NIM : 12030120420032
Wawancara/Interview
Wawancara adalah bagian penting dari penyelidikan dan pemeriksaan yang berkualitas.
Penting untuk melakukan dialog awal dengan seseorang yang memiliki pengetahuan yang cukup
tentang bidang minat. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh dan mengembangkan
informasi. Ini memberikan petunjuk dalam mengembangkan sebuah kasus. Pemeriksa dapat
bertemu dan berbicara dengan dan mengevaluasi saksi atau korban. Pewawancara harus
merencanakan secara efektif sebelumnya, mendekati sesi dengan berbagai alat dan taktik untuk
dipilih, mengikuti garis pertanyaan, mengevaluasi keefektifannya saat wawancara berlangsung,
dan, jika perlu, bergerak dengan mulus ke pendekatan baru. Wawancara yang efektif lebih dari
sekadar latihan analitis yang dijalankan dengan baik; itu membutuhkan kepekaan yang besar
terhadap perasaan dan pikiran subjek. Keterampilan wawancara harus dikembangkan. Cara terbaik
untuk mengembangkannya adalah dengan duduk bersama atau mengamati pewawancara
berpengalaman di tempat kerja. Beberapa kursus memberikan pelatihan yang sangat baik dalam
melakukan wawancara, tetapi sama seperti belajar mengemudikan kendaraan membutuhkan waktu
perjalanan yang cukup lama, demikian pula wawancara memerlukan wawancara dengan mentor
berpengalaman yang dekat. Setelah wawancara, pewawancara harus mengkritik bagaimana
kelanjutannya, meringkas apa yang dipelajari, fokus pada apa yang bisa dipelajari lebih cepat,
meninjau di mana pertanyaan mengalir dengan lancar dan di mana mereka mengganggu aliran,
mencatat petunjuk apa yang dikembangkan, dan mendiskusikan setiap pertanyaan kunci yang tidak
terjawab atau, lebih buruk lagi, tidak ditanyakan.
Jenis Saksi
1. Saksi Kooperatif
Saksi kooperatif bersedia memberikan keterangan. Apalagi jika dia juga menjadi korban.
Namun, saksi yang kooperatif tidak hanya memberikan fakta, tetapi juga
mencampuradukkannya dengan opini. Kadang-kadang, saksi kooperatif menginginkan
sesuatu sebagai imbalan untuk alasan apa pun. Mereka harus dievaluasi dengan sangat
cermat. Mereka mungkin bukan saksi yang cocok di tempat saksi karena bias dan
kurangnya objektivitas.
2. Saksi Netral
Saksi-saksi yang netral tidak atau kurang tertarik dengan kasus ini. Meskipun mereka
menjadi saksi terbaik, mereka tidak selalu memberikan semua bukti yang diperlukan.
3. Saksi Bermusuhan
Saksi yang bermusuhan lebih sulit untuk diwawancarai oleh pemeriksa. Seorang saksi yang
berbohong atau menjadi tidak kooperatif atau mengelak dapat menunjukkan niat tidak jujur
atau memiliki hubungan dekat dengan subjek yang diselidiki. Wawancara harus dilakukan
secara professional dan dengan tingkat formalitas yang tinggi. Wawancara harus dimulai
dengan identifikasi saksi dan kemudian identifikasi subjek. Saksi yang bermusuhan dapat
dilunakkan jika dia tidak dituduh, meskipun buktinya jelas dan meyakinkan. Pemeriksa
harus membiarkan saksi memiliki "keluar" atau menawarkan alasan untuk perilakunya.
Hadiah untuk kerja sama atau hukuman karena tidak kooperatif harus ditunjukkan. Dalam
keadaan apa pun pemeriksa tidak boleh membuat janji atau jaminan apa pun. Pemeriksa
tidak boleh mengungkapkan pengetahuannya atau kekurangannya kepada saksi.
Merencanakan Wawancara
Perencanaan wawancara yang tepat adalah penting. Pemeriksa harus memiliki gambaran
umum tentang apa yang diketahui saksi, apa yang dapat dia berikan, dan hubungannya dengan
subjek. Sebelum wawancara apapun, pemeriksa harus meninjau semua informasi dan data yang
berkaitan dengan kasus tersebut. Informasi tersebut dapat dibagi menjadi tiga kategori umum:
Saksi atau subjek harus menjawab dengan lengkap pertanyaan-pertanyaan dasar berikut
ini:
1) Siapa. Identifikasi lengkap harus dibuat dari semua orang yang dirujuk. Ini termasuk
deskripsi, alamat, alias, “berdagang sebagai”, “juga dikenal sebagai”,
kewarganegaraan, reputasi, dan rekanan.
2) Apa. Rincian lengkap tentang apa yang terjadi. Pertanyaan harus berhubungan dengan
peristiwa, metode, dan sistem. Jawaban yang lengkap harus dikembangkan. Lacak
peristiwa dari awal hingga penghentian akhirnya.
3) Di mana. Rincian lengkap mengenai catatan dan urusan keuangan, termasuk lokasi,
saksi, klien, pelanggan, dan sejenisnya.
Pemeriksa harus menyiapkan file yang hanya berisi data atau informasi, disusun dalam
urutan yang akan dibahas atau dicakup dalam wawancara. Pemeriksa harus menentukan maksud
atau tujuan dari pertanyaan. Garis besar harus hanya berisi informasi yang relevan dan material
termasuk desas-desus. Garis besar wawancara harus mencakup setidaknya:
Melakukan Wawancara
Membangun komunikasi yang baik dengan saksi dalam wawancara awal sangat penting
karena memberikan kesempatan untuk memperoleh informasi, yang mungkin tidak tersedia di
kemudian hari. Saran-saran berikut akan membantu pemeriksa menindaklanjuti dan memperoleh
jawaban yang lengkap dan akurat:
1. Gunakan pertanyaan singkat terbatas pada satu topik yang dapat dipahami dengan jelas dan
mudah.
2. Ajukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban naratif; hindari jawaban "ya" dan "tidak" bila
memungkinkan.
3. Menanyakan kepada saksi tentang bagaimana ia mengetahui apa yang dinyatakan sebagai
fakta. Subjek juga harus diminta untuk memberikan dasar faktual untuk setiap kesimpulan
yang dinyatakan.
4. Bila memungkinkan, hindari pertanyaan yang menyarankan bagian dari jawaban —
pertanyaan yang mengarah.
5. Waspada agar saksi tidak berkeliaran tanpa tujuan. Jika memungkinkan, memerlukan
tanggapan langsung.
6. Cegah saksi agar tidak membawa Anda jauh-jauh. Jangan biarkan saksi mencampuradukkan
masalah dan membiarkan pertanyaan mendasar tidak terjawab.
7. Berkonsentrasilah lebih pada jawaban daripada pertanyaan berikutnya.
Jenis Wawancara