Anda di halaman 1dari 5

Pengertian spin off perusahaan

Spin off perusahaan merupakan tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh
perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk memisahkan usaha secara parsial atau
sebagian sehingga mengakibatkan sebagian aktiva dan passiva perusahaan tersebut beralih
karena hukum kepada dua perseroan atau lebih. Secara sederhana spin off perusahaan dapat
dipahami sebagai pemisahan sebagian perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas secara
hukum menjadi dua atau lebih perusahaan baru.

Pemisahan sebagian perusahaan ini (spin off) menimbulkan konsekuensi hukum berupa
pengalihan sebagian aktiva dan passiva dari perusahaan induk (lama) ke perusahaan baru.
Dalam istilah ekonomi bisnis, spin off perusahaan disebut juga sebagai pemisahan tidak murni,
karena hanya sebagian aktiva dan passiva perusahaan induk saja yang dialihkan. Artinya,
proses spin off perusahaan tidak menghapus atau menghilangkan eksistensi perusahaan induk
secara hukum. Perusahaan induk yang melakukan spin off tetap eksis dalam menjalankan
kegiatan usahanya.

Perusahaan yang melakukan pemisahan tidak murni (spin off) bisa tetap menjalin kerja sama
dengan perusahaan baru hasil pemisahan yang telah berdiri sendiri. Namun, bisa juga masing-
masing perusahaan yang telah mandiri atau berdiri sendiri secara hukum tersebut menjalankan
kegiatan usahanya masing-masing tanpa menjalin kerja sama.

Tujuan spin off perusahaan

Tujuan umum dari perusahaan dalam menjalankan usaha tentunya untuk bertumbuh dan
berkembang sehingga memiliki peluang untuk memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar.
Harus diakui untuk mencapai tujuan tersebut tentunya tidak mudah, dibutuhkan riset pasar yang
mendalam sehingga perusahaan mampu merumuskan strategi yang jitu.

Perumusan dan implementasi strategi antar-perusahaan tak selalu sama, karena tergantung
pada variabel yang berbeda, termasuk pangsa pasar yang dituju. Beragam strategi yang umum
diterapkan adalah inovasi, diversifikasi, dan lainnya. Di saat perusahaan berhasil bertumbuh dan
berkembang semakin besar, keinginan untuk menghasilkan nilai perusahaan yang lebih tinggi
dalam jangka panjang tentunya semakin besar pula. Di sinilah peran dari strategi spin
off perusahaan mulai dimainkan. Perusahaan yang telah berkembang menjadi besar harus
kembali menjadi kecil untuk mencapai hasil yang jauh lebih besar.

Spin off perusahaan sebagai salah satu strategi usaha dilakukan dalam rangka restrukturisasi
perusahaan. Adapun tujuan utamanya yakni meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Ada
kalanya unit usaha suatu perusahaan kurang mampu berkembang maksimal, karena terpaku
dengan arahan dan suplai sumber daya dari perusahaan induk. Namun, setelah dilakukan spin
off di mana unit usaha telah menjadi perusahaan baru memiliki kebebasan untuk menentukan
langkah dan mengeksekusi strateginya sendiri, sehingga peluang untuk bertumbuh dan
berkembang lebih besar.

Dari perspektif perusahaan induk, unit usaha yang dinilai kurang relevan dan menguntungkan
justru akan menghambat implementasi strategi untuk bertumbuh dan berkembang. Dengan
melakukan spin off unit usaha tersebut menjadi perusahaan baru, perusahaan induk dapat lebih
fokus dalam menentukan arah strateginya.

Tahapan spin off perusahaan


Spin off perusahaan dapat dikatakan gampang-gampang susah, karena keputusannya harus
melibatkan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Selain itu,
terdapat banyak pihak yang harus dijamin agar tidak menderita kerugian atas keputusan spin
off perusahaan, yaitu karyawan, kreditur, dan nasabah bagi perusahaan perusahaan. Sebab
itulah spin off perusahaan harus dipersiapkan dengan matang melalui beberapa tahapan
sebagai berikut.

 Persiapan

Persiapan merupakan tahapan awal dari spin off perusahaan. Pada tahapan ini, perusahaan
yang akan melakukan spin off harus membuat rancangan pemisahan (spin off) perusahaan.
Setelah rancangan spin off disusun, kemudian dipublikasikan kepada khalayak melalui surat
kabar harian yang beredar secara nasional, juga pada karyawan serta kreditur dan mitra usaha
paling lambat 30 hari sebelum penyelenggaraan RUPS. Berkenaan dengan adanya keberatan
atas rencana spin off perusahaan terkait oleh kreditur atau mitra usaha, maka dapat
mengajukannya paling lambat 14 hari sejak pengumuman yang terbit di surat kabar. Jika
keberatan yang diajukan tidak bisa diselesaikan oleh direksi, maka akan diserahkan pada
keputusan RUPS. Selama keberatan dari kreditur belum dapat diselesaikan, maka spin off tidak
dapat dilakukan.

 Penyelenggaraan RUPS

Apabila pada tahap persiapan tidak ditemui adanya kendala, maka tahap berikutnya adalah
penyelenggaraan RUPS. Berkenaan dengan pengambilan keputusan spin off, RUPS sekurang-
kurangnya harus dihadiri oleh ¾ dari seluruh pemegang saham dengan hak suara yang sah. Jika
kuorum tidak terpenuhi, di mana tak semua menyetujui rancangan spin off, maka pengambilan
keputusan dilakukan dengan sistem voting. Jika dalam RUPS belum dihasilkan kata sepakat
atau persetujuan dari kuorum yang disyaratkan, maka spin off belum bisa dilakukan. Sebaliknya,
jika kuorum RUPS terpenuhi dan semuanya menyetujui rancangan yang disusun, maka spin
off bisa segera ditindaklanjuti.

 Proses spin off

Setelah seluruh atau sebagian besar pemegang saham perusahaan setuju dan tidak ada
keberatan yang diajukan dari pihak kreditur atau mitra usaha, maka tahap berikutnya masuk
pada realisasi spin off perusahaan. Pada tahap ini dilakukan pendirian perusahaan baru
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang disertai dengan pemindahan atau pemisahan sebagian
aktiva dan passiva dari perusahaan induk yang sudah ada.

 Pengesahan spin off perusahaan dengan akta notaris

Untuk mendapatkan status secara hukum, maka spin off yang dilakukan perusahaan harus
disahkan dengan akta notaris. Notaris yang ditunjuk akan membuat Akta Pemisahan yang
menerangkan pendirian perusahaan baru sekaligus peralihan aktiva dan passiva dari
perusahaan induk (lama) ke perusahaan baru secara hukum.

Aturan spin off perusahaan

Spin off perusahaan sebagai salah satu upaya restrukturisasi perusahaan dapat dilakukan
dengan mengacu pada dua aturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Untuk jenis perusahaan selain perbankan, spin off mengacu pada Undang-Undang
Perseoran Terbatas (UUPT). Sementara spin off perusahaan perbankan mengacu pada
Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS).

Berdasarkan UUPT, perusahaan baru hasil spin off harus mendapatkan izin dan pengesahan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jika telah mengantongi izin dari Kementerian
Hukum dan HAM, maka bisa perusahaan baru hasil spin off tersebut bisa segera melakukan
kegiatan usahanya. Namun, khusus untuk perusahaan perbankan syariah, izin dan pengesahan
tak hanya dari Kementerian Hukum dan HAM saja, tetapi juga pemegang otoritas tertinggi
perbankan, yaitu Bank Indonesia. Meski suatu perusahaan bank syariah telah mendapatkan izin
dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM, tetapi belum mendapat ‘restu’ dari Bank
Indonesia, maka perusahaan bank syariah tersebut belum dalam menjalankan kegiatan
usahanya.

Spin off perusahaan merupakan tindakan pemisahan yang dilakukan perusahaan untuk semakin
memperbesar skala usahanya. Akibat dari spin off adalah adanya perusahaan baru yang
didirikan dengan pemindahan seluruh atau sebagian aktiva dan passiva dari perusahaan induk
atau lama ke perusahaan baru. Secara hukum, spin off perusahaan merupakan tindakan yang
legal asal dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai