Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI RISET

Dosen: Ir. Dwi Suci Sri Lestari, MT.

PROPOSAL PENELITIAN

PENAMBAHAN LAHAN PARKIR BERUPA BASEMENT


Studi Kasus: Pasar Legi, Surakarta

Disusun Oleh:
Resi Phindo Marchio Laire A0217033
Fajar Eko Yulianto A0217012
Candra Gusfatullah A0217014
Yahya Aldhian Syah A0217016
Aldyo Rizal Kusuma A0217025

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
November, 2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aktivitas pengunjung di Pasar Legi yang semakin padat menyebabkan
meningkatnya jumlah permintaan akan area parkir, tetapi karena terbatasnya lahan,
sangat sulit mencari tempat parkir yang dekat pasar dan nyaman tempatnya. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia definisi Parkir adalah keadaan tidak bergerak
suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya.
Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya, namun parkir di sisi jalan
umumnya diperbolehkan atau setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat
tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak
semata-mata untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau
barang. Fasilitas parkir dibangun bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk
memfasilitasi kendaraan pemakai gedung. Menurut tim penulis kekurangan parkir di
Pasar Legi dan sekitarnya berupa kendaraan para pengunjung pasar diparkirkan di
badan jalan, ada pula yang diletakkan di trotoar atau area pejalan kaki, Menurut Penulis
pula, dugaan penyebabnya dikarenakan tidak mampunya pengelola pasar untuk
menampung seluruh kendaraan pengunjung yang datang ke Pasar Legi, akibatnya
masih ditemukan beberapa pengunjung yang parkir jauh dari pasar, tetapi ada pula
yang nekat untuk parkir didekat pasar tanpa memikirkan akibat yang akan muncul
nantinya. Menurut tim penulis karena minimnya lahan kosong di area sekitar Pasar
Legi, menjadikan penambahan lahan parkir berupa basement dapat menjadi solusi
mengatasi masalah keterbatasan lahan parkir yang terjadi di Pasar Legi, Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) basement merupakan ruangan di bawah tanah dari
sebuah gedung atau rumah.
Masalah utama parkir di Pasar Legi terjadi karena keterbatasan lahan parkir dan
ketidakmampuan pengelola dalam menampung kendaraan pengunjung yang datang.
Menurut tim penulis area parkir di berbagai pasar tradisional Surakarta berada di
dalam kompleks pasar tetapi masih saja ditemukan pengunjung yang parkir di luar
pasar, dikarenakan penataan parkir di dalam pasar yang belum berjalan baik, terlihat
kendaraan antara roda 2 dan roda 4 penempatannya masih menumpuk atau bercampur
menjadi satu dan belum ada pembagian yang jelas oleh para pengelola pasar. Menurut
Alasadad Rudi dari Kompas.com, persoalan parkir sudah menjadi masalah di berbagai
kota-kota besar di Indonesia. Persoalan ini bermula dari permukiman, area bisnis, tepi
jalan, hingga kawasan perdagangan dan kemacetan menjadi salah satu dampaknya.
Banyak Negara sudah punya cara mengatasi masalah perparkiran, contohnya Negara
Jepang. Pengelolaan masalah parkir di Negara Jepang dilakukan dari hulu hingga
hilirnya, dari kepemilikan lahan hingga regulasi yang mampu menangkap atau
menerima wawasan dengan baik. Jepang menerapkan pembatasan lahan parkir dan
pemberian tarif tinggi terhadap parkir sebagai strategi mengatasi kemacetan. Cara ini
sekaligus memaksa warganya beralih dari kendaraan pribadi ke alat transportasi umum.
Bangunan gedung di Jepang juga banyak memfungsikan basement sebagai lahan parkir
untuk dapat menampung kebutuhan area atau lahan parkir pengunjung bangunan
gedung. Menurut tim penulis berkaca dari Negara Jepang, selain perbaikan pengelolaan
lahan dan regulasi tentang parkir, penambahan lahan parkir berupa basement dapat
dijadikan solusi atas keterbatasan lahan parkir di Pasar Legi, Surakarta. Menurut tim
penulis dasar pertimbangan penambahan lahan parkir berupa basement lebih cocok
untuk Pasar Legi, ditinjau dari luasan lahan lokasi yang minim, nilai historis
bangunannya yang sekarang menjadi milik dan dikelola oleh pemerintah kota,
kemudian dari kualitas barang yang diperdagangkan hingga pelayanannya dapat
bersaing dengan pasar tradisional besar lainnya di Surakarta seperti Pasar Gede dan
Pasar Kembang. Menurut penulis Pasar Legi masuk dalam jajaran bangunan heritage
yang harus dilestarikan.
Berdasarkan uraian di atas, dengan demikian tujuan tim penulis adalah
penambahan lahan parkir berupa basement di Pasar Legi, Surakarta agar dapat
mengatasi masalah minimnya lahan parkir area sekitar Pasar Legi, menertibkan dan
menampung semua kendaraan para penguunjung pasar sehingga dapat mengurangi
kemacetan, menciptakan rasa aman dan nyaman untuk parkir di di area sekitar Pasar
Legi dan menjaga bangunan heritage Pasar Legi untuk tetap menjadi destinasi wisata
budaya bagi kota Surakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang, tim penulis mengidentifikasi beberapa
permasalahan yang terdapat pada penambahan basement parkir di Pasar Legi, Surakarta
sebagai berikut.
1) Bagaimana kondisi ketidakteraturan terkait kekurangan parkir pada bangunan Pasar
Legi dan sekitarnnya?
2) Bagaimana kriteria basement Pasar Legi yang tepat untuk mengatasi kekurangan
parkir, yang merupakan solusi permasalahannya, tanpa menimbulkan masalah baru?
3) Bagaimana dampak yang akan dihasilkan dari pembangunan basement parkir bagi
Pasar Legi dan sekitarnnya?
4) Dalam hal obyek studi Pasar Legi adalah bangunan heritage, apakah bentuk solusi
penambahan parkir berupa basement bagi Pasar Legi dapat mempertahankan,
meningkatkan atau menurunkan/mengurangi nilai untuk destinasi wisata budaya?baik
secara epistimologis maupun secara ontologis

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan deskripsi permasalahan, tim penulis mengidentifikasi tujuan yang
terdapat pada penambahan pada basement parkir di Pasar Legi, Surakarta sebagai
berikut.
1) Mengetahui kondisi ketidakteraturan terkait kekurangan parkir pada bangunan Pasar
Legi dan sekitarnnya.
2) Memperoleh kriteria basement Pasar Legi yang tepat untuk mengatasi kekurangan
parkir, yang merupakan solusi permasalahannya, tanpa menimbulkan masalah baru?
3) Mendapatkan dampak yang akan dihasilkan dari pembangunan basement parkir bagi
Pasar Legi dan sekitarnnya?
4) Mengidetifikasi bentuk solusi penambahan parkir berupa basement bagi Pasar Legi
dapat mempertahankan, meningkatkan atau menurunkan/mengurangi nilai untuk
destinasi wisata budaya?baik secara epistimologis maupun secara ontologis
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Manfaat keilmuan adalah manfaat/sumbangan hasil penelitian/tugas bagi
perbendaharaan/kemajuan keilmuan maupun metode penelitian sejenis. Manfaat
ilmiah penelitian yang dimaksud sebagai berikut.
a. Hasil penelitian yang dimaksud merupakan khasanah hasil penelitian tentang
penggalian solusi permasalahan bagi kekurangan parkir di bangunan umum
khususnya pasar tradisional Pasar Legi, Surakarta yang memiliki bentuk
solusi permasalahan penambahan parkir berupa basement dalam bangunan
Pasar Legi, Surakarta.
b. Metode penelitian yang dimaksud dapat digunakan untuk penelitian sejenis
yaitu tentang penggalian solusi permasalahan kekurangan parkir bagi
bangunan umum yang lain, maupun pasar tradisional dan pasar-pasar lainnya,
lebih khusus bagi yang memiliki permasalahan penambahan parkir berupa
basement dalam bangunannya sendiri, baik di kota studi maupun kota yang
lain.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat/sumbangan hasil penelitian/tugas bagi praktek
kebijakan pembangunan pemerintah setempat terkait penerapan ilmu(praktek)
dalam hal ini bagi solusi permasalahan yang dimaksud. . Manfaat Praktis
penelitian yang dimaksud sebagai berikut.
a. Untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para pemegang kebijakan
pembangunan kota Surakarta dalam hal solusi kekurangan lahan parkir bagi
bangunan umum, dalam hal penambahan lahan parkir berupa basement bagi
Pasar legi, Surakarta atau solusi penambahan parkir bangunan umun lainnya
di Jawa Tengah.
b. Untuk menjadi bahan pertimbangan bagi pemerhati warisan budaya(heritage)
dan seluruh pemangku kepentingan(stake holder) terkait perlakuan terhadap
warisan budaya yang memiliki permasalahan kekurangan lahan parkir dengan
bentuk solusi penambahan parkir berupa basement, serta menjaga nilai
destinasi wisata budaya.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka


Dalam melakukan penelitian mengenai efektivitas parkir di Pasar Legi Surakarta,
maka diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai teori yang berkaitan dengan
penelitian yang meliputi tinjauan terhadap pasar, parkir dan efektivitas. Berikut hasil
dari tinjauan teori terkait.
2.1.1. Pengertian Parkir
Menurut Hamid Shirvani, The Urban Design Process (1985), Sirkulasi
merupakan elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan
mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem
transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling
berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota
merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan
perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola
aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu
daerah, tempat aktivitas dan lain sebagainya. Tempat parkir mempunyai pengaruh
langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan
dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. Penyediaan
ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha
yang sukses dalam perancangan kota.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia definisi Parkir adalah
keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena
ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di
tengah jalan raya, namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas
parkir dibangun bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi
kendaraan pemakai gedung.Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap
kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan
menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.
Ada tiga jenis utama parkir, yang berdasarkan mengaturan posisi
kendaraan, yaitu parkir paralel, parkir tegak lurus, dan parkir serong.

a. Parkir Paralel
Parkir paralel adalah cara parkir kendaraan paralel dipinggir jalan,
umumnya merupakan fasilitas parkir yang biasanya diterapkan di pusat kota,
ataupun di kawasan permukiman yang tidak memiliki garasi.
Melakukan parkir paralel merupakan keahlian yang paling sulit dalam
mengemudikan kendaraan sehingga dijadikan salah satu aspek yang diujikan
pada saat ujian praktik untuk mendapatkan SIM, sehingga ini juga menjadi
salah satu pelajaran yang diberikan dalam sekolah mengemudikan
kendaraan.
b. Parkir Tegak Lurus
Dengan cara ini mobil diparkir tegak lurus, berdampingan, menghadap
tegak lurus ke lorong/gang, trotoar, atau dinding. Jenis mobil ini parkir lebih
terukur daripada parkir paralel dan karena itu biasanya digunakan di tempat
di pelataran parkir parkir atau gedung parkir. Sering kali, di tempat parkir
mobil menggunakan parkir tegak lurus, dua baris tempat parkir dapat diatur
berhadapan depan dengan depan, dengan atau tanpa gang di antara
keduanya. Bisa juga parkir tegak lurus dilakukan dipinggir jalan sepanjang
jalan di mana parkir ditempatkan cukup lebar untuk kendaraan keluar atau
masuk ke ruang parkir.
c. Parkir Serong
Parkir serong merupakan cara parkir kendaraan yang membentuk sudut
dengan pinggir jalan, tempat parkir. Parkir serong biasanya diterapkan untuk
parkir pinggir jalan, atau dipelataran parkir yang dimaksudkan untuk
mengoptimalkan luasan pelataran parkir karena dibutuhkan gang yang lebih
sempit sehingga dapat menempatkan ruang parkir yang lebih banyak dalam
satu satuan luas tertentu
2.1.2. Pasar Legi Surakarta
Pasar Legi adalah salah satu pasar tradisional yang berada di
Kota Surakarta. Nama Pasar Legi sendiri diambil dari salah satu nama hari
pasaran yaitu “Legi”, karena pada hari tersebut pada jaman dulu merupakan hari
yang paling ramai dikunjungi pembeli.Akses menuju Pasar Legi juga sangat
mudah, karena tidak jauh dari terminal Tirtonadi maupun stasiun Balapan. Pasar
Legi juga berhimpitan dengan Taman Banjarsari atau Vila Park, sebuah
pemukiman elit torwan koelit poetih pada saat kompeni masih menjadikan Kota
Solo sebagai vorstenlanden.

Gambar 1.1. Pasar Legi Surakarta


(sumber: google.com/pasar+legi+solo)

Pasar Legi didirikan pada masa pemerintahan Mangkunegara I (Pangeran


Samber Nyawa). Pasar Legi secara administratif pada saat itu berada di bawah
pengawasan Mangkunegaran. Hingga tahun 1930, Pasar Legi masih merupakan
pasar dengan wujud los sederhana, dengan komoditas dagangan yang beragam.
Pada tahun 1936, Pasar Legi dibangun menjadi lebih modern oleh Kanjeng
Gusti Mangkunegara VII (1916 – 1944), dan baru direnovasi lagi pada tahun
1992, hingga menjadi pasar seperti sekarang ini. Pasar Legi kini telah menjadi
milik pemerintah kota Surakarta dan dikelola oleh Dinas Pasar Surakarta.
2.1.3. Kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan salah satu daerah yang terletak di Pulau Jawa.
Kota Surakarta menjadi pusat roda perekonomian di Karesidenan Surakarta
karena letak yang strategis dan dilewati oleh jalan nasional. Selain itu Kota
Surakarta menjadi penghubung antara Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Timur. Dengan demikian banyak pergerakan lalu lintas
harian yang terjadi di Kota Surakarta, termasuk pergerakan kendaraan pribadi.
Oleh karena itu diperlukan penanganan sarana dan prasarana tranportasi yang
ada pada saat ini agar lalu lintas tetap teratur.
Pasar Legi merupakan Pasar tradisional yang merupakan Pasar induk di
Kota Surakarta. Pasar Legi berlokasi di Jalan Sutan Syahrir di Kelurahan
Setabelan, Kecamatan Banjarsari. Kota Surakarta sendiri memiliki manajemen
perparkiran yang perkembangannya sudah pesat jika dibandingkan dengan kota-
kota lain di Indonesia.

2.1.4. Kondisi Ketidak Teraturan Lahan Parkir Di Pasar Legi Akibat


Kekurangan Lahan Parkir
Kota Surakarta sendiri memiliki manajemen perparkiran yang
perkembangannya sudah pesat jika dibandingkan dengan kota-kota lain di
Indonesia. Pemberlakuan tarif parkir sesuai dengan zona pada ruas jalan yang
telah ditentukan, serta pemberlakuan tarif progresif yang tiap satu jam kelebihan
dikenakan tarif tambahan sebesar 100%. Ini merupakan upaya dari pengendalian
lalu lintas untuk menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan
pribadi dan agar beralih menggunakan moda angkutan umum.
Pasar Legi berlokasi di Jalan Sutan Syahrir di Kelurahan Setabelan,
Kecamatan Banjarsari. Pasar ini berdiri diatas Hak Pakai dengan luas tanah
16.640 m² dan konstruksi bangunan Pasar bertingkat seluas ±1.750 m².
Tingginya pergerakan lalu lintas harian di kawasan Pasar Legi berpengaruh
terhadap pergerakan pada ruang parkir. Belum teraturnya kendaraan yang parkir
di pelataran Pasar Legi dan ruas jalan di wilayah Pasar Legi serta bongkar muat
barang yang ada di kawasan Pasar Legi yang lokasi parkir belum sesuai. 2
membuat kinerja ruas jalan terganggu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
terkait dengan penataan parkir di kawasan Pasar Legi. Dari latar belakang
penelitian ini dapat diidentifikasikan yaitu Kinerja ruas jalan menurun akibat
hambatan samping yang dihasilkan oleh parkir on street di sisi jalan. Bongkar
muat barang di lokasi parkir On Street menimbulkan hambatan samping yang
tinggi yang dapat menurunkan kinerja lalu lintas serta Parkir On Street tidak
tertata rapi dan bercampur dengan kegiatan pedagang kaki lima.

2.1.5. Pengertian Basement


Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang
keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang
bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini
basement dibuat sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang
semakin padat dan mahal. (Zeller, Dirk. Success as a Real Estate Agent for
Dummies. Wiley, 2006)

Gambar 1.2. Basement parkiran


(sumber: google.com/basement)

Tidak semua bangunan memiliki basement. Untuk bangunan yang


memilikinya, tungku perapian (furnace), alat pemanas air (water heater),
pelataran mobil dan sistem pengaturan suhu dari satu rumah atau bangunan
secara khas terlokasi pada tingkatan terbawah bangunan ini; sehingga menjadi
suatu kenyamanan tersendiri untuk pemasangan dan aplikasi bagian seperti
sistem distribusi elektrik, dan titik distribusi televisi kabel.
Basement memberikan satu kesempatan untuk ahli bangunan untuk
mencapai suatu titik balik dalam pengeluarannya, dan customer/klien untuk
mendapatkan keuntungan dengan membangun sebuah bagunan yang bernilai
potensi lebih (Soanes, Catherine and Stevenson, Angus (2005).
Basement biasanya digunakan sebagai ruang utilitas untuk bangunan, tempat
ruang utilitas seperti boiler, pemanas air, panel pemutus atau kotak sekering,
tempat parkir, dan sistem pendingin udara. Begitu juga fasilitas seperti sistem
distribusi listrik dan titik distribusi televisi kabel. Di kota-kota dengan harga
properti yang tinggi, seperti Jakarta, basement atau ruang bawah tanah sering
dilengkapi dengan fasilitas sehingga dapat digunakan sebagai ruang kerja
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Macam Metode Penelitian


Menurut Prof. Dr. Sugiyono, pengertian metode penelitian adalah suatu cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Secara umum, metode riset dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. Adapun
macam-macam metode penelitian adalah sebagai berikut:
1. Metode Kuantitatif
2. Metode Survei
3. Metode Ekspos Facto
4. Metode Deskriftif
Dari berbagai macam-macam metode penelitian diatas yaitu untuk memberikan
pelayanan terbaik berupa teraturnya sirkulasi kendaraan baik untuk pedagang,
pembeli, maupun masyarakat yang melintasi jalan di sekitar Pasar Legi.
3.2. Lokasi dan Populasi Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian Pasar Legi terletak di Jalan Letjen S. Parman No.19, Setabelan,
Banjarsari, Setabelan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133

Gambar 1.3. Lokasi Pasar Legi Surakarta


(sumber: googleearth.com/pasar+legi+solo)
3.3. Obyek dan Variabell Penelitian
3.3.1 Obyek penelitian
Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang
keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. rubanah adalah ruang bawah
tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini rubanah dibuat
sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan
mahal. Tidak semua bangunan memiliki rubanah. Untuk bangunan yang
memilikinya, tungku perapian (furnace), alat pemanas air (water heater),
pelataran mobil dan sistem pengaturan suhu dari satu rumah atau bangunan secara
khas terlokasi pada tingkatan terbawah bangunan ini, sehingga menjadi suatu
kenyamanan tersendiri untuk pemasangan dan aplikasi bagian
seperti sistem distribusi elektrik dan titik distribusi televisi kabel.

Gambar 1.4. Lokasi Penelitian


(Sumber: http//googlemaps.com)

; : Lokasi Penelitian
; Jl. Letjen S. Parman
: Jl. Monumen 45
Dari penjelasan diatas dapat di jadikan bahwa Basement sangatlah penting bagi
suatu bangunan terutama bangunan komersil berupa mall, hotel, apatermen, dan
juga pasar. Mengingat bahwa Pasar Legi Surakarta merupakan pusat perekonomian
terbesar di Surakarta, maka perlu adanya Basement yang mampu menampung
kendaraan yang biasanya terparkir di pinggir jalan. Sehingga menimbulkan
kemacetan yang dapat memperlambat jalanya roda perekonomian.

Gambar 1.5. Site Plan Pasar Legi


(Sumber:googlesearch.com)

3.3.2 Variabel
Penelitian terdiri dari dua variabel bebas (eksogen variable), satu variabel terikat
(endogen variable) dan satu variabel antara. Menurut Sugiyono, (2001:3) variabel
bebas (eksogen variable) disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor,
antecedent atau variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel terikat (endogen
variable) disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen yang
merupakan variabel tergantung yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keempat
variabel penelitian yang menjadi subyek penelitian, adalah:
a. Variabel Endogen 2 : Luasan basement
b. Variabel Eksogen 1 : Daya tampung basement
3.4. Alat dan tenaga dalam Penelitian
Sehubungan dengan metode penelitian di atas, ada beberapa teknik dan alat yang
dipergunakan dalam pengumpulan data. antara lain melalui observasi dan komunikasi.

Teknik Observasi (Pengamatan )


Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematik
terhadap subyek penelitian. Berdasarkan pelaksanaannya, teknik pengamatan ini
dibedakan menjadi:
a) Teknik pengamatan langsung
Dalam teknik pengamatan langsung, pengamatan dilakukan tanpa menggunakan
peralatan khusus. Jadi, peneliti langsung mengamati dan mencatat segala sesuatu
yang diperlukan pada saat terjadinya proses yang dilakukan oleh subyek
penelitian.
b) Teknik pengamatan tak langsung
Dalam teknik ini, pengamatan dilakukan dengan menggunakan peralatan
tertentu, mislanya tape recorder. Pengamatan dalam hal ini, dapat dilakukan
dalam situasi sebenarnya maupun buatan, misalnya : permainan peran
(roleplaying) yang direkam dengan kamera.
c) Teknik pengamatan partisipasi
Dalam hal ini, peneliti mengadakan hubungan (komunikasi) dengan subjek
penelitian. Ada dua jenis teknik komunikasi yaitu teknik komunikasi langsung
dan teknik komunikasi tidak langsung.

3.5.Tata Laksana Penelitian


Langkah – langkah pembahasan meliputi sebagai berikut.
3.5.1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk menghindari permasalahan
dalam pengaturan dan penataan parkir yang akan dilakukan. Kegiatan ini
berupa pengumpulan data primer dan sekunder.
1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan
Kota Surakarta dan instansi lain yang berwenang dalam memperoleh data
mengenai kondisi parkir di Kawasan Pasar Legi
2. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melaksanakan survai
langsung di lapangan.
Adapun survai – survai yang dilakukan antara lain :
a. Survai Inventarisasi Parkir
Survai ini bertujuan untuk melakukan pengukuran
terhadap kawasan parkir yang dijadikan bahan penelitian. Survai
dilakukan pada malam hari untuk memudahkan dalam
pengukuran dan menghidari arus lalu lintas, adapun data primer
yang diharapkan yaitu :
1) Lokasi parkir
2) Lebar dan panjang jalan
3) Panjang jalan
4) Kapasitas parkir
5) Peruntukan parkir.

b. Survai Patroli Parkir


Survai ini dilakukan untuk mengetahui kondisi parkir
secara langsung baik jumlah kendaraan, lamanya, maupun
sirkulasinya. Alasan dalam melakukan survai patroli parkir
adalah sebagai berikut :
1) Membedakan antara pengguna jasa parkir waktu singkat
dengan pengguna dalam waktu lama;
2) Merencanakan sistem pengendalian parkir yang selektif di jalan,
dalam efisiensi penggunaan ruang parkir.
3) Pengumpulan data sebagai dasar mamperkirakan
permintaan terhadap ruang parkir dan merencanakan
kebijaksanaan parkir.
Target data atau output yansg dihasilkan
adalah :
1) Kapasitas Statis
2) Durasi Parkir
3) Kapasitas Dinamis
4) Akumulasi Parkir
5) Volume Parkir
6) Indeks Parkir
7) Turnover
c. Survai Inventarisasi Ruas jalan

Survai ini bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap ruas


jalan yang dijadikan bahan penelitian. Survai dilakukan pada
malam hari untuk memudahkan dalam pengukuran dan
menghidari arus lalu lintas.
Target data atau output yang dihasilkan adalah :
1) Panjang Jalan
2) Lebar Badan Jalan
3) Lebar Bahu Jalan
4) Lebar Trotoar
5) Median Jalan
6) Tata Guna Lahan

d. Survai Pencacahan Lalu lintas


Survai ini dilakukan untuk mengetahui volume Kendaraan
terklasifikasi pada tiap-tiap ruas jalan yang ada di kawasan Pasar
Legi. Pada survai ini surveyor melakukan pencatatan kendaraan
yang melintas secara terklasifikasi selama 1 jam pada jam
puncak parkir dengan interval tiap-tiap 15 menit.
3.5.2. Analisis Data
a. Analisis Parkir
1. Parkir On Street
Hal-hal yang dikaji dalam analisis hasil survai
Karakteristik parkir seperti yang ada di metode pengolahan
data, berikut contoh pengolahan data kapasitas statis parkir On
Street yang ada dilokasi studi :

Panja Lebar Panjang


ng kaki Kapasitas Ruas Lebar Kapasi
Ruas ruang statis Parkir ruang tas
Nama Jalan Parki Sudut Mobil Mobil motor Motor Statis
Jl. Sutan r (m) (m) Motor
Syahrir Mobil
540 o 3 (Kend)
180 192 (Kend)
0,86 (Kend)
22
Jl. S. Parman 187 60o 3 62 121 0,86 14
3
Jl. Lumban ( 1
tobing 301
m 0o 6 50 110 0,86 12
Jl. 8
)
Kusumoyudan 366 o 6 61 120 0,86 14
Jl. Bunyu 240 90o 2,5 96 142 0,86 16
0
Tabel 1.1. Jalan Pasar Legi 5
(Sumber:Analisis Tim Penulis)

b. Analisa Lalu Lintas


Kinerja lalu lintas jalan di kawasan Pasar Legi kuraing baik, kondisi ini
timbul pada siang hari dimana kapasitas jalan berkurang karena adanya
parkir on street kondisi ini menyebabkan kinerja lalu lintas menurun
bersamaan dengan aktifitas perdagangan dan jasa.
Selain itu penataan ruang parkir di kawasan Pasar Legi kurang baik
karena tidak terkoneksinya tata guna lahan dengan pergerakan kendaraan
(baik dari pola parkir,maupun pengawasan penggunaan) kondisi ini terlihat
banyaknya kegiatan bongkar muat barang di ruas jalan sehinggai
menimbulkan hambatan samping yang tinggi akibat manuver kendaraan
yang keluar masuk untuk bongkar muat barang,
Untuk Mengetahui Kinerja Arus Lalu lintas maka dihitunglah
perbandingan antara kapasitas dan volume ruas jalan, Tabel berikut
merupakan hasil perhitungan VC/Ratio di masing-masing ruas jalan di
kawasan Pasar Legi.
No Nama Jalan Volume Kapasitas V/C
Ratio
1 Jl. Sutan Syahrir 1.421 2.340 0,61
2 Jl. S.Parman 1.246 2.083 0,60
3 Jl. Lumban Tobing 589 1.387 0,42
4 Jl. Kusumoyudan 687 1.441 0,48
5 Jl. Bunyu 432 1.087 0,40
Tabel 1.2. Jalan Pasar Legi
(Sumber:Analisis Tim Penulis)

3.5.3 Kesimpulan dan Saran


a.Kesimpulan
Dari data dan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa
penambahan basement di Pasar Legi diharap dapat mengurangi
kepadatan di area lingkungan Pasar Legi, Kota Surakarta. Dengan
penambahan basement membuat pola sirkulasi mulai dari kendaraan,
manusia, dan barang dagangan menjadi lebih terorganisir. Sehingga
mempercepat transaksi jual beli di pasar legi Surakarta.
b. Saran
1) Untuk Pemerintah Kota Surakarta agar segera menata kembali
Pasar Legi Surakarta. Terutama penambahan basement di pasar
dimaksud.
2) Untuk Pengelola bangunan agar lebih memperhatikan
kebersihan Pasar legi Surakarta.
3) Untuk Pengunjung agar lebih tertib lagi dalam memarkirkan
kendaraannya di tempat yang sudah disediakan.
DAFTAR PUSTAKA

Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold:
New York.
Departemen Perhubungan. 1993. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian
fasilitas Parkir, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Departemen Perhubungan. 1996. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian
fasilitas Parkir, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Departemen Perhubungan. 1998. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian
fasilitas Parkir, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Imam, T. 2011. Jurnal Dampak Kegiatan Berparkir Pada Badan Jalan Terhadap
Kinerja Ruas Jalan FSTPT.
Budiarto, 2002. Kajian Kebutuhan Ruang Parkir Pasar Kliwon Untuk
Optimalisasi Jalan letjen S. Parman Temanggung. Tesis Magister Teknik
Sipil, Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Kustiawan, Ferdi. 2008. Evaluasi Karakteristik dan Kebutuhan Parkir Rumah
Sakit PKU Muhammadiyh Karanganyar. Surakarta: Tugas Akhir Teknik
Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tamin, Ovyar Z. 2003. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi (Contoh Soal
dan Aplikasi). Bandung: ITB
Departemen Perhubungan. 1993. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian
fasilitas Parkir, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai