Anda di halaman 1dari 41

WAWANCARA

AUDIT INVESTIGATIF

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara

B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi


Daftar Isi
C. Jenis-Jenis Pertanyaan

D. Teknik Wawancara Kognitif


A. Gambaran Umum Wawancara

1 • Tujuan Wawancara dalam Audit Investigatif dan Persiapannya

2 • Pihak-Pihak yang Diwawancarai

3 • Karakteristik Wawancara yang Baik

4 • Karakteristik Pewawancara yang Baik

5 • Elemen-Elemen Hukum dalam Wawancara

6 • Elemen-Elemen dalam Komunikasi


A. Gambaran Umum Wawancara
1. Tujuan Wawancara dalam Audit Investigatif dan Persiapannya.

• Pengertian
Wawancara adalah suatu sesi tanya-jawab yang dirancang untuk memperoleh informasi.
Tidak seperti pada pembicaraan biasa, wawancara memiliki bentuk tersendiri, terstruktur, dan memiliki tujuan.

• Tujuan
Menggali dari responden sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk dapat dipergunakan dalam audit.

• Persiapan Wawancara
1. Mempelajari berkas kasus/permasalahan dan dokumen untuk memastikan adanya informasi penting yang
belum diperoleh.
2. Menetapkan tujuan informasi yang akan digali dalam wawancara, serta menyiapkan strategi untuk
mendapatkan informasi tersebut. 
3. Mempelajari informasi apa yang dapat diperoleh dan relevan dari calon responden yang akan
diwawancarainya.
4. Mempersiapkan catatan yang berisi poin-poin yang akan ditanyakan sehingga tidak ada informasi yang
terlewat.  
5. Mempersiapkan tempat untuk wawancara

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
2. Pihak-Pihak yang Diwawancarai

Merupakan pihak-pihak yang Setelah memperoleh dan mengevaluasi bukti


yang cukup, memperoleh informasi yang
tidak terlibat langsung maupun mendukung dari pihak yang netral maupun
tidak langsung atas suatu 1. Saksi Pihak Ketiga yang Netral 3. Pihak Yang Diduga Ikut pihak yang membenarkan terjadinya
penyimpangan, auditor investigatif
penyimpangan. (Neutral Third-Party Witness) Terlibat (Co-Conspirators) mewawancari pihak yang ikut terlibat dalam
penyimpangan seperti rekanan/supplier
pengadaan yang diduga memberikan kickback
pada pimpinan proyek.

Merupakan pihak-pihak yang dapat Secara umum, seorang subyek atau


membenarkan informasi atas 2. Saksi yang Dapat target (orang yang diduga melakukan
4. Pihak Yang Diduga Melakukan
terjadinya suatu penyimpangan Membenarkan (Corroborative penyimpangan atau tersangka)
tetapi tidak terlibat secara langsung Penyimpangan (Subject/Target) diwawancarai terakhir setelah semua
Witness)
dengan penyimpangan tersebut. bukti relevan dikumpulkan.

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
2. Pihak-Pihak yang Diwawancarai

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
2. Pihak-Pihak yang Diwawancarai

1. 1. Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh, auditor pertama kali akan menanyakan kepada pihak yang netral, yang tidak ada
hubungan langsung dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa tersebut. Wawancara dapat dimulai dari Bagian Kepegawaian yang
dapat memberikan informasi riwayat pekerjaan PPK.
Contoh Kasus :
Wawancara akan
1. 2. Setelah diperoleh data dari pihak yang netral tahap berikutnya adalah wawancara dengan saksi yang dapat membenarkan, misalnya
dilakukan dengan ditanyakan kepada atasan langsungnya, sehingga auditor akan memperoleh informasi tentang PPK tersebut.
pihak yang diduga
terlibat yaitu Pejabat
Pembuat Komitmen 3. Wawancara dilanjutkan kepada pihak yang ikut terlibat misalnya dimulai dengan mewawancarai rekanan pemasok barang, diketahui
(PPK) untuk bahwa barang yang diserahkan kualitasnya tidak sesuai, tetapi dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) barang dinyatakan sesuai
dengan spesifikasinya. Auditor berdasarkan bukti yang sebelumnya sudah dimiliki dapat membuat simpulan sementara, bahwa telah
kegiatan pengadaan terjadi penyimpangan dan rekanan tersebut nantinya juga akan dijadikan pihak yang ikut bertanggung jawab.

barang dan jasa


suatu instansi 4. Tahap terakhir adalah mewawancarai subyek/suspect yaitu PPK, untuk meyakinkan auditor investigatif bahwa pengadaan barang dan
jasa telah terjadi penyimpangan kualitas sehingga mengakibatkan kerugian negara. Dari hasil wawancara dan disertai bukti-bukti yang
pemerintah. sudah diperoleh sebelumya misalnya kontrak, dokumen pendukung, dan hasil pemeriksaan fisik, maka auditor dapat menyimpulkan
bahwa telah terjadi penyimpangan kualitas dan merugikan keuangan negara serta PPK tersebut dapat dinyatakan pihak yang diduga
bertanggung jawab.

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
3. Karakteristik Wawancara yang Baik

1 2 3
Wawancara harus cukup dari Wawancara mencakup semua Wawancara sedapat mungkin
segi waktu dan kedalaman informasi yang penting dan dilaksanakan sedekat
untuk mengungkap fakta- mengeliminir informasi yang mungkin dengan saat
fakta yang relevan. tidak relevan. kejadian-kejadian yang akan
ditanyakan.
4 5
Wawancara yang baik harus Wawancara bersifat netral
obyektif, ditujukan untuk dan tidak menuduh sehingga
memperoleh informasi dan pewawancara dapat
dengan cara yang tidak mengembangkan hubungan
sepotong-sepotong yang menimbulkan rasa
(impartial).  percaya dan hormat. 

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
4. Karakteristik Pewawancara yang Baik

1. Pewawancara memiliki sifat empati kepada


responden. Empati adalah kapasitas untuk 2.2. Orang yang mudah bergaul, berbakat dalam 2.3. Bisa membuat orang lain ingin berbagi
berpartisipasi dalam perasaan orang lain (Webster, berinteraksi informasi.
1972).

5. Dapat menyusun pertanyaan yang spesifik untuk


2.4. Pewawancara tidak akan menginterupsi 6. Menunjukkan keseriusan dan perhatian atas
mengarahkan responden sehingga memberikan
responden dengan pertanyaan yang tidak penting. jawaban yang diberikan responden.
informasi secara sukarela.

8. Pewawancara yang efektif tidak menjadi


9. Pewawancara harus tepat waktu, berpakaian
7. Cara mengajukan pertanyaan tidak dengan sikap ancaman bagi responden. Responden yang merasa
rapi, dan bersikap fair dalam berinteraksi dengan
yang menyalahkan. menjadi target penyelidikan cenderung menjadi
responden  
kurang kooperatif. 

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
5. Elemen-Elemen Hukum dalam Wawancara

1. Otoritas Hukum untuk Melakukan Wawancara


Sepanjang hak-hak individu tidak dilanggar selama proses wawancara tidak terdapat halangan
untuk melakukan wawancara.

2. Penggunaan Muslihat dalam Wawancara


Penggunaan hal-hal yang bersifat suatu muslihat untuk memperoleh informasi dapat dilakukan
sepanjang tidak melanggar hak-hak individu, tetap menjaga kerahasiaan, tidak memaksa atau
mengancam pihak yang diwawancarai.

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
5. Elemen-Elemen Hukum dalam Wawancara

3. False Imprisonment 
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Penahanan bisa secara fisik atau dalam bentuk ancaman.

4. Merekam Wawancara
Dalam beberapa keadaan, merekam wawancara mungkin ilegal. Namun, dalam situasi
tertentu, merekam wawancara diperbolehkan hanya dengan persetujuan semua pihak dalam
wawancara. Dengan demikian, pewawancara harus memperoleh ijin ketika memutuskan
akan merekam wawancara.

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
6. Elemen-Elemen dalam Komunikasi

Pada saat dua orang atau lebih melakukan percakapan maka hal-hal berikut akan terjadi dalam
komunikasi, yaitu:

1. Ekspresi (Expression)
Fungsi umum dari pembicaraan adalah ekspresi diri. Satu atau lebih pembicara merasa
perlu untuk menunjukkan ide-ide, perasaan, sikap, atau moods.

2. Pendekatan (Persuasion)
Konsep pendekatan (persuasion) intinya bertujuan untuk meyakinkan orang lain.

Deputi Bidang Investigasi


A. Gambaran Umum Wawancara
6. Elemen-Elemen dalam Komunikasi

3. Therapy
Membuat orang lain merasa nyaman seringkali berhasil dalam wawancara. Dalam pembicaraan
dengan teman, orang sering mengekspresikan ide dan perasaan untuk menghilangkan tekanan
emosi, hal ini disebut chatarsis.

4. Ritual
Ada pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya ritualistic, semata-mata merupakan bentuk sikap
verbal yang tidak memiliki signifikansi kecuali memberikan rasa aman dalam hubungan antar
manusia.
Misalnya, “Selamat pagi!” atau “Apa kabar?”

5. Pertukaran Informasi
Pertukaran informasi adalah tujuan utama dari percakapan. Kata pertukaran mengingatkan kita
bahwa arus informasi pada wawancara bisa terjadi secara dua arah.

Deputi Bidang Investigasi


B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi

1 • Hambatan-Hambatan dalam Berkomunikasi

2 • Fasilitator dalam Berkomunikasi


B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi
1. Hambatan-Hambatan dalam Berkomunikasi

Penghambat adalah semua rintangan social-psychological yang menghalangi arus informasi


yang relevan melalui ketidakmampuan atau keengganan responden untuk memberikan
informasi kepada pewawancara. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi diantaranya :

1. Permintaan Waktu yang Tidak Tepat


Pewawancara yang sukses harus meyakinkan bahwa wawancara dilakukan pada waktu yang tepat.

2. Ego Responden
Responden dalam beberapa kasus bisa saja menahan informasi karena ia menganggap adanya ancaman
atas harga dirinya. Ada tiga kategori dari ego responden yaitu represi, ketidaksetujuan, dan hilangnya
status.

Deputi Bidang Investigasi


B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi
1. Hambatan-Hambatan dalam Berkomunikasi

3. Etika
Hambatan etika terjadi saat jawaban atas pertanyaan pewawancara mengandung informasi yang
dianggap tidak pantas olehnya.

4. Trauma
Rasa tidak senang sering muncul ke permukaan ketika responden diminta untuk menceritakan hal-hal
yang traumatic baginya. Hal ini biasanya dapat diatasi dengan cara menangani masalah sensitif dengan
hati-hati.
5. Lupa
Hambatan yang sering terjadi dalam komunikasi adalah ketidakmampuan responden untuk mengingat
informasi tertentu. Masalah memori merupakan masalah besar bagi pewawancara.

Deputi Bidang Investigasi


B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi
1. Hambatan-Hambatan dalam Berkomunikasi

6. Kesulitan Mengurutkan Kejadian


Hal ini sering terjadi pada wawancara dalam rangka mengumpulkan informasi gambaran suatu kasus di
mana responden cenderung kebingungan urut-urutan kejadian.

7. Bingung Menarik Kesimpulan


Hal ini terkait dengan kebingungan dan ketidakakuratan yang terjadi

8. Perilaku Tidak Sadar


Tipe perilaku yang terkadang tidak disadari yaitu kebiasaan (custom or habit), reaksi (circular reaction)
di mana reaksi yang segera, tanggapan seseorang secara tidak sadar, yang muncul di bawah situasi
khusus/ tertentu dan krisis emosional yang parah di mana perilaku tidak mengikuti pola kebiasaan dan
bukan merupakan jawaban atas suatu reaksi.

Deputi Bidang Investigasi


B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi
2. Fasilitator dalam Berkomunikasi

Adalah kekuatan psychology-sosial yang menyebabkan suatu pembicaraan, termasuk wawancara menjadi
mudah. Fasilitator ini mengharuskan dikuasainya teknik-teknik dasar untuk memotivasi orang.

1. Mewujudkan Harapan
Dalam suatu wawancara, pewawancara mengkomunikasikan apa yang diharapkan dari responden.
Pewawancara harus mampu untuk meyampaikan diinginkannya suatu kerja sama, sebagaimana pada
keinginan yang lebih spesifik bahwa responden akan menjawab dengan jujur.

2. Pengakuan (Recognition)
Semua orang butuh pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Orang akan berinteraksi dalam
pertukaran pengakuan dan penghargaan sosial lainnya. Pewawancara yang hebat dapat memperoleh
keuntungan dari setiap kesempatan dengan cara memberi pengakuan yang tulus.

Deputi Bidang Investigasi


B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi
2. Fasilitator dalam Berkomunikasi

3. Membuat Orang Lain Merasa Penting (Altruistic Appeals)


Altruisme adalah paham (sifat) lebih memperhatikan orang lain (kebalikan dari
egoisme). Hal ini dapat menumbuhkan sifat cooperative (kerja sama), helping
(menolong), honesty (kejujuran), dan generosity (kedermawanan).
Contoh pertanyaan:
“Pak Robert, saya tahu Bapak melakukan penggelapan uang perusahaan bukan karena
untuk kepentingan Bapak sendiri. Saya sudah mempelajari dokumen yang berkaitan
dengan hal ini dengan teliti dan saya kira bapak melakukan hal ini karena untuk
kepentingan perusahaan bukan?”

Deputi Bidang Investigasi


B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi
2. Fasilitator dalam Berkomunikasi

4. Simpati Pada Orang Lain (Sympathetic Understanding)


Pewawancara yang menunjukkan simpati dan tahu bagaimana memanfaatkan dalam
wawancara akan lebih sukses dari yang tidak. Dengan simpati, pewawancara dapat
mengidentifikasi bagian mana dari pernyataan responden yang merupakan ungkapan
perasaan atau fakta.
5. Pengalaman Baru
Masyarakat senang dengan sesuatu yang baru. Responden akan termotivasi oleh
keingintahuan pewawancara.
6. Catharsis
Adalah proses seseorang keluar dari suatu tekanan emosional dengan cara membicarakan
mengenai sumber tekanan tersebut. Kita sering merasa lebih nyaman setelah
mengungkapkan sesuatu yang mengganjal.
Deputi Bidang Investigasi
B. Hambatan dan Fasilitator dalam Berkomunikasi
2. Fasilitator dalam Berkomunikasi

7. Kesamaan Maksud
Hal yang tidak menunjang lainnya adalah tidak adanya kesamaan maksud. Setiap
masyarakat memiliki asumsi, nilai, penjelasan, yang dianut. Konsep kesamaan maksud
berhubungan dengan perbedaan kognitif. Terjadi suatu tekanan psikologis saat seseorang
adanya ketidaksesuaian antara fakta, asumsi dan interpretasi.

8. Penghargaan Ekstrinsik
Hal ini maksudnya adalah penghargaan memotivasi responden, cara lain untuk
mendapatkan keuntungan dalam wawancara. Penghargaan model ini sangat membantu jika
responden memandang wawancara sebagai alat penyelesaian.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan

1 • Pertanyaan-Pertanyaan Pembuka (Introductory Questions)

• Pertanyaan-Pertanyaan untuk Memperoleh Informasi


2
(Informational Questions)

3 • Pertanyaan-Pertanyaan untuk Menguji (Assessment Questions)

• Pertanyaan-Pertanyaan untuk Memperoleh Pengakuan (Admission


4
Seeking Questions)
C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan-Pertanyaan Pembuka (Introductory Questions)

a. Memperkenalkan Diri dan Menjelaskan Maksud Wawancara


Pewawancara wajib memperkenalkan dirinya sebelum memulai wawancara. Ia juga harus
menyebutkan nama lembaganya, tetapi menghindari menyebutkan gelarnya. Biasanya,
semakin informal suatu wawancara, semakin santai pula responden menjawab.

b. Membangun Hubungan (Rapport)


Kamus Webster mendefinisikan rapport sebagai “hubungan yang ditandai oleh keserasian,
kenyamanan, keselarasan, atau kekompakan.” Dengan kata lain, perlu ada kesamaan landasan
sebelum pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Biasanya sebelum wawancara dimulai, dibuka
dengan pembicaraan ringan, namun jangan sampai berlebihan.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan-Pertanyaan Pembuka (Introductory Questions)

c. Membangun Suasana Wawancara


Pewawancara harus menyatakan tujuan wawancara sebelum dilontarkannya pertanyaan yang
serius. Jika tidak, responden dapat merasa bingung, terancam, atau mengambil jarak.
Dalam membangun suasana perlu disampaikan tujuan wawancara yang bersifat umum dan
tidak spesifik.  
Contoh Pertanyaan :
“Saya sedang menelaah prosedur-prosedur yang ada di perusahaan ini.”
Atau
“Saya sedang mencari informasi mengenai prosedur pembelian.”
Tujuan dari membangun suasana wawancara adalah meminta responden untuk membuat
komitmen untuk membantu, pewawancara harus menanyakan komitmen sebelum wawancara
dimulai.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan-Pertanyaan Pembuka (Introductory Questions)

c. Membangun Suasana Wawancara


Contoh Pertanyaan :

Pewawancara : “Pak Robert, saya Rangga. Saya sedang menelaah fungsi pembelian kita.
Bapak ada waktu sebentar?”
Responden : “Ya”
Pewawancara : “Saya sedang mengumpulkan beberapa informasi mengenai prosedur-
prosedur tertentu pada perusahaan ini. Mungkin anda dapat membantu saya?”
Responden : “Tidak menjawab.”
Pewawancara : “Bolehkah saya meminta bantuan Anda, jika Anda bisa?”
Responden : “Ya. Tentang apa?”

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan-Pertanyaan Pembuka (Introductory Questions)

c. Membangun Suasana Wawancara


Dalam kebanyakan wawancara, pewawancara harus melakukan pendekatan dengan responden sehingga
responden tidak merasa terancam dan membuat responden merasa penting.
SALAH
Pewawancara : “Pak Robert, saya Rangga dari BPKP. Saya sedang melakukan investigasi kasus
korupsi, dan anda mungkin mengetahui sesuatu tentang hal ini. Sudah berapa
lama anda bekerja di perusahaan ini?”
BENAR
Pewawancara : “Pak Robert, saya Rangga dari BPKP. Apakah kita pernah bertemu
sebelumnya?”
Responden : “Sepertinya tidak”
Pewawancara : “Saya sedang menjalakan tugas dan saya membutuhkan bantuan anda. Apakah
Anda mempunyai waktu untuk berbicara dengan saya?”
Deputi Bidang Investigasi
C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan-Pertanyaan Pembuka (Introductory Questions)

d. Observasi Reaksi
Pewawancara harus terampil dalam menginterpretasikan reaksi responden atas
pertanyaan yang diajukan. Caranya adalah pertama-tama mengajukan yang tidak
sensitif sambil membangun rapport. Hal ini akan memberikan landasan yang kuat
untuk mengobservasi perilaku ketika pertanyaan-pertanyaan sensitif diajukan.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
2. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Memperoleh Informasi (Informational Questions)

a. Pertanyaan Terbuka (Open Question)


Pertanyaan jenis terbuka adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab sekedar “ya” atau
“tidak”. Pertanyaan jenis ini merupakan pertanyaan utama pada tahap ini karena dapat
memancing untuk memulai pembicaaraan.
Contoh Pertanyaan :
• “Jelaskan uraian pekerjaan/ tugas Saudara?”
• “Jelaskan tentang tugas pokok bagian Anda?”
• “Bagaimana pendapat anda tentang permasalahan ini?”
• “Silakan Saudara jelaskan prosedur pembelian barang.” 

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
2. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Memperoleh Informasi (Informational Questions)

b. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)


Adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban yang singkat dan tepat, biasanya “ya”
atau “tidak”. Pertanyaan jenis ini biasanya juga untuk sesuatu yang spesifik, misalnya
jumlah, tanggal, dan waktu. Sedapatnya mungkin, pertanyaan ini dihindari pada tahap
informasional.
Contoh Pertanyaan :
• “Apakah anda bekerja disini?”
• “Pada hari apa kejadiannya terjadi?”

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
2. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Memperoleh Informasi (Informational Questions)

c. Pertanyaan Mengarahkan (Leading Question)


Pertanyaan jenis ini mengandung jawaban sebagai bagian dari pertanyaan. Biasanya,
untuk mengkonfirmasi fakta yang telah diketahui. Pertanyaan jenis ini menyiratkan
bahwa pewawancara sudah tahu jawabannya, meminta responden untuk
mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, pertanyaan ini sangat efektif dalam situasi
wawancara tertentu.  
Contoh Pertanyaan :
• “Sejak tahun lalu apakah tidak ada perubahan dalam struktur organisasi ?”
• “Anda masih bertugas di bagian Purchasing?”
• “Bukankah Anda mendapatkan promosi menjadi Kepala Bagian ?”
• “Bukankah Anda mendapat penghasilan dari berbagai sumber?”

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
2. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Memperoleh Informasi (Informational Questions)

d. Pertanyaan Negatif Ganda (Double- Negative Question)


Pertanyaan atau pernyataan model ini harus dihindari karena membingungkan dan sering
mendapatkan jawaban kebalikan dari yang dimaksudkan.
Contoh Pertanyaan:
“Tidakkah Anda curiga ada sesuatu yang tidak benar?”

e. Pertanyaan Rumit (Complex Question)


Pertanyaan model ini juga harus dihindari karena sulit untuk dimengerti, memiliki lebih dari
satu subyek atau topik, menghendaki lebih dari satu jawaban, dan juga sulit menjawabnya.
Contoh Pertanyaan:
“Jelaskan tugas Anda dan sudah berapa lama anda bekerja di perusahaan ini?” 

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
3. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Menguji (Assessment Questions)

Pertanyaan ini untuk menguji kredibilitas responden. Hal ini dilakukan jika pewawancara menganggap jawaban-jawaban
sebenarnya tidak konsisten. Pertanyaan dimulai dari yang paling ringan hingga yang paling sensitif.

1. Nouring atau kebiasaan


Adalah proses mengenali perilaku sebelum melontarkan pertanyaan kritis. Pertanyaan dirancang untuk mendapatkan
reaksi verbal atau tidak verbal dari responden. Kemudian pewawancara menguji reaksi yang timbul dengan hati-hati,
meliputi:
• Gunakan indera mata, pandang, dan pendengaran untuk mengamati
• Jangan menatap atau meminta perhatian atas tanda-tanda perilaku yang ditunjukkan.
• Cermati badan responden secara menyeluruh
• Amati kejadian dan konsistensi perilaku
• Catat perilaku yang tidak biasa.
Berdasarkan reaksi dan pertanyan ujian, pewawancara mempertimbangkan jawaban verbal dan nonverbal secara
bersamaan unuk memutuskan masukketahap mencari pengakuan.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
3. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Menguji (Assessment Questions)

2. Physiology of Deception
Orang berbohong demi salah satu alasan : mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman.
Beberapa isyarat verbal bahwa responden berbohong adalah :

h. Menghindari kata-kata yang sensitif (memperhalus kata


a. Berubahnya nada bicara
yang sama maknanya)
b. Menjawab dengan pertanyaan dengan pertanyaan
i. Mencari alasan
c. Meminta pengulangan pertanyaan
j. Menolak menunjuk keterlibatan orang lain
d. Kadar penyangkalan melemah
k. Bersumpah
e. Mengomentari hal-hal yang berhubungan dengan
l. Sikap toleran atas suatu kecurangan
wawancara.
m.Menunjuk kesaksian orang lain
f. Gagal menyangkal
n. Cenderung memperpanjang wawancara
g. Lancar menjawab pertanyaan yang tidak signifikan tetapi
o. Menunjukkan ketidakpedulian
lupa akan hal-hal penting

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
3. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Menguji (Assessment Questions)

2. Physiology of Deception
Beberapa isyarat non verbal bahwa responden berbohong adalah :
1. Gelisah, mengubah posisi duduk
2. Respon/ekspresi anatomi seperti denyut jantung meningkat, gemetar
3. Gerakan tangan pada waktu berbicara dapat meningkat atau menurun.
4. Tangan menutupi mulut
5. Mempermainkan benda-benda disekitarnya seperti pena, saputangan
6. Mengalihkan pandangan dari pewawancara
7. Menghilangkan kekakuan anggota tubuh
8. Berulang kali memperhatikan bukti atau dokumen yang diperlihatkan pewawancara

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
4. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Memperoleh Pengakuan (Admission Seeking Questions)

Pertanyaan ini bertujuan untuk:


• Untuk membedakan pihak yang bersalah dengan yang tidak. Seseorang yang bersalah akan banyak
melakukan pengakuan sebaliknya seorang yang tidak bersalah akan membantah kecuali saat ia
berada di bawah ancaman atau paksaan.
• Untuk memperoleh pengakuan yang sah. Pengakuan yang diakui sah menurut hukum adalah
pengakuan yang diperoleh secara sukarela.
• Untuk memperoleh pengesahan dari terdakwa. Meskipun pengakuan lisan memiliki derajat yang
sama dalam hukum namun pengakuan tertulis memiliki nilai lebih.
Pewawancara seharusnya mengajukan pertanyaan dakwaan/tuduhan atau pertanyaan yang bertujuan
mendapatkan pengakuan hanya pada saat dimana cukup alasan bahwa pihak yang diinterview benar-
benar telah malakukan tindakan seperti yang ditanyakan.
.
Deputi Bidang Investigasi
C. Teknik Wawancara Kognitif

1 • Fase Narasi

2 • Fase Menggali Informasi yang Spesifik


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Fase Narasi

1. Merekonstruksi suatu kejadian dan hal-hal yang


berhubungan dengan kejadian tersebut.
4 langkah utama dalam fase ini Tujuannya adalah untuk membawa saksi kembali kedalam
yaitu : situasi, sehingga dia akan dengan semangat mengingat
bentangan kejadian, selain itu langkah ini dapat
mengembalikan responden secara mental ke waktu
kejadian sehingga dia akan mengingat kembali peristiwa
yang sedang berlangsung.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Fase Narasi

2. Menginstruksikan saksi mata untuk melaporkan segala


sesuatunya dengan lengkap
• Pewawancara mengarahkan saksi mata untuk menceritakan
4 langkah utama dalam fase ini kembali rincian dan informasi terakhir secara lengkap. Terkadang
yaitu : saksi akan merasa bahwa tidak perlu menyampaikan suatu
informasi karena dia merasa tidak relevan.
• Detail-detail kecil yang diingat oleh responden selama
wawancara mungkin tidak secara langsung bermanfaat, tetapi hal
tersebut penting dalam membantu responden mengingat kejadian-
kejadian secara deskriptif dan menyeluruh. 

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Fase Narasi

3. Mengingat kembali kejadian dalam bentuk yang berbeda


Geiselman percaya bahwa menceritakan kembali kejadian dalam
bentuk yang berbeda akan mengarahkan saksi supaya bebas dalam
4 langkah utama dalam fase ini menceritakan kejadian secara lengkap.
yaitu : 4. Mengubah Perspektif
Auditor seharusnya mengarahkan saksi untuk menggambarkan kembali
skenario dan mengasumsikan pada posisi yang berbeda dalam situasi.
Saksi dapat diminta untuk berpura-pura menjadi orang lain yang juga
mengetahui kejadian tersebut dan menceritakannya dalam perspektif
orang tersebut.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
2. Fase Menggali Informasi yang Spesifik

1. Penampilan Fisik
Auditor dapat menggali informasi detail tentang kejadian dengan
Geiselman dan rekannya bertanya pada saksi untuk menggambarkan fisik tersangka.
membangun 5 kategori untuk Misal, baju yang dipakai tersangka, cara jalan tersangka, dll.
informasi yang spesifik dari 2. Nama
saksi, yaitu :
Auditor dapat menanyakan nama-nama tersangka atau orang lain
yang berbicara selama kejadian jika saksi lupa, Auditor dapat
memacu saksi untuk mengingat huruf pertama nama tersangka.

Deputi Bidang Investigasi


C. Jenis-Jenis Pertanyaan
2. Fase Menggali Informasi yang Spesifik

3. Jumlah
Jika saksi dapat menyebutkan huruf pertama nama tersangka, Auditor
seharusnya bertanya kepada saksi berapa huruf kira-kira nama
tersangka.

Geiselman dan rekannya 4. Karakter Bicara


membangun 5 kategori untuk Auditor dapat juga bertanya kepada saksi apa tipe dari karakter bicara
informasi yang spesifik dari tersangka. Apakah tersangka mempunyai aksen khusus, suara yang
saksi, yaitu : tidak biasa atau kata-kata yang suka diulang-ulang selama kejadian.

5. Percakapan
Saksi seharusnya ditanyai adakah sesuatu yang tersangka atau saksi lain
katakan yang kemudian menimbulkan respon yang tidak biasa.

Deputi Bidang Investigasi

Anda mungkin juga menyukai