Anda di halaman 1dari 6

Analisis Kasus Pembangunan Prasarana Olahraga Hambalang Dari

Aspek Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintahan

Disusun Oleh :

Nama : Vanya Nofera

NIM : 1710111035
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Secara Kronologis, proyek ini
bermula pda Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementrian Pemuda dan
Olah Raga) menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan Sekolah Olah Raga pada
tingkat nasional. Oleh karena itu, Kemenpora memandang perlu melanjutkan dan
menyempurnakan pembangunan proyek pusat pendidikan pelatihan dan sekolah
olahraga nasional di Hambalang, Bogor. Selain itu juga untuk mengiplementasikan
UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Pada 30 Desember 2010, terbit keputusan Bupati Bogor Nomor


641/003.21.00910/bpt 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora do
desa Hambalang, Kecamatan Citeurup-Bogor. Atas keberlanjutan tersebut, maka
Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional mulai
dilaksanakan tahun 2010. Berdasarkan hasil perhitungan konultan perencana, untuk
membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah
disempurnakan, anggaran mencapai 1,75 triliun yang sudah termasuk bangunan sport
science, asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung terbua,
dan voli pasir.

Sejak tahun 2009-2010 Kementrian Keuangan dan DPR menyetujui alokasi


anggaran sebagai berikut :

1. APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun
2009
2. APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar
3. Paguu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar
Pada Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari
Kemenkeu ri NOMOR S-553/MK.2/2010. Pekerjaan pembangunan direncanakan
selesai 31 Desember 2012. Penerimaan siswa baru diharapkan akan dilaksanakan
pada 2013-2014

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi kasus proyek hambalang ini?
2. Bagaimana telaah kasus dari proyek hambalang jika diambil dari sudut
pandang hukum pengadaan barang dan jasa?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui deskripsi kasus proyek hambalang
2. Mengetahui telaah kasus proyek hambalang jika dibahas dari segi
hukum pengadaan barang dan jasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus

Kasus proyek hambalang merupakan kejahatan korupsi berjamaah yang


terorganisasi. Tahapan korupsi dilakukan sejak dalam penganggaran, lelang, hingga
pelaksanaan kegiatan pengadaan. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat kejahatan
ini bagi perekonomian di Indonesia setidaknya berkisar pada dua hal, yaitu aspek
keuangan negara dan buruknya infrastruktur publik yang dihasilkan. Dari data
diketahui tercatat total kerugian negara dalam kasus mega proyek di Bukit
Hambalang, Sentul, Bogor mencapai Rp 463,66 Miliar.

Secara garis besar proses terjadinya korupsi terstrutur proyek hambalang yang
melibatkan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Ketua Partai
Demokrat Anas Urbaningrum, dan lainya yang ikut terlibat dapat dijabarkan bahwa
pada Oktober 2009 Sesmenpora Wafid Muharam menyampaikan status tanah
bermasalah karena belum ada sertifikat. Andi lalu memerintahkan Wsfid agar segera
menyelesaikan masalah status tanah tersebut.

Kemudian pada Desember 2009, Wafid menyampaikan perkiraan anggaran


proyek sekitar Rp. 2.5 T dana, ada hambatan saat proses anggaran, namun Andi
menanggapi dengan mengatakan Komisi X merupakan teman-temannya. Atas
persetujuan DPR, Wafid melalui Saul Paulus David Nelwan meminta uang sebesar
Rp. 500 Juta kepada PT Adhi Karya melalui Ida Bagus Wirahadi dan Rp. 100 Juta
dari Poniran, sehingga seluruh jumlah Rp. 600 Juta. Uang tersebut diserahkan kepada
Mahyudin saat kongres Partai Demokrat di Bandung.

Deddy Kusnidar bersama Wafid bertemu Choel Mallarangeng di Restoran Jepang


Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Pada pertemuan tersebut Choel menyebutkan bahwa
abangnya Andi Mallarangeng sudah satu tahun menjabat Menpora tapi belum dapat
apa-apa. Selanjutnya, dilakukan pertemuan di ruangan Menpora yang dihadiri Wafid,
Deddy, Choel, Fachruddin, dan Arief dari PT Adhi Karya. Dengan ditetapkannya
KSO Adhi-Wika sebagai pemenang proyek hambakang. Total dana yang diperoleh
Andi Rp 4 miliar dan U$$ 550.000

Akhir 2009 Andi memperkenalkan adiknya Andi Zulkarnain Anwar alias Choel
kepada Wafid. Andi menyatakan adiknya akan banyak membantu urusan Kemenpora.
Awal tahun 2010, terkait proses pengajuan bahan anggaran pembangunan
hhambalang, Andi diminta Wafid untuk berkoordinasi dengan Komisi X dan
Kementrian PU. Andi dan Wafid selanjutnya mengadakan peretmuan di ruangan
Menpora dengan Anggota DPR, yaity Mahyudin, Angelina Sondach, Mirwan Amir
dan Nazzaruddin.

Kemenpora lalu mengajukan usulan penambahan anggaran proyek hambalang


sebesar Rp 625 M dalam APBN-P 2010. Pokja anggaran Komisi X menyetujui
penambahan dana sebesar Rp. 150 M dalam APBN-P 2010 tanpa melalui proses
Rapat dengan pendapat (RDP) antara Pokja dan Kemenpora. Persetujuan
penambahan anggaran ditandatangani oleh Mahyuddin selaku Pimpinan Komisi X
dan jajarannya, dengan demikian dana yang tersedia menjadi Rp.275 M

Agustus 2010, proyek hambalang menjadi ajang rebutan antara PT Duta Graha
Inda (DGI) yang dimiliki Nazzarudin dan Perusahaan BUMN PT Adhi Karya. Mindo
Rosalina Manulang (PT DGI) dan Lisa Lukitawati (staf tim persiapan pembangunan
proyek hambalang) bertemu Arief Taufigrahman (manajer pemasaran PT Adhi
Karya) dan meminta PT Adhi Karya mundur dari Proyek Hambalang, karena dia dan
Nazzarudin yang akan mengerjakannya. Arief selanutnya melaporkan hal itu pada
Kepala Divisi Konstruksi Jakarta 1 PT Adhi Karya Teuku Bagus Mokhammad Noor.

Akhirnya, Ignatius berasil mengurus SK Hak Pakai atas Tanah Kemenpora di


Hambalang, kemudian menyerahkan SK tersebut kepada Anas di ruangan Ketua
Fraksi Partai Demokrat yang disaksikan Nazzarudin. Slinanan SK diberikan kepada
Nazzarudin.

Terkait masalah ini tentu Bagus meminta tolong Mahfud SUroso dari PT Dutasari
Citalaras yang dekat dengan istri mantan Anas Urbaningrum Ketua Partai Demokrat
Attiyah Laila, karena Mndo menganggu. Saat itu Anas menyampaikan kepada
Nazzaruddin agar mundur dan tidak mengambil proyek konstruksi pembangunan
P3SON Hambalang.

Jaksa mencatat Anas mendapat Rp 2,21 Miliar untuk membantu pencalonan


sebagai ketua umm dalam kongres Partai Demokrat 2010 yang diberikan secara
bertahap pada 19 April hingga 6 Desember 2010. Uang diserahkan Teuku Bagus
melalui Munadi Herlambang, Indrajaja Manopol (Direktur Operasi PT Adhi Karya)
dan Ketut Darmawan (Direktur Operasi PT Pembangunan Perumahan) atas
permintaan Muchayat.

Anas membantu untuk mengurus permasalahan tanah Hambalang Di Badan


Pertanahan Nasional. Anas memerintahkan Ignatius Mulyono selaku ketua komisi III
DPR dari Partai Demokrat yang mempunyai mitra kerja BPN, untuk mengurus
permasalahan hak pakai tanah untuk pembangunan proyek Hambalang.

B. Telaah Kasus Proyek Hambalang

Anda mungkin juga menyukai