Anda di halaman 1dari 10

Kertas Kerja Pemeriksaan (AUDITING)

BaB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien dengan
laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan publik.
Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti kertas
kerja, untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk
kepentingan pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA seksi 339
kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan
audit yang dihasilkan oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang
memperlihatkan : (a) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan
telah direncanakan dan supervisi dengan baik, (b) telah dilaksanakannya standar pekerjaan
lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan, dan
(c) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh,
prosedur pemeriksaan telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk mensyaratkan pendapat atas laporan keuangan
auditan.
Kertas kerja merupakan milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor.
Namun, hak pemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-
pembatasan yang diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia yang berlaku, untuk menghindarkan
penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor dalam hubungannnya dengan transaksi
perusahaan untuk tujuan yang tidak semestinya. Pengungkapan informasi yang tercantum dalam
kertas kerja kepada pihak ketiga dibatasi oleh Kode Etik Akuntan Indonesia Pasal 4 tentang
penjagaan kerahasiaan informasi yang diperoleh akuntan publik selama perikatan profesional.
Oleh karena itu kertas kerja disusun sebagai mana semestinya dan berdasarkan prosedur-prosedur
oleh kantor akuntan publik, dalam memudahkan auditor untuk melakukan audit dalam suatu
perusahaan atau instansi pemerintah. Itulah secara singkat tentang Kertas Kerja Pemeriksaan (Audit
working papers) yang secara keseluruhannya diatur dan dimiliki oleh Kantor Akuntan Publik.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
A) Tujuan
1. Memahami tentang Kertas Kerja Pemeriksaan yang digunakan oleh seorang Auditor berdasarkan
KAP.
2. Agar setiap Mahasiswa atau Pembaca yang ingin mempelajari tentang Kertas Kerja Pemeriksaan
dapat mengetahui Prosedur-prosedur atau tahapan dalam melakukan Pemeriksaan akuntansi
3. Sebagai wawasan tambahan dalam Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan.

B) Manfaat
1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam melakukan pemeriksaan akuntansi
2. Memudahkan Mahasiswa atau Pembaca dalam Mempelajari Auditing
3. Bahan acuan dan informasi tambahan kepada pembaca makalah ini yang mengkaji hal yang
relevan dengan topik makalah ini.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Seorang auditor bisa melakukan pemeriksaan dengan kertas kerja pemeriksaan sesuai dengan
KAP.
2. Beberapa tipe kertas kerja yang akan dibahas dalam makalah ini, tentunya mempunyai
keterikatan atau hubungan dalam proses penyusunan laporan keuangan

3. Kertas kerja pemeriksaan ini mempunyai kepemilikan akuntan publik seutuhnya.

4. Kertas kerja ini menyimpan kerahasiaan informasi yang diatur oleh Kode Etik Akuntans Indonesia

Bab Ii
Pembahasan

2.1 KONSEP KERTAS KERJA


2.1.1 Definisi Kertas Kerja
Kertas Kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contohnya kertas kerja adalah Program audit, hasil
pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi
klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau
diperoleh auditor. Kertas kerja dapat pula berupa data yang disimpan dalam pita magnetic, film,
atau media yang lain.(SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 03)
Kertas Kerja Pemeriksaan menurut Sukrisno Agoes adalah Semua berkas-berkas yang dikumpulkan
oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari:
1. Pihak Klien : Neraca Saldo (Trial balance), Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation), Analisis Umur
Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian
Utang, Rincian Beban Umum dan Administrasi, Rincian Beban Penjualan dan Surat Pernyataan
Langganan.
2. Analisis yang dibuat oleh Auditor : Berita Acara Kas (Cash Count Sheet), Pemahaman dan Evaluasi
Internal Control termasuk Internal Control Questionnaires, Analisis penarikan aktiva tetap, analisis
mengenai cukup tidaknya allowance forbad debts, working Balance Sheet (WBS), Working Profit
Loss
(WPL), Top Schedule, Supporting Schedule, Konsep Laporan Audit (konsep Audit report) dan
Management Letter.
3. Pihak Ketiga : Misalnya jawaban konfirmasi Piutang, Utang, Dari Bank, Dari penasihat hukum
perusahaan.
Dalam menjalankan pemeriksaanya (General Audit) KAP harus berpedoman kepada SPAP, khususnya
standard auditing, standard pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dan aturan
etika IAI Kantor Akuntan Publik. Semua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan
pemeriksaan harus didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan. Standar Pekerjaan lapangan
mengharuskan auditor melakukan perencanaan dan penyupervisian terhadap audit yang
dilaksanakan, memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, dan mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Kertas kerja merupakan sarana yang
digunakan oleh auditor untuk membuktikan bahwa standar pekerjaan lapangan tersebut dipatuhi.
Kertas kerja tidak hanya berwujud kertas, namun dapat pula berwujud pita magnetic, film, atau
media yang lain.
Dalam melakukan auditnya, auditor harus memperoleh kebebasan dari klien dalam mendapat
informasi yang diperlukan untuk kepentingan auditnya. Pembatasan terhadap kebebasan auditornya
dalam menentukan tipe bukti yang diperlukan dan prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor
akan berdampak terhadap kompetensi dan kecukupan bukti yang diperlukan auditor sebagai dasar
bagi auditor untuk merumuskan pendapatnya atas laporan keuangan klien. Sebagai akibatnya,
kompetensi dan kecukupan bukti audit yang diperolehnya auditor akan mempengaruhi pendapat
auditor atas laporan keuangan auditan.
2.1.2 Isi Kertas Kerja
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan
atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan telah dilaksanakan
oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
A. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik.
B. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang telah dilakukan.
C. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh,
prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan.
2.1.3 Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-prosedur audit yang
dilakukannya, test-test yang diadakan, informasi-informasi yang didapat dan kesimpulan yang
dibuat atas pemeriksaan, analisis, memorandum, surat-surat konfirmasi dan representation, ikhtisar
dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian pos neraca dan laba rugi, serta komentar-komentar
yang dibuat atau yang diperoleh si auditor, mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara
lain:
1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan
Opini yang diberikan harus sesuai dengan kesimpulan pemeriksaan uang dicantumkan dalam kertas
kerja perusahaan.
2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan publik.
Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah diikuti
dengan baik oleh auditor. Misalnya melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dengan
menggunakan Internal Control Questionnaires, mengirimkan konfirmasi piutang, memonya Surat
Pernyataan langganan dan lain-lain.
3. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari:
a. Pihak Pajak
b. Pihak Bank
c. Pihak Klien
Jika kertas kerja pemeriksaan lengkap, pertanyaan apapun yang diajukan pihak-pihak tersebut,
yang berkaitan dengan laporan audit, bisa dijawab dengan mudah oleh auditor, dengan
menggunakan kertas kerja pemeriksaan sebagai referensi.
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten ( Seluruh Tim Audit) sehingga dapat dibuat evaluasi
mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner, sesudah selesai suatu penugasan.
Evaluasi tersebut biasa digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk kenaikan jenjang
jabatan dan kenaikan gaji.
5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.
Untuk persiapan audit tahun berikutnya kertas kerja tersebut dapat dimanfaatkan antara lain:
a. Untuk menchek saldo awal
b. Untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan untuk memeriksa klien tersebut.
c. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna untuk penyusunan
audit plan tahun berikutnya.
2.1.4 Susunan Kertas Kerja
Untuk memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh berbagai system dan staf auditor,
berbagai tipe kertas kerja tersebut harus disusun secara sistematik dan dalam urutan yang logis.
Akuntan senior yang akan me-review kertas kerja biasanya menghendaki susunan kertas kerja
dalam urutan berikut ini.
1. Draft laporan audit (audit report)
2. Laporan keuangan auditan
3. Ringkasan informasi bagi reviewer (untuk memberikan daftar hal-hal yang memerlukan perhatian
khusus dari reviewer).
4. Program audit
5. Laporan keuangan atau lembar kerja (work sheet) yang dibuat oleh klien
6. Ringkasan jurnal adjustment
7. Working trial balance
8. Skedul utama
9. Skedul pendukung
2.2 KEPEMILIKAN KERTAS KERJA DAN KERAHASIAAN INFORMASI DALAM KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah milik kantor akuntan public, bukan milik klien atau milik pribadi auditor (SA
Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 6). Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan
public masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindarkan penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh
auditor untuk tujuan yang tidak semestinya.
Sebagian besar informasi yang disediakan oleh klien untuk auditor bersifat rahasia. Oleh karena itu,
klien akan dengan rela melepaskan informasi yang menjadi rahasia perusahaannya kepada
auditornya, jika klien tidak memperoleh jaminan dari auditor mengenai penjagaan kerahasiaan
informasi tersebut. Dan karena hampir semua informasi yang diperoleh auditor dicatat dalam kertas
kerja, maka bagi auditor, kertas kerja merupakan hal yang bersifat rahasia.
Seorang auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan
harus menyimpannya sekurang-kurannya 10 tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan praktiknya
dan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen. Karena sifat kerahasiaan
yang melekat pada kertas kerja, auditor harus selalu menjaga kertas kerja dengan cara mencegah
terungkapnya informasi yang tercantum dalam kertas kerja kepada pihak-pihak yang tidak
diinginkan.(SA Seksi 339 paragraf 08). Misalnya, klien memberitahukan kepada auditor untuk
merahasiakan informasi mengenai gaji direksi, manager dan aspek lain usaha perusahaan, maka
auditor tidak boleh melanggar pesan klien tersebut dengan mengungkapkan informasi tersebut
kepada karyawan klien yang tidak berhak untuk mengetahuinya.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan
kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
Seorang auditor tidak dapat memberikan informasi kepada pihak bukan klien kecuali jika klien
mengizinkannya. Jika misalnya seorang akuntan public akan menjual praktik kantor akuntannya
kepada akuntan public lain, terlebih dahulu akuntan public penjual tersebut harus meminta izin
dari kliennya, jika akuntan public penjual akan menyerahkan kertas kerjanya kepada akuntan
public pembeli. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana),kemungkinan auditor
diperintahkan oleh hakim untuk mengungkapkan informasi yang tecantum dalam kertas kerjanya.
Tanpa memerlukan izin kliennya, dalam hal ini auditor dapat mengungkapkan informasi tersebut
kepada hakim di pengadilan. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan public dapat
menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review ini, kertas kerja kantor akuntan publik yang
satu akan di-review oleh kantor akuntan publik lain, untuk me-review kepatuhan auditor terhadap
standar auditing yang berlaku. Dalam peer review ini, informasi yang tercantum dalam kertas kerja
diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan publik lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang
bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang klien, dari catatan-
catatan klien, serta atas biaya klien, hak pemilikan atas kertas kerja tersebut sepenuhnya berada
ditangan kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Karena kertas kerja
tidak hanya berisi informasi yang diperoleh auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula
program audit yang akan dilakukan oleh pihak auditor, maka tidak semua informasi yang tercantum
dalam kertas kerja dapat diketahui oleh klien.
2.3 TEKNIK PENYUSUNAN KERTAS KERJA AUDIT
Sebelum membahas secara rinci penyusunan tiap jenis kertas kerja atau cara pengindekan,
pengindekan silang, penggunaan symbol pelaksanaan prosedur audit (Tick Mark) dan pembuatan
kertas kerja. Hal-hal pokok yang berkaitan dengan penyusunan kertas kerja audit antara lain:
1. Tentukan tujuan setiap pembuatan kertas kerja
Kertas kerja tidak dibuat atau dikumpulkan kecuali jika terdapat suatu tujuan yang akan dicapai.
Auditor harus memikirkan dengan baik apa tujuan yang hendak dicapainya dan kemudian
merencanakan dengan cermat cara terbaik untuk mencapainya. Data yang tidak relevan tidak perlu
dikumpulkan, hal ini untuk mengefisienkan pengarsipan dan waktu penelaahan kertas kerja audit.
2. Hindari pekerjaan menyalin
Pekerjaan menyalin angka, misalnya: dari buku besar ke kertas kerja audit terbuangnya waktu dan
biaya, auditor harus berusaha semaksimal mungkin melaksanakan pekerjaan mereka secara efisien
dan tepat guna. Untuk menganalisis rincian saldo akun atau transaksi auditor tidak perlu
menyalinnya, tetapi cukup dengan menggunakan rincian yang ada pada pembukuan klien. Misalnya,
daripada menyalin rincian akun biaya, analisis dapat langsung dilakukan melalui buku pembantu
atau catatan lainnya dan auditor hanya perlu membuat ringkasan tentang hal-hal penting (material
dan relevan) menyangkut akun tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut lingkup dan prosedur
audit harus dimasukkan dalam kertas kerja audit.
3. Hindari penulisan ulang
Penulisan ulang seperti halnya menyalin menyebabkan terbuangnya waktu, tambahan biaya, risiko
salah tulis, ketidakrapian dan lain-lain. Penekanan penyusunan kertas kerja audit adalah sedapat
mungkin menghindari penulisan ulang, tetapi haruslah dapat meringkas isi atau pokok yang menjadi
fokus auditor dari hasil analisis bukti audit, misalnya buku besar,dokumen pendukung dan lain-lain
yang disusun dalam kertas kerja audit secara rapi dan lengkap serta dapat menyediakan informasi
yang cukup dalam format yang jelas dan mudah dipahami. Staf audit di lapangan harus menyadari
bahwa pekerjaan mereka akan ditelaah oleh auditor senior yang menangani klien tertentu ( in
charge) yang mempunyai waktu lebih berharga dibanding asisten tersebut. Kertas kerja audit yang
disusun dengan baik memungkinkan untuk selalu siap ditelaah baik on the spot di lapangan maupun
oleh supervisor manajer.
4. Berilah pendukung atau penjelasan pada semua akun.
Suatu kertas kertas kerja pendukung (supporting) harus selalu disiapkan untuk semua akun penting
yang terdapat dalam kertas kerja neraca dan kertas kerja laba rugi, baik secara naratif sebagai
acuan atau penjelasan suatu masalah ataupun berupa catatan kaki kertas kerja neraca dan kertas
kerja laba rugi atau skedul utama (Top Schedule) tanpa perlu membuat kertas kerja terpisah.
5. Tulislah langkah prosedur audit apa saja yang telah dilakukan
Setiap kertas kerja harus menunjukkan ringkasan singkat tapi lengkap tentang prosedur audit
(langkah-langkah) apa saja yang telah dilakukan untuk memeriksa suatu akun dan transaksi
tertentu. Tick mark yang tepat harus digunakan untuk menjelaskan prosedur audit yang telah
dilakukan oleh staf audit.
Misalnya:
Periksa aging schedule
Cek penjumlahan dengan cara footing dan cross footing.
Penggunaan tick mark antara lain:
^ = Footing/cross footing
C.B = Confirmed balance
R.D = Reporting difference
Contoh audit trik mark yang biasa digunakan bisa dilihat di halaman lampiran.
6. Kertas kerja pemeriksaan harus diindeks/cross index
7. Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan tentang sifat dari perkiraan yang diperiksa,
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan Kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang
diperiksa.
8. Tuangkan dalam bentuk tulisan
Penjelasan atau komentar tertulis oleh staf audit sering kali dibutuhkan dalam audit. Hal ini dapat
berupa catatan yang menjelaskan suatu skedul dan observasi yang mempengaruhi prinsip dan
metode akuntansi. Pertanyaan yang dilakukan selama audit di lapangan dan pemecahannya harus
diungkapkan secara lengkap dalam kertas kerja. Semua data yang relevan harus diungkapkan secara
tertulis dalam kertas kerja audit. Pada hakekatnya semua pekerjaan audit yang dilaksanakan harus
dapat ditunjukkan baik dalam bentuk tabelaris (tabular) maupun memorandum dalam kertas kerja
audit. Kertas kerja merupakan catatan atas pekerjaan audit yang dilaksanakan auditor, sehingga
harus diusahakan bersifat menjelaskan dengan sendirinya (self explanatory).
9. Buktikan penjelasan lisan yang diperoleh
Dalam menganalisis dan memeriksa keterjadian dan kebenaran (vouching) beban, auditor tidak
cukup hanya dengan menerima penjelasan yang diberikan oleh klien. Auditor harus selalu
memeriksa dokumen sumber transaksi, misalnya: faktur, cek atau giro tolakan, korespondensi dan
bukti tertulis lainnya untuk membuktikan hal yang dipertanyakan atau yang ingin dibuktikan auditor
sesuai prosedur audit. Oleh sebab itu, selain mencatat penjelasan lisan dalam kertas kerja audit,
auditor juga harus melampirkan keterangan bahwa pemeriksaan saldo akun atau transaksi telah
dilakukan untuk mendukung penjelasan lisan tersebut.
10. Jawablah pertanyaan yang muncul
Dalam proses pelaksanaan audit sering muncul beberapa pertanyaan, seperti keyakinan kebenaran
suatu angka, mengapa saldo kredit dalam rekening Koran bank tidak tercermin dalam buku besar
dan lain sebagainya. Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang terjadi merupakan aspek yang paling
penting dalam audit, dan staf audit harus memperhatikan agar pertanyaan tersebut tidak ada yang
tidak terjawab pada saat selesainya audit.
11. Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working papers sehingga
dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab.
12. Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan indeks kertas
kerja pemeriksaan dan paraf seluruh tim pemeriksa yang terlibat dalam penugasan audit tersebut.
2.3.1 Karakteristik kertas kerja yang baik sebagai berikut:
1. Periksalah semua saldo awal dan saldo perbuku besar.
Saldo awal harus diperiksa dengan cermat dari kertas kerja tahun lalu dan saldo buku besar yang
disalin auditor dari neraca percobaan klien harus terlebih dahulu dicocokan dengan buku besar
(catatan harus diberi tick mark dalam kertas kerja sebagai bukti langkah tersebut telah dilakukan
oleh staf audit).
2. Berikan inisial pada setiap kertas kerja.
Staf audit yang membuat dan menelaah kertas kerja audit harus membubuhkan inisialnya pada
setiap halaman dan menuliskan tanggal pembuatan dan penelaahan. Keterangan tiap inisial harus
dilampirkan dalam kertas kerja sehingga dapat diketahui inisial apa saja yang muncul dalam kertas
kerja.
3. Periksalah semua perhitungan aritmatika.
Auditor harus memperhatikan agar tidak terdapat kesalahan hitung dan matematis dalam kertas
kerja audit (catatan tick mark footing dan cross footing harus dicantumkan dalam kertas kerja
audit).
4. Berikan keterangan pada setiap kertas kerja.
Semua kertas kerja audit harus mencantumkan nama klien, judul kertas kerja dan tanggal atau
periode audit yang diperiksa.
5. Berikan semua penjelasan semua jurnal penyesuaian audit (JPA).
Penjelasan atas setiap jurnal penyesuaian audit harus sederhana dan lengkap sehingga klien tidak
akan menanyakan penjelasan tambahan ketika mereka menerima kopi jurnal penyesuaian audit
tersebut. Ketika juranl penyesuaian audit tersebut di posting ke masing-masing skedul kertas kerja
audit, setiap posting harus diberi penjelasan secukupnya.

2.3.2 Faktor-Faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pembuatan kertas kerja yang baik
Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan tercermin pada kertas
kerja yang dibuatnya. Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan auditor yang kompeten
dalam melaksanakan pekerjaan lapangan sesuai dengan standar auditing, ia harus dapat
menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Untuk memenuhi tujuan ini ada lima
factor yang harus diperhatikan.
1. Lengkap, kertas kerja harus lengkap dalam arti:
a. Berisi semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan komposisi semua data
penting yang harus dicantumkan dalam kerta kerja.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja akan diperiksa oleh
auditor senior untuk menentukan cukup atau tidaknya pekerjaan audit yang telah dilaksanakan oleh
stafnya dan bahkan ada kemungkinan kertas kerja tersebut akan diperiksa oleh pihak luar, maka
kertas kerja hendaknya berisi informasi yang lengkap, sehnggga tidak memerlukan tambahan
penjelasan lisan. Kertas kerja harus dapat berbicara sendiri, harus berisi informasi yang lengkap,
tidak berisi informasi yang masih belum jelas atau pertanyaan yang belum terjawab.
2. Teliti, dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan
dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas, Kadang-kadang auditor yang belum berpengalaman melakukan kesalahan dengan
melaksanakan audit yang tidak relevan dengan tujuan audit. Akibatnya, ia membuat atau
mengumpulkan kertas kerja dalam jumlah yang banyak dan cenderung tidak bermanfaat dalam
auditnya. Oleh karena itu, kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang
relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Auditor harus
menghindari rincian yang tidak perlu. Analisis yang dilakukan oleh auditor harus merupakan
ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam
kertas kerja.
4. Jelas, Kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas
kerja perlu diusahakan oleh auditor. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu
dihindari. Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi, Kerapian dalam pembuatan kerta kerja dan keteraturan kertas kerja akan membantu
auditor senior dalam me-review hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan auditor dalam
memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.
2.4 INDEKS KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
2.4.1 Pemberian Indeks Pada Kertas Kerja
Kertas kerja harus diberi indeks, sub-indeks dan indeks silang dalam audit atau pada saat pekerjaan
audit telah selesai dilakukan. Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian
informasi dalam berbagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja.
Setiap auditor mempunyai cara tersendiri mengenai cara pemberian indeks kertas kerja. Factor-
faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut:
1. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atau di sudut bawah.
2. Pencantuman indeks silang (cross indeks) harus dilakukan sebagai berikut:
a. Indeks silang dari skedul pendukung ke skedul utama. Rincian jumlah yang tercantum dalam
suatu skedul pendukung diberi indeks silang dengan menunjuk indeks skedul utama yang berkaitan
yang memuat jumlah tersebut. Pencantuman indeks silang dalam skedul pendukung dilakukan
dengan cara sebagai berikut: Ke A sedangkan dibelakang angka yang berkaitan dalam skedul
utama harus diberi indeks skedul pendukung yang berkaitan.
b. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya. Seringkali analisis akun neraca
berhubungan dengan analisis akun laba-rugi. Oleh karena itu, kertas kerja yang berhubungan
dengan akun neraca harus diberi indeks silang dengan kertas kerja yang berhubungan dengan akun
laba-rugi.
c. Indeks silang antarskedul pendukung. Sering kali pendukung tertentu memuat informasi yang
berkaitan dengan informasi lain yang tercantum dalam skedul pendukung lain. Untuk
menghubungkan informasi yang saling berkaitan, yang terdapat dalam berbagai skedul pendukung,
diperlukan indeks silang antarskedul pendukung.
d. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjustment. Setiap jurnal Adjustment
yang dicatat dalam kertas kerja ringkasan jurnal adjustment harus diberi indeks silang, dengan cara
mencantumkan indeks skedul pendukung di belakang jurnal adjustment yang dicantumkan kedalam
ringkasan jurnal adjustment tersebut.
e. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance. Indeks skedul utama dicantumkan pada
working trial balance agar memudahkan pencarian kembali informasi yang lebih rinci dari working
trial balance ke skedul utama.
f. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas kerja.
Indeks kertas kerja dicantumkan pada program audit untuk menunjukkan di kertas kerja mana hasil
pelaksanaan audit tersebut dapat ditemukan.
3. Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print out computer, dan sebagainya tidak diberi indeks
kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.
2.4.2 Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja:
1. Indeks angka. Kertas kerja utama (program audit, working trial balance, ringkasan jurnal
adjustment), skedul utama, dan skedul pendukung diberi kode angka. Kertas kerja utama dan
skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan
mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
Contoh:
6 Skedul
6-1 Kas di Bank
6-2 Konfimasi Bank
6-3 Kas Kecil

7 Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel


7-1 Piutang Usaha
7-2 Piutang Wesel
7-3 Konfirmasi piutang usaha
7-4 Cadangan Kerugian Piutang Usaha.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja diberi kode yang merupakan kombinasi huruf dan
angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya
diberi kode kombinasi huruf dan angka.
Contoh :
A Skedul Utama Kas
A-1 Kas dan Bank
A-2 Konfirmasi Bank
A-3 Dana Kas Kecil
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi kode angka yang berurutan.
Contoh :
1 Skedul Utama Kas
2 Kas dan Bank
3 Konfirmasi Bank
4 Dana Kas Kecil
2.5 TIPE KERTAS KERJA
Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh auditor dalam
auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan
kedalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
1. Program Audit (Audit program)
2. Working trial balance
3. Ringkasan jurnal adjustment
4. Skedul utama (Lead schedule atau top schedule)
5. Skedul pendukung (Supporting schedule)
2.5.1 Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan
prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas
kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit. Program audit
dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit
beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan
dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor berperan sebagai supervisor dapat mengikuti
kemajuan audit yang sedang berlangsung.(contoh gambar ada pada halaman lampiran).
2.5.2 Working Trial Balance
Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun
yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan
kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak
dalam laporan keuangan auditan (audited financial statement). Working trial balance ini biasanya
berisi kolom-kolom.
Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk
memindahkan semua saldo akun yang tercantum dalam daftrar saldo (trial balance) kilen. Dalam
proses audit, working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan
kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klien serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar
setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Dari kolom terakhir dalam working trial balance
tersebut, auditor menyajikan draf final laporan keuangan klien setelah diaudit oleh auditor draf
final inilah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dilampirkan pada laporan audit.
Dalam working trial balance tersebut terdapat kolom saldo akhir 31 Desember 20x1 (tahun yang
lalu). Kolom ini diisi dengan saldo-saldo akun setelah adjustment auditor dalam audit tahun yang
lalu. Pencantuman saldo-saldo dari audit tahun sebelunnya ini dimaksudkan untuk memudahkan
pembandingan dengan saldo-saldo akun yang berkaitan untuk tahun yang diaudit, agar auditor
dapat memusatkan perhatiannya kepada perubahan-perubahan yang bersifat luar biasa.
Kolom saldo menurut buku 31 desember 20X2 (tahun ini) digunakan untuk memindahkan saldo-
saldo akun buku besar klien untuk tahun yang diaudit. Saldo akun-akun pendapatan dan biaya harus
dicantumkan dalam kolom ini juga, meskipun oleh klien saldo akun-akun tersebut telah ditutup
keakun saldo laba. Saldo akun saldo laba yang harus dicantumkan dalam kolom ini adalah saldo
akun tersebut pada awal tahun yang diaudit. Dividen yang diumumkan akan dibagikan dan laba
bersih tahun yang diaudit dicantumkan secara terpisah dalam kolom ini.
Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja (work sheet) yang
digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan
keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengumpulan bukti transaksi
2. Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
3. Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
4. Pembuatan lembar kerja (work sheet)
5. Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditornya bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan dengan
tahap yang hampir sama dengan tahap penyusunan laporan keuangan tersebut di atas.Tahap tahap
penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung
(supporting schedules).
2. Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama (lead
schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
3. Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjustment
kedalam working trial balance.
4. Penyusunan laporan keuangan auditan.
2.5.3 Ringkasan Jurnal adjustment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan dan
catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnal
adjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat
jurnal penggolongan kembali (reclassification entries) untuk unsure, yang meskipun tidak salah
dicatat oleh klien namun untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang wajar, harus
digolongkan kembali.
Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditornya biasanya diberi nomor urut dan untuk jurnal
penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan
kembali harus disertai penjelasan yang lengkap.
Jurnal adjustment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali
digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokan yang benar dalam laporan
keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas
kerja auditor, tidak untuk disarankan agar dibukukan kedalam catatan akuntansi klien.
Contoh jurnal penggolongan kembali adalah jurnal untuk menggolongkan kembali saldo kredit
piutang usaha kepada debitur tertentu, sehingga jumlah tersebut akan tampak dalam neraca
sebagai piutang, bukan sebagai pengurang terhadap saldo debit piutang usaha. Akun piutang yang
mempunyai saldo kredit tersebut biasanya akan kembali lagi bersaldo debit dalam waktu singkat,
sehingga auditor tidak perlu menyarankan kepada klien untuk membukukan jurnal penggolongan
kembali tersebut. Di pihak lain, jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi
catatan akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk
dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan penggolongan
kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Kemudian
jurnal-jurnal tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung kedalam skedul utama yang
berkaitan dan kedalam working trial balance.
2.5.4 Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam
skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk
menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan
didalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Sebagai contoh, skedul utama kas merupakan
penggabungan akun-akun buku besar: Kas ditangan Rp 5.000.000; Kas dibank Rp 55.000.000,00,
Dana Kas Kecil Rp 2.000.000. Saldo kas yang disajikan didalam neraca adalah Rp 62.000.000 (Rp
5.000.000 + Rp 55.000.000 + Rp 2.000.000)
Skedul utama mempunyai kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial
balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan kedalam kolom yang
berkaitan dalam working trial balance.
2.5.5 Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi
keuangan dan operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsure-unsur
yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang
timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga
berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.
2.6 WORKING BALANCE SHEET DAN WORKING PROFIT AND LOSS
Working Balance Sheet (WBS) dan Working Profit and Loss (WPL) berisi angka-angka per book
(bersumber dari Trial Balance Klien), Audit Adjusment, Saldo Per Audit yang nantinya akan
merupakan angka-angka di Neraca dan Laba Rugi yang sudah diaudit, serta saldo tahun lalu
(bersumber dari audit report atau di Neraca dan Laba Rugi yang sudah diaudit), serta saldo tahun
lalu (bersumber dari audit report atau kertas pemeriksaan tahun lalu).
Setiap angka yang tercantum di WBS dan WPL akan didukung oleh angka-angka dalam Top Schedule
untuk itu antar WBS,WPL dan Top Schedule harus dilakukan Cross Index. WBS biasanya terbagi atas
WBS1 (untuk pos-pos aktiva) dan WBS2 (untuk pos-pos pasiva) sedangkan WPL berisi pos-pos laba
rugi.

PENGARSIPAN KERTAS KERJA


Auditor mengelompokkan tiga macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya:
1. arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip kini
(current file), berisi informasi misalnya :
a. Neraca Saldo
b. Berita Acara Kas Opname
c. Rekonsiliasi Bank
d. Rincian Piutang
e. Rincian Persediaan
f. Rincian Utang
g. Rincian Biaya, dll
2. arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relative tidak mengalami perubahan.
Arsip permanen berisi informasi berikut ini:
a. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
b. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
c. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan pengendalian intern.
d. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
e. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan.
f. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan, yaitu :
1. Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-
tahun mendatang.
2. Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru
pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Informasi dalam arsip permanen ini harus selalu diperbaharui pada setiap kali audit. Copy notulen
rapat yang baru, kontrak dan perjanjian baru yang dibuat oleh klien, perubahan anggaran rumah
tangga dan perkembangan lain harus setiap tahunnya ditambahkan dalam arsip permanen.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relative tidak pernah mengalami perubahan harus juga
dimasukkan kedalam arsip permanen. Akun-akun seperti tanah, gedung, akumulasi depresiasi,
investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal
sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap
akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam
audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang
berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu
auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip
permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-infomasi tahun-tahun sebelumnya dalam
kertas kerja tersendiri.
3. Correspondence File : Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, Facsimile dan
lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai