Anda di halaman 1dari 36

OCTAVIANUS DIGDO HARTOMO

 Aksioma : asumsi dasar yg gamblang shg tdk


memerlukan pembuktian kebenarannya.
 3 aksioma dalam pemeriksaan fraud :
 Fraud selalu tersembunyi : perbuatan fraud tdk
nampak di permukaan atau mengandung tipuan
 Pembuktian Fraud secara timbal balik : asas
pembuktian terbalik
 Hanya pengadilan yang menetapkan bahwa fraud
benar terjadi, bukan pemeriksa fraud.
 Kemahiran pemeriksa menguasai konsep,
menarik kesimpulan dan menyampaikan
konsep2 penting sec sederhana pd hakim
 Langkah investigasi dalam fraud :
 Analisis data yg tersedia
 Ciptakan/kembangkan hipotesis berdasar analisis
 Uji hipotesis tersebut
 Perhalus/Ubah hipotesis berdasar hasil pengujian
sebelumnya
 Suatu investigasi hanya dimulai jika ada dasar
yang layak, yang disebut predication.
 Dengan landasar atau dasar predication ini,
maka investigator mereka-reka mengenai
apa, bagaimana dan pertanyaan lain ttg
fraud.
 Pada posisi tsb, investigator mulai
membangun teori fraud.
 Adalah keseluruhan peristiwa, keadaan saat
peristiwa itu dan segala hal yg terkait atau
berkaitan yg membawa seseorang yang cukup
terlatih dan berpengalaman dengan kehati
hatian yang memadai, kepada kesimpulan
bahwa fraud telah, sedang atau akan
berlangsung.
 Predication adalah dasar untuk memulai
investigasi
 Predication bisa berasal dari : laporan audit
internal, aduan, dan temuan audit umum.
 BPK menemukan sebelas indikasi penyimpangan dalam
proyek Hambalang yang menghebohkan itu.
 Temuan BPK tersebut berdasarkan audit investigasi yang
dimulai pada 27 Februari 2012. Dari hasil pemeriksaan, BPK
menyebutkan potensi kerugian negara atas proyek tersebut
mencapai Rp 243,6 miliar.
 Ketua BPK Hadi Poernomo mengatakan, hasil audit proyek
Hambalang ini berdasarkan standar pemeriksaan keuangan
negara (SPKN) dan tidak terdapat intervensi dalam proses
pemeriksaan maupun penyusunan laporan hasil
pemeriksaannya
 1. Terkait surat keputusan hak pakai
 A. Kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN) menerbitkan
surat keputusan pemberian hak pakai tertanggal 6 Januari
2010 bagi Kementerian Pemuda dan Olahraga atas tanah
seluas 312.448 meter persegi di Desa Hambalang. Padahal,
persyaratan berupa surat pelepasan hak dari pemegang hak
sebelumnya diduga palsu.
 B. Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN atas perintah
Sestama BPN menyerahkan SK Hak Pakai bagi Kemenpora
kepada IM tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku
pemohon hak. Hal itu diduga melanggar Kep.Ka.BPN 1
tahun 2005 Jo Kep.Ka.BPN 1 tahun 2010.
2. Terkait lokasi dan site plan
 Bupati Bogor menandatangani site plan meskipun Kemenpora
belum atau tidak melakukan studi amdal terhadap proyek
Hambalang sehingga diduga melanggar UU Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
serta Peraturan Bupati Bogor Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengesahan Master Plan, Site Plan, dan Peta Situasi.
 3. Terkait Izin Mendirikan Bangunan
Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor menerbitkan
IMB meskipun Kemenpora belum melakukan studi amdal
terhadap proyek Hambalang sehingga diduga melanggar Perda
Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang Bangunan
Gedung.
4. Tentang teknis
 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum memberikan pendapat teknis yang dimaksudkan dalam PMK
56/PMK.02/2010 tanpa memperoleh pendelegasian dari Menteri PU
sehingga diduga melanggar Peraturan Menteri PU Nomor 45/2007.
5. Terkait revisi Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)
 A. Sesmenpora mengajukan permohonan revisi RKA-KL tahun 2010 pada 16
November 2010 sehingga diduga melanggar PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK
180 /PMK. 02/2010.
 B. Sesmenpora mengajukan permohonan revisi RKA-KL tahun 2010 dengan
menyajikan volume keluaran yang seolah-olah naik dari semula 108.553
meter persegi menjadi 121.097 meter persegi. Padahal, sebenarnya turun
dari 108.533 meter persegi menjadi 100.398 meter persegi sehingga diduga
melanggar PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180 /PMK. 02/2010
 6. Terkait permohonan kontrak tahun jamak
 A. Sesmenpora menandatangani surat permohonan
persetujuan kontrak tahun jamak tanpa memperoleh
pendelegasian dari Menpora sehingga diduga melanggar
PMK 56/PMK.02/2010.
 B. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora dan tidak
melaksanakan pengendalian dan pengawasan sebagaimana
PP 60/2008.
 7. Terkait kontrak tahun jamak
 Menteri Keuangan menyetujui kontrak tahun jamak dan
Dirjen Anggaran menyelesaikan proses persetujuan kontrak
tahun jamak setelah melalui proses penelaah secara
berjenjang secara bersama-sama. Padahal, kontrak tahun
jamak itu diduga melanggar PMK 56/PMK.02/2010.
 Pelanggaran itu antara lain, tidak seluruh unit bangunan
yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan
dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran. Selain itu,
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tidak
diajukan oleh menteri. Terakhir, revisi RKA-KL Kemenpora
2010 yang menunjukkan kegiatan lebih dari satu tahun
anggaran belum ditandatangani oleh Dirjen Anggaran.
 8. Terkait persetujuan RKA-KL 2011
 Dirjen Anggaran menetapkan RKA-KL Kemenpora
tahun 2011 dengan skema tahun jamak sebelum
penetapan proyek tahun jamak disetujui. Dirjen
Anggaran diduga melanggar PMK 104
/PMK.02/2010.
 9. Terkait pelelangan
 A. Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai
kontrak di atas Rp 50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari
Menpora sehingga diduga melanggar Keppres 80 Tahun 2003.
 B. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang
Menpora tersebut dan tidak melaksanakan pengendalian dan
pengawasan seperti diatur dalam PP 60 Tahun 2008.
 C. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon
rekanan tidak dilakukan oleh panitia pengadaan, tetapi diatur oleh
rekanan yang direncanakan akan menang. Hal itu diduga melanggar
Keppres 80 Tahun 2003.
 D. Adanya rekayasa proses pelelangan pekerjaan kontruksi
pembangunan Hambalang untuk memenangkan kerja sama operasi
(KSO) berinisial AW.
 10. Terkait pencarian anggaran 2010
 Kabag Keuangan Kemenpora menandatangani dan
menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) meskipun
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) belum ditandatangani
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Hal itu diduga
melanggar PMK 134 /PMK. 06/2005 dan Perdirjen
Pembendaharaan Per-66/PB/ 2005.
 11. Terkait pelaksanaan perkerjaan konstruksi
 KSO AW mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamannya
kepada perusahaan lain sehingga diduga melanggar Keppres
80 Tahun 2002.
 Data yg banyak dari kotak 12.1 ( data aduan
dan keluhan) dan 12.2 (latar belakang)
dirangkum mengenai apa yg diduga terjadi
dan dikelompokkan dalam 5 circumstances :
 Kesepakatan yg dilanggar
 Missappropriation of assets
 Penipuan
 Too good to be true
 Conflict of interest
 Dengan predication, kita dapat membangun
teori fraud-nya dan dapat mengarahkan pada
pengumpulan bukti yang diperlukan.
 Dalam membangun teori fraud, harus
menerapkan 5 W dan 1 H ( apa, mengapa,
kapan, bagaimana, dimana dan siapa).
 Dapat ditambah 1 H lagi : How Much
 Sebagai teori kita memerlukan pembuktian
 Dalam investigasi, pemeriksa harus
mewawancarai banyak pihak, baik pihak yg
terlibat maupun pemberi informasi lain.
 Selain wawancara, juga ditelaah dokumen
atau catatan perush dan sumber lain
 Hasil wawancara dan telaah dirangkum, utk
dilihat siapa yg membantah/mengkonfirmasi
utk dibuat “ persesuaian” atau konsistensi
diantara bukti-bukti dan alat bukti
 Pemeriksa memusatkan perhatian pada
persesuaian keterangan, keterangan
tambahan yg masuk akan menguatkan atau
memperlemah hipotesis yg dibuat.
 Apabila melemahkan hipotesis, maka harus
pemeriksa memperbaiki hipotesisnya.
 Proses ini berjalan sampai persidangan,
dimana bukti ( evidence) diharapkan dapat
berubah menjadi alat bukti (proof)
 Penyelidikan : keg penyelidik utk mencari dan
menemukan suatu perbuatan yg diduga
merupakan tindak pidana  penyidikan
 Penyidikan : keg utk mencari dan
mengumpulkan bukti, sbg dasar utk membuat
terang tindak pidana dan menemukan
tersangkanya
 Penuntutan : tindakan jaksa utk melimpahkan
perkara ke PN, jika terdapat cukup bukti maka
segera dibuat surat dakwaan (+ berkas perkara)
 Pemeriksaan di sidang pengadilan : memeriksa
kembali bukti bukti yg diperoleh di tingkat
penyidikan (saksi, tersangka, ahli, surat +BB).
Hanya alat bukti yg sah yg dpt meyakinkan
hakim utk menentukan terdakwa salah/tdk
 Putusan pengadilan : harus didasarkan pd min 2
alat bukti yg sah. Hakim dapat memberi putusan
pemidanaan (bersalah), putusan bebas atau
putusan lepas dari segala tuntutan
 Upaya hukum : hak terdakwa utk menerima/
tdk menerima putusan pengadilan dlm
bentuk - banding, kasasi, dan peninjauan
kembali
 Pelaksanaan putusan pengadilan :
 Pengawasan thd putusan pengadilan
Ada tujuh teknik audir investigasi, yaitu :
 Memeriksa fisik (physical examination)
 Meminta konfirmasi (confirmation)
 Memeriksa dokumen (documentation)
 Reviu analitikal (analytic review atau analytical review)
 Menghitung kembali (reperformance)
 Mengamati (observation)
Dalam audit investigatif, teknik-teknik audit tersebut
bersifat eksploratif, mencari “wilayah garapan” atau
probing (misalnya dalam reviu analitikal) maupun
pendalaman (misalnyadalam confirmation dan
documentation)
KUNCI KEBERHASILAN
Kunci keberhasilan dari semua teknik investigasi yang dibahas dalam Bagian Ketiga
buku ini adalah :
1. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diinvestigasi
2. Kuasai dengan baik teknik-teknik investigasi
3. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih.
4. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang kita pilih.
MEMERIKSA FISIK DAN MENGAMATI
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai perhitungan
uang tunai, kertas berharga, persediaan barang, aktiva tetap dan barang berwujud
lainnya.
MEMINTA INFORMASI DAN KONFIRMASI
 Seperti dalam audit, juga dalam audit investigasi, permintaan informasi harus
dibarengi, diperkuat atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau
diperkuat dengan cara lain.
 Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diinvestigasi) untuk
menegaskan kebenaran / ketidakbenaran suatu informasi.
REVIU ANALITIKAL
Stringer dan Stewart mendefinisikan reviu analitikal sebagai a form of deducative
reasoning, sebagai suatu bentuk penalaran desuktif. Reviu analitikal meliputi perbandingan
antara data keuangan menurut catatan dengan apa yang wajarnya atau layaknya harus terjadi.

Betriebs Vergleich dan Zeit Vergleich

Betriebs Vergleich Zeit Vergleich


Membandingkan perusahaan yang kita Membandingkan perusahaan yang kita
investigasi dengan saingannya yang investigasi pada saat sekarang dengan hal
seukuran. yang sama di masa (Zeit) lalu.
Bisa mempunyai rata-rata industri yang Mencoba memahami bagaimana
handal. perusahaan yang kita investigasi ini
berbeda dengan msa lalunya dan mengapa.
Michael Porter memanfaatkan untuk Michael Porter memanfaatkan untuk
menganalisis kompetensi atau persaingan. menerangkan kesinambungan laba dari
suatu perusahaan
Membandingkan Anggaran dengan Realisasi
Membandingkan data anggaran dan realisasi dapat mengindikasikan adanya fraud. Yang
perlu dipahami adalah mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan anggaran
dan insentif (keuangan maupun non keuangan) yang terkandung dalam sistem anggaran.
Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center, pejabat tertentu menerima
intesif sesuai “keberhasilan” yang diukur dengan pelampauan anggaran.
Hubungan antara satu data keuangan dengan data keuangan lain
Beberapa akun, baik suatu maupun beberapa laporan keuangan, bisa mempunyai
keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk reviu analitikal. Contohnya, angka penjualan
dengan piutang dan persediaan rata-rata, angka penjualan dengan bonus bagian penjualan,
penghasilan bunga dengan saldo rata-rata tabungan.
Menggunakan data non keuangan
Inti dari reviu analiktikal adalah mengenal pola hubungan, relationship pattern. Pola
hubungan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan data keuangan lainnya,
pola hubungan non keuanganpun bisa bermacam-macam bentuknya.
Reviu analitikal dilakukan dengan hitungan cepat untuk menunjukkan keganjilan.
Regresi atau analisis Fraud
Dengan data histtorikal yang memadai (makin lama, makin baik), reviu analiktikal dapat
mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan grafiknya.
Menggunakan indikator ekonomi makro
Ada hubungan antara besarnya indikator pajak penghasilan yang diperoleh dalam suatu
tahun dengan indikator-indikator ekonomi, seperti inflasi, tingkat penggangguran, cadangan
devisa, indikator ekonomi negara-negara yang menjadi partner perdagangan Indonesia, harga
minyak mentah dan komoditi lain.
Kehandalan perumusan ekonometri akan membantu auditor atau investigator melalui data
agregat, tanpa harus memasuki pemeriksaan SPT sebagai langkah awal.
MENGHITUNG KEMBALI
Dalam investigasi, mencek kebenaran perhitungan, yang biasanya dilakukan oleh audit.
Biasanya diberikan kepada seorang yang mulai kerja sebagai auditor. Dalam investigasi,
umumnya didasarkan pada kontrak yang rumit, sudah terjadi perubahan dengan pejabat yang
berbeda.
Kedua teknik investigasi ini digunakan untuk menentukan penghasilan
kena pajak (PKP) yang belum dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-
nya.

1. NET WORTH METHOD


Penggunaannya diperluas untuk menemukan indikasi illegal income dari
organized crime seperti : Mafia, Triad dan lain-lain.

NET WORTH METHOD untuk Perpajakan


Diterima sebagai cara pembuktian tidak langsung, dasar penggunaannya
adalah kewajiban wajib pajak untuk melaporkan semua penghasilannya
(sebagaimana didefinisikan oleh UU) dalam tax return mereka.
NET WORTH METHOD untuk Organized Crime
Di indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk memerangi korupsi.
Ketentuan perundangannya sudah ada, yakni laporan mengenai
kekayaan
pejabat.

BEBERAPA CATATAN PENYIDIK DALAM MENERAPKAN NET WORTH


METHOD :
1. Rekaman
2. Penyimpanan uang tunai
3. Tambahan “penghasilan”
4. Pembalikan beban pembuktian
5. Catatan pembukuan
6. Penyidik kurang sabar
7. Pembuktian tidak langsung
8. Kejahatan lain
Expenditure method digunakkan untuk menentukan unreported taxable
income.metode
ini lebih cocok untuk para wajib pajak yang tidak mengumpulkan harta benda,tetapi
mempunyai pengeluaran mewah.implementasi expenditure seharusnya untuk kasus
kasus perpajakan apabila kondisi-kondisi tersebut sangat kuat atau dominan:
 Wajib pajak tidak menyelanggarakan pembukuan atau catatan
 Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia,misalnya karena terbakar
 Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai
 Wajib pajak menyembunyikan pembukuan
 Wajib pajak tidak mempunyai asset yang terlihat atau dapat diidentifikasi.
expenditure seharusnya digunakkan untuk kasus-kasus organized crime apabila
kondisi-kondisi berikut sangat kuat/dominan:
 Tersangka kelihatnya tidak membeli aset(rumah,tanah,saham,dll)
 Tersangka mempunyai gaya hidup mewah
 Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan
 Ilegal income harus ditentukan untuk menghitung denda,kerugian negara,dan
pungutan negara lainnya.
Follow the money mempunyai banyak peluang untuk digunakkan dalam
investigasi.
NALURI KEJAHATAN
Motive dalam fraud umumnya adalah mendapatkan uang.karena itu dalam mencari
pelaku,investigator menelusuri jejak-jejak uang ini.
FOLLOW THE MONEY DAN DATA MINING
Teknik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana.kesulitannya adalah datanya
yang sangat banyak dalam hitungan terabytes.kita tidak bisa mulai dengan
pelakunya,yang ingin kita lihat justru adanya pola-pola arus dana yang menuju ke
suatu tempat.
MATA UANG KEJAHATAN
Uang bukan merupakan mata uang kejahatan.misalnya intan berlian,minyak
bumi,pasir laut,ganja,dll.

Anda mungkin juga menyukai