Anda di halaman 1dari 41

A.

KRONOLOGI KASUS HAMBALANG


Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Proyek yang dikabarkan ada
dugaan korupsi seperti nyanyian M. Nazaruddin ini ditargetkan selesai akhir tahun
2012 ini. Proyek pusat olahraga di Hambalang, Bogor- Jawa Barat menjadi sorotan,
apalagi dua bangunan di sana ambruk karena tanahnya ambles. Secara kronologi,
proyek ini bermula pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian
Pemuda dan Olah Raga) menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan Sekolah
Olah Raga pada tingkat nasional. Maka, Kemenpora memandang perlu melanjutkan
dan menyempurnakan pembangunan proyek pusat pendidikan pelatihan dan sekolah
olahraga nasional di Hambalang, Bogor. Selain itu juga untuk mengimplementasikan
UU Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Pada 20 Januari 2010, sertifikat hak pakai nomor 60 terbit atas nama
Kemenpora dengan luas tanah 312.448 meter persegi. Pada 30 Desember 2010, terbit
Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21/00910/BPT 2010 yang berisi Izin
Mendirikan Bangunan untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga
Nasional atas nama Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup-Bogor.
Lanjutan pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga
Nasional mulai dilaksanakan tahun 2010 dan direncanakan selesai tahun 2012. Untuk
membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah
disempurnakan, anggaran mencapai Rp 1,75 triliun. Ini sudah termasuk bangunan
sport science, asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung
terbuka, dan voli pasir.Ini berdasarkan hasil perhitungan konsultan perencana.
Sejak tahun 2009-2010 Kementerian Keuangan dan DPR menyetujui alokasi
anggaran sebagai berikut :
1. APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun
2009
2. APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar
3. Pagu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar
Pada 6 Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari
Kemenkeu RI nomor S-553/MK.2/2010. Pekerjaan pembangunan direncanakan
selesai 31 Desember 2012. Penerimaan siswa baru diharapkan akan dilaksanakan
tahun 2013-2014.
Berikut kronologi pembangunan proyek Hambalang dari tahun ke tahun :
No. Tahun Keterangan
1. 2003-2004 Pada tahun itu, masih di Direktorat Jenderal (Ditjen)
Olahraga Depdikbud. Proyek ini digelontorkan pada tahun
itu sesuai dengan kebutuhan akan pusat pendidikan dan
pelatihan olahraga yang bertaraf internasional. Selain itu
untuk menambah fasilitas olahraga selain Ragunan. Pada
tahun itu direkomendasikan 3 wilayah yaitu Hambalang
Bogor, Desa Karang Pawitan, dan Cariuk Bogor. Akhirnya
yang dipilih Hambalang.
2. 2004 Dilakukan pembayaran para penggarap lahan di lokasi
tersebut dan sudah dibangun masjid, asrama, lapangan
sepakbola dan pagar.
3. 2004-2009 Proyek di Ditjen Olahraga Kemendikbud dipindahkan di
Kemenpora. Lalu dilaksanakan pengurusan sertifikat tanah
Hambalang tapi tidak selesai.
4. 2005 Datang studi geologi oleh konsultan pekerjaan di lokasi
Hambalang.
5. 2006 Dianggarkan pembuatan maket dan masterplan. Dari
rencana awalnya pusat peningkatan olahraga nasional,
menjadi pusat untuk atlet nasional dan atlet elite.
6. 2007 Diusulkan perubahan nama dari Pusat Pendidikan Pelatihan
Olahraga Nasional menjadi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional.
7. 2009 Diajukan anggaran pembangunan dan mendapat alokasi
sebesar Rp 125 miliar, tapi tidak dapat dicairkan
(dibintangi) karena surat tanah Hambalang belum selesai.
8. 2010 a. Pada tanggal 6 Januari 2010 diterbitkan surat
Keputusan Kepala BPN RI Nomor 1/ HP/ BPN
RI/2010, tentang Pemberian Hak Pakai atas nama
Kemenpora atas tanah di Kabupaten Bogor- Jawa
Barat dan berdasarkan Surat Keputusan tersebut,
kemudian pada tanggal 20 Januari diterbitkan
sertifikat hak pakai nomor 60 atas nama Kemenpora
dengan luas tanah 312.448 m2. Lalu pada 30
Desember 2010 keluar izin pendirian bangunan.
b. Lalu pada 2010 juga ada perubahan lagi yakni
penambahan fasilitas sarana dan prasarana antara
lain bangunan sport sains, asrama atlet senior,
lapangan menembak, ekstrem sport, panggung
terbuka dan volley pasir dengan dibutuhkan
anggaran Rp 1,75 triliun.
c. Lalu sejak 2009-2010 sudah dikeluarkan anggaran
total Rp 675 miliar. Lalu 6 Desember 2010 keluar
surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu untuk
pembangunan proyek sebesar Rp 1,75 triliun dan
pengajuan pembelian alat- alat membengkak
menjadi Rp 2,5 Triliun.
9. 2012 31 Desember 2012 pekerjaan direncanakan selesai. Lalu
penerimaan siswa baru direncanakan pada 2013-2014.
Menurut penelusuran tim investigasi dari seputarnusantara.com, bahwa
pada awal Desember tahun 2009, Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum
dan Bendahara Fraksi Partai Demokrat M. Nazaruddin meminta tolong kepada
anggota Komisi II DPR RI Ignatius Mulyono (yang juga menjabat sebagai Ketua
Baleg DPR RI), agar menanyakan kepada BPN (Badan Pertanahan Nasional) lewat
telepon, perihal surat tanah Kemenpora kenapa belum selesai? Karena BPN
merupakan mitra kerja Komisi II DPR RI, maka Ignatius Mulyono bersedia
membantu menanyakan kepada BPN perihal sertifikat tanah Hambalang tersebut.
Kemudian pada tanggal 6 Januari 2010, Surat Keputusan atas nama Kemenpora terbit
dari BPN. Ignatius Mulyono ditelepon oleh Sestama BPN bahwa Surat Keputusan
sudah selesai dan agar diambil ke BPN. Selanjutnya Ignatius Mulyono mengambil
surat Keputusan tanah tersebut dan langsung menyerahkan ke Bapak Anas
Urbaningrum.
Menurut informasi yang diperoleh seputarnusantara.com, bahwa Ignatius
Mulyono mau menanyakan kepada BPN lewat telepon, dikarenakan yang meminta
tolong adalah Ketua Fraksi Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Tentu, sebagai
Anggota Fraksi Partai Demokrat, Ignatius Mulyono bersedia membantu Sang Ketua
Fraksi. Hal ini semata- mata karena loyalitas Anggota Fraksi kepada Ketuanya.
Apalagi Ignatius Mulyono sebagai anggota Komisi II DPR RI yang mitra kerjanya
adalah BPN.
Pada tanggal 6 Januari 2010, ternyata yang diterima oleh Ignatius Mulyono
dari Sestama BPN bukanlah berupa Sertifikat, tetapi hanya berupa Surat Keputusan
Kepala BPN RI. Jadi awal mula proyek Hambalang menjadi kasus publik adalah
setelah keluarnya Sertifikat Hambalang Nomor 60 tanggal 20 Januari 2010, dimana
pada Rapat Kerja Menpora dengan Komisi X DPR RI, Menpora mengajukan
pencabutan bintang (anggaran Rp 125 Miliar) dan mengusulkan peningkatan program
penambahan sarana dan prasarana sport centre dll, sehingga mengajukan anggaran
menjadi Rp 1,75 Triliun.
Bahkan usulan tambahan pembelian alat- alat menjadi proyek Hambalang
membutuhkan dana sampai Rp 2,5 triliun. Yang sungguh menjadi tanda tanya besar
adalah, proses perubahan besarnya anggaran dari Rp 125 Miliar menjadi Rp 1,75
Triliun bahkan berkembang menjadi Rp 2,5 Triliun tidak melalui tahapan- tahapan
yang semestinya, dimana dalam pembahasannya seharusnya mengikut-sertakan
seluruh anggota Komisi X DPR RI.
Masalah ini perlu terus ditelusuri untuk membuka secara jelas dan gamblang
siapa sebenarnya yang terlibat kasus Hambalang ini, termasuk membongkar siapa
intelektual yang mengendalikan serta pembongkaran terhadap pelaksanaan
tender dan siapa yang menerima pembagian penghargaan jasa melicinkan kenaikan
anggaran dan pemenangan kontraktor pada proses tender.

B. PUTUSAN HUKUM KASUS HAMBALANG


Kontrovesi Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga
Nasional (P3SON) menyeret beberapa tokoh negara ini. Ikut andilnya para elit negeri
ke dalam pusaran panas megaproyek Hambalan menambah daftar panjang kasus
korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. Setelah kronologi panjang penyelidikan
kepada pihak terkait, KPK akhirnya menghasilkan temuan bahwa terdapat kerugian
negara sedikitnya Rp 463 miliar akibat mega proyek tersebut. Berikut hasil putusan
hukum untuk para pelaku korupsi mega proyek di Hambalang, Sentul, Bogor.
a. Andi Alfian Mallarangeng
Selaku Menteri Pemuda dan Olahraga pada saat itu (periode 2009-2014) tidak
melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk menyampaikan permohonan
kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan dan membiarkan SesKemenpora
melampaui wewenang Menpora yaitu mengusulkan permohonan kontrak tahun
jamak kepada Menteri Keuangan. Hakim menyatakan Andi terbukti dalam kasus
Hambalang dengan menerima uang sebesar Rp2 miliar dan USD550 ribu. Semua
uang itu diterima Andi melalui adiknya, Andi Zulkarnain Anwar atau yang akrab
disapa Choel Mallarangeng.
b. Annas Urbaningrum
Berdasarkan pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 UU no 31 tahun 1999
sebagaimana telah diubah menjadi UU no 20 tahun 2001 tentang penyelenggaran
negara yang menerima suap atau gratifikasi, KPK menyangkakan mantan ketua
umum Partai Demokrat ini dalam kasus dugaan korupsi dengan ancaman pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4-20 tahun dan pidana
denda Rp 200 juta -Rp 1 miliar.
Dalam surat dakwaan, Anas juga disebut menerima aliran dana sebesar Rp 2,21
miliar dari pelaksanaan proyek tersebut. dikaitkan dengan perusahaan PT Adhi
Karya dan PT Wijaya Karya.
KPK juga menyangkakan Anas dalam kasus tindak pidana pencucian uang
berdasarkan pasal 3 dan atau pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan atau Pasal 3 ayat 1 dan atau
Pasal 6 ayat 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah
berdasarkan UU No 25 tahun 2003 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP mengenai orang
yang menyamarkan harta kekayaan yang berasal dari kejahatan.
c. Angelina Patricia Pingkan Sondakh
Angelina Sondakh, Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan sebagai anggota
Banggar 2009-2014 dari partai Demokrat itu terbukti menerima uang sebesar 2,5
miliar dan 1,2 juta dollar dari PT Group Permai. Majelis Hakim Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi memvonis Angelina Sondakh dengan 4 tahun 6 bulan
penjara dan denda Rp 250.000.000,00.
Melakukan banding, putusan Mahkamah Agung No. 1616 K/Pid.Sus/2013 malah
mendakwa Angelina Patricia Pingkan Sondakh dengan vonis 12 tahun dengan
denda Rp500.000.000,00 subsidiair 6 bulan.
Namun pada 2015, Mahkamah Agung (MA) mengabulkan peninjauan kembali
atas pengajuan Angelina Sondakh. Hukuman penjara terpidana kasus korupsi
dalam pembangunan wisma atlet Kemenpora dan Kemendiknas itu berkurang
menjadi 10 tahun dari sebelumnya 12 tahun.
Uang tersebut kata Hakim merupakan fee 5 persen yang telah disepakati Anggie
begitu Angelina Sondakh disapa dengan Mindo Rosalina Manulang, manajer di
perusahaan milik Nazaruddin itu. Uang tersebut diserahkan secara bertahap
sebanyak 4 kali.
d. M. Nazaruddin dalam putusan
M. Nazzaruddin berperan sebagai anggota Banggar DPR periode 2009-2014 dan
pada tahun 2010 diangkat menjadi Bendahara Umum Partai Demokrat. Dari fakta
persidangan, Nazaruddin terbukti menerima imbalan berupa 5 lembar cek senilai
Rp 4,6 miliar dari pemenang proyek Hambalang, PT Duta Graha Indah (DGI).
Dalam putusan Mahkamah Agung No. 2223 K/Pid.Sus/2012, M. Nazaruddin di
vonis 7 tahun penjara dengan denda Rp300.000.000,00 subsidair 6 bulan
dijatuhkan atas keterlibatannya dalam korupsi mega proyek Hambalang.
Hukuman ini dua tahun dua bulan lebih berat dari vonis Pengadilan Tipikor yang
menghukum Nazar empat tahun 10 bulan penjara dan denda Rp 200 juta.
e. Rahmat Yasin
Perannya sebagai Bupati Bogor yang menerbitkan Site Plan atas rencana
pembangunan P3SON di Desa Hambalang, Bogor. Rachmat Yasin menerima
suap senilai Rp 4,5 miliar guna memuluskan rekomendasi surat tukar menukar
kawasan hutan atas nama PT Bukit Jonggol Asri seluar 2.754 hektar.
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor memvonis Rachmat Yasin dengan 5 tahun 6
bulan dan denda 300 juta. Rachmat Yasin terbukti bersalah melakukan tindak
pidana korupsi, sebagaimana tercantum dalam dakwaan pertama yaitu Pasal 12
huruf a UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana yang telah diubah dalam UU No 20 tahun 2001 jo Pasal 55 KUHP
jo Pasal 64 KUHP.
f. Terdapat beberapa tokoh lain yang terlibat dalam korupsi megaproyek
Hambalang, diantaranya ada Wafid Muhara, selaku Sekretaris Kemenpora
menerima aliran dana sebesar Rp 6,55 miliar. Uang yang diterima Wafid tersebut
untuk Kongres Partai Demokrat di Bandung sebesar Rp600 juta.
Keterlibatan Joyo Winoto, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo
Winoto yang terindikasi menerima uang Rp 3 milyar untuk mengurus sertifikat tanah
Hambalang, dengan didukung dokumen yang tidak sesuai kenyataan, di antaranya,
berupa surat pelepasan hak dari pemegang hak terdahulu yang diduga palsu.
Kemudian ada Deddy Kusdinar, yang menjabat sebagai Kepala Biro
Perencanaan Kemenpora dan Pejabat Pembuat Komitmen didakwa melakukan
korupsi dengan memperkaya orang lain dan korporasi dari proyek pembangunan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang.
Deddy Kusdinar tercatat menerima Rp1 miliar. Jumlah tersebut adalah uang yang
dikeluarkan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya untuk memenangkan lelang
pekerjaan fisik proyek Hambalang senilai Rp 14,6 miliar.
C. PROFIL FRAUDSTER DALAM KASUS HAMBALANG
1. Pelaku Utama Fraud
a. Andi Alfian Mallarangeng (Menteri Pemuda dan Olahraga)
Tidak melaksanakan tugas & wewenangnya dalam penyampaian kontrak
tahun jamak kepada Menteri Keuangan. Dugaan pelanggaran terhadap PMK
56/PMK.02/2010 berdasarkan temuan bahwa Sesmenpora menandatangani
surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa memperoleh
pendelegasian dari Menpora.Menpora diduga membiarkan tindakan yang
dilakukan Sesmenpora dan tidak melaksanakan pengendalian dan
pengawasan sebagaimana PP 60/2008.
b. Wafid Muharam(Sekretaris Kemenpora)
Melampaui wewenang menpora untuk mengajukan kontrak tahun jamak
kepada Menteri Keuangan. Dugaan pelanggaran terhadap PMK 69/PMK.
02/2010 Jo PMK 180 /PMK. 02/2010. Terkait temuan berupa pengajukan
permohonan revisi RKA-KL oleh Sesmenpora pada tahun 2010 pada 16
November 2010 dengan menyajikan volume keluaran yang seolah-olah naik
dari semula 108.553 meter persegi menjadi 121.097 meter persegi. Padahal,
sebenarnya turun dari 108.533 meter persegi menjadi 100.398 meter persegi.
Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di
atas Rp 50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora sehingga
diduga melanggar Keppres 80 Tahun 2003.
c. Deddy Kusdinar (Kepala Biro Perencanaan Kemenpora-PPK)
Memenangkan lelang KSO-AW untuk pembangunan fisik proyek yang tidak
sesuai prosedur lelang. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap
penawaran calon rekanan tidak dilakukan oleh panitia pengadaan, tetapi
diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Hal itu diduga
melanggar Keppres 80 Tahun 2003. Adanya rekayasa proses pelelangan
pekerjaan kontruksi pembangunan Hambalang untuk memenangkan kerja
sama operasi (KSO) berinisial AW.
d. Anas Urbaningrum (Ketua Fraksi )
Menyelesaikan masalah terkait pengurusan hak pakai tanah. Sebagai Ketua
Umum DPP Partai Demokrat tahun 2009. Ia sempat mempimpin Divisi
Otonomi Politik dan Daerah sebelum menjadi Ketua Umum DPP partai
Demokrat. Pada tahun 2001-2005 ia juga pernah bergabung menjadi anggota
Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pasca mundurnya beliau dari Ketua Umum
Partai Demokrat, pada tahun 2013 ia mendirikan organisasi masyarakat yang
bernama Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
e. M. Nazaruddin (Anggota Banggar DPR RI)
Mendesain anggaran untuk proyek wisma atlet Hambalang. Anggota
Banggar DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat dan Bendahara Umum Partai
Demokrat.
f. Angelina Sondakh
Mendesain anggaran untuk proyek wisma atlet Hambalang. Anggota
Banggar DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat dan Bendahara Umum Partai
Demokrat.
g. Mahyuddin NS
Menjabat sebagai ketua komisi X DPR RI. Ia juga pernah menjabat sebagai
wakil gubernur Sumatera Selatan periode 2003-2008 dan dilantik menjadi
gubernur Sumatera Selatan pada 11 Juli 2008.
h. Mirwan Amir
Sukses menduduki Anggota DPR untuk periode 2009-2014 sebagai
anggota Banggar. Pertengahan 2012 ia tercatut dalam kasus dugaan
suap Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) sebagai Dewan
yang memiliki transaksi mencurigakan berdasarkan laporan PPATK.
i. Mardiyana Indra Wati
Sebagai anggota komisi X DPR RI dan anggota Kelompok Kerja (Pokja)
Proyek Hambalang.
2. Pelaku Sektor Swasta
a. PT Metaphora Solusi Global (PT MSG)
Perusahaan yang bergerak dibidang arsitektur dan memenangkan konsep
masterplan dari proyek Hambalang.
b. PT Adhi Karya
Pihak konstruksi BUMN untuk proyek Hambalang dengan pihak yang
terkait:
1) Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi
KonstruksiJakarta I)
2) M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus
Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor)
3) Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor dan
M Arief Taufiqurahman)
4) Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
c. PT Wijaya Karya (Wika)
Perusahaan BUMN yang bergerak dibidang konstruksi yang bekerja sama
(KSO) dengan PT Adhi Karya.
d. PT Dutasari Citalaras
Perusahaan yang pernah dimiliki Athiyyah Laila, istri Ketua Umum Partai
Demokrat Anas Urbaningrum ini mengajukan invoice penagihan uang muka
pertama pada Kerja Sama Operasi PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya
(KSO AW) senilai Rp 64,9 miliar dari nilai total pekerjaan Rp 324,5 miliar
pada 22 Desember 2010. Adapun total nilai proyek Hambalang mencapai Rp
1,1 triliun.
e. PT Group Permai
Ada penggelontoran uang dalam kongres Partai Demokrat yang dilaksanakan
2010. Menurut Nazar, uang yang digelontor berjumlah Rp30 miliar dan
AS$5 juta tersebut berasal dari Permai Grup, perusahaan milik Nazaruddin.
f. PT Global Daya Manunggal (GDM)
Perusahaan subkontraktor untuk pekerjaan struktur, arsitektur asrama junior
putra-putri dan Gedung Olah Raga (GOR) Serbaguna.
3. Dalam Proses Pemberian Izin-Izin
1) Rahmat Yasin alias RY
Selaku Bupati Bogor yang menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan
P3SON berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten
Bogor.
2) Syarifah Sofiah alias SS
Selaku Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor atas nama Bupati
yang menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
3) Burhanudin alias Bu
Selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor yang
membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana
pembangunan P3SON Hambalang.
4) Yani Hasan alias YH
Selaku Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten Bogor
yang membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana
pembangunan P3SON berlokasi di Desa Hambalang.
5) Achmad A Ardiwinata alias AAA
Selaku PPK kegiatan studi Amdal tahun 2007.
6) Inisal DN
Selaku Direktur PT CKS
4. Dalam Proses Pensertifikatan Tanah
1) Joyo Winoto alias JW
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait sertifikasi tanah
Hambalang. Menandatangani SK Hak Pakai untuk Kemenpora atas tanah
Hambalang.
2) Managam Manurum alias MM
Selaku Sestama sekaligus Plt Deputi II BPN
Memerintahkan LAW untuk menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang
tidak berhak menerima dan tidak menandatangani RPD mutakhir meskipun
merubah RPD dengan memasukkan pernyataan pelepasan hak.
3) Binsar Simbolon alias BS
Selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN
memerintahkan staf untuk menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang
diduga palsu dalam RPD.
4) Erna Widayati alias EW
Selaku staf pengolah data Deputi II BPN atas perintah Kasie, Kasubdit, dan
Direktur menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu,
dalam RPD sehingga SK Hak Pakai dapat ditandatangani.
5) Luki Ambar Winarti alias LAW
Selaku Kabagian Persuratan BPN menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang
yang tidak berhak menerima.
5. Dalam Proses Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dan Penyusunan
Anggaran
1) Agus DW Martowardojo alias ADWM
Selaku Menteri Keuangan
2) Anny Ratnawati alias AR
Selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan
3) Mulia P Nasution alias MPN
Selaku Sekjen Kementerian Keuangan
4) Dewi Pudjiastuti Handayani alias DPH
Selaku Direktur Anggaran II Kementerian Keuangan
5) Sudarto alias S
Selaku Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
6) Rudi Hermawan alias RH
Selaku Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
7) Ahmad Maliq alias AM
Selaku staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
8) Guratno Hartono alias GH
Selaku Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU
9) Dedi Permadi alias DP
Selaku Pengelola teknis Kementerian PU.
6. Dalam Proses Pemilihan Rekanan
1) Wisler Manulu alias WiM
Selaku Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Memerintahkan BaS selaku Sekretaris untuk melakukan verifikasi
secara formalitas hasil evaluasi prakualifikasi dan penawaran lelang
pekerjaan P3SON Hambalang, dan membuat berita acara setiap tahap
hasil pekerjaan lelang pekerjaan P3SON Hambalang
b) Memerintahkan J untuk mengadministrasikan seluruh dokumentasi
lelang, mendistribusikan pemberitahuan perubahan anggaran dari Rp
262M menjadi Rp 1,2T kepada peserta lelang
c) Membuat pemberitahuan perubahan nilai pekerjaan yang sebelumnya
Rp 262M menjadi Rp 1,2T
d) Memeirntahkan J untuk memberikan nomor surat pemberitahuan PPK
mengenai perubahan nilai pekerjaan dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T
e) Memerintahkan J mendistribusikan surat perubahan nilai pekerjaan
dari RP 262M menjadi Rp 1,2T kepada peserta lelang
2) Jaelani alias J
Selaku Anggota Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Memberikan nomor surat pemberitahuan PPK yang dibuat oleh WiM
mengenai perubahan nilai pekerjaan dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T
b) Mendistribusikan surat pemberitahuan PPK mengenai perubahan nilai
pekerjaan sebelumnya senilai Rp 262M menjadi Rp 1,2T kepada
peserta lelang
c) Menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum layak
menjadi dasar aanwijzing dan dokumen lelang untuk pekerjaan tahun
jamak(multiyears) senilai Rp 1,2 T
3) Bambang Siswanto alias BaS
Selaku Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Melakukan verifikasi seluruh hasil evaluasi baik prakualifikasi
maupun penawaran sesuai dengan arahan dan perintah Ketua Panitia
Lelang
b) Membuat seluruh berita acara tahap pelelangan dari hasilprakualifikasi
dan penwaran
4) Rio Wilarso alias RW
Selaku Staf Biro Perencanaan Kemenpora
a) Membantu menyusun data pendukung RKA-KL tanpa memperhatikan
hasil perhitungan Kementerian Pekerjaan Umum
b) Membantu menyusun Konsep Surat Keluar untuk permohonan revisi
RKA-KL tanpa didukung data yang cermat
c) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi Teknis
Fungsional yang tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang
profesional
d) Membantu menyusun desain pelaksanaan tanpa dasar penetapan dan
kebutuhan yang ditentukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga
5) M Arifin alias MA
Selaku Komisaris PT MSG memerintahkan AW untuk mengkoordinasikan
pertemuan para pihak yang terkait dengan proyek P3SON Hambalang
6) Asep Wibowo alias AW
Selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan pertemuan
pihak-pihak terkait yaitu konsultan perencanaan, manajemen konstruksi,
pemborong konstruksi, Panitia Pengadaan, dan PPK proyek P3SON
sebelum proses pelelangan dimulai.
7) Husni Al Huda alias HaH
Selaku staf PT Yodya Karya mengkoordinasikan tim staf PT Yodya Karya
untuk melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen
penawaran PT Yodya Karya
8) Aman Santoso alias AS
Selaku direktur PT Ciriajasa Cipta Mandiri (CCM) meminta stafnya (Mul
dan RS) untuk melanjutkan proses teknis penawaran setelah bertemu
dengan MA dalam rapat kantor di kantor Kemenpora dan memastikan
bahwa yang akan bertindak sebagai rekanan manajemen kontruksi adalah
PT CCM
9) Mulyatno alias Mul
Selaku Manajer Pemasaran PT CCM
a) Memerintah AG bersama timnya untuk menyiapkan kebutuhan
dokumen dalam rangka pelelangan di Kemenpora
b) Menghubungi beberapa perusahaan lain untuk dapat membantu
mendukung penawaran sebagai perusahaan pendamping pelelangan
10) Aditya Gautama alias AG
Selaku staf PT CCM mengkoordinasikan tim staf PT CCM untuk
mengurus seluruh proses penawaran termasuk melakukan evaluasi
prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT CCM dan
perusahaan-perusahaan pendamping
11) Rudi Hamarul alias Rha Selaku staf PT CCM
a) Melakukan evaluasi prakualifikasi dan evaluasi teknis terhadap
penawaran yang disusun PT CCM sendiri
b) Membuat dokumen penawaran atas naman perusahaan-perusahaan lain
sebagai pendamping bagi PT CCM untuk mengikuti pelelangan
c) Menyerahkan hasil evaluasi penawaran beserta kertas kerjanya kepada
Panitia Pengadaan
12) RM Suhartono alias RMS
Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen penawaran perusahaan-
perusahaan pendamping untuk mengikuti pelelangan.
13) Yusuf Sholikin alias YS
Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen prakualifikasi dan mengisi
daftar hadir pemasukkan dokumen prakualifikasi atas nama perusahaan-
perusahaan pendamping.
14) Malemteta Ginting alias MG
Selaku staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen Konstruksi
menerima hasil evaluasi rekanan konstruksi dari KS dan menyerahkan
hasilnya kepada Panitia Pengadaan untuk dibuatkan Berita Acara.
15) Teguh Suhanta alias TS
Selaku PT Adhi Karya mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi
prakualifikasi dokumen penawaran pekerjaan konstruksi yang
memenangkan PT AK
16) Kushadi alias KS
Selaku staf PT Adhi Karya bersama Da membawa dokumen penawaran
peserta lelang konstruksi untuk dievaluasi di Hotel Aston, dan kemudian
memberikan hasil evaluasinya kepada MG.
7. Dalam Proses Pencairan Uang Muka R
1. Isnanta alias RI
Selaku Kabag Keuangan Kemenpora menerbitkan Surat Perintah Membayar
(SPM) sebesar Rp 217.137.547.103 untuk pembayaran uang mukan oleh
KPPN melalui SP2D kepada rekanan pelaksana meskipun pekerjaan belum
dilaksanakan oleh rekanan dan bukti pertanggungjawaban pelaksanaan
pekerjaan belum diverifikasi oleh pejabat yang berwenang.

8. Dalam Proses Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi R


1. Isnanta alias RI
Selaku pantia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada
Pembangunan Lanjutan P3SON Hambalang melalaikan kewajibannya
memeriksa pekerjaan fisik dan infrastruktur proyek untuk pembayaran tahun
2010.

D. MOTIF KEJAHATAN DALAM KASUS HAMBALANG


Kasus proyek hambalang merupakan suatu kejahatan korupsi bersama-sama
(berjamaah) yang terorganisasi. Tahapan korupsi dilakukan sejak dalam
penganggaran, lelang, hingga pelaksanaan kegiatan pengadaan. Dampak yang
ditimbulkan akibat dari kejahatan ini bagi perekonomian Indonesia yaitu
mengakibatkan kerugian keuangan negara dan juga buruknya infrastruktur publik
yang dihasilkan. Kedua dampak tersebut merupakan suatu kerugian bagi publik,
karena yang dikorupsi merupakan hasil penerimaan negara dari publik (hasil pajak).
Sebagaimana kita ketahui, setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tidak
pernah luput dari prakti suap menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah
dikalangan DPR memperkuat dugaan praktek ini terjadi.
Korupsi proyek Hambalang adalah korupsi terstruktur dan terorganisir. Semua
pihak uang disebutkan didalam audit menjalankan peranannya masing-masing.
Dimulai dari penyiapan lahan untuk pembangunan, termasuk perizinan, persetujuan
teknis pengadaan (lelang dan kontrak tahun jamak), pencairan anggaran, hingga
penetapan pemenang lelang yang dilakukan diluar prosedur baku.
Korupsi dalam proyek hambalang merupakan suatu tipe korupsi yang
terorganisasi. Kelompok penguasa berkolaborasi dengan kepentingan bisnis untuk
melakukan kejahatan. Modus kejahatan korupsi dalam proyek ini hanyalah
modifikasi dan replikasi kejahatan korupsi Orde Baru. Dari data diketahui tercatat
total loss atau jumlah kerugian negara dalam kasus mega proyek di Bukit
Hambalang, Sentul, Bogor mencapai Rp 463,66 Miliar.
Dalam proyek hambalang, kejahatan ini terjadi bukan semata-semata hanya
kejahatan biasa, namun terjadi karena beberapa faktor. Pertama, tekanan, pada
dasarnya dilihat dari tingkat kehidupan ekonomi dan sosial yang melakukan fraud.
Dalam proyek hambalang, fraudster sebenarnya tidak memiliki tekanan dari segi
ekonomi, tetapi mungkin memiliki tekanan sosial dimana para fraudster memiliki
tanggung jawab sosial pada parpol yang membesarkan namanya. Seperti yang terjadi
pada Anas Urbaningrum, Anas menerima sejumlah nominal uang yang digunakan
dalam kepentingan dia untuk menjadi ketua umum partai demokrat saat itu.
Kedua, rasionalisasi terjadi dalam kasus hambalang, melihat dari penjelasan
diatas berpendapat :
Rasionalisasi mengacu pada fraud yang bersifat situasional. Pelaku akan
mengatakan: Im only borrowing they money; Ill pay it back, Everyone
does it, Im not hurting anyone, Its for a good purpose, danIts not that
serious.

Pada kalimat Everyone does it mungkin para fraudster dalam kasus


hambalang berfikir bukan hanya saya yang melakukan tindakan fraud ini, namun
banyak pihak lainnya yang juga melakukan, maka dari itu mereka menganggap
bahwa apa yang meraka lakukan itu masih normal karena yang lainnya pun juga turut
melakukan hal kejahatan tersebut.

Ketiga, kesempatan. Besarnya celah kesempatan dalam kasus ini, kasus


hambalang yang telah dicetuskan pada tahun 2003 sampai dengan 2009. Dalam
rentang waktu yang selama itu berarti SPI dalam projek hambalang dapat dikatakan
sangat lemah dengan tidak ada kegiatan projek selama itu, sedangkan untuk kegiatan
penganggaran pun luput dari pengawasan. Selain itu, faktor utama terjadinya fraud
karena didukung oleh faktor jabatan, wewenang dan kekuasaan.

Keempat kapabilitas, kasus hambalang terjadi karena fraudster memiliki


kemampuan pribadi yang mempunyai peranan besar dalam fraud hambalang. Adapun
kemampuan yang dimilik meliputi: jabatan (dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki jabatan tinggi, misalnya: Menpora, Sekmenpora, dan lain-lain), kecerdasan
(fraudster memiliki pengetahuan untuk dapat melakukan fraud dan memanfaatkan
kesempatan yang ada), ego (fraudster memiliki kepentingan untuk diri sendiri),
kemampuan pemaksaan (dengan jabatan, fraudster mampu menekan pihak bawahan
untuk melakukan fraud, hal ini berkaitan dengan tekanan parpol).

E. ANALISIS RED FLAGS KASUS HAMBALANG


Dalam kasus hambalang, red flag yang terjadi yaitu common red flags dan
spesifik red flags. Analisis red flags dari kasus hambalang sebagai berikut :
1. Common Red Flags Kasus Hambalang
Tergolong dalam Skema Korupsi. Common red flags yang berkaitan dengan
korupsi adalah:
a. Anomali dalam menyetujui vendor
Pemilihan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya tidak sesuai prosedur yang
ada yaitu meliputi:
1. Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi pra
kualifikasi antara PT Adhi Karya/PT Wijaya Karya dengan rekanan lain
2. Standar untuk PT Adhi Karya/PT Wijaya menggunakan nilai untuk
pekerjaan sebesar Rp 1,2 triliun sedangkan rekanan lain senilai Rp 262
miliar.
3. Pengumuman lelang dengan infrmasi yang tidak benar dan tidak lengkap.
Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi yaitu
SesKemenpora telah melampaui wewenangnya dengan menetapkan
pemenang lelang untu kpekerjaan bernilai diatas Rp 50 miliar tanpa
memperoleh pelimpahan wewenang dari Menpora sebagai pejabat yang
berwenang menetapkan.
b. Hubungan antara karyawan kunci dan vendor resmi
Adanya sejumlah pertemuan antara peserta lelang dengan panitia pengadaan
untuk menentukan pemenang lelang.
c. Anomali dalam pencatatan transaksi
1. Anggaran untuk proyek hambalang yang semula dianggarkan sebesar Rp
125 miliar kemudian dirubah menjadi Rp 2,5 trilliun.
2. Ditetapkannya kontrak tahun jamak (multiyears) pada proyek Hambalang.
3. Izin penetapan lokasi, site plan dan izin mendirikan bangunan oleh
Pemkab Bogor belum disertai adanya studi Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL).
d. Kelemahan Pengecekan Ulang Persetujuan
1. Membiarkan Sekretaris Menpora pada saat itu yaitu Wafid Muharam
melampaui wewenang dalam menandatangani surat permohonan kontrak
tahun jamak (multiyears) terkait proyek hambalang tanpa memmperoleh
pendelegasian dari Menpora.
2. Pencairan dana proyek Hambalang yang menjadi wewenang Agus selaku
Menteri Keuangan dan Anny Ratnawaty selaku Dirjen Keuangan
dianggap menyalahi aturan karena pengajuan anggaran hanya ditanda
tangani Sekretaris Menpora yang mana seharusnya ditanda tangani oleh 2
pihak yaitu Menteri pengguna anggaran dalam hal ini Menpora dan
Menteri Pekerjaan Umum.
2. Spesific Red Flags Kasus Hambalang
Dalam kasus hambalang secara spesifik masuk ke skema korupsi, yaitu :
a. Pemisahan tugas yang lemah dalam menentukan kontrak dan
menyetujui faktur. Tidak terlaksananya fungsi control yang baik
terhadap staf, bawahan dan fungsi pengawasan. Andi terbukti
menyalahgunakan kewenangan karena lalai mengontrol dan mengawasi
adiknya Andi Zulkarnaen Anwar alias Choel Mallarangeng dan stafnya
yaitu mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid Muharram
dan mantan Kepala Biro Keuangan dan Rumah tangga Kemenpora Deddy
Kusdinar.
b. Transaksi dalam jumlah besar dengan vendor. Membayarkan dana
kepada PT Yodya Karya selaku konsultan Perencana (Rp12,58 miliar), PT
Ciriajasa Cipta Mandiri selaku konsultan manajemen konstruksi (Rp5,85
miliar), KSO Adhi Karya dan Wijaya Karta sebagai pelaksana jasa
kontruksi (Rp453,27 miliar).
c. Penemuan hubungan antara karyawan dan pihak ketiga yang tidak
diketahui. Terdakwa tidak mengontrol dan mengawasi adiknya Choel
Mallarangeng untuk berhubungan dengan pejabat Kemenpora dan
memberikan sarana untuk memudahkan jalan sehingga Choel meminta
'fee' kepada Wafid Muharam dan Deddy Kusdinar yang dari fakta
persidangan meminta 550 ribu dolar AS sebagai imbalan diloloskannya
PT Adhi Karya dan Rp2 miliar dari PT Global Daya Manunggal (GDM)
yang diserahkan Herman Prananto dan karena bisa memenangkan PT
GDM sebagai subkontraktor PT Adhi Karya adalah perbuatan persifat
koruptif.
3. Model Deteksi Fraud untuk Kasus Hambalang

Menjadi Catatan (Bahwa Fraud Detection Model ini diterapkan hanya dalam
kasus mendeteksi fraud yang belum terjadi (prefentive action), bukan dalam
penanganan fraud yang sudah terjadi (repressive action), yaitu :
1. Mendeteksi fraud terjadi saat Anas Urbaningrum mendapatkan gratifikasi
berupa mobil mewah Toyota Harrier dari Nazaruddin dan PT Dutasari
Citralaras yang pada saat itu dikomisarisi oleh Athiyyah Laila (Istri Anas)
menjadi subkontraktor proyek Hambalang (ikut berkecimpung di dalam
proyek).
2. Mengembangkan profil kecurangan dengan cara mencari tahu latar belakang
pemberian mobil tersebut dan apa kaitannya dengan PT. Dutasari Citralaras
yang menjadi subkontraktor proyek, padahal tender sudah diambil alih oleh
PT. Adikarya dan PT. Waskita Karya.
3. Selanjutnya auditor (dalam hal ini BPK) dapat memproses semua data yang
didapat di poin sebelumnya agar dapat mencari keterlibatan Anas
Urbaningrum yang berkaitan dengan gratifikasi yang diterimanya dan
perusahaan yang dikomisarisi istrinya
4. Melakukan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait yang memiliki hubungan
baik dan tidak baik, dengan Anas Urbaningrum dan beberapa kader partai
demokrat lainnya dalam menemukan informasi terkait.
5. Kemudian BPK dapat menganalisis bagaimana kesadaraan pihak-pihak yang
terlibat dalam proses pelaksaan proyek. Apakah ada di dalamnya terdapat
kejanggalan tertentu seperti misalnya proyek tersendat, urusan pembebasan
lahan yang tiba-tiba selesai padahal sebelumnya sulit, dan material proyek
yang dibeli tidak sesuai dengan anggaran yang dibuat, dsb.
6. Setelah semua proses selesai maka dapat ditarik kesimpulan apakah Anas
Urbaningrum melakukan fraud atau tidak.

F. SKEMA FRAUD KASUS HAMBALANG

Dalam kasus hambalang terdapat dua skema fraud yang terjadi. Yaitu korupsi
dan fraud laporan keuangan. Analisis karakteristik skema fraud dari kasus
hambalang adalah sebagai berikut :

1. Fraudtser
Dalam kasus ini fraud skema korupsi dilakukan oleh banyak pihak, baik dari
pihak eksekutif maupun legislatif, dan pihak KSO-AW. Dari pihak eksekutif
diantaranya adalah Menpora beserta jajaran pejabat dibawahnya. Dari pihak
KSO-AW, Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi Konstruksi
Jakarta I) dan M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran
sekaligus Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor)
2. Size of Fraud
Korupsi yang terjadi pada kasus Hambalang termasuk kategori besar karena
mencapai Rp. 463,67 miliar atau sekitar $ 35 juta.
3. Frekuensi Kecurangan
Skema fraud korupsi termasuk kecurangan dengan frekuensi medium, yaitu
sebesar 30%.
4. Motivasi
Motivasi yang dilakukan oleh pihak eksekutif maupun legislatif, dan pihak
KSO-AW adalah personal pressure dan bisnis. Personal pressure diantaranya
tercermin pada tindakan Anas Urbaningrum yang menggunakan hasil korupsi
untuk memuluskan jalan dalam pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat.
Untuk bisnis terlihat pada tindakan pemberian tidak sah oleh pihak KSO-AW,
yaitu Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi Konstruksi
Jakarta I) dan M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran
sekaligus Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor).
5. Materialitas
Kecurangan korupsi pada kasus Hambalang termasuk material dikarenakan
mencapai Rp. 463,67 miliar atau sekitar $ 35 juta.
6. Benefactor
Kecurangan korupsi dilakukan oleh fraudster dengan atas nama pihak
fraudster dan perusahaan.
7. Ukuran Korban Perusahaan
Ukuran korban perusahaan pada kasus hambalang termasuk besar dikarenakan
pihak KSO-AW merupakan perusahaan BUMN yang go public.
Berkaitan kasus hambalang, adapun skema korupsi dan skema laporan
keuangan meliputi :
1. Skema Korupsi
Kasus hambalang diidentifikasi sebagai kasus korupsi dan kegiatan yang
dilakukan adalah :
a. Konflik Kepentingan
a) Mengarahkan secara terus-menerus terkait keputusan
(kebijakan/aturan, pembelian barang/jasa)
a. Pengurusan hak lahan,site plan, dan IMB
1. Anas membantu untuk mengurus permasalahan tanah
Hambalang di Badan Pertanahan Nasional.
2. Selanjutnya Anas memerintahkan Ignatius Mulyono selaku
anggota Komisi II DPR dari Partai Demokrat yang mempunyai
mitra kerjanya BPN, untuk mengurus permasalah hak pakai
tanah untuk pembangunan proyek Hambalang.
3. Akhirnya, Ignatius berhasil mengurus SK Hak Pakai atas tanah
Kemenpora di Hambalang, kemudian menyerahkan SK tersebut
ke Anas di ruangan Ketua Fraksi Partai Demokrat yang
disaksikan Nazaruddin. Salinan SK diberikan ke Nazaruddin.
4. Rahmat Yasin Selaku Bupati Bogor yang menerbitkan Site
Plan atas rencanapembangunan P3SON berlokasi di Desa
Hambalang KecamatanCiteureup Kabupaten Bogor.
b. Penganggaran
1. Andi dan Wafid selanjutnya melakukan pertemuan di ruangan
Menpora dengan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat yang
bertugas di Komisi X dan Badan Anggaran DPR, yaitu
Mahyuddin (Ketua Komisi X), Angelina Sondakh, Mirwan Amir
dan Nazaruddin.
2. Pokja Anggaran Komisi X menyetujui penambahan dana sebesar
Rp150 miliar dalam APBN-P 2010 tanpa melalui proses Rapat
Dengar Pendapat (RDP) antara Pokja dan Kemenpora.
3. Persetujuan penambahan anggaran ditandatangani oleh
Mahyudin selaku pimpinan Komisi X dan jajarannya yakni Rully
Chairul Azwar dan Abdul Hakam Naja. Selain itu,
ditandatangani pula oleh anggota Pokja seperti Angelina
Sondakh, Wayan Koster, Kahar Muzakir, Juhaaeni Alie dan
Mardiyana Indra Wati.
b) Membatasi persaingan dengan mengatur proses prakualifikasi dan
memberikan informasi penting dan rahasia sehingga walaupun
dilakukan tender, akan dimenangkan oleh pihak yang diinginkan.
1. Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan
nilai kontrak di atas Rp 50 miliar tanpa memperoleh
pendelegasian dari Menpora sehingga diduga melanggar Keppres
80 Tahun 2003.
2. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan
wewenang Menpora tersebut dan tidak melaksanakan
pengendalian dan pengawasan seperti diatur dalam PP 60 Tahun
2008.
3. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran
calon rekanan tidak dilakukan oleh panitia pengadaan, tetapi
diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Hal itu
diduga melanggar Keppres 80 Tahun 2003.
4. Wisler Manulu selaku Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora
memerintahkan Bambang Siswanto selaku Sekretaris untuk
melakukan verifikasi secara formalitas hasil evaluasi
prakualifikasi dan penawaran lelang pekerjaan P3SON
Hambalang, dan membuat berita acara setiap tahap hasil
pekerjaan lelang pekerjaan P3SON Hambalang.
5. Bambang Siswanto melakukan verifikasi seluruh hasil evaluasi
baik prakualifikasi maupun penawaran sesuai dengan arahan
dan perintah KetuaPanitia Lelang
b. Skema Suap
Kecurangan lelang (bid rigging) kecurangan yang dilakukan dengan
berbagai cara untuk memenangkan penyedia barang/jasa tertentu yang
dilatarbelakangi akan adanya pemberian sesuatu yang bernilai dari
penyedia yang dimenangkan.
1. Deddy Kusdinar bersama Wafid bertemu Choel Mallarangeng di
Restoran Jepang Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Pada pertemuan itu
Choel menyampaikan bahwa abangnya Andi Mallarangeng, sudah
satu tahun menjabat Menpora tapi belum dapat apa-apa.
2. Maksud ucapan Choel diperjelas oleh Mohammad Fakhruddin staf
khusus Menpora yang menanyakan ke Wafid tentang kesiapan
memberi fee sebesar 18% kepada Choel untuk pekerjaan
pembangunan proyek Hambalang,"
3. Selanjutnya, dilakukan pertemuan di ruangan Menpora yang
dihadiri Wafid, Deddy, Choel, Fakhruddin dan Arief dari PT Adhi
Karya.
c. Pemberian Tidak Sah
Dengan ditetapkannya KSO Adhi-Wika sebagai pemenang proyek
Hambalang, total dana yang diperoleh Andi Rp4 miliar dan US$550.000.
d. Pemerasan Ekonomi
Choel meminta 'fee' kepada Wafid Muharam dan Deddy Kusdinar
yang dari fakta persidangan meminta 550 ribu dolar AS sebagai imbalan
diloloskannya PT Adhi Karya dan Rp2 miliar dari PT Global Daya
Manunggal (GDM) yang diserahkan Herman Prananto dan karena bisa
memenangkan PT GDM sebagai subkontraktor PT Adhi Karya.

2. Skema laporan keuangan

1. Kewajiban Tersembunyi
DK-1 Adhi Karya menerima dana sebesar Rp82,39 miliar dari KSO
AW (Kerjasama Operasi Adhikarya dan Wijayakarya). Atas transaksi
tersebut, KSO AW mencatat piutang ke Adhi Karya sebesar Rp82,39
miliar. Namun, di sisi lain, DK-1 Adhi Karya tidak mencatat transaksi
tersebut sebagai utang ke KSO AW, melainkan sebagai: (i) akun
pendapatan diterima dimuka sebesar Rp70 miliar.
2. Pengungkapan yang tidak benar
KSO telah mengalirkan dana yang diterima dari Kemenpora kepada
pihak-pihak tertentu, di antaranya untuk berbagai pengeluaran yang telah
dilakukan sebelum proyek diperoleh, yaitu, dana Rp12,3 miliar untuk
mengganti pengeluaran yang telah dilakukan Adhi Karya sebelum proyek
dimulai. Ada juga dana sebesar Rp6,92 miliar untuk mengganti
pengeluaran yang telah dilakukan Wijaya Karya sebelum proyek dimulai,
dan kas operasional KSO sebesar Rp13,22 miliar yang di antaranya untuk
mengganti berbagai pengeluaran seperti upah, insentif, dan lain-lain.
Berbagai pengeluaran tersebut disembunyikan dalam pembukuan dan
laporan keuangan.
Adhi Karya mencatatkan pengeluaran ke dalam akun bon, sedangkan
yang merupakan bagian dari akun kas seolah-olah tidak terjadi
pengeluaran kas. Kedua, Wijaya Karya mencatat pengeluaran ke dalam
akun setoran ke KSO lain yang bukan KSO Hambalang. Karena, pada saat
kas tersebut dikeluarkan, KSO Hambalang belum terbentuk. Ketiga, KSO
mencatat pembukuan upah fiktif. Dalam penjelasan secara rinci,
disebutkan, untuk mengeluarkan dana yang bersifat informal, Adhi Karya
menerapkan mekanisme bon sementara yang tidak dicatat dalam sistem
akuntansinya, sehingga tidak terepresentasikan dalam laporan keuangan.

G. PENCEGAHAN FRAUD

Kasus korupsi megaproyek Hambalang merupakan ujian terhadap akuntabilitas


kekuasaan negara. Hal ini mencerminkan bahwa tindak kecurangan di pemerintahan
di Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Kasus-kasus fraud yang
terjadi telah banyak melibatkan oknum baik dijajaran lembaga legislatif, eksekutif
bahkan yudikatif. Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah Indonesia baik dengan
memberdayakan secara maksimal lembaga-lembaga penegak hukum, seperti
Kejaksaan, Pengadilan, dan Kepolisian. Bahkan dalam dasawarsa terakhir Pemerintah
juga telah membentuk dan memberdayakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
untuk melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun sayangnya hasil yang
di dapat masih belum sesuai dengan harapan, di mana Indonesia masih menduduki 10
negara terkorup di dunia.
Terjadinya kecurangan tersebut yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu
pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan
keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa dampak kerugian.
Terlebih kecurangan tersebut dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah yang sulit
terdeteksi karena pelaku biasanya merupakan orang-orang yang dipercaya untuk
menjalankan suatu proyek. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan preventif agar
kecurangan serupa tidak terjadi. Berikut skema terjadinya fraud:

Prinsip
fraud

Aktivitas Kemungkinan Pencegahan,


Entitas fraud Deteksi dan
Investigasi

Skema fraud Pengukuran


Red flags
risiko fraud

Fokus terhadap pencegahan menjadi point penting dalam kasus ini.


Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan
manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris,
manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan
memadai dalam mencapai 3 ( tiga ) tujuan pokok yaitu : keandalan pelaporan
keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum &
peraturan yang berlaku ( COSO: 1992).Untuk hal tersebut , kecurangan yang
mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara cara berikut :
1) Membangun struktur pengendalian intern yang baik
Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas
manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin
berat. Agar tujuan yang telah ditetapkan top manajemen dapat dicapai,
keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan
secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan struktur
pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan.
2) Mengefektifkan aktivitas pengendalian
a) Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja
priode sebelumnya, menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda
operasi atau keuangan satu sama lain, bersama dengan analisis atas
hubungan dan tindakan penyelidikan dan perbaikan; dan review atas
kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit atas laporan
cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman.
b) Pengolahan informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan,
kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas
pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum (general
control) dan pengendalian aplikasi (application control).
c) Pengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva,
penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses
terhadap aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses ke program komputer
dan data files; dan perhitungan secara periodik dan pembandingan
dengan jumlah yang tercantum dalam catatan pengendali.
3) Meningkatkan kultur perusahaan
Meningkatkan kultur perusahaan dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja sumber-
sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasikan nilai ekonomi
jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan.
4) Mengefektifkan fungsi internal audit
Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan
tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya
dengan saksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya
kecurangan dan dapat memberikan saran-saran yang bermafaat kepada
manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan.resiko yang dihadapi
perusahaan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya kecurangan
oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau tindak
penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik / reputasi
perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut
mengharuskan internal auditor untuk menyusun tindakan pencegahan /
prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan sebagaimana diuraikan
dalam bagian sebelumnya.
Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus memahami
pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang
timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat di generalisir terhadap semua
kecurangan. Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik tersendiri,
sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik
terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan.
Setelah proses pencegahan dianggap tidak berhasil, disinilah audit forensik
berperan dalam mengungkap kecurangan yang ada, khususnya di Indonesia yang dari
waktu ke waktu terus menunjukkan peningkatan. Audit forensik banyak diterapkan
ketika Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum
yang diperlukan untuk menagani kasus-kasus korupsi yang dilaporkan kepada
instansi tersebut. Audit forensik juga digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Kepolisian, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta
Inspektorat Jenderal Kementerian untuk menggali informasi selama proses
pelaksanaan audit kecurangan (fraud audit) atau audit investigasi.

1. Pencegahan Lingkungan

1. Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh menpora Andi


Malarangeng dilakukan pemisahan fungsi, tugas dan wewenang

2. Dilakukan pemilihan pemimpin dengan lebih difilter lagi, seperti


(kejujuran, tanggungjawab, dan sikap yang baik) agar setelah menjabat
tidak melakukan praktik praktik melanggar hukum seperti korupsi dan
tindakan lainnya yang merugikan negara.

3. Diminimalisir adanya sistem kerja yang melibatkan orang orang yang


memiliki hubungan terkait agar tindak kerjasama atau persekongkolan
dalam melakukan tindak korupsi tidak terjadi.

4. Sikap pemimpin harus mempunyai integritas yang tinggi untuk tidak


terlibat dan membudayakan tindakan anti fraud.

5. Berkaitan dengan perbaikan kelembagaan lembaga BPK sebagai Badan


Pemeriksa Keuangan negara. Perang terhadap korupsi, baik melalui upaya
pencegahan maupun pembongkaran praktik-parktik korupsi tentu tidak
dapat dilakukan secara sporadis dan parsial. Dibutuhkan cara-cara,
strategi, dan pendekatan sistemik yang efektif secara komprehensif
sehingga dapat menuai hasil yang optimal. Untuk itu penting adanya
upaya sinergi kelembagaan secara simultan. Memperkuat KPK dalam
memerangi korupsi tentu merupakan upaya yang penting. Namun
melakukan sinergi kelembagaan yang relevan dengan segala upaya
penanganan korupsi termasuk di dalamnya penguatan BPK sebagai satu-
satunya institusi negara yang memiliki tanggung jawab melakukan
pemeriksaan keuangan negara akan menjadi lebih strategis. Penguatan
kelembagaan BPK diharapkan bukan saja dapat mendorong penyelamatan
uang negara yang menjadi domain tupoksinya, namun juga sekaligus
dapat mendorong percepatan pemberantasan korupsi di negeri ini.

2. PERSEPSI DETEKSI

Beberapa cara untuk meningkatkan persepsi deteksi meliputi:

1. Pengawasan (Surveillance)

Idealnya, strategi atau sistem pencegahan melalui mekanisme pengawasan yang


efektif itumulai bisa diberlakukan sejak proses perencanaan proyek, kelayakan,
penghitungan anggaran proyek, tahap lelang, pelaksanaan atau realisasi proyek
hingga tahap memonitor spesifikasi material proyek. Mekanisme pencegahan
sekaligus pengawasan ini sudah bisa diterapkan berkat dukungan teknologi informasi.
Sejumlah perusahaan besar swasta asing menggunakan teknologi dimaksud sejak
perencanaan proyek, kalkulasi anggaran hingga pengontrolan spesifikasi material
proyek. Pada kasus proyek Hambalang yang bermasalah, KPK tentu menemukan
beberapa modus.

Bahkan KPK mau berinisitiatif untuk menyatakan pendapat yang dialamatkan


kepada pemerintah; bahwa untuk meneruskan pembangunan proyek Hambalang,
pemerintah diminta memperhatikan pendapat pakar. Apalagi setelah tim dari Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meneliti dan menyatakan
lokasi proyek itu di zona rawan. Pertanyaannya adalah mengapa proyek yang telah
menghabiskan anggaran Rp2,7 triliun itu bisa lolos dalam tahap usulan dan
pembahasan anggarannya? Di mana letak kelemahan pengawasannya sehingga
proyek itu disetujui kendati dibangun di lokasi yang rawan bencana?

Selama peradilan kasus ini, dimunculkan beberapa catatan dari para ahli
tentang kejanggalan proyek ini. Misalnya, lokasi proyek Hambalang berada dalam
zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi sebagaimana Peta Rawan. Pendapat
lainnya menegaskan, terjadi kegagalan system management design dan konstruksi
proyek yang telah menyebabkan kegagalan proyek. Selain itu, proses pembahasan di
DPR pun mengandung sejumlah kejanggalan.

Dengan begitu, kasus proyek Hambalang mencerminkan lemahnya


pengawasan lintas instansi. Lemahnya koordinasi pengawasan lintas instansi
mendorong perilaku tidak peduli pada aspek prudent (kehatihatian). Kementerian
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yakin proyek itu layak walau tidak didukung
penelitian geologi yang kuat. Akibatnya, kendati proyek itu sarat risiko, anggaran
proyeknya disetujui dan dicairkan.

Pada tahap menyetujui dan mencairkan anggaran proyek ini, jelas bahwa
aspek prudent diabaikan. Kalau saja pengawasan lintas instansi terkoordinasi dengan
efektif, kasus proyek Hambalang pasti tidak pernah ada.

3. PENDEKATAN KLASIK

Dalam pendekatan klasik dilakukan pelaksanaan audit. Tahapan pelaksanaan ini


dilakukan oleh BPK saat melaksanakan audit investigasi terhadap proyek Hambalang.
Tahapan tersebut terdiri dari:

1. Perencanaan
Tim Audit Investigasi terdiri dari para auditor yang kompeten, memiliki
integritas yang tinggi, serta independensi. Tim Audit Investigasi kasus
Hambalang haruslah terdiri dari auditor-auditor yang berkompeten dan paham
mengenai peraturan terkait pelaksanaan proyek seperti: keputusan hak pakai,
lokasi dan site plan, izin mendirikan bangunan, teknis, kontrak tahun jamak,
pelelangan, pencarian anggaran, dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Tim
Investigasi harus menentukan jenis-jenis penyimpangan yang terjadi, sebab-
sebab penyimpangan, modus operandi, pihak-pihak yang terlibat, unsur-unsur
kerjasama, dan estimasi besarnya kerugian negara atau daerah akibat kasus
ini.
2. Pelaksanaan
Bukti audit ini dapat diperoleh Tim Audit Investigasi melalui observasi,
inspeksi, konfirmasi, analisa, wawancara, pemeriksaan bukti tertulis, review
analitis, perhitungan kembali, penelusuran, dll.
3. Pelaporan
Dari suntingan berita diatas didapati bahwa dugaan pelanggaran terjadi karena
adanya kesalahan dalam prosedur pelaksanan dan pemenuhan syarat
protokoler dalam mengeluarkan surat keputusan padahal pihak yang
berwenang menyetujui belum melakukan pengujian maupun persetujuan.
Pihak yang berwenang pun dinilai melakukan pembiaran bawahannya
melakukan pelanggaran.

4. UKURAN PENCEGAHAN LAINNYA

Hasil Audit Reguler Kasus Hambalang

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo memaparkan sejumlah


hasil audit terhadap kasus Hambalang ke DPR. Menurutnya laporan audit investigasi
kasus Hambalang dilakukan dua tahap. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kasus
Hambalang tahap I dilakukan pada 30 Oktober 2012.
Hasilnya telah disampaikan ke DPR. Dalam LHP tahap I, BPK menyimpulkan ada
indikasi penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan atau penyalahgunaan
wewenang dalam proses persetujuan tahun jamak, proses pelelangan, proses
pelaksanaan konstruksi, dan dalam proses pencarian uang muka yang dilakukan pihak
terkait dalam pembangunan Hambalang yang mengakibatkan timbulnya indikasi
kerugian negara sekurang-kurangnya Rp 263,66 miliar.

Artinya, LHP tahap I dan II merupakan satu satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya secara komprehensif menyajikan berbagai dugaan
penyimbangan dan/atau penyalahgunaan wewenang dalam pembangunan Hambalang.

Dalam LHP tahap II, terang Hadi, BPK menyimpulkan terdapat indikasi
penyimpangan dan/atau penyalahgunaan wewenang yang mengandung
penyimpangan yang dilakukan pihak-pihak terkait dalam pembangunan proyek
hambalang. Penyimpangan wewenang itu terjadi pada proses pengurusan hak atas
tanah, proses izin pembangunan, proses pelelangan, proses persetujuan RAK K/L dan
persetujuan tahun jamak, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pembayaran, dan aliran
dana yang di ikuti dengan rekayasa akuntasi dalam proyek Pusat Pendidiakn
Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3 SON), Hambalang.. Dalam LHP tahap
II ini BPK kembali menemukan adanya penyimpangan dalam proses pengajuan dan
kerugian negara mencapai Rp471 miliar.

Berikut kesimpulan LHP tahap II BPK soal Hambalang;

1) Bahwa permohonan persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenpora


kepada Menteri Keuangan atas proyek pembangunan P3 SON
Hambalang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan
dalam peraturan yang berlaku, sehingga selayaknya permohonan
tersebut tidak dapat disetujui Menteri Keuangan.
2) Bahwa pihak-pihak terkait secara bersama-sama diduga telah
melakukan rekayasa pelelangan untuk memenangkan rekanan tertentu
dalam proses pemilihan rekanan pelaksana proyek pembangunan P3
SON Hambalang.

3) Bahwa pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah


melakukan studi amdal maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi
Lingkungan Hidup) terhadap proyek pembangunan P3 SON
Hambalang sebagaimana yang diamanatkan UU Lingkungan Hidup.
Persyaratan adanya studi amdal terlebih dahulu sebelum mengajukan
izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab Bogor tidak pernah
dipenuhi oleh Kemenpora.

Terkait dengan persetujuan RAK K/L dan persetujuan tahun jamak, BPK juga
menemukan adanya pencabutan Peraturan Menteri Keuangan No 56/2010 yang
diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan No 194/2011 tentang Tata Cara
Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

Peraturan Menteri Keuangan No 194/2011 patut diduga bertentangan dengan


Pasal 14 UU No 1/2004. Peraturan tersebut diduga untuk melegalisasi dugaan
penyimpangan yang telah terjadi. Pencabutan Permenkeu No
56/2010,mengindikasikan adanya pembenaran atas ketidakbenaran atau
penyimpangan atas Pasal 14 UU No 1/2004. Berbagai indikasi penyimpangan yang
dimuat dalam LHP tahap I dan II mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 463,67
miliar. Yaitu senilai total dana yang telah dikeluarkan oleh negara untuk pembayaran
proyek pada 2010 dan 2011 sebesar Rp 471, 71 miliar. Dikurangi dengan nilai uang
yang masih berada pada KSO AW sebesar Rp 8,03 miliar.

Kesimpulan tersebut, didasarkan pada fakta-fakta sebagai berikut. Kemenpora


tidak pernah memenuhi persyaratan untuk melakukan studi amdal sebelum
mengajukan izin lokasi. Kemudian, setplant dan izin mendirikan bangunan kepada
pemkab Bogor atau menyusun dokumen evalusi lingkungan hidup mengenai proyek
Hambalang.

Permohonan persetujuan tahun jamak dari Kemenpora kepada Menteri


Keuangan atas proyek Pembangunan Hambalang, kata Hadi, tidak memenuhi
persyaratan sebagai mana yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku. Sehingga
sudah seharusnya permohonan tersebut ditolak.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa setelah vakum sejak tahun 2004,
titik tolak proyek P3SON di mulai kembali setelah Ses Menpora WM dan Tim
Asistensi mempresentasikan rencana pembangunan Proyek Hambalang di Cilangkap
yaitu di rumah kediaman AAM berdasarkan permintaan AAM. Kemudian dalam
pelaksanaan proyek P3SON BAKN juga menyimpulkan bahwa telah terjadi
penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan dan indikasi penyalahgunaan
wewenang oleh pejabat terkait dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Proyek
Pembangunan P3SON Hambalang, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. BPK belum mengungkapkan adanya aliran dana yang diberikan oleh
pengelola proyek kepada pihak-pihak yang tidak terlibat dalam kegiatan proyek dan
belum melakukan penelusuran aliran dana kepada PT DC yang menerima uang muka
sebesar Rp63.300.942.000,00 yang menurut BPK seharusnya tidak berhak
menerimanya. Dari hasil pemeriksaan BPK terungkap adanya kerjasama tidak sehat
antar beberapa pihak yang melanggar ketentuan yang berlaku, tidak akuntabel dan
tidak transparan , yaitu dalam penyusunan anggaran dan dalam pelaksanaan
anggaran sehingga menimbulkan kerugian Negara sekurang-kurangnya sebesar Rp
243,66 miliar.
II. REKOMENDASI
Berdasarkan kasus diatas, kelompok kami memberikan beberapa rekomendasi,
yaitu :
1. KPK seharusnya menuntaskan penyidikan dan penuntutan terhadap kasus
proyek Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga
Nasional (P3SON) Hambalang Bogor, karena terbukti telah terjadi
penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pengelola
proyek dan pihak terkait, yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara
sekurang-kurangnya Rp243,66 miliar.
2. Pihak terkait melakukan penelusuran aliran dana yang menyebabkan
kerugian negara sekurang-kurangnya Rp243,66 miliar.
3. Melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mnegungkap kerugian negara.
.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai