AUDIT INVESTIGATIF
• Pengertian
Wawancara adalah suatu sesi tanya-jawab yang dirancang untuk memperoleh informasi.
Tidak seperti pada pembicaraan biasa, wawancara memiliki bentuk tersendiri, terstruktur, dan memiliki tujuan.
• Tujuan
Menggali dari responden sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk dapat dipergunakan dalam audit.
• Persiapan Wawancara
1. Mempelajari berkas kasus/permasalahan dan dokumen untuk memastikan adanya informasi penting yang
belum diperoleh.
2. Menetapkan tujuan informasi yang akan digali dalam wawancara, serta menyiapkan strategi untuk
mendapatkan informasi tersebut.
3. Mempelajari informasi apa yang dapat diperoleh dan relevan dari calon responden yang akan
diwawancarainya.
4. Mempersiapkan catatan yang berisi poin-poin yang akan ditanyakan sehingga tidak ada informasi yang
terlewat.
5. Mempersiapkan tempat untuk wawancara
1. 1. Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh, auditor pertama kali akan menanyakan kepada pihak yang netral, yang tidak ada
hubungan langsung dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa tersebut. Wawancara dapat dimulai dari Bagian Kepegawaian yang
dapat memberikan informasi riwayat pekerjaan PPK.
Contoh Kasus :
Wawancara akan
1. 2. Setelah diperoleh data dari pihak yang netral tahap berikutnya adalah wawancara dengan saksi yang dapat membenarkan, misalnya
dilakukan dengan ditanyakan kepada atasan langsungnya, sehingga auditor akan memperoleh informasi tentang PPK tersebut.
pihak yang diduga
terlibat yaitu Pejabat
Pembuat Komitmen 3. Wawancara dilanjutkan kepada pihak yang ikut terlibat misalnya dimulai dengan mewawancarai rekanan pemasok barang, diketahui
(PPK) untuk bahwa barang yang diserahkan kualitasnya tidak sesuai, tetapi dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) barang dinyatakan sesuai
dengan spesifikasinya. Auditor berdasarkan bukti yang sebelumnya sudah dimiliki dapat membuat simpulan sementara, bahwa telah
kegiatan pengadaan terjadi penyimpangan dan rekanan tersebut nantinya juga akan dijadikan pihak yang ikut bertanggung jawab.
1 2 3
Wawancara harus cukup dari Wawancara mencakup semua Wawancara sedapat mungkin
segi waktu dan kedalaman informasi yang penting dan dilaksanakan sedekat
untuk mengungkap fakta- mengeliminir informasi yang mungkin dengan saat
fakta yang relevan. tidak relevan. kejadian-kejadian yang akan
ditanyakan.
4 5
Wawancara yang baik harus Wawancara bersifat netral
obyektif, ditujukan untuk dan tidak menuduh sehingga
memperoleh informasi dan pewawancara dapat
dengan cara yang tidak mengembangkan hubungan
sepotong-sepotong yang menimbulkan rasa
(impartial). percaya dan hormat.
3. False Imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Penahanan bisa secara fisik atau dalam bentuk ancaman.
4. Merekam Wawancara
Dalam beberapa keadaan, merekam wawancara mungkin ilegal. Namun, dalam situasi
tertentu, merekam wawancara diperbolehkan hanya dengan persetujuan semua pihak dalam
wawancara. Dengan demikian, pewawancara harus memperoleh ijin ketika memutuskan
akan merekam wawancara.
Pada saat dua orang atau lebih melakukan percakapan maka hal-hal berikut akan terjadi dalam
komunikasi, yaitu:
1. Ekspresi (Expression)
Fungsi umum dari pembicaraan adalah ekspresi diri. Satu atau lebih pembicara merasa
perlu untuk menunjukkan ide-ide, perasaan, sikap, atau moods.
2. Pendekatan (Persuasion)
Konsep pendekatan (persuasion) intinya bertujuan untuk meyakinkan orang lain.
3. Therapy
Membuat orang lain merasa nyaman seringkali berhasil dalam wawancara. Dalam pembicaraan
dengan teman, orang sering mengekspresikan ide dan perasaan untuk menghilangkan tekanan
emosi, hal ini disebut chatarsis.
4. Ritual
Ada pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya ritualistic, semata-mata merupakan bentuk sikap
verbal yang tidak memiliki signifikansi kecuali memberikan rasa aman dalam hubungan antar
manusia.
Misalnya, “Selamat pagi!” atau “Apa kabar?”
5. Pertukaran Informasi
Pertukaran informasi adalah tujuan utama dari percakapan. Kata pertukaran mengingatkan kita
bahwa arus informasi pada wawancara bisa terjadi secara dua arah.
2. Ego Responden
Responden dalam beberapa kasus bisa saja menahan informasi karena ia menganggap adanya ancaman
atas harga dirinya. Ada tiga kategori dari ego responden yaitu represi, ketidaksetujuan, dan hilangnya
status.
3. Etika
Hambatan etika terjadi saat jawaban atas pertanyaan pewawancara mengandung informasi yang
dianggap tidak pantas olehnya.
4. Trauma
Rasa tidak senang sering muncul ke permukaan ketika responden diminta untuk menceritakan hal-hal
yang traumatic baginya. Hal ini biasanya dapat diatasi dengan cara menangani masalah sensitif dengan
hati-hati.
5. Lupa
Hambatan yang sering terjadi dalam komunikasi adalah ketidakmampuan responden untuk mengingat
informasi tertentu. Masalah memori merupakan masalah besar bagi pewawancara.
Adalah kekuatan psychology-sosial yang menyebabkan suatu pembicaraan, termasuk wawancara menjadi
mudah. Fasilitator ini mengharuskan dikuasainya teknik-teknik dasar untuk memotivasi orang.
1. Mewujudkan Harapan
Dalam suatu wawancara, pewawancara mengkomunikasikan apa yang diharapkan dari responden.
Pewawancara harus mampu untuk meyampaikan diinginkannya suatu kerja sama, sebagaimana pada
keinginan yang lebih spesifik bahwa responden akan menjawab dengan jujur.
2. Pengakuan (Recognition)
Semua orang butuh pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Orang akan berinteraksi dalam
pertukaran pengakuan dan penghargaan sosial lainnya. Pewawancara yang hebat dapat memperoleh
keuntungan dari setiap kesempatan dengan cara memberi pengakuan yang tulus.
7. Kesamaan Maksud
Hal yang tidak menunjang lainnya adalah tidak adanya kesamaan maksud. Setiap
masyarakat memiliki asumsi, nilai, penjelasan, yang dianut. Konsep kesamaan maksud
berhubungan dengan perbedaan kognitif. Terjadi suatu tekanan psikologis saat seseorang
adanya ketidaksesuaian antara fakta, asumsi dan interpretasi.
8. Penghargaan Ekstrinsik
Hal ini maksudnya adalah penghargaan memotivasi responden, cara lain untuk
mendapatkan keuntungan dalam wawancara. Penghargaan model ini sangat membantu jika
responden memandang wawancara sebagai alat penyelesaian.
Pewawancara : “Pak Robert, saya Rangga. Saya sedang menelaah fungsi pembelian kita.
Bapak ada waktu sebentar?”
Responden : “Ya”
Pewawancara : “Saya sedang mengumpulkan beberapa informasi mengenai prosedur-
prosedur tertentu pada perusahaan ini. Mungkin anda dapat membantu saya?”
Responden : “Tidak menjawab.”
Pewawancara : “Bolehkah saya meminta bantuan Anda, jika Anda bisa?”
Responden : “Ya. Tentang apa?”
d. Observasi Reaksi
Pewawancara harus terampil dalam menginterpretasikan reaksi responden atas
pertanyaan yang diajukan. Caranya adalah pertama-tama mengajukan yang tidak
sensitif sambil membangun rapport. Hal ini akan memberikan landasan yang kuat
untuk mengobservasi perilaku ketika pertanyaan-pertanyaan sensitif diajukan.
Pertanyaan ini untuk menguji kredibilitas responden. Hal ini dilakukan jika pewawancara menganggap jawaban-jawaban
sebenarnya tidak konsisten. Pertanyaan dimulai dari yang paling ringan hingga yang paling sensitif.
2. Physiology of Deception
Orang berbohong demi salah satu alasan : mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman.
Beberapa isyarat verbal bahwa responden berbohong adalah :
2. Physiology of Deception
Beberapa isyarat non verbal bahwa responden berbohong adalah :
1. Gelisah, mengubah posisi duduk
2. Respon/ekspresi anatomi seperti denyut jantung meningkat, gemetar
3. Gerakan tangan pada waktu berbicara dapat meningkat atau menurun.
4. Tangan menutupi mulut
5. Mempermainkan benda-benda disekitarnya seperti pena, saputangan
6. Mengalihkan pandangan dari pewawancara
7. Menghilangkan kekakuan anggota tubuh
8. Berulang kali memperhatikan bukti atau dokumen yang diperlihatkan pewawancara
1 • Fase Narasi
1. Penampilan Fisik
Auditor dapat menggali informasi detail tentang kejadian dengan
Geiselman dan rekannya bertanya pada saksi untuk menggambarkan fisik tersangka.
membangun 5 kategori untuk Misal, baju yang dipakai tersangka, cara jalan tersangka, dll.
informasi yang spesifik dari 2. Nama
saksi, yaitu :
Auditor dapat menanyakan nama-nama tersangka atau orang lain
yang berbicara selama kejadian jika saksi lupa, Auditor dapat
memacu saksi untuk mengingat huruf pertama nama tersangka.
3. Jumlah
Jika saksi dapat menyebutkan huruf pertama nama tersangka, Auditor
seharusnya bertanya kepada saksi berapa huruf kira-kira nama
tersangka.
5. Percakapan
Saksi seharusnya ditanyai adakah sesuatu yang tersangka atau saksi lain
katakan yang kemudian menimbulkan respon yang tidak biasa.