Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 6

1. Fithratul Illahi
2. VanyaNofera
3. Puja Rahayu
Pembubaran
Alasan-Alasan untuk Pembubaran Perusahaan :
1. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Pemegang saham memiliki hak untuk membubarkan
perusahaan jika semua setuju untuk melakukannya.
Pengajuan pembubaran bisa diserahkan bukan hanya oleh
Dewan Direksi atau Dewan Komisaris, tetapi bahkan
pemegang saham yang memiliki setidaknya 1/10 dari total
saham memiliki hak suara. Agar pembubaran perusahaan
disetujui, kesepakatan harus mencapai setidaknya 3/4 dari
total saham saat pemberian suara dibutuhkan.
2. Keputusan pengadilan
Perusahaan bisa dipaksa untuk menghentikan
kegiatannya berdasarkan keputusan pengadilan. Ada
banyak alasan yang membuat pengadilan
mengeluarkan keputusan radikal seperti itu.
Penyalahgunaan kepentingan umum, mengambil
tindakan yang bertentangan dengan hukum yang
berlaku, tidak aktif selama lebih dari tiga tahun atau
berakhir dengan kebangkrutan adalah beberapa
alasannya. Dalam kasus ini, likuidator yang
bertanggung jawab akan keseluruhan prosesnya akan
ditunjuk secara langsung oleh pengadilan.
3. Jika periode inkorporasi telah berakhir
Periode inkorporasi biasanya tidak terbatas. Namun, dalam
kasus yang jarang terjadi, inkorporasi bisa memiliki batas
masa berlaku, dan perusahaan harus memperbaruinya agar
kegiatan bisnis bisa tetap berlangsung. Jika gagal melakukan
ini, perusahaan dapat dibubarkan begitu periode berakhir.
RUPS diwajibkan menunjuk seorang likuidator dalam
jangka waktu 30 hari, dan pihak manajemen tidak boleh
mengambil langkah hukum lebih jauh.
4. Pencabutan izin usaha
Jika izin usaha dicabut, perusahaan kehilangan dasar hukum
untuk keberadaannya dan harus melakukan likuidasi. Ini
biasanya terjadi dalam bidang yang spesifik dan diatur
dengan ketat.
Likuidasi – bagian penting dari
pembubaran
Pembubaran perusahaan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
No. 40 tahun 2007 pasal 143. Penting untuk diingat bahwa perusahaan
tetap ada walaupun segala aktivitas bisnis sudah dihentikan.
Perusahaan akan terus menjadi entitas resmi hingga proses
pembubaran selesai, yang terdiri dari serangkaian langkah hukum.

Tugas utama dari proses menutup bisnis adalah menyelesaikan dan


menghapus aset dan utang – likuidasi. Untuk menghindari masalah
tambahan yang mungkin timbul dari pembubaran yang tidak tepat,
kami merekomendasikan Anda menjalankan proses secara hati-hati
dan dengan bantuan para ahli.
Cara Membubarkan PT atau PT PMA
1. Pengajuan pembubaran
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, harus ada
inisiatif dari dalam perusahaan (manajemen, pemegang
saham) atau intervensi pihak berwenang (perintah
pengadilan).
2. Penunjukkan Likuidator
Orang yang akan menangani likuidasi dapat ditunjuk
langsung oleh RUPS atau dipilih oleh pengadilan,
tergantung apakah likuidasinya bersifat sukarela atau wajib.
3. Pengumuman likuidasi
Likuidator memiliki kewajiban untuk menyebarkan informasi tentang
pembubaran perusahaan melalui koran dan juga Berita Negara Republik
Indonesia. Tujuannya adalah untuk memberikan notifikasi kepada semua
kreditor yang ingin mengklaim utang yang masih ada serta Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Pengumuman harus dipublikasi dalam waktu 30 hari setelah keputusan


pembubaran diambil. Kreditor boleh mengklaim jumlah yang belum lunas
selama 60 hari setelah notifikasi diterbitkan di koran.
4. Menyelesaikan piutang dan klaim yang masih ada
Likuidator mengumpulkan semua aset perusahaan yang tersisa untuk barang
atau layanan yang belum dibayar dan memberi kepuasan kepada kreditor pada
saat bersamaan. Jika ada surplus, surplus akan dibagikan di antara pemegang
saham sesuai dengan proporsi saham mereka.

Langkah ini disertai dengan pengumuman kedua di koran yang mengungkapkan


rencana distribusi aset yang telah disetujui sebelumnya oleh RUPS dan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
5. Pelaporan hasil likuidasi
Hasil likuidasi dilaporkan kepada RUPS atau pengadilan. Selain itu, kantor
pajak juga harus diberitahu, sehingga NPWP perusahaan bisa dicabut.

6. Pengumuman akhir bahwa perusahaan sudah tidak ada lagi


Pengumuman ketiga dan keempat bahwa perusahaan sudah tidak ada lagi
harus diumumkan di koran.

Penting untuk menyerahkan konfirmasi likuidasi kepada bagian Registrasi


Perusahaan di Kementerian Perdagangan pada saat bersamaan untuk
mengakhiri sertifikat registrasi perusahaan. PT PMA juga harus
mengajukan kepada BKPM untuk mencabut izin usaha atau izin prinsip.

Hanya setelah semua langkah di atas dilakukan, perusahaan dianggap


bubar. Keseluruhan proses mungkin membutuhkan waktu 8 hingga 10
bulan, tetapi dalam beberapa kasus membutuhkan waktu hingga satu tahun.
Pembubaran Kantor Perwakilan
Kantor Perwakilan adalah entitas hukum yang banyak digunakan oleh
orang asing di Indonesia. Kegiatannya terbatas pada bantuan
manajerial induk perusahaan yang berada di luar negeri atau berfungsi
sebagai tahap pertama untuk mendirikan PT PMA pada masa
mendatang.

Kantor Perwakilan tidak bisa menjalankan kegiatan bisnisnya sendiri


di Indonesia. Ini berarti bahwa tidak seperti perusahaan terbatas,
kantor perwakilan tidak melewati proses likuidasi pada saat
dibubarkan, sehingga lebih sederhana. Namun demikian, Anda masih
perlu mengikuti prosedur yang diwajibkan begitu manajemen
memutuskan untuk menutup kantor perwakilan.
Langkah-langkah untuk menutup
Kantor Perwakilan adalah:
1. Terminasi Izin Prinsip ke BKPM
BKPM diminta untuk mencabut izin prinsip Kantor
Perwakilan.
2. Terminasi Surat Domisili
Sebelum Kantor Perwakilan bisa dibubarkan,
pemerintah harus diberitahu tentang kantor yang
tidak lagi memiliki alamat resmi dengan terminasi
Surat Domisili.
3. Terminasi NPWP

Kantor pajak akan menghapus NPWP berdasarkan permintaan.


Ini adalah langkah penting karena Kantor Perwakilan tidak
akan dibebaskan dari kewajiban untuk melapor pajak kecuali
otoritas keuangan diberitahu secara resmi bahwa kantor sudah
tidak ada lagi.
4. Terminasi Sertifikat Registrasi Perusahaan

Registrasi Perusahaan harus diberhentikan oleh Kementerian


Perdagangan.

Jangka waktunya pembubaran Kantor Perwakilan adalah


antara lima bulan hingga satu tahun.
SPIN OFF
 Spin off perusahaan merupakan tindakan atau
perbuatan hukum yang dilakukan oleh perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk memisahkan
usaha secara parsial atau sebagian sehingga
mengakibatkan sebagian aktiva dan passiva perusahaan
tersebut beralih karena hukum kepada dua perseroan
atau lebih. Secara sederhana spin off perusahaan dapat
dipahami sebagai pemisahan sebagian perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas secara hukum menjadi
dua atau lebih perusahaan baru.
Pemisahan sebagian perusahaan ini (spin off) menimbulkan
konsekuensi hukum berupa pengalihan sebagian aktiva dan passiva
dari perusahaan induk (lama) ke perusahaan baru. Dalam istilah
ekonomi bisnis, spin off perusahaan disebut juga sebagai
pemisahan tidak murni, karena hanya sebagian aktiva dan passiva
perusahaan induk saja yang dialihkan. Artinya, proses spin off
perusahaan tidak menghapus atau menghilangkan eksistensi
perusahaan induk secara hukum. Perusahaan induk yang
melakukan spin off tetap eksis dalam menjalankan kegiatan
usahanya.

Perusahaan yang melakukan pemisahan tidak murni (spin off) bisa


tetap menjalin kerja sama dengan perusahaan baru hasil pemisahan
yang telah berdiri sendiri. Namun, bisa juga masing-masing
perusahaan yang telah mandiri atau berdiri sendiri secara hukum
tersebut menjalankan kegiatan usahanya masing-masing tanpa
menjalin kerja sama.
Tujuan spin off perusahaan
Spin off perusahaan sebagai salah satu strategi usaha
dilakukan dalam rangka restrukturisasi perusahaan. Adapun
tujuan utamanya yakni meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan. Ada kalanya unit usaha suatu perusahaan kurang
mampu berkembang maksimal, karena terpaku dengan arahan
dan suplai sumber daya dari perusahaan induk. Namun,
setelah dilakukan spin off di mana unit usaha telah menjadi
perusahaan baru memiliki kebebasan untuk menentukan
langkah dan mengeksekusi strateginya sendiri, sehingga
peluang untuk bertumbuh dan berkembang lebih besar.
Dari perspektif perusahaan induk, unit usaha yang
dinilai kurang relevan dan menguntungkan justru
akan menghambat implementasi strategi untuk
bertumbuh dan berkembang. Dengan melakukan
spin off unit usaha tersebut menjadi perusahaan baru,
perusahaan induk dapat lebih fokus dalam
menentukan arah strateginya.
Tahapan spin off perusahaan
1. Persiapan

Persiapan merupakan tahapan awal dari spin off perusahaan. Pada


tahapan ini, perusahaan yang akan melakukan spin off harus membuat
rancangan pemisahan (spin off) perusahaan. Setelah rancangan spin off
disusun, kemudian dipublikasikan kepada khalayak melalui surat kabar
harian yang beredar secara nasional, juga pada karyawan serta kreditur
dan mitra usaha paling lambat 30 hari sebelum penyelenggaraan RUPS.
Berkenaan dengan adanya keberatan atas rencana spin off perusahaan
terkait oleh kreditur atau mitra usaha, maka dapat mengajukannya paling
lambat 14 hari sejak pengumuman yang terbit di surat kabar. Jika
keberatan yang diajukan tidak bisa diselesaikan oleh direksi, maka akan
diserahkan pada keputusan RUPS. Selama keberatan dari kreditur belum
dapat diselesaikan, maka spin off tidak dapat dilakukan .
2. Penyelenggaraan RUPS

Apabila pada tahap persiapan tidak ditemui adanya kendala,


maka tahap berikutnya adalah penyelenggaraan RUPS.
Berkenaan dengan pengambilan keputusan spin off, RUPS
sekurang-kurangnya harus dihadiri oleh ¾ dari seluruh
pemegang saham dengan hak suara yang sah. Jika kuorum tidak
terpenuhi, di mana tak semua menyetujui rancangan spin off,
maka pengambilan keputusan dilakukan dengan sistem voting.
Jika dalam RUPS belum dihasilkan kata sepakat atau
persetujuan dari kuorum yang disyaratkan, maka spin off belum
bisa dilakukan. Sebaliknya, jika kuorum RUPS terpenuhi dan
semuanya menyetujui rancangan yang disusun, maka spin off
bisa segera ditindaklanjuti.
3. Proses spin off

Setelah seluruh atau sebagian besar pemegang saham perusahaan setuju


dan tidak ada keberatan yang diajukan dari pihak kreditur atau mitra
usaha, maka tahap berikutnya masuk pada realisasi spin off perusahaan.
Pada tahap ini dilakukan pendirian perusahaan baru berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) yang disertai dengan pemindahan atau
pemisahan sebagian aktiva dan passiva dari perusahaan induk yang
sudah ada.
4. Pengesahan spin off perusahaan dengan akta notaris

Untuk mendapatkan status secara hukum, maka spin off yang dilakukan
perusahaan harus disahkan dengan akta notaris. Notaris yang ditunjuk
akan membuat Akta Pemisahan yang menerangkan pendirian
perusahaan baru sekaligus peralihan aktiva dan passiva dari perusahaan
induk (lama) ke perusahaan baru secara hukum.
Aturan spin off perusahaan

Spin off perusahaan sebagai salah satu upaya


restrukturisasi perusahaan dapat dilakukan dengan
mengacu pada dua aturan perundang-undangan, yaitu
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Untuk jenis perusahaan
selain perbankan, spin off mengacu pada Undang-
Undang Perseoran Terbatas (UUPT). Sementara spin off
perusahaan perbankan mengacu pada Undang-Undang
Perbankan Syariah (UUPS).
Berdasarkan UUPT, perusahaan baru hasil spin off harus
mendapatkan izin dan pengesahan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia. Jika telah mengantongi izin dari
Kementerian Hukum dan HAM, maka bisa perusahaan
baru hasil spin off tersebut bisa segera melakukan
kegiatan usahanya. Namun, khusus untuk perusahaan
perbankan syariah, izin dan pengesahan tak hanya dari
Kementerian Hukum dan HAM saja, tetapi juga
pemegang otoritas tertinggi perbankan, yaitu Bank
Indonesia. Meski suatu perusahaan bank syariah telah
mendapatkan izin dan pengesahan dari Kementerian
Hukum dan HAM, tetapi belum mendapat ‘restu’ dari
Bank Indonesia, maka perusahaan bank syariah tersebut
belum dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Spin off perusahaan merupakan tindakan pemisahan
yang dilakukan perusahaan untuk semakin
memperbesar skala usahanya. Akibat dari spin off
adalah adanya perusahaan baru yang didirikan
dengan pemindahan seluruh atau sebagian aktiva dan
passiva dari perusahaan induk atau lama ke
perusahaan baru. Secara hukum, spin off perusahaan
merupakan tindakan yang legal asal dilakukan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai