi tingkat instansi yang ditetapkan oleh PPK untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya.
c) Pimpinan unit APIP mengusulkan Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi yang ditetapkan
oleh PPK untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya.
d) Kebutuhan dan rencana Pengembangan Kompetensi ditetapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi
pelaksanaannya oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
e) Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi yang telah disahkan oleh PPK disampaikan
kepada LAN pada triwulan ketiga tahun anggaran berjalan.
f) Penyusunan kebutuhan dan rencana Pengembangan Kompetensi tingkat instansi dilaksanakan melalui
tahapan:
(1) Inventarisasi jenis kompetensi yang perlu dikembangkan dari setiap PNS.
(2) Verifikasi rencana Pengembangan Kompetensi.
(3) Validasi kebutuhan dan rencana Pengembangan Kompetensi.
g) Inventarisasi jenis kompetensi merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi kebutuhan Pengembangan
Kompetensi bagi setiap PNS dalam organisasi, yang menghasilkan jenis Kompetensi yang perlu
dikembangkan dan jalur Pengembangan Kompetensi. Inventarisasi memerlukan paling sedikit:
(1) Profil PNS.
(2) Data Hasil Analisis Kesenjangan Kompetensi.
(3) Data Hasil Analisis Kesenjangan Kinerja.
analisis kesenjangan kinerja dari para atasan langsung dan meneruskan kepada Sektretaris untuk diko-
reksi.
f) Sekretaris melakukan reviu, Ialu membubuhkan paraf untuk diteruskan kepada Pimpinan APIP K/L/D.
g) Pimpinan APIP K/L/D menetapkan hasil Inventarisasi Usulan Pengembangan Kompetensi, selanjutnya
dikirim ke Satker Pengelola SDM Instansi Pemerintah sebagai bahan untuk penyusunan dokumen
Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi.
h) Pejabat Pelaksana Tugas Kepegawaian dan Umum wajib melakukan pemutakhiran Pengembangan
Kompetensi bersama unit kerja setiap tahunnya dan wajib mendokumentasikan seluruh formulir
penyusunan kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi.
3) Contoh Format Formulir yang Dibutuhkan dalam Penyusunan Kebutuhan dan Rencana Pengembangan
Kompetensi (dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan)
a) Formulir Inventarisasi Jenis Kompetensi
Inventarisasi Usulan Pengembangan Kompetensi
Nama Pegawai :
NIP :
Jabatan :
Unit Organisasi :
Tahun :
Atasan Langsung
(……………………………)
Kesenjangan
Hambatan Kompetensi
Kesenjangan
No. Nama Kompetensi Indikator Pemenuhan (Tidak Keterangan
(Ya/Tidak) Ada/Rendah/
Kompetensi
Sedang/Tinggi)
Atasan Langsung
(……………………………)
Tingkat Kesenjangan
Status Pencapaian
No. Sasaran Kinerja (Tidak Ada/Rendah/
(Tercapai/Tidak Tercapai)
Sedang/Tinggi)
Atasan Langsung
(…….…………………..…)
PROFIL PEGAWAI
Nama Pegawai :
NIP :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jabatan :
Unit Organisasi :
Tahun :
Nama
A. Pendidikan Jenjang Pendidikan Bidang Studi/Jurusan
Sekolah/Universitas
…..…………, tanggal
Pegawai
(…….…………………..…)
Tempat
Jenis & Jalur Unit/Lembaga Jumlah
No. Nama Pegawai NIP Jabatan dan Kehadiran Keterangan
Pengembangan Penyelenggara JP
Waktu
Permasalahan
• Cara menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional Auditor.
Penjelasan
• Standar kompetensi auditor harus cukup jelas menjabarkan hal-hal yang
menjadi harapan user untuk dikerjakan. Standar kompetensi ini harus dapat
menjadi acuan dalam menilai kompetensi auditor. Sertifikasi yang selama ini
digunakan sebagai pengakuan atas kompetensi seorang auditor harus
mengacu pada standar kompetensi ini. Yang berwenang menyusun standar
kompetensi auditor adalah BPKP selaku pihak Instansi Pembina Jabatan
Fungsional Auditor di lingkungan BPKP dan instansi pemerintah lainnya kecuali
di lingkungan BEPEKA.
• Saat ini Standar Kompetensi auditor dapat dilihat pada:
1) Peraturan BPKP Nomor PER-211/K/JF/2010 tentang Standar Kompetensi
Auditor.
2) Keputusan Kepala Pusat Pembinaan JFA BPKP Nomor 271/JF/1/2013
tentang Kompetensi Teknis Pengawasan Jabatan Fungsional Auditor.
• Standar kompetensi ini dapat digunakan sebagai dasar dalam mengukur
kompetensi auditor serta sebagai dasar penyusunan/pengembangan program
pendidikan dan pelatihan bagi auditor.
2. Definisi
a. Pengawasan dalam konteks Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan yang independen dan objektif
untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi yang mencakup kegiatan pemberian keyakinan
(assurance) seperti audit, evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan konsultansi (consulting) seperti bimbingan
teknis, asistensi, pendampingan, dan sosialisasi.
b. Pelaksanaan audit intern di lingkungan instansi pemerintah dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan dan yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor. Syarat
kompetensi keahlian sebagai auditor dipenuhi melalui keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi.
c. APIP wajib memastikan setiap penugasan pengawasan dilaksanakan oleh tim yang secara kolektif memiliki
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan penugasan tersebut. Penugasan pengawasan reguler dilaku-
kan dalam komposisi tim yang terdiri dari Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
d. Kompetensi teknis pengawasan meliputi tujuh bidang kompetensi yaitu:
1) Kompetensi bidang manajemen risiko, pengendalian internal, dan tata kelola sektor publik.
2) Kompetensi bidang strategi pengawasan.
3) Kompetensi bidang pelaporan hasil pengawasan.
4) Kompetensi bidang sikap profesional.
5) Kompetensi bidang komunikasi.
6) Kompetensi bidang lingkungan pemerintahan.
7) Kompetensi bidang manajemen pengawasan.
e. Jika ada penugasan limpah satu tingkat ke bawah maupun ke atas, pada suatu unit kerja tidak terdapat auditor
yang sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan pengawasan, maka auditor lain yang
berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut
berdasarkan penugasan secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan.
Peran dalam Penugasan
Jabatan Pangkat, Golongan Anggota Pengendali Pengendali
Ketua Tim
Tim Teknis Mutu
Auditor Pengatur, II/c
Auditor Pelaksana
Terampil Pengatur Tk.I, II/d
Auditor Pelaksana Penata Muda, III/a
Lanjutan Penata Muda Tk.I, III/b
Penata, III/c
Auditor Penyelia
Penata Muda, III/d
Auditor Penata Muda, III/a
Auditor Pertama
Ahli Penata Muda Tk.I, III/b
Penata, III/c
Auditor Muda
Penata Muda, III/d
Pembina, IV/a
Auditor Madya Pembina Tk.I, IV/b
Pembina Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya, IV/d
Auditor Utama
Pembina Utama, IV/e
Tujuan Pengawasan:
Memberikan nilai tambah dan
memperbaiki operasi organisasi
Kompetensi Auditor
Kompetensi Inti
- Bidang Manajemen Risiko, Pengendalian Internal, dan Tata
Kelola Sektor Publik
- Bidang Strategi Pengawasan
- Bidang Pelaporan Hasil Pengawasan
- Bidang Sikap Profesional
Kompetensi Pendukung
- Bidang Komunikasi
- Bidang Lingkungan Pemerintahan
Kompetensi Manajerial
- Bidang Manajemen Pengawasan
a Permasalahan
• Apakah Auditor Madya yang diperankan sebagai anggota tim pada tugas-tugas
pengawasan, tidak dapat dinilai angka kreditnya?
Penjelasan
• Auditor dimungkinkan untuk diperankan setingkat ke atas atau setingkat ke
bawah apabila tidak tersedia auditor dengan jabatan yang dibutuhkan.
Auditor yang diperankan dua tingkat ke bawah, penugasan yang
bersangkutan seharusnya tidak dapat dinilai angka kreditnya, namun untuk
menjaga agar auditor yang bersangkutan tidak diberhentikan dari
jabatannya, maka tetap dinilai angka kreditnya sesuai dengan peran yang
dilaksanakannya.
b Permasalahan
• Tumpang tindih pelaksanaan tugas Auditor sehingga tidak dapat memperoleh
angka kredit maksimal.
Penjelasan
• Pada saat penyusunan PKPT agar menetapkan Rencana Mulai Penugasan
(RMP) dan Rencana Penerbitan Laporan (RPL) sehingga tidak ada tumpang
tindih penugasan, kecuali untuk penugasan yang belum direncanakan
sebelumnya. Penugasan yang tumpang tindih dan harus dilaksanakan
bersamaan dapat dinilai angka kreditnya melalui mekanisme lembur dan
didukung surat keterangan lembur dari pemberi tugas. Jam lembur maksimal
adalah 200 jam per semester atau 400 jam per tahun. Apabila penugasan
tidak didukung dengan surat keterangan lembur, maka atas salah satu surat
tugas tersebut hanya diberikan tambahan waktu 1 jam setiap harinya dan
diperhitungkan sebagai jam lembur.
c Permasalahan
• Kurangnya pemahaman Auditor terhadap tugas limpah ke atas dan ke bawah
dalam pengumpulan angka kredit. Jabatan Auditor tidak diperankan maksimal
dalam kedudukan pada susunan tim audit, sehingga angka kredit yang
didapatkan sangat sedikit dan berpengaruh pada lamanya kenaikan jabatan
Auditor.
Penjelasan
• Pengangkatan dalam JFA agar memperhatikan formasi dan kecukupan beban
kerja sehingga para Auditor dapat memperoleh angka kredit yang cukup untuk
kenaikan jabatan/pangkat berikutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Auditor dimungkinkan untuk diperankan setingkat ke atas atau setingkat ke
bawah apabila tidak tersedia auditor dengan jabatan yang diinginkan, namun
demikian tugas limpah tersebut tidak dapat dilaksanakan secara terus
menerus. Pemeranan auditor dalam surat tugas sepenuhnya menjadi
kewenangan pemberi tugas.
d Permasalahan
• Masih terdapat penugasan Auditor belum sesuai jabatannya di beberapa
lnspektorat dan penerapan Kode Etik belum dilaksanakan sepenuhnya.
Penjelasan
• Untuk kepentingan pembinaan karier bagi Auditor, pimpinan unit APIP
hendaknya merencanakan penugasan pengawasan minimal 200 HP dalam
satu tahun sedangkan pemeranan dalam penugasan disesuaikan dengan
sertifikasi yang dimiliki. Pusbin JFA dalam melaksanakan salah satu fungsi
pembinaan JFA,yaitu melakukan evaluasi penerapan JFA. Kegiatan yang
dilaksanakan pada saat evaluasi penerapanJFA, termasuk juga evaluasi
terhadap pemeranan auditor dalam penugasan. Dalam evaluasi penerapan
JFA tersebut, pemeranan tugas limpah merupakan salah satu perhatian
dalam evaluasi sehingga dapat diberikan saran perbaikan atas penerapan
JFA. Untuk permasalahan penerapan kode etik, dan evaluasi penerapan Kode
Etik Auditor Intern dapat berkoordinasi dengan Dewan Pengurus Wilayah
(DPW) AAIPI setempat.
Penilaian kinerja Jabatan Fungsional bertujuan untuk menjamin objektivitas pembina Jabatan Fungsional yang
didasarkan pada sistem prestasi dan sistem karier. SKP merupakan target kinerja setiap tahun pejabat fungsional
berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan. Target Angka Kredit dan tugas tambahan sebagai
dasar untuk penyusunan, penetapan dan penilaian SKP.
Hal-hal yang harus dilakukan pada unit APIP untuk melakukan pengukuran kinerja auditor dapat diuraikan berikut
ini:
a. Bentuk Struktur organisasi Tim Penilai Angka Kredit (TPAK) dengan Surat Keputusan Pejabat yang Berwenang
Menetapkan Angka Kredit (PBM-AK)
1) Struktur Organisasi TPAK terdiri dari:
a) Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit.
b) Pejabat Pengusul Angka Kredit.
c) Tim Penilai Angka Kredit.
d) Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit.
Sesuai Lampiran I Perka BPKP Nomor 707/K/JF/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Penilaian Angka
Kredit Auditor.
Tim Penilai (Tim Penilai PPAK untuk Auditor Pelaksana pangkat Unit APIP
Unit Kerja/Tim Penilai Pengatur golongan ruang II/c sampai
Instansi/Tim penilai dengan Auditor Penyelia pangkat Penata
Provinsi/Tim Penilai Tingkat I golongan ruang III/d dan Auditor
Kabupaten/ Kota Pertama pangkat Penata Muda golongan
ruang III/a sampai dengan Auditor Madya
pangkat Pembina golongan ruang IV/a
4) Kegiatan yang harus dilakukan oleh Tim Penilai Angka Kredit (Tugas dan Fungsi)
a) Membantu Pejabat Pembina Kepegawaian pada Instansi Pembina dalam penilaian dan penetapan
angka kredit.
b) Meneliti kelengkapan dan kebenaran berkas angka kredit yang diajukan oleh Auditor.
c) Melaksanakan penilaian setiap DUPAK.
d) Menandatangani BA-PAK.
e) Menyampaikan berkas dan hasil penilaian kepada Sekretariat Tim Penilai.
f) Menyampaikan laporan kegiatan semesteran kepada Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka
Kredit.
b. Bentuk Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit dengan Surat Keputusan Pejabat yang Berwenang Menetapkan
Angka Kredit (PBM-AK)
1) Persyaratan Pembentukan Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit Setempat
a) Sekretariat Tim Penilai bertanggung jawab kepada Ketua Tim Penilai.
b) Sekretariat Tim Penilai dipimpin oleh seorang Sekretaris Tim Penilai yang secara fungsional dijabat
oleh Pejabat yang menangani bidang kepegawaian pada unit kerja APIP Pusat/InspektoratProvinsi/
Kabupaten/Kota (Sekretaris Tim Penilai sekaligus menjadi Ketua Sekretariat Tim Penilai).
2) Yang harus dilakukan oleh Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit (Tugas dan Fungsi)
a) Memberikan bantuan teknis dan administratif untuk kelancaran pelaksanaan tugas Tim Penilai dan
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka kredit.
b) Mengadministrasikan DUPAK Auditor.
c) Meneliti kelengkapan dan kebenaran berkas-berkas yang disyaratkan dalam DUPAK.
d) Menyiapkan bahan yang diperlukan untuk penilaian dan penetapan angka kredit.
e) Menyiapkan undangan rapat dan penyelenggaraan rapat Tim Penilai.
f) Menyiapkan konsep berita acara hasil penilaian tim penilai.
g) Membuat konsep PAK.
h) Menyampaikan PAK dari Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit kepada Pimpinan APIP
yang bersangkutan.
i) Memantau perolehan angka kredit Auditor selama periode tertentu untuk mengetahui apakah seorang
Auditor telah memenuhi persyaratan angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan jabatan/pangkat
atau pembebasan sementara.
j) Memberikan laporan kepada Tim Penilai perihal Auditor yang tidak dapat memperoleh angka
kredit kumulatif minimal yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat pada waktunya dan
kemungkinan dapat diangkat kembali seorang Auditor, yang sebelumnya dibebaskan sementara dari
jabatan, karena yang bersangkutan telah memenuhi jumlah angka kredit kumulatif minimal yang
ditentukan (Laporan Semester Penilaian dan Penetapan Angka Kredit).
c. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit melalui Sekretariat TPAK mengumumkan penyampaian
DUPAK secara tepat waktu
1) DUPAK Auditor diterima Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit untuk penilaian dan Penetapan Angka
Kredit reguler selambat-lambatnya tanggal 20 Juli untuk penilaian bulan 1 Januari – 30 Juni tahun yang
bersangkutan dan tanggal 20 Januari untuk penilaian bulan 1 Juli – 31 Desember tahun sebelumnya
(Lampiran I Romawi II huruf E point 3. b. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/JF/2010).
2) Setiap auditor mengusulkan secara hirarkhi Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) setiap
semester.
3) Penilaian dan penetapan angka kredit Auditor dilakukan paling kurang 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun,
yaitu 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil (Pasal 18 PermenPAN Nomor
PER/220/M.PAN/7/2008 tahun 2008).
oleh pejabat yang berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya
Pejabat Eselon IV.
f) Dokumen yang diperlukan dalam penilaian kegiatan sub unsur Pengawasan
(1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan (SPMK) Pelaksanaan/ Pengorganisasian dan Pengendalian/
Perencanaan dan Evaluasi Pengawasan sebagaimana dicontohkan pada Lampiran V.
(2) Fotokopi Surat Tugas sebagaimana dicontohkan pada Lampiran II.
(3) Fotokopi Anggaran Waktu Pengawasan sebagaimana dicontohkan pada Lampiran III.
(4) Fotokopi Kartu Penugasan Kegiatan Pengawasan sebagaimana dicontohkan pada Lampiran IV.
(Peraturan Bersama Kepala BPKP dan Kepala BKN Nomor PER- 1310/K/JF/2008 Nomor 24 Tahun
2008 tanggal 11 Nopember 2008).
(5) Laporan Rekapitulasi Pertanggungjawaban Penggunaan Jam Penugasan Kegiatan Pengawasan
sebagaimana dicontohkan pada Lampiran I Peraturan Kepala BPKP Nomor : PER- 708/K/JF/2009
tanggal 14 Juli 2009.
(6) Surat keterangan pimpinan Unit APIP minimal setingkat Eselon II tentang penggunaan jam lembur,
apabila menggunakan jam lembur sebagaimana dicontohkan pada Lampiran II Peraturan Kepala
BPKP Nomor : PER-708/K/JF/2009 tanggal 14 Juli 2009.
(7) Dokumen yang menunjukkan hasil kegiatan pengawasan:
(a) Dokumen hasil kegiatan pengawasan dapat berupa: laporan hasil kegiatan pengawasan yang
telah disetujui oleh pimpinan Unit APIP, routing slip sebagaimana dicontohkan pada Lampiran
atau Surat Keterangan dari Pimpinan Unit APIP minimal setingkat eselon II yang menyatakan
bahwa kegiatan pengawasan telah selesai dilaksanakan sebagaimana dicontohkan pada
Lampiran III Peraturan Kepala BPKP Nomor : PER-708/K/JF/2009 tanggal 14 Juli 2009.
(b) Dalam hal dokumen berupa routing slip, kegiatan Anggota Tim dan Ketua Tim dapa
dinilai setelah penyerahan konsep laporan kepada Pengendali Teknis; kegiatan
Pengendali Teknis dapat dinilai setelah penyerahan konsep laporan ke Pengendali Mutu;
dan kegiatan Pengendali Mutu dapat dinilai setelah laporan final.
(c) Fotokopi Laporan Pelaksanaan Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Ahli dihadapan
penyidik dan atau Laporan Pelaksanaan Sidang di pengadilan yang diketahui oleh sekurang-
kurangnya Pejabat Eselon III yang membawahkan penugasannya untuk kegiatan mendampingi/
memberikan keterangan ahli dalam proses penyidikan dan/atau peradilan kasus hasil
pengawasan yang dilaksanakan oleh Auditor Ahli.
g) Dokumen yang diperlukan dalam penilaian kegiatan sub unsur pengembangan profesi
(1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi Auditor sebagaimana dicontohkan
pada Lampiran VI Peraturan Bersama Kepala BPKP dan Kepala BKN Nomor PER-1310/K/JF/2008
Nomor 24 Tahun 2008 tanggal 11 Nopember 2008.
(2) Bukti Fisik sesuai pada Tabel Jenis, Kriteria Kumulatif, Bukti Fisik dan Pemberian Angka Kredit
Kegiatan Pengembangan Profesi pada Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor PER-708/K/JF/2009 tanggal 14 Juli 2009.
(3) Surat Pernyataan Orisinalitas karya tulis/karya ilmiah dari penyusun karya tulis/karya ilmiah
sebagaimana dicontohkan pada Lampiran VI, Lembar Rekomendasi dari Tim Penguji Karya Tulis,
Lembar Pengesahan dari Pimpinan unit APIP, dan Lembar Tanda Terima Penyerahan ke Perpustakaan
sebagaimana dicontohkan dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-911/K/JF/2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Pengujian Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pengawasan jika membuat karya
tulis/karya ilmiah di bidang pengawasan yang tidak dipublikasikan.
(4) Surat Keterangan dari penerbit untuk kegiatan menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan
di bidang pengawasan yang dipublikasikan dalam bentuk buku sebagaimana dicontohkan pada
Lampiran VII jika menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan di bidang pengawasan.
(5) Surat Penugasan dan Laporan/resume hasil studi banding yang diketahui sekurang-kurangnya oleh
Pejabat Eselon III yang membawahi penugasannya jika menjadi peserta studi banding.
(6) Fotokopi/softcopy surat penugasan dan sertifikat untuk kegiatan menjadi narasumber/peserta
konferensi/konggres/workshop.
(7) Fotokopi/softcopy bahan/naskah, Surat Tugas pengumuman/undangan PKS, daftar hadir yang
diketahui oleh pejabat yang berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-
kurangnya Pejabat Eselon IV, dan notulen untuk kegiatan menjadi narasumber pelatihan di kantor
sendiri.
(8) Fotokopi/softcopy surat tugas/pengumuman/undangan PKS, daftar hadir yang diketahui oleh
pejabat yang berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya Pejabat
Eselon IV, dan notulen untuk kegiatan menjadi Moderator dan Peserta pelatihan di kantor sendiri.
(9) Apabila dalam unit APIP telah dibentuk Satgas PKS, dokumen yang dilampirkan pada SPMK dapat
berupa Laporan Pelaksanaan Kegiatan PKS yang ditandatangani Ketua Satgas PKS dan diketahui
oleh Pimpinan Unit (minimal setingkat Eselon II) sebagaimana dicontohkan pada Lampiran VIII. ST,
daftar hadir dan notulen PKS diadministrasikan oleh Satgas PKS dan tidak perlu dilampirkan.
(10)Fotokopi/softcopy Surat Tugas dan sertifikat mengikuti diklat harus ditandasahkan oleh pejabat
yang berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya Pejabat Eselon
IV.
(11)Fotokopi/softcopy Surat Tugas dan sertifikat gelar profesi yang ditandasahkan oleh pejabat yang
berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya Pejabat Eselon IV.
(12)Fotokopi/softcopy rancangan/draft/final Standar Profesi dan Kode Etik Auditor harus
ditandasahkan oleh pejabat yang berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-
kurangnya Pejabat Eselon IV dan Fotokopi/softcopy laporan hasil kegiatan penyuluhan/sosialisasi
harus diketahui oleh sekurang-kurangnya Pejabat Eselon III untuk peran serta dalam kegiatan
pengembangan profesi di bidang Standar, Kode Etik dan Organisasi Profesi Pengawasan.
h) Dokumen yang diperlukan dalam penilaian kegiatan sub unsur penunjang tugas pengawasan
(1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Penunjang Tugas Auditor sebagaimana dicontohkan pada
Lampiran VII Peraturan Bersama Kepala BPKP dan Kepala BKN Nomor PER-1310/K/JF/2008 Nomor
24 Tahun 2008 tanggal 11 Nopember 2008.
(2) Bukti Fisik sesuai pada Tabel Jenis, Kriteria Kumulatif, Bukti Fisik dan Pemberian Angka Kredit
Kegiatan Penunjang Pengawasan pada Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor PER-708/K/JF/2009 tanggal 14 Juli 2009.
(3) Fotokopi/softcopy Surat Tugas dan sertifikat seminar/lokakarya, piagam penghargaan atau tanda
jasa, sertifikat mengikuti diklat dan sertifikat gelar kehormatan harus ditandasahkan oleh pejabat
yang berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya Pejabat Eselon
IV.
(4) Fotokopi/softcopy SK TPAK dan laporan hasil penilaian angka kredit untuk kegiatan menjadi anggota
Tim Penilai Angka Kredit sebagaimana dicontohkan pada Lampiran IX.
(5) Fotokopi/softcopy piagam penghargaan atau tanda jasa yang ditandasahkan oleh Pejabat yang
berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya pejabat eselon IV.
(6) Fotokopi/softcopy Surat Tugas dan Laporan mengajar/melatih harus diketahui oleh sekurang-
kurangnya Pejabat Eselon III.
(7) Fotokopi/softcopy Surat Tugas dan sertifikat mengikuti diklat yang ditandasahkan oleh pejabat yang
berwenang yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya pejabat eselon IV.
(8) Fotokopi/softcopy sertifikat gelar kehormatan yang ditandasahkan oleh pejabat yang berwenang
yaitu pejabat pelaksana fungsi kepegawaian sekurang-kurangnya pejabat eselon IV.
e. Pejabat Pengusul menerima dan meneliti DUPAK dari Auditor dan mengusulkan ke Pejabat yang Berwenang
menetapkan Angka Kredit.
1) Pejabat Pengusul setiap unit APIP disajikan dalam Lampiran pedoman ini.
2) Pejabat Pengusul menerima DUPAK dan dokumen pendukungnya dari Auditor dan meneliti kelengkapan
dokumen pendukungnya tersebut.
3) Pejabat Pengusul mencatat DUPAK yang diterima dalam Buku Agenda. Contoh Buku Agenda Pejabat
Pengusul dapat dilihat pada Lampiran X Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/JF/2010 Tanggal 13 Juli
2010.
4) Pejabat Pengusul Menandatangani DUPAK yang diajukan oleh Auditor.
5) Pejabat Pengusul menyampaikan DUPAK kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
melalui Sekretariat Tim Penilai dengan Surat Pengantar/Nota Dinas Pengantar Penyampaian DUPAK.
Contoh Surat Pengantar/Nota Dinas Pengantar Penyampaian DUPAK dapat dilihat pada Lampiran XI
Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
6) Pejabat Pengusul mengingatkan Auditor untuk menyampaikan DUPAK setiap semester.
f. Sekretariat Tim Penilai menerima DUPAK dari Pejabat Pengusul dan membantu proses penilaian dan
penetapan angka kredit
1) Sekretariat Tim Penilai menyelenggarakan Buku Agenda setiap saat penerimaan berkas DUPAK, nomor
serta tanggal PAK, sebagaimana tersebut pada Lampiran XII Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/
JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
2) Sekretariat Tim Penilai mencatat dalam Routing Slip Penilaian Angka Kredit merupakan lembar pencatat
tahapan yang dilaksanakan dalam penilaian angka kredit yang direkatkan pada Berkas DUPAK. Contoh
Routing Slip dapat dilihat pada Lampiran XIII Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/JF/2010 Tanggal
13 Juli 2010.
3) Sekretariat Tim Penilai melakukan penelitian pendahuluan atas kelengkapan berkas DUPAK yang
disampaikan, jika terdapat kekurangan dapat meminta Auditor yang bersangkutan untuk melengkapi
dengan batasan waktu tertentu dan dituangkan dalam Daftar Kelengkapan Dokumen Angka Kredit
merupakan lembar pengujian kelengkapan berkas DUPAK, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran XIV
Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
4) Sekretariat Tim Penilai menyerahkan semua berkas DUPAK kepada Tim Penilai.
g. Tim Penilai melakukan penelitian lanjutan berkas penilaian dan memberikan penilaian terhadap DUPAK,
dalam batas waktu antara penyerahan berkas oleh Sekretariat hingga Rapat Penilaian
a. Pendidikan
b. Pengawasan Unsur Utama Komposisi Minimal 80%
c. Pengembangan Profesi
d. Penunjang Unsur Penunjang Komposisi Maksimal 20%
yang menerapkan 5 hari kerja dan maksimal 6,25 jam bagi yang menerapkan 6 hari kerja. (SE-01/
D4/JF/2015 tanggal 16 April 2015).
d) Pelaksanaan tugas pengawasan di luar jam kerja (jam lembur)
(1) Kelebihan jam kerja efektif pada penugasan kegiatan pengawasan yang bersamaan waktunya
(tumpang tindih) diperhitungkan sebagai jam lembur, namun tidak diperlukan surat keterangan
lembur (SE-01/D4/JF/2015 tanggal 16 April 2015).
(2) Penugasan yang dilaksanakan pada hari kerja dan melebihi jam kerja produktif (efektif) dapat
diberikan angka kredit yang merupakan jam lembur sepanjang dilengkapi dengan surat keterangan
lembur, dengan perhitungan maksimal 6,5 jam per hari bagi yang menerapkan 5 hari kerja dan
maksimal 5,5 jam per hari bagi yang menerapkan 6 hari kerja (SE-01/D4/JF/2015 tanggal 16 April
2015).
(3) Pimpinan unit APIP dapat menugaskan Auditor untuk melaksanakan lembur, dengan pertimbangan
antara lain:
(a) Adanya perluasan ruang lingkup penugasan.
(b) Pendalaman materi temuan yang membutuhkan tambahan prosedur audit.
(c) Percepatan tenggat waktu penyelesaian laporan penugasam.
(d) Karakteristik lingkungan obyek penugasan.
(e) Kebijakan pimpinan unit APIP
(4) Penugasan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional yang menggunakan
surat keterangan lembur, dapat diberikan angka kredit dengan perhitungan maksimal 6,5 jam bagi
yang menerapkan 5 hari kerja dan maksimal 5,5 jam bagi yang menerapkan 6 hari kerja(SE-01/D4/
JF/2015 tanggal 16 April 2015).
(5) Kelebihan jam kerja efektif dibuktikan dengan surat keterangan lembur yang disahkan oleh
pimpinan unit APIP atau pejabat struktural eselon II sesuai dengan formulirat pada Lampiran II
Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-708/K/JF/2009 Tanggal 14 Juli 2009.
(6) Pemakaian jam lembur dalam enam bulan (satu semester) yang diperhitungkan dalam penilaian
angka kredit paling banyak 200 jam.
e) Satuan angka kredit yang dapat diberikan
(1) Satuan angka kredit yang dapat diberikan sesuai jenjang jabatan dan peran adalah sesuai dengan
Lampiran I dan II PermenPAN Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tahun 2008.
(2) Jika tidak terdapat Auditor yang sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan
Auditor lain yang berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang jabatannya dapat
melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang
bersangkutan (tugas limpah).
(3) Satuan angka kredit yang diberikan untuk tugas limpah ke atas satu tingkat adalah 80% dari setiap
butir angka kredit pada jabatan yang diduduki.
(4) Satuan angka kredit yang diberikan untuk tugas limpah ke bawah satu tingkat adalah 100% dari
setiap butir angka kredit pada jabatan yang diduduki.
(5) Satuan angka kredit untuk sub unsur pengembangan profesi diberikan sesuai dengan jenis kegiatan
yang dilaksanakan yang diuraikan dalam Lampiran I Romawi I huruf F Perka BPKP Nomor PER-708/K/
JF/2009 tanggal 14 Juli 2009, dan Lampiran I & II PermenPAN Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tahun
2008).
2) Penyelenggaraan Administrasi dan Teknis Penilaian oleh Tim Penilai Angka Kredit
a) Meneliti kelengkapan dan kebenaran DUPAK dan dokumen pendukungnya yang diajukan oleh Auditor
serta menuangkan dalam kertas kerja penilaian penilaian terhadap setiap DUPAK yang dinilai.
b) Menandatangani Berita Acara Penilaian Angka Kredit (BA-PAK).
c) Menyampaikan DUPAK yang telah dinilai dan BA-PAK yang telah ditandatangani serta kertas kerja
penilaian kepada Sekretariat Tim Penilai.
d) Lembar Perhitungan Angka Kredit (LPAK) merupakan lembar untuk mencatat hasil penelitian dan
penilaian atas setiap DUPAK. Contoh LPAK dapat dilihat pada Lampiran XVI Peraturan Kepala BPKP
Nomor PER-503/K/JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
e) Menandatangani Laporan Semester Pelaksanaan Tugas Tim Penilai.
f) Penilaian angka kredit dilakukan berdasarkan DUPAK yang diserahkan oleh Pejabat Pengusul.
g) Anggota Tim Penilai menilai DUPAK Auditor yang jabatan/pangkatnya sama atau lebih rendah dari
jabatan/pangkat Anggota Tim Penilai tersebut.
h) Jika Anggota Tim Penilai yang turut dinilai dan tidak ada anggota yang jabatan/pangkatnya sama atau
lebih tinggi, Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit dapat mengangkat Anggota Tim Penilai
Pengganti.
i) Ketua Tim Penilai yang dinilai dan jabatan/pangkatnya masih harus dinilai di Tim Penilai Setempat,
maka Ketua Tim Penilai akan dijabat langsung oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit.
j) Hasil penilaian angka kredit yang dilakukan oleh Tim Penilai merupakan keputusan yang diambil dalam
Rapat Pleno Tim Penilai jika tidak diperoleh mufakat.
k) Selama kegiatan penilaian, Auditor tidak diperkenankan untuk memberikan informasi atau tanggapan
lainnya mengenai berkas DUPAK yang bersangkutan tanpa adanya permintaan dari Anggota Tim
Penilai.
h. TPAK menyerahkan hasil penilaian dan kertas kerja penilaian kepada Sekretariat TPAK
Dokumen yang diserahkan berupa:
1) Lembar Perhitungan Angka Kredit (LPAK) merupakan lembar untuk mencatat hasil penelitian dan penilaian
atas setiap DUPAK. Contoh LPAK dapat dilihat pada Lampiran XVI Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-
503/K/JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
2) Daftar Penjelasan Perbedaan Angka Kredit (DPPAK) merupakan daftar untuk mencatat perbedaan dan
penjelasan atas perbedaan yang terjadi antara hasil penilaian oleh Tim Penilai dengan DUPAK yang
disampaikan. Contoh DPPAK dapat dilihat pada Lampiran XVII Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/
JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
j. Sekretariat membuat konsep PAK untuk diserahkan kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka
Kredit untuk ditandatangani.
Penetapan Angka Kredit (PAK) yang ditandatangani oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
merupakan lembar penetapan angka kredit berdasarkan hasil penilaian oleh Tim Penilai atas DUPAK yang
diusulkan. Contoh PAK dapat dilihat pada Lampiran XVIII Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/JF/2010
Tanggal 13 Juli 2010.
k. Sekretariat mendistribusikan PAK yang sudah ditandatangani Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka
Kredit ke Pihak-pihak terkait.
1) PAK asli kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian/Kepala Kantor
Regional Badan Kepegawaian Negara.
2) PAK tembusan disampaikan kepada.
a) Kepala BPKP up. Pusat Pembinaan JFA.
b) Sekretaris Tim Penilai Auditor yang bersangkutan.
c) Kepala Biro/Badan Kepegawaian Daerah/Bagian Kepegawaian instansi yang bersangkutan.
d) Auditor yang bersangkutan.
e) Pejabat lain yang dipandang perlu.
l. Sekretariat menyusun Laporan Semester Pelaksanaan Tugas Tim Penilai untuk ditandatangani TPAK kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit.
1) Laporan Semester merupakan ringkasan dari hasil kegiatan penilaian, formulirat laporan sesuai dengan
contoh pada Lampiran XX Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-503/K/JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
2) Sekretariat Tim Penilai melakukan pemantauan perolehan angka kredit setiap auditor dalam Kartu Angka
Kredit Auditor Contoh Kartu Angka Kredit dapat dilihat pada Lampiran XV Peraturan Kepala BPKP Nomor
PER-503/K/JF/2010 Tanggal 13 Juli 2010.
3. Flowchart
Diagram 4.1
Alur Kegiatan Pengumpulan, Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit Reguler
Pejabat yang
Sekretariat Tim
Atasan Langsung Pejabat Pengusul Berwenang Tim Penilai Angka
Auditor Penilai Angka
Auditor Angka Kredit Menetapkan Kredit
Kredit
Angka Kredit
Melakukan
Kegiatan dan
Pengumpulan
Bukti Pendukung
Mengadministra-
sikan SPMK dan
Bukti Pendukung
Menerima, Penelitian
Penelitian
Menyusun meneliti, dan Lanjutan dan
Menerima DUPAK Pendahuluan
DUPAK menandatangani Penilaian DUPAK
DUPAK
DUPAK
Penelaahan
Konsep PAK dan Tangda tangan
Konsep PAK
Penandatanganan BA-PAK
PAK
PAK PAK
(Tembusan) (Tembusan)
PAK
(Tembusan)
Pejabat lain yang berkepentingan:
1. Kepala BKN/Kantor Regional BKN (asli)
2. Pimpinan Unit APIP yang bersangkutan (tembusan)
3. Kepala Pusbin JFA (tembusan)
4. …………. sesuai kebutuhan
5. Arsip
Diagram 4.2
Alur Kegiatan Pengumpulan, Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit untuk Keperluan Lain-Lain*)
Pejabat yang
Sekretariat Tim
Atasan Langsung Pejabat Pengusul Berwenang Tim Penilai Angka
Auditor Penilai Angka
Auditor Angka Kredit Menetapkan Kredit
Kredit
Angka Kredit
SK Pelantikan/SK
Hukuman
Disiplin/SK
Pemberhentian/
Surat Cuti/Ijin
Belajar
Mengadministra-
sikan SPMK dan
Bukti Pendukung
Menerima, Penelitian
Penelitian
Menyusun meneliti, dan Lanjutan dan
Menerima DUPAK Pendahuluan
DUPAK menandatangani Penilaian DUPAK
DUPAK
DUPAK
Penelaahan
Konsep PAK dan Tanda tangan
Konsep PAK BA-PAK
Penandatanganan
PAK
PAK PAK
(Tembusan) (Tembusan)
PAK
(Tembusan)
Pejabat lain yang berkepentingan:
1. Kepala BKN/Kantor Regional BKN (asli)
2. Pimpinan Unit APIP yang bersangkutan (tembusan)
3. Kepala Pusbin JFA (tembusan)
4. …………. sesuai kebutuhan
5. Arsip
*) Keperluan lain: untuk Pembebasan Sementara karena ditugaskan secara penuh di luar Jabatan Fungsional
Auditor, dijatuhi hukuman disiplin sedang/berat (PP30/1980), diberhentikan sementara sebagai PNS
berdasarkan PP Nomor 4 tahun 1966, menjalani cuti di luar tanggungan negara, dan menjalani tugas belajar
lebih dari enam bulan.
Diagram 4.3
Alur Kegiatan Pengumpulan, Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit Pengangkatan Kembali
setelah Ditugaskan Secara Penuh di Luar Jabatan Fungsional Auditor
Pejabat yang
Auditor yang Pejabat Pengusul Pejabat Pembina Berwenang
Pusbin JFA Kepala BPKP
Diberhentikan Angka Kredit Kepegawaian Menetapkan
Angka Kredit
Telah selesai
melaksanakan
tugas sebagai
pejabat
struktural
Penandatanganan
Surat Usulan Menerima Surat
Pengangkatan Usulan
Kembali ke dalam Pengangkatan
JFA dilampirkan Kembali ke dalam
Daftar Penugasan JFA dan Bukti
dan Bukti Pendukung
Pendukung
Meneliti
Dokumen Usulan
Pengangkatan
Kembali ke dalam
JFA, DUPAK, dan
Bukti Pendukung
Membuat PAK
Diagram 4.4
Alur Kegiatan Pengumpulan, Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit Pengangkatan Kembali
karena Telah Selesai Menjalani Hukuman Disiplin Sedang/Berat (PP 53/2010) atau Tugas Belajar
Lebih Dari Enam Bulan
Pejabat yang
Auditor yang Sekretariat Tim
Pejabat Pengusul Berwenang Tim Penilai
Dibebaskan Penilai Angka
Angka Kredit Menetapkan Angka Kredit
Sementara Kredit
Angka Kredit
Telah selesai
menjalani
Hukuman Disiplin
Sedang/Berat
atau tugas
belajar
Menerima, Penelitian
Penelitian
Menyusun meneliti, dan Lanjutan dan
Menerima DUPAK Pendahuluan
DUPAK menandatangani Penilaian DUPAK
DUPAK
DUPAK
Diagram 4.5
Alur Kegiatan Pengumpulan, Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit Pengangkatan Kembali
karena Telah Selesai Menjalani Cuti di Luar Tanggungan Negara atau Selesai Menjalani Pemberhentian
Sementara Sebagai PNS
Pimpinan APIP
Auditor yang
(Pejabat yang Sekretariat Tim
Diberhentikan/ Pejabat Pengusul Tim Penilai Angka Pejabat Pembina
Berwenang Penilai Angka
Dibebaskan Angka Kredit Kredit Kepegawaian APIP
Menetapkan Kredit
Sementara
Angka Kredit
Melapor telah
selesai menjalani Menerima
Membuat dan
Cuti di Luar laporan dan
menandatangani
Tanggungan membuat Surat
SK
Negara/telah Usulan
selesai menjalani
Pengangkatan
Pengangkatan
Pemberhentian Kembali sebagai
Kembali sebagai
Sementara Auditor
Auditor
sebagai PNS
SK
Menerima SK SK Pengangkatan
Pengangkatan Pengangkatan Kembali sebagai
Kembali Kembali sebagai Auditor
sebagai Auditor Auditor
Prosedur
Normal PPAK
sebagai Auditor
4. Lampiran
Berikut adalah Lampiran/tabel terkait pengukuran kinerja auditor:
a. Tabel Pejabat Pengusul, Pejabat Penetap, dan Tim Penilai
Tabel 4.2
Pejabat Pengusul, Pejabat Penetap (Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit), dan Tim Penilai
Jabatan/Pangkat Auditor
Unit Organsasi Pejabat Pengusul Pejabat Penetap Tim Penilai
(Jabatan)
Inspektorat Auditor Pelaksana s.d. Pejabat yang membidangi Inspektur Kabupaten/Kota Tim Penilai Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota Auditor Penyelia dan Auditor kepegawaian serendah- Bila belum dapat dibemtuk
Pertama s.d. Auditor Madya rendahnya Pejabat Struktural maka dilaksanakan oleh Tim
dengan Pangkat Pembina, Eselon III Penilai Unit Kerja di
golongan ruang IV/a Perwakilan BPKP atau Tim
Penilai Pusat
Auditor Madya dengan Inspekur Kabupaten/Kota Kepala BPKP/Kepala BPKP Tim Penilai Pusat
pangkat Pembina Tingkat I, dapat mendelegasikan
golongan ruang IV/b s.d. kewenangannya kepada
Auditor Utama dengan Pejabat Struktural Eselon I di
pangkat Pembina Utama, Lingkungan BPKP
golongan ruang IV/e
BPKP Pusat Auditor Pelaksana s.d. Pejabat Struktural Eselon III Direktur/Kepala Biro Tim Penilai Unit Kerja
(Kedeputian dan Auditor Penyelia dan Audtor yang membidangi Kepegawaian dan Organisasi
Sekretariat Utama) Pertama s.d. Auditor Madya kepegawaian atau Pejabat
dengan Pangkat Pembina, Struktural Eselon III lainnya
golongan ruang IV/a yang ditunjuk oleh Pejabat
Penetap
Auditor Madya dengan Direktur/Kepala Biro Kepala BPKP/Kepala BPKP Tim Penilai Pusat
pangkat Pembina Tingkat I, Kepegawaian dan Organisasi dapat mendelegasikan
golongan ruang IV/b s.d. kewenangannya kepada
Auditor Utama dengan Pejabat Struktural Eselon I di
pangkat Pembina Utama, Lingkungan BPKP
golongan ruang IV/e
Pusat-Pusat dan Auditor Pelaksana s.d. Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Pusat Tim Penilai Unit Kerja
Inspektorat di Auditor Penyelia dan Auditor atau Pejabat Struktural Inspektur
lingkungan BPKP Pertama s.d. Auditor Madya Eselon III lainnya yang
dengan Pangat Pembina, ditunjuk oleh Pejabat
golongan ruang IV/a Penetap
Auditor Madya dengan Kepala Pusat Kepala BPKP/Kepala BPKP Tim Penilai Pusat
pangkat Pembina Tingkat I, Inspektur dapat mendelegasikan
golongan ruang IV/b s.d. kewenangannya kepada
Auditor Utama dengan Pejabat Struktural Eselon I di
pangkat Pembina Utama, Lingkungan BPKP
golongan ruang IV/e
Perwakilan BPKP Auditor Pelaksana s.d. Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Perwakilan Tim Penilai Unit Kerja
Auditor Penyelia dan Auditor
Pertama s.d. Auditor Madya
dengan pangkat Pembina,
golongan ruang IV/a
Auditor Madya dengan Kepala Perwakilan Kepala BPKP/Kepala BPKP Tim Penilai Pusat
pangkat Pembina Tingkat I, dapat mendelegasikan
golongan ruang IV/b s.d. kewenangannya kepada
Auditor Utama dengan Pejabat Struktural Eselon I di
pangkat Pembina Utama, Lingkungan BPKP
golongan ruang IV/e
a Permasalahan
• Berapa jumlah jam kerja efektif per hari?
Penjelasan
• 6,5 jam untuk yang menerapkan 5 hari kerja.
• 5,5 jam untuk yang menerapkan 6 hari kerja.
(Sumber data: Perka BPKP Nomor 708 tahun 2009 Pasal 5 ayat (1))
b Permasalahan
• Apakah pelaksanaan penugasan di luar jam kerja dan hari libur dapat diberikan
angka kreditnya? Bagaimana perhitungannya?
Penjelasan
• Pelaksanaan tugas pengawasan di luar jam kerja (jam lembur) dapat
diperhitungkan angka kreditnya dibuktikan dengan surat keterangan lembur
yang disahkan oleh pimpinan unit APIP atau pejabat struktural eselon II
sesuai dengan formulirat pada Lampiran II Perka BPKP Nomor 708 tahun
2009 Pasal 5 ayat (3).
• Penugasan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional
yang menggunakan surat keterangan lembur, dapat diberikan angka kredit
dengan perhitungan maksimal 6,5 jam bagi yang menerapkan 5 hari kerja
dan maksimal 5,5 jam bagi yang menerapkan 6 hari kerja.
• Pemakaian jam lembur secara keseluruhan dalam satu semester yang dapat
diperhitungkan dalam penilaian angka kredit paling banyak 200 jam.
(Sumber data: Perka BPKP Nomor 708 tahun 2009 Pasal 5 ayat (4) dan Surat
Edaran Nomor 01 tahun 2015)
c Permasalahan
• Apakah Penugasan Pengawasan yang bersamaan waktunya dapat diberikan
angka kredit?
Penjelasan
• Apabila terdapat penugasan kegiatan pengawasan yang bersamaan waktunya
(tumpang tindih) dengan satu atau lebih penugasan kegiatan pengawasan
lainnya, maka jumlah jam kerja efektif per hari secara keseluruhan yang dapat
dinilai/diberikan angka kredit dibatasi maksimal 7,5 jam bagi yang menerapkan
5 hari kerja dan maksimal 6,25 jam bagi yang menerapkan 6 hari kerja.
• Kelebihan jam kerja efektif tersebut di atas diperhitungkan sebagai jam
lembur, namun tidak diperlukan Surat Keterangan Lembur.
d Permasalahan
• Contoh perhitungan angka kredit jika terdapat 2 surat penugasan yang
bersamaan waktu?
Penjelasan
Seorang Auditor mendapat 2 Surat Tugas pengawasan yang bersamaan
waktunya:
• Surat Tugas 1 (10 hari: tanggal 4 s.d. 15 September 2017)
• Surat Tugas 2 (10 hari: tanggal 11 s.d. 22 September2017)
(abaikan hari Sabtu - Minggu untuk mempermudah perhitungan)
• Jumlah Jam yang diakui:
• Surat Tugas 1: 10 hari x 6,5 = 65 jam
• Surat Tugas 2: 5 hari x (7,5-6,5 jam) + (5 hari x 6,5 jam) = 37,5 jam
Angka kreditnya = jam yang diakui x satuan angka kredit sesuai peran/jabatan.
e Permasalahan
• Apakah angka kreditnya dapat diakui jika terdapat surat penugasan yang
bersamaan waktu dengan Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS)/Program Pelatihan
Mandiri (PPM)?
Penjelasan
Sesuai Surat Edaran Nomor 01 Tahun 2015 dan Surat Edaran Nomor 352 Tahun
2011, kegiatan PKS dalam satu hari dapat diakui maksimal sebanyak 2 kali kegiatan:
• Apabila dalam satu hari pengawasan bersamaan dengan 1 kegiatan PKS, maka
perhitungan jam kerja pengawasan pada hari yang bersamaan dengan kegiatan
PKS masih diberikan sisa jam kerja sebesar 4,5 jam untuk yang menerapkan 5
hari kerja (jam efektif diperhitungkan 7,5 jam per hari dan jam PKS
diperhitungkan selama 3 jam per kegiatan PKS).
• Apabila dalam satu hari pengawasan bersamaan dengan 2 kegiatan PKS
sekaligus, maka perhitungan jam kerja untuk kegiatan pengawasan pada hari
yang bersamaan dengan PKS tersebut sudah tidak diberikan tambahan sisa jam
untuk kegiatan pengawasan.
f Permasalahan
• Contoh perhitungan angka kreditnya jika terdapat surat penugasan yang
bersamaan waktu dengan satu kali kegiatan Pelatihan di Kantor Sendiri
(PKS)/Program Pelatihan Mandiri (PPM)?
Penjelasan
Seorang Auditor mendapat penugasan pengawasan yang bersamaan waktu
dengan PKS. Misalnya Surat Tugas pengawasan selama 10 hari dari tanggal 4
s.d. 15 September 2017, sedangkan PKS diikuti pada tanggal 5 September 2017
(abaikan hari Sabtu - Minggu untuk mempermudah perhitungan).
• Jumlah jam yang diakui:
• Surat Tugas Pengawasan: 9 hari x 6,5 jam = 58,5 jam + 4,5 jam = 63 jam.
g Permasalahan
• Contoh perhitungan angka kreditnya jika terdapat surat penugasan yang
bersamaan waktu dengan 2 (dua) kali kegiatan Pelatihan di Kantor Sendiri
(PKS)/Program Pelatihan Mandiri (PPM)?
Penjelasan
Seorang Auditor mendapat penugasan pengawasan yang bersamaan waktu dengan
2 (dua) kegiatan PKS dalam hari yang sama.
Misalnya Surat Tugas pengawasan selama 10 hari dari tanggal 4 s.d. 15 September
2017, sedangkan pada tanggal 5 September 2017 mengikuti 2 kegiatan PKS
(abaikan hari Sabtu - Minggu untuk mempermudah perhitungan).
• Jumlah jam yang diakui:
• Surat Tugas pengawasan: 9 hari x 6,5 jam = 58,5 jam.
h Permasalahan
• Contoh perhitungan angka kreditnya jika terdapat surat penugasan yang
bersamaan waktu dengan diklat.
Penjelasan
Seorang yang mengikuti diklat tatap muka dibebaskan sementara dari penugasan
dan 1 hari Diklat = 10 jam efektif dinilai angka kreditnya sesuai diklat yang diikuti.
Contoh perhitungan jam pengawasannya sebagai berikut:
Seorang Auditor mendapat penugasan pengawasan yang bersamaan waktu
dengan Diklat. Misalnya Surat Tugas pengawasan selama 10 hari dari tanggal
4 s.d. 15 September 2017, sedangkan pada tanggal 11 s.d. 15 September 2017
mengikuti Diklat Audit Kinerja di Ciawi (abaikan hari Sabtu - Minggu untuk
mempermudah perhitungan).
i Permasalahan
• Kapan batas akhir penyampaian DUPAK?
Penjelasan
• Selambat-lambatnya tanggal 20 Januari (untuk penilaian bulan Januari), DUPAK
yang disampaikan adalah kegiatan yang telah dilaksanakan dalam periode 1 Juli
sampai dengan 31 Desember.
• Selambat-lambatnya tanggal 20 Juli (untuk penilaian bulan Juli), DUPAK yang
disampaikan adalah kegiatan yang telah dilaksanakan dalam periode 1 Januari
sampai dengan 30 Juni.
j Permasalahan
• Pengajuan angka kreditnya jika terdapat penugasan yang periode kegiatannya
melewati periode DUPAK, misalnya penugasan antara 15 Juni hingga 10 Juli.
Penjelasan
Sesuai Surat Edaran Nomor 352 Tahun 2011, diajukan dan dinilai sebesar
realisasi waktu yang digunakan pada akhir periode DUPAK tersebut.
• Kegiatan 15 Juni – 30 Juni diajukan pada periode DUPAK 1 Januari – 30 Juni.
• Kegiatan 1 Juli – 10 Juli diajukan pada periode DUPAK 1 Juli – 31 Desember.
k Permasalahan
• Dokumen hasil apakah yang harus dilampirkan untuk kegiatan yang belum
selesai atau kegiatan yang sudah selesai namun belum terbit laporannya?
Penjelasan
Sesuai Surat Edaran Nomor 352 Tahun 2011:
• Apabila ada kegiatan yang dokumen hasilnya belum terbit maka harus
dibuatkan surat keterangan dari pejabat penerbit surat penugasan sebagai
pengganti dokumen hasil kegiatan.
• Sedangkan untuk kegiatan pengawasan yang pelaksanaannya melewati
periode DUPAK (periode 1 Januari – 30 Juni atau 1 Juli – 31 Desember)
dokumen hasil kegiatannya menggunakan surat keterangan progres sebagai
pengganti dokumen hasil kegiatan.
l Permasalahan
• Perlakuan atas kegiatan yang tidak diajukan dalam DUPAK yang telah
ditetapkan.
Penjelasan
Sesuai Surat Edaran Nomor 352 Tahun 2011, kegiatan yang tertinggal atau tidak
diajukan dalam DUPAK yang telah dinilai pada periode sebelumnya maka
kegiatan tersebut tidak dapat dinilai kecuali untuk kegiatan penunjang.
B. PENUNJANG
Pendukung pelaksanaan kegiatan ≤ 20%
Pelaksanaan Tugas Auditor 4 8 18 28 48
Jumlah II 100% 20 40 90 140 240 30
JUMLAH (I + II) 60 80 100 150 200 300
Tabel 4.4
Komposisi Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal Untuk Kenaikan Jabatan dan Kenaikan
Pangkat Auditor Tingkat Ahli Pendidikan Sarjana (S.1)/Diploma IV
III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e IV/e *)
Jumlah angka kredit kumulatif minimal 100 150 200 300 400 550 700 850 1050
B. PENUNJANG
Pendukung pelaksanaan kegiatan ≤ 20%
Pelaksanaan Tugas Auditor 10 20 40 60 90 120 150 190
Jumlah II 100% 50 100 200 300 450 600 750 950 60
JUMLAH (I + II) 100 150 200 300 400 550 700 850 1050
Tabel 4.5
Komposisi Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal Untuk Kenaikan Jabatan dan Kenaikan
Pangkat Auditor Tingkat Ahli Pendidikan Pasca Sarjana (S.2)
III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e IV/e *)
Jumlah angka kredit kumulatif minimal 100 150 200 300 400 550 700 850 1050
B. PENUNJANG
Pendukung pelaksanaan kegiatan ≤ 20%
Pelaksanaan Tugas Auditor 10 20 40 60 90 120 150 190
Jumlah II 100% 50 100 200 300 450 600 750 950 60
JUMLAH (I + II) 100 150 200 300 400 550 700 850 1050
Tabel 4.6
Komposisi Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Kenaikan Jabatan dan Kenaikan Pangkat Auditor
Tingkat Ahli Pendidikan Doktor (S.3)
Jumlah angka kredit kumulatif minimal 200 300 400 550 700 850 1050
B. PENUNJANG
Pendukung pelaksanaan kegiatan ≤ 20%
Pelaksanaan Tugas Auditor 20 40 70 100 130 170
Jumlah II 100% 100 200 350 500 650 850 60
JUMLAH (I + II) 200 300 400 550 700 850 1050
Jabatan 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir Masih dalam jenjang jabatan yang sama
Permasalahan
• Persyaratan untuk memperoleh kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi.
Penjelasan
• Kenaikan jabatan dan pangkat mempertimbangkan jumlah dan komposisi
Angka Kredit, sertifikasi jabatan Auditor, nilai daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3), ketersediaan formasi, dan pertimbangan obyektif lainnya dari
pejabat yang berwenang.
• Kenaikan jabatan dapat dipertimbangkan, apabila:
1) Paling singkat telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
2) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif dan komposisi angka kredit
penjenjangan yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi;
3) Telah memiliki sertifikat jabatan Auditor sesuai dengan jenjang jabatan yang
akan didudukinya;
4) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling kurang bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir;
5) Kenaikan jabatan harus memperhitungkan perbandingan antara jumlah
Auditor dengan beban kerja yang ada dan ditetapkan melalui surat
keputusan pejabat yang berwenang.