Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK WAWANCARA INVESTIGASI

M. Asep Maksum, M.Si.*)


Abstract
Forestry crime enforcement is often considered less effective and not able to capture the
main actor offenders. One of the causes of the lack of effective law enforcement efforts is
because the investigation was ineffective and not well targeted. PEACE Model is an
investigative interviewing techniques that have been used globally, and meet the standards
of human rights protection. This model describes the steps in conducting an effective
investigation interview from preparation to evaluation.
Keywords: law enforcement, PEACE Model
PENDAHULUAN
Penegakan hukum pelanggaran kehutanan di Indonesia saat ini dinilai sering menghadapi
jalan terjal, selain tidak sedikitnya kasus yang tidak berlanjut hingga ke pengadilan, untuk
kasus yang diproses ke meja hijau pun terkadang vonisnya dinilai terlalu ringan, jika
dibandingkan dengan kerusakan yang telah diakibatkannya. Dalam Rencana Strategis
Kementerian Kehutanan Tahun 2009 sd. 2014 disebutkan untuk kegiatan pro justisia, dalam
kurun waktu tahun 2005-2009 telah dilakukan penyidikan terhadap 4.306 kasus pelanggaran
hukum yang berupa tindakan illegal logging, perambahan, perdagangan illegal tumbuhan
dan satwa liar (TSL), kebakaran, dan penambangan illegal. Sebanyak 2.037 kasus telah
dilimpahkan pengadilan dengan status berkas lengkap (P.21). Sedangkan vonis pengadilan
telah dijatuhkan terhadap 1.089 kasus. Khusus penanganan kasus illegal logging, dari tahun
20052009 terdapat 3.260 kasus, diantaranya baru 1.578 kasus yang sudah berstatus
berkas lengkap (P. 21) dan telah dilimpahkan ke pengadilan, dimana hanya 798 kasus yang
telah mendapatkan vonis pengadilan.
Selain minimnya putusan bersalah terhadap pelaku kejahatan kehutanan, hasil penelitian
ICW di tahun 2009 juga menunjukkan bahwa pelaku kejahatan yang diputus bersalah oleh
hakim, umumnya merupakan pelaku lapangan (misalnya supir pengangkut kayu illegal,
mandor, pemanen kayu). Hal ini menunjukkan bahwa para cukong, pemegang modal,
pejabat yang terlibat serta aktor intelektual dari kasus-kasus itu tidak terungkap, apalagi
dihukum.
Dengan penguasaan teknik wawancara investigasi yang baik, diharapkan upaya penegakan
hukum dapat terlaksana lebih efektif, khususnya dalam menjaring pelaku-pelaku utama (inti)
kejahatan kehutanan, sehingga hukum dapat berjalan dengan lebih adil.
ETIKA DAN PRINSIP WAWANCARA INVESTIGATIF
Semua wawancara harus dilakukan dengan cara yang adil dan etis, sesuai dengan standar
internasional tentang Hak Asasi Manusia. Orang-orang yang rentan karena alasan
1

disabilitas atau usia, ras, agama atau variabel lain harus diperlakukan dengan pertimbangan
khusus.
Hak asasi manusia terkait proses pemeriksaan adalah:

Melarang Penyiksaan

Hak atas Kemerdekaan

Hak atas peradilan yang adil

Menghormati kehidupan pribadi & keluarga

Melarang diskriminasi

Enam prinsip yang harus diperhatikan dalam wawancara investigatif adalah:


1. Mencari Kebenaran. Peran wawancara investigasi adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat dan terpercaya dari tersangka, saksi atau korban untuk menemukan
kebenaran tentang insiden yang diinvestigasi.
2. Tetap Berpikiran Terbuka. Wawancara investigasi harus dilakukan dengan pikiran
terbuka. Informasi yang diperoleh dari orang yang diwawancara harus selalu diujikan
terhadap apa yang telah diketahui petugas atau terhadap apa yang telah sebelumnya
diketahui secara masuk akal.
3. Keadilan. Pada saat menanyai siapapun, pewawancara harus berlaku adil dalam situasi
apapun pada masing-masing kasus.
4. Hak Mengajukan Pertanyaan. Pewawancara yang mewawancarai tidak harus menerima
jawaban pertama yang diberikan. Diperkenankan mengajukan pertanyaan berulangulang untuk penegasan dan konfirmasi
5. Tidak terikat untuk menerima jawaban pertama kali yang diberikan. Pada saat tersangka
menggunakan haknya untuk diam, pewawancara tetap memiliki hak untuk mengajukan
pertanyaan. Pada saat melakukan wawancara, pewawancara bebas untuk menanyakan
pertanyaan untuk mencari kebenaran; kecuali untuk korban anak-anak pada kejahatan
seksual atau penyiksaan, yang hasilnya akan digunakan dalam persidangan pidana,
mereka tidak dibatasi oleh peraturan yang diberlakukan bagi lawyers di pengadilan.
6. Orang yang rentan karena alasan disabilitas atau usia, ras, agama atau variabel lain,
baik saksi maupun tersangka, harus selalu diperlakukan dengan pertimbangan tertentu.
WAWANCARA INVESTIGATIF MODEL PEACE
Wawancara investigatif model PEACE telah digunakan selama lebih dari satu dekade dan
dirancang untuk memaksimalkan hasil bukti dari wawancara. Model ini digunakan sebagai
praktik terbaik pada berbagai yurisdiksi, termasuk wawancara anti-korupsi di Inggris,
Australia dan Selandia Baru
Meskipun awalnya prinsip-prinsip wawancara investigasi model PEACE dirancang sebagai
alat investigasi yang digunakan lembaga penegak hukum, prinsip-prinsip ini dapat
2

diterapkan di semua situasi wawancara, terlepas apakah yang diwawancara adalah pelapor,
saksi atau tersangka.
PEACE adalah akronim (singkatan) dari:

Planning and preparation (Perencanaan dan persiapan)

Engage and explain (Memulai interaksi dan menjelaskan)

Account (Pernyataan)

Closure (Penutup)

Evaluation (Evaluasi)

Tahap-tahap di atas menunjukkan proses wawancara keseluruhan dan memberikan


kerangka kerja wawancara yang dapat digunakan pewawancara dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi wawancara dengan cara yang memaksimalkan hasil bukti.
Wawancara investigatif dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan andal dari
pelapor, saksi atau tersangka dalam kaitannya dengan masalah yang sedang disidik/diteliti.
TAHAP I PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
Pewawancara perlu merencanakan dan mempersiapkan sebaik mungkin ketika dihadapkan
dengan situasi wawancara. Apakah wawancara tersebut berupa percakapan informal
dengan saksi, wawancara telepon atau wawancara tersangka yang sifatnya formal,
perencanaan dan persiapan yang tidak memadai dapat berdampak negatif terhadap kasus.
Faktor-faktor seperti beban kerja, kendala waktu dan ketersediaan staf kan cukup memakan
waktu yang kita miliki dalam merencanakan dan mempersiapkan diri untuk setiap
wawancara.
Namun, pewawancara harus memahami bahwa gagal merencanakan dapat ditafsirkan
sebagai berencana untuk gagal.
Dalam tahap ini pewawancara harus:

Mendapatkan informasi latar belakang kasus

Mencari tahu bagaimana orang yang diwawancarai terlibat ke dalam kasus

Menyelidiki latar belakang orang yang diwawancarai

Bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain untuk membangun latar belakang

Membuat penilaian penuh terhadap faktor prosedural, legislatif dan administratif

Yang paling penting: Lakukan segala sesuatu untuk memastikan informasi yang didapat
selama wawancara diperoleh secara adil dan etis dengan memperhatikan aturan
pembuktian, prosedur organisasi dan Hak Asasi Manusia.

Hal-hal yang juga penting untuk dipertimbangkan sebelum melakukan wawancara:


Waktu yang Tepat
3

Tempat yang Tepat

Orang yang Tepat

TAHAP II MEMULAI INTERAKSI DAN MENJELASKAN


Secara singkat, hal penting untuk dilakukan dalam tahap ini adalah:

Membangun dan memelihara hubungan baik

Memperkenalkan mereka yang terlibat dalam wawancara dan peran mereka.

Menjelaskan maksud dari wawancara.

Menjelaskan prosedur yang akan diadopsi

Memenuhi persyaratan hukum dan administrasi

Memberi kesempatan bertanya dan menjawab semua pertanyaan


Membangun dan memelihara hubungan baik yang efektif dengan orang yang diwawancarai
akan menciptakan rasa saling percaya. Berlaku sopan dan menunjukkan tata karma dan
memahami

orang yang diwawancarai tidak memerlukan biaya tetapi dapat menjamin

keberhasilan wawancara. Sikap profesional dan tidak menghakimi sangat berpotensi


meningkatkan peluang terjadinya wawancara yang produktif.
TAHAP III PERNYATAAN
Tahap pernyataan merupakan bagian utama dari wawancara. Ada dua teknik yang dapat
digunakan pada tahap ini, yakni model Free Recall atau Ingatan Bebas dan Manajemen
Percakapan. Pemilihan model tergantung pada kerjasama yang ditunjukkan oleh orang
yang diwawancarai dan karakteristik khusus dari wawancara.
Model Free Recall atau Ingatan Bebas
Model ini dapat diterapkan pada terwawancara (khususnya pelapor atau saksi) yang
kooperatif. Dalam model ini, orang yang diwawancarai diminta untuk menyampaikan apaapa yang mereka ingat selama memberikan pernyataan yang menyertakan sebanyak dan
serinci mungkin informasi tanpa disela.
Pernyataan tersebut kemudian dapat dikelompokkan menjadi sejumlah area atau tujuan
topik dan ingat lebih lanjut mengingatkan tentang suatu peristiwa, sistem atau proses.
Tingkat konteks yang dipertimbangkan saat menempatkan orang yang diwawancarai untuk
flashback pada ingatan mereka di suatu tempat atau waktu ketika suatu peristiwa terjadi
tergantung pada sejauh mana rincian informasi diperlukan dalam pernyataan yang diselidiki.
Setelah konteksnya ditetapkan yang dapat mencakup penyusunan rencana sketsa, jika
diperlukan, ingatan bebas yang lakukan tanpa disela harus didapatkan dari orang yang
diwawancarai dan langkah-langkah harus diambil untuk menguraikan pernyataan yang

disampaikan ke dalam sejumlah area tujuan atau topik. Timeline akan sangat berguna untuk
menggambarkan proses ini.
Orang yang diwawancarai kemudian dibawa secara sistematis untuk melihat setiap area dari
pernyataan mereka dan diminta untuk kembeli mengingat dengan lebih bebas lagi tentang
setiap topik atau tujuan sebelum pewawancara melakukan investigasi mendalam atas setiap
area.
Keterampilan menyimak secara aktif harus digunakan pada keadaan tersebut agar dapat
membuat penilaian kritis atas apa yang disampaikan. Aliran pernyataan dapat ditingkatkan
dengan menggunakan pertanyaan terbuka yang secara hati-hati diutarakan dan
penggunaan strategi diam apabila dianggap tepat.
Pewawancara harus berhati-hati dalam menanyakan lebih lanjut tentang pernyataan orang
yang diwawancarai itu tanpa menanamkan informasi yang sebelumnya tidak disebutkan
sampai saat itu.
Setelah orang yang diwawancarai menyelesaikan pernyataannya, pewawancara dapat
beralih ke poin selanjutnya pada agendanya dan mengajukan pernyataan-pernyataan
menyelidik sekali lagi secara kronologis yang mencakup tujuan pewawancara yang belum
muncul selama interogasi alami sejauh ini.
Area-area topik tersebut harus dibahas dalam urutan kronologis yang sama oleh
pewawancara, yang dimulai dengan pertanyaan terbuka yang kemudian didukung oleh
serangkaian pertanyaan menyelidik lebih lanjut sampai fakta yang relevan dalam masalah
dapat terbangun.
Setelah selesai dengan tahap pernyataan dalam wawancara, ringkasan isi wawancara harus
dibuat, sehingga memberikan kesempatan lebih lanjut bagi saksi untuk memverifikasi,
menarik kembali atau memperbaiki apa yang mungkin telah diungkapkan. Setelah
pernyataan dikonfirmasi, pernyataan saksi formal dapat memulai dirumuskan, jika
diperlukan.
Model Manajemen Percakapan
Dalam hal terwawancara (khususnya tersangka atau saksi tertentu) kemungkinan kurang
sepenuhnya bekerja sama, misalnya terwawancara terlihat menyembunyikan informasi
ataupun terindikasi menyampaikan pernyataan bohong, maka model ini dapat diterapkan.
Tahap Pernyataan selama wawancara dengan tersangka harus dimulai dengan pertanyaan
terbuka dan pada saat itu sifat tuduhan dapat diungkapkan kepada tersangka. Salah satu
contohnya adalah,
Ada dugaan bahwa [tuduhan tersebut], apa yang bisa Anda ceritakan tentang hal itu?
Pertanyaan terbuka dirancang untuk membuat tersangka memberikan tanggapan terhadap
dugaan yang dituduhkan. Teknik ini dapat mengidentifikasi sejumlah tujuan orang yang
5

diwawancarai yang dapat dikelompokkan dan ditangani secara kronologis. Masing-masing


tujuan harus diperkenalkan dan diperiksa oleh pewawancara utama sebelum pewawancara
kedua diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan jika diperlukan.
Wawancara harus mengalir secara sistematis dan sedemikian rupa untuk memudahkan
orang diwawancarai. Orang yang diwawancarai harus terus didorong untuk berbicara
dengan menggunakan pertanyaan terbuka, tetapi kontrol atau manajemen percakapan jelas
terletak pada pewawancara utama. Perencanaan yang semakin baik akan memastikan
pewawancara memiliki gambaran yang jelas mengenai jalannya percakapan dan parameter
dari area topik yang beragam.
Sepanjang wawancara, anomali mungkin terjadi ketika diwawancara telah memberikan
informasi. Anomali tersebut harus diklarifikasi seperti halnya informasi lain dalam ringkasan
tujuan itu, sebelum pewawancara mengarah ke tujuan berikutnya.
Kemampuan

menangani

anomali

pada

saat

itu

tanpa

menarik

perhatian

atas

keberadaannya memastikan hubungan yang baik tetap dapat dipertahankan dengan


tersangka dan informasi lebih lanjut dapat terus diperoleh selama percakapan berlangsung.
Sekarang wawancara dapat dilanjutkan ke tahap 'mempertanyakan' dan di tahap ini setiap
anomali dapat dibicarakan dengan orang diwawancarai.
Mempertanyakan pernyataan tersangka selalu berpotensi menjadi percakapan yang
konfrontatif. Pewawancara harus berhati-hati untuk mempertahankan person profesional
dan mengangkat setiap anomali dengan cara yang tidak menghakimi dan tidak memihak.
Meskipun terdapat inkonsistensi yang jelas pada pernyataan tersangka, wawancara
harus tetap menjadi upaya mencari kebenaran dan tidak lebih dari itu.
TAHAP IV PENUTUP

Tahap keempat model PEACE dari wawancara investigatif adalah penutup. Setelah puas
bahwa tujuan wawancara telah dipenuhi sejauh hal itu praktis, pewawancara harus
mempersiapkan diri untuk menutup wawancara
Tahap penutup harus melalui kegiatan berikut:
Merangkum poin utama dan memberikan orang yang diwawancarai kesempatan untuk
menambah atau mengklarifikasi apa-apa yang telah dikatakan

Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab semua pertanyaan.

Melengkapi semua prosedur administrasi penutupan sejalan dengan kebijakan


organisasi.

Memberikan garis besar tindakan / jadwal di masa mendatang jika memang sudah
diketahui

Menjaga hubungan baik

Memberikan rincian kontak kepada orang yang diwawancarai


6

Mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasama orang yang diwawancarai
TAHAP V EVALUASI
Evaluasi kinerja tim wawancara dan penilaian dampak setiap informasi baru pada kasus
secara keseluruhan perlu dilakukan. Saat ini, serangkaian pernyataan untuk topik yang baru
dapat diidentifikasi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap evaluasi:

Meninjau informasi yang diperoleh

Memutuskan informasi apa yang masih diperlukan

Memastikan Anda telah memenuhi tujuan Anda

Menganalisis

secara

kritis

apa

yang

sekarang

diketahui

dalam

konteks

pewawancaraan yang lebih luas

Memastikan apakah serangkaian pertanyaan baru telah diidentifikasi.

Mempertimbangkan seberapa baik kinerja Anda pada setiap tahap wawancara dengan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.

Mempertimbangkan bagaimana Anda bisa memperbaiki area kinerja yang dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2013. P.E.A.C.E. Investigative Interviewing Course Manual. Charles Sturt
University.
Ord, B, Shaw, G & Green, T, 2008. Investigative Interviewing Explained (2nd Ed). Australia:
LexisNexis Butterworths.
Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis
(RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014.
www.antikorupsi.org
*)

Penulis adalah Widayaiswara Muda BDK Bogor

Anda mungkin juga menyukai