Latar Belakang
Begitu ironis melihat praktik – praktik korupsi kian menjamur di Indonesia. Seiringan
dengan usaha maksimal pemerintah dengan memberdayakan lembagalembaga penegak
Kepolisian,Pengadilan, BPK, BPKP, Inspektorat, KPK maupun oleh kalangan LSM seperti
MTI dan ICW dengan banyaknya strategi dalam pemberantasan korupsi sepertinya belum
mampu menuntaskan permasalahan korupsi yang sudah merajalela.
Kehadiran Audit investigasi sebagai bentuk pemeriksaan atau audit yang memiliki
tujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan dengan menggunakan
pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan
atau penyidikan terhadap suatu kejahatan.Audit investigasi menjadi salah satu upaya
pemerintah untuk menanggulangi tindak korupsi. Audit Investigasi menjadi sangat penting
apabila nanti hasil audit menunjukkan bukti adanya pelanggaran hukum materiil dan formil.
Dalam Kasus Hambalang atau Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah
Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, menuai
kontroversional dengan dugaan tindak pidana korupsi dalam audit BPK yang menjelaskan
bahwa adanya indikasi kerugian negara sekurang-kurangnya Rp 243,66 miliar.
Proyek ini bermula pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian
Pemuda dan Olah Raga) menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan Sekolah Olah Raga
pada tingkat nasional. Oleh karena itu, Kemenpora memandang perlu melanjutkan dan
menyempurnakan pembanugnan proyek pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga
nasional di Hambalang, Bogor. Selain itu juga untuk mengimplementasikan UU Nomor 3
Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Pada 30 Desember 2010, terbit
Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21.00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan
Bangunan untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama
Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan CiteureupBogor. Atas keberlanjutan tersebut,
maka Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional mulai
dilaksanakan tahun 2010 dan direncanakan selesai tahun 2012.
Berdasarkan hasil perhitungan konsultan perencana, untuk membangun semua
fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah disempurnakan, anggaran
mencapai Rp 1,75 triliun yang sudah termasuk bangunan sport science, asrama atlet senior,
lapangan menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli pasir. Kasus Hambalang
adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat,
diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng;
Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya. Diketahui, tender
proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana mereka 3 merupakan BUMN, yaitu PT Adhi
Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga mensubtenderkan sebagian proyek kepada PT
Dutasari Citralaras senilai 300M.
1) 3 Desember 2012 ; KPK menjadikan tersangka Andi Alfian Mallarangeng dalam posisinya
sebagai Menpora dan pengguna anggaran.
2) Pada 2010-2011 ; mencairkan uang pembayaran kepada Kerja Sama Operasi (KSO) PT
Adhi Karya-PT Wijaya Karya senilai Rp 471 miliar. Selain itu, KPK juga mencekal
Zulkarnain Mallarangeng, adik Andi, dan M. Arif Taufikurrahman, pejabat PT Adhi
Karya.
3) 5 Juli 2012 ; KPK menjadikan tersangka Dedi Kusnidar, Kepala Biro Keuangan dan
Rumahtangga Kemenpora. Dedi disangkakan menyalahgunakan wewenang sebagai
pejabat pembuat komitmen proyek.
4) 22 Februari 2013 ; Anas Urbaningrum dijadikan sebagai tersangka. Anas diduga menerima
gratifikasi berupa barang dan uang, terkait dengan perannya dalam proyek Hambalang.
5) Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (Rp 2,2 miliar)
6) Direktur Utama Dutasari Mahfud Suroso (Rp 28,8 miliar).
7) Lisa Lukitawati. Sebagai Direktur dari CV Rifa Medika
8) Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarengeng alias Choel. Sebagai Presiden
Direktur PR FOX Indonesia.
9) Mantan Ketua Komisi Olahraga DPR Mahyudin (Rp 500 juta).
10) Anggota Badan Anggaran DPR Olly Dondokambey (Rp 2,5 miliar).
11) Mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto (Rp 3 miliar).
12) Mantan Sekretaris Kementerian Olahraga Wafid Muharam (Rp 6,5 miliar).
13) Muhammad Nazaruddin. Muhammad Nazaruddin dipilih sebagai anggota Banggar DPR
periode 2009-2014 dari Fraksi Partai Demokrat dan pada tahun 2010 diangkat Bendahara
Umum Partai Demokrat.
14) Mantan Direktur Operasi Adhi Karya, Teuku Bagus M. Noor (Rp 4,5 miliar).
15) M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus Fasilitator dari Teuku
Bagus Mokhamad Noor)
16) Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor dan M Arief
Taufiqurahman)
17) Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
18) Beberapa pejabat Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 135 juta). Saat Menpora dijabat
Andi Alfian Mallarangeng, proyek Hambalang terealisasi. Tender pun dilakukan.
Pemenangnya adalah PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya. Anas Urbaningr um diduga
mengatur pemenangan itu bersama Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan
teman dekat Anas, Mahfud Suroso. Masalah sertifikasi juga berhasil diselesaikan. 10
Pemenangan dua perusahaan BUMN itu ternyata tidak gratis. PT Dutasari Citralaras
menjadi subkontraktor proyek Hambalang dan mendapat jatah senilai Rp 63 miliar.
Perusahaan yang dipimpin Mahfud itu dikomisarisi oleh Athiyyah Laila, istri Anas. Selain
itu, PT Adhi Karya juga menggelontorkan dana terima kasih senilai Rp 100 miliar.
Setengah dana itu dipakai untuk pemenangan Anas sebagai Ketua Partai Demokrat dan
sisanya dibagi-bagika n oleh Mahfud kepada anggota DPR RI, termasuk kepada Menpora
Andi Mallarangeng. Selain itu, Anas juga mendapatkan gratifikasi berupa mobil Toyota
Harrier dari Nazar. Dari pihak subkontraktor :
1) PT Global Daya Manunggal Mendapat kontrak pekerjaan struktur dan arsitektur asrama
junior dan gedung serba guna senilai Rp 142,4 miliar. Perusahaan ini telah menerima
pembayaran Rp 60,2 miliar. Dari Global dana mengalir ke:
a. Mantan Menteri Olahraga Andi Alifian Mallarangeng (Rp 4 miliar dan US$ 550
ribu).
b. Adik Menpora, Andi Zulkarnain Mallarangeng (Rp 4 miliar).
c. Mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Olahraga Deddy Kusdinar (Rp 250
juta).
2) PT Dutasari Citralaras Mendapat kontrak pekerjaan mekanikal elektrikal dan
penyambungan listrik PLN senilai Rp 328 miliar. Perusahaan ini telah mendapat
pembayaran Rp 170,3 miliar. Tidak disebutkan aliran dana dari perusahaan milik istri
Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila ini.
Daftar Pustaka
Kaskus. (2012), “Kasus Hambalang : Inilah Hasil Audit BPK soal Hambalang.”
https://www.kaskus.co.id/thread/5091be57552acf111700005e/kasus-hambalang---inilah-
hasil-audit-bpk-soal-hambalang/
.
.