PERTEMUAN 10
Wawancara dan Interogasi
10.3 Wawancara
Melalui analisis dan pengamatan yang tajam, beberapa fakta memungkinkan
pemeriksa membuat sketsa awal dari fraud yang diduga terjadi. Sketsa awal ini
dikembangkan, didalami, dan diperluas dengan wawancara. Wawancara harus
dimulai dari orang-orang yang diduga paling kecil menjadi pelaku atau ikut serta
dalam melakukan fraud, dilanjutkan dengan orang-orang yang karena alasan pribadi
ingin menjadi whistleblower dan diakhiri dengan mereka yang diduga menjadi
perencana atau otak dari tindak pidananya.Sewaktu mewawancarai seseorang, catat
secara detail yang diberikannya tanpa menginterupsinya. Beri kesempatan seluas-
luasnya kepada orang yang diwawancarai untuk memberikan detail dari keterangan
yang diberikannya dengan caranya. Wawancara secara formal dan interogasi
dilakukan dalam suasana yang menjamin privacy seseorang; yang ada dalam ruang
wawancara hanyalah investigoator dan yang diwawancarai. Berikut saran-saran
untuk pengadaan ruang wawancara:
1. Ciptakan suasan privacy;
2. Pintu ruangan harusnya tidak berkunci dan tidak boleh ada penghalang
apapun;
3. Hilangkan segala sesuatu yang bisa mengganggu, seperti lukisan, hiasan
dinding, barang-barang kecil (kunci, stapler, klips dll), jendela dan hal lainnya
yang dianggap mengganggu;
4. Penerangan ruangan harus cukup;
5. Minimalkan kebisingan apapun;
6. Kursi antara investigator dan orang yang diwawancarai berjarak sekitar satu
setengah meter, mereka harus berhadapan dan tidak terhalang oleh benda
apapun;
7. Denah ruang wawancara yang berbeda untuk keperluan yang berbeda.
Interogasi
Interogasi bersifat menuduh; dari pandangan investigator, tersangka ini bersalah
meskipun seseorang dalam pengertian hukum dianggap bersalah kalau sudah ada
ketetapan hakim mengenai hal yang bersifat tetap. Terdapat langkah-langkah dalam
proses interogasi, antara lain:
1) Langkah 1 – Direct, Positive Confrontation.
Tanpa ragu sedikitpun, investigator “menembakkan” sangkaannya secara
langsung (direct). Investigator mengkonfrontasi tersangka secara tegas (positive
confrontation), sebaiknya dalam posisi berdiri. Kegiatan investigator ini akan
menciptakan suatu keheningan yang disengaja yan disebut behavioral pause
atau jeda perilaku.
Tujuan jeda perilaku ini adalah mengevaluasi tanggapan verbal dan nonverbal si
tersangka terhadap direct positive confrontation. Tanggapan verbal dan
nonverbal dalam jeda perilaku memberi: petunjuk kepada investigator apakah
tersangka salah atau tidak; dan insight (kemampuan untuk melihat dan mengerti
secara tajam) mengenai bagaimana investigator harus melanjutkan
investigasinya.
2) Langkah 2 – Interrogation Theme.
Langkah kedua ini sebenarnya memperkuat pembenaran yang sudah dibuat
tersangka. Tersangka yang bersalah akan mendengarkan theme ini dengan
seksama, sebaliknya tersangka yang tidak bersalah tidak pernah memikirkan
pembenaran untuk melakukan kejahatan itu.
Menyalahkan ingatan sendiri, seperti : “ ya, maklumlah, saya kan sudah tua….”,
sepanjang ingatan saya….., kalau tidak salah ingat ……., yang saya ketahui ….., saya
tidak ingat apakah……..,
Omission qualifier, yaitu ada freseologi yang mengindikasikan bahwa yang
bersangkutan menghilangkan sebagian jawabannya
Contoh : hampir tidak pernah……, tidak sering sih….., nggak juga sih……, nggak
ada yang penting sih……
Estimation phrases, contoh : “jawaban saya mengenai hal itu adalah, tidak” atau
“I would have to say, no”
Jawaban yang kadang-kadang justru mengandung kebohongan adalah seringkali
diembel-embeli dengna fraseologi tertentu untuk meningkatkan keyakinannya,
contoh : Demi Tuhan……, Aku bersumpah……, kukatakan sejujurnya……
Strategi lain untuk menekan perasaan cemas adalah memberikan pernyataan yang
kelihatannya mengingkari kepentingan pribadi, sebelum memulai dengan kalimat
yang berisi kebohongan, contoh : bukannya saya tidak mau menjawab pertanyaan
bapak, namun ………….(yang bersangkutan memang tidak menjawab pertanyaan);
saya tidak bermaksud menyalahkan siapa-siapa, tapi……….( tapi selanjutnya yang
bersangkutan menyalahkan orang lain).
Ada juga usaha yang dilakukan untuk dapat berbohong yang meyakinkan, tentunya
yang bersangkutan akan menghafal jawaban atas pertanyaan seperti layaknya
menghafal skenario dalam sinetron. Nah, untuk menghadapi Verbal behavior yang
terlatih tersebut biasanya menggunakan :
Noncontracted denial, dalam bahasa inggris orang bisa mengatakan I don’t, I didn’t,
I wasn’t (disebut contracted: karena bentuk pendek atau terpotong) atau bisa juga I
do not, I did not, I was not (disebut noncontracted). Apabila jawaban pertanyaan
selalu menggunakan noncontracted dan diulang-ulang, maka besar kemungkinan dia
berbohong yang terlatih.
Rangkuman
Wawancara bersifat netral, tidak menuduh. Ini perbedaan utama antara wawancara
dan interogasi, sedangkan Interogasi bersifat menuduh. Interogasi dilakukan dengan
persuasi yang aktif. Tujuan interogasi adalah mengetahui yang sebenarnya, artinya
apa yang sebenarnya terjadi, siapa yang sebenarnya melakukan, berapa jumlah atau
nilai fraud sebenarnya, dan seterusnya.
Latihan