Anda di halaman 1dari 28

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DIREKTORATJENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM

Jakarta, 27 Oktober 2022

SANTUN M. SIREGAR
DIREKTUR PERDATA
Dalam merealisasikan visi tersebut, Bapak Presiden mendorong
kita agar memanfaatkan arsitektur internasional yaitu penilaian
Ease of Doing Business (EoDB) dan menjadi anggota Financial
Action Task Force (FATF).
Saat ini, Indonesia sudah berstatus sebagai Observer dan tinggal
selangkah lagi untuk menjadi anggota FATF. Untuk dapat menjadi anggota,
Indonesia harus mendapatkan penilaian Largely Compliant (LC) pada
setidaknya 33 (tiga puluh tiga) rekomendasi dari 40 (empat puluh)
rekomendasi yang ada. Salah satunya rekomendasi yang belum
mendapatkan penilaian LC adalah Rekomendasi 24, terkait Transparency
and Beneficial Ownership (BO) of Legal Persons.

Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti melalui Peraturan Presiden Nomor 13


Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari
Korporasi dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
REVISI REKOMENDASI 24 FATF:

Revisi:
• Informasi BO harus memadai untuk mengidentifikasi BO, akurat
berdasarkan verifikasi dan terkini.
• Otoritas berwenang memiliki akses untuk informasi BO, selain itu juga
berkaitan dengan pengadaan.
• Larangan praktik bearer shares dan nominee.
RESUME RISIKO UTAMA TPPU DALAM NRA 2021

TINDAK PIDANA ASAL MODUS/POTENSI BAHAYA PENCUCIAN UANG OFFSHORE/ LO


Korupsi dan Narkotika • Praktik jual beli dan penggunaan akun rekening RISIKO KE LUAR
atas nama pihak lain oleh sindikat. Korupsi dan Narkotika
• Penyalahgunaan praktik E-Commerce dalam
WILAYAH transaksi hasil kejahatan. NEGARA TUJUAN
DKI Jakarta • Praktik teknologi finansial peer to peer lending Singapora, USA, India, China, Thailand,
yang tidak berizin Malaysia dan Hong Kong
PELAKU
ORANG PERORANGAN BADAN HUKUM SEKTOR INDUSTRI
Pejabat legislatif dan Perseroan Terbatas Jual beli kendaraaan, perusahaan properti, agen
pemerintah, pegawai • Jenis bidang usaha: properti, bank dan valuta asing
BUMN & BUMD Industri dan
distribusi

TIPOLOGI
Penggunaan identitas palsu, penggunaan nominee, trust, anggota keluarga atau pihak ketiga
termasuk agen properti, smurfing & structuring (transaksi di bawah nilai tertentu yg dilakukan
berkali-kali), menggunakan jasa profesional, metode pembayaran terbaru, menggunakan
korporasi dan sektor yang minim regulasi.
TPPU
Jumlah Perseroan Terbatas di DKI Jakarta dengan kegiatan:

• Pedagang Kendaraan Bermotor (KBLI: Perdagangan Besar Sepeda Motor, Perdagangan Eceran
Sepeda Motor, Perdagangan Besar Mobil, Perdagangan Eceran Mobil): 6.127
• Perusahaan Properti atau Agen Properti (KBLI: Real Estat yang dimiliki sendiri atau disewa, Real
Estat atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak): 22.144
• Bank Umum (KBLI: Bank Umum): 142
• Pedagang Valuta Asing (KBLI: Kegiatan Penukaran Valuta Asing, Broker dan Dealer Valuta Asing):
451
RESUME RISIKO UTAMA TPPT DALAM NRA 2021
MODE PENDANAAN TERORISME
TINDAK PIDANA ASAL MODUS
Pinjaman online ilegal • Pada tahap pengumpulan dana, berupa: sponsor pribadi (terrorist
(peer to peer lending tidak berizin) financier/fundraiser), penyimpangan pengumpulan donasi melalui ormas, dan
usah bisnis yang sah;
PELAKU
• Pada tahap pemindahan dana berupa: melalui penyedia jasa keuangan,
pembawaan uang tunai lintas batas, dan menggunakan metode pembayaran baru;
ORANG PERORANGAN BADAN HUKUM
• Pada tahap penggunaan dana, berupa: pembelian senjata dan bahan peledak,
Pengusaha, Pegawai Yayasan, pelatihan pembuatan senjata dan bahan peledak, pelatihan penggunaan senjata
Swasta, dan Trader Perkumpulan
dan bahan peledak, dan biaya perjalanan dari dan ke lokasi aksi terorisme.

WILAYAH POTENSI BAHAYA


DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, 1) Pendanaan yang menggunakan atau menyalahgunakan korporasi
dan Jawa Tengah 2) Narkotika dan obat-obatan terlarang
3) Aset virtual (cryptocrurrency, dan lain-lain)
4) Pendanaan peer to peer
TIPOLOGI 5) Aktivitas kejahatan bersenjata dalam suatu negara
Praktik jual beli rekening dan
penggunaan identitas palsu
TPPT
Yayasan
• DKI Jakarta : 20974
• Jawa Timur : 45092
• Jawa Barat : 75503
• Jawa Tengah : 27087

Perkumpulan
• DKI Jakarta : 7554
• Jawa Timur : 62430
• Jawa Barat : 23373
• Jawa Tengah : 72796
PERBANDINGAN PENGATURAN BENEFICIAL OWNERSHIP PADA
KEMENKUMHAM DAN OJK

1. Subjek Penerapan BO : Korporasi berupa Perseroan, Yayasan, 1. Subjek Penerapan BO Calon Nasabah, Nasabah, Walk in
Perkumpulan, Koperasi, Persekutuan Komanditer, Firma; Customer;
2. Diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi 2. Diatur dalam Peraturan OJK Tentang Penerapan Program Anti
Manusia tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerapan Prinsip Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Di
Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi dan tentang Tata Sektor Jasa Keuangan;
Cara Pengawasan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat 3. Penyampaian Informasi BO dilakukan oleh Penyedia Jasa
Korporasi; Keuangan;
3. Data BO dapat digunakan oleh beberapa Instansi berwenang 4. PJK wajib melakukan identifikasi dan verifikasi identitas
tekait; Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), berdasarkan informasi
4. Penyampaian Informasi BO dilakukan oleh Notaris; atau data relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat
5. Waktu penyampaian BO bisa dilakukan pada saat pendirian, dipercaya.
pendaftaran dan/atau pengesahan korporasi, pada saat
sedang menjalankan usaha atau kegiatan, atau pada saat
penyampaian pengkinian informasi pemilik manfaat dari
korporasi.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 15 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21
Tahun 2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerapan Tahun 2019 tentang Tata Cara Pengawasan Prinsip Mengenali
Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi Pemilik Manfaat Korporasi
Orang perseorangan yang dapat menunjuk atau
memberhentikan Direksi, Dewan Komisaris, Pengurus,
Pembina, atau Pengawas pada Korporasi, memiliki
kemampuan untuk mengendalikan Korporasi, berhak atas
dan/atau menerima manfaat dari Korporasi baik langsung
maupun tidak langsung, merupakan pemilik sebenarnya
dari dana atau saham Korporasi dan/atau memenuhi
kriteria sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden
ini.

Menurut FATF (2014), BO merujuk pada orang perseorangan (natural persons) yang secara ultimate
memiliki atau mengendalikan (ultimate owns or controls) pelanggan (customer) dan/atau orang
perseorangan yang transaksinya dilakukan atas namanya. Hal ini juga termasuk orang perseorangan yang
melaksanakan kendali efektif secara keseluruhan (ultimate effective control) terhadap korporasi atau
perikatan hukum lainnya (arrangement). Dalam definisi ini, “ultimate owns or controls” dan “ultimate
effective control” mengacu pada situasi dimana kepemilikan/kontrol dilakukan melalui suatu rantai
kepemilikan atau dengan cara mengendalikan pihak lain (kontrol secara tidak langsung).
KORPORASI
Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum

PERSEROAN YAYASAN PERKUMPULAN


TERBATAS
12

PERSEKUTUAN PERSEKUTUAN
KOPERASI
KOMANDITER FIRMA
KRITERIA PEMILIK
MANFAAT
PERSEKUTUAN
PERSEROAN YAYASAN PERKUMPULAN KOPERASI FIRMA
KOMANDITER
Memiliki saham Memiliki kekayaan Memiliki sumber Menerima sisa hasil Memiliki modal dan/atau Memiliki modal yang
lebih dari 25% sesuai awal lebih dari 25% pendanaan lebih dari usaha lebih dari 25% dari nilai barang yang disetorkan lebih dari 25%
AD sesuai AD 25% sesuai AD total laba koperasi dalam disetorkan lebih dari 25% sesuai perikatan
satu tahun sesuai perikatan pendirian persekutuan
pendirian persekutuan firma
komanditer
Memiliki hak suara Memiliki kewenangan Menerima hasil kegiatan Memiliki kewenangan Menerima keuntungan Menerima keuntungan
lebih dari 25% sesuai untuk mengangkat usaha lebih dari 25% dari langung ataupun tidak lebih dari 25% dari total lebih dari 25% dari total
AD atau memberhentikan total laba perkumpulan langsung untuk laba keuntungan dalam laba keuntungan dalam
pengurus dan dalam satu tahun 13 menunjuk atau satu tahun satu tahun
pengawas yayasan memberhentikan
pengurus dan pengawas
koperasi
Menerima laba lebih Memiliki kewenangan Menerima laba lebih dari Memiliki kewenangan Memiliki kewenangan Memiliki kewenangan
dari 25% dari total untuk mengendalikan 25% dari total laba untuk mempengaruhi untuk mempengaruhi untuk mempengaruhi
laba Perseroan yayasan tanpa Perseroan dalam satu atau mengendalikan atau mengendalikan atau mengendalikan
dalam satu tahun otorisasi pihak tahun koperasi tanpa otorisasi persekutuan komanditer persekutuan firma tanpa
manapun pihak manapun tanpa otorisasi pihak otorisasi pihak manapun
manapun
KRITERIA PEMILIK
MANFAAT
PERSEKUTUAN
PERSEROAN YAYASAN PERKUMPULAN KOPERASI FIRMA
KOMANDITER
Memiliki kewenangan Menerima manfaat Memiliki kewenangan Menerima manfaat Menerima manfaat dari Menerima manfaat dari
untuk mengangkat, dari yayasan untuk mengangkat atau dari koperasi persekutuan komanditer persekutuan firma
menggantikan, atau memberhentikan
memberhentikan anggota pengurus dan pengawas
direksi dan anggota dewan perkumpulan
komisaris

Memiliki kewenangan Merupakan pemilik Memiliki kewenangan Merupakan pemilik Merupakan pemilik Merupakan pemilik
untuk mengendalikan sebenarnya dari dana untuk mempengaruhi sebenarnya dari dana sebenarnya dari dana atas sebenarnya dari dana atas
perseroan tanpa otorisasi atas atau mengendalikan atas modal dan/atau nilai modal pada persekutuan
14
pihak manapun kekayaan lain atau perkumpoulan tanpa kekayaan lain atau barang pada persekutuan firma
penyertaan pada otorisasi pihak manapun penyertaan pada komanditer
yayasan koperasi

Merupakan pemilik Merupakan pemilik


sebenarnya dari dana atas sebenarnya dari dana
kepemilikan saham atas sumber pendanaan
perseroan terbatas perkumpulan
SIAPA YANG HARUS MENETAPKAN PEMILIK MANFAAT

Pasal 3 ayat (1) Perpres 13/2018


Setiap Korporasi wajib menetapkan Pemilik Manfaat dari Korporasi.

Pasal 13 ayat (1) Perpres 13/2018

Selain Pemilik Manfaat yang telah ditetapkan oleh Korporasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Instansi Berwenang
dapat menetapkan Pemilik Manfaat lain:
a. Hasil audit terhadap Korporasi yang dilakukan oleh Instansi
Berwenang berdasarkan Peraturan Presiden ini;
b. Informasi instansi pemerintah atau lembaga swasta yang
mengelola data dan/atau informasi Pemilik Manfaat, dan/atau
menerima laporan dari profesi tertentu yang memuat informasi
Pemilik Manfaat; dan/atau
c. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
SIAPA YANG
MENYAMPAIKAN
Pasal 18 ayat (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali
INFORMASI PEMILIK
Pemilik Manfaat dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan MANFAAT?
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

PENDIRI ATAU
PENGURUS KORPORASI

NOTARIS

PIHAK LAIN YANG DIBERI KUASA OLEH PENDIRI ATAU


PENGURUS KORPORASI UNTUK MENYAMPAIKAN
INFORMASI PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI
WAKTU PENYAMPAIAN INFORMASI

Penyampaian informasi pemilik manfaat dari korporasi pada saat permohonan pendirian,
pendaftaran dan/atau pengesahan korporasi.

Penyampaian informasi pemilik manfaat dari korporasi pada saat korporasi menjalankan
usaha atau kegiatannya.

Penyampaian pengkinian informasi pemilik manfaat dari korporasi.


Penyampaian Informasi Pemilik Manfaat Dari Korporasi
Saat Permohonan Pendirian, Pendaftaran dan/atau Pengesahan Korporasi

BELUM MENETAPKAN Surat Pernyataan Kesediaan


Korporasi untuk menyampaikan
Berdasarkan Pasal 5 informasi Pemilik Manfaat dari
Permenkumham 15/2019 Korporasi kepada Menteri
Permohonan Pendirian,
Pendaftaran dan/atau
Pengesahan Korporasi

SUDAH MENETAPKAN
Berdasarkan Pasal 5
Permenkumham 15/2019 Wajib menetapkan dan
menyampaikan Informasi Pemilik
Manfaat dari Korporasi paling lambat
7 (tujuh) hari kerja setelah Korporasi
mendapat Izin Usaha atau Tanda
Terdaftar dari Instansi/Lembaga
Berwenang
Penyampaian Informasi Pemilik Manfaat dari Korporasi
Saat Korporasi Menjalankan Usaha Atau Kegiatannya
(Pasal 6 Permenkumham 15/2019)

Penambahan informasi
Pemilik Manfaat dari
PERUBAHAN Korporasi
Penyampaian perubahan informasi Pemilik
Manfaat dari Korporasi dilakukan paling
lama 3 (tiga) hari kerja sejak terjadinya
perubahan informasi Pemilik Manfaat dari
Korporasi
(Berdasarkan Pasal 9 Permenkumham Pencabutan informasi Pemilik
15/2019) Manfaat

▪ Notaris
▪ Pendiri atau Pengurus PENGKINIAN
▪ Pihak lain yang diberi kuasa Penyampaian pengkinian informasi Pemilik Manfaat dari
Korporasi dilakukan 1 (satu) tahun sejak penyampaian
oleh pendiri korporasi informasi Pemilik Manfaat dari Korporasi atau
penyampaian pengkinian informasi Pemilik Manfaat dari
Korporasi yang terakhir.
(Berdasarkan Pasal 10 Permenkumham 15/2019)
Contoh:

Pemilik manfaat merupakan


pihak yang tercatat dalam akta.
Contoh:

Ultimate Beneficial Ownership (UBO)


Pemilik manfaat tidak tertulis dalam akta.
Ditjen AHU telah menyediakan form pengisian informasi
pemilik manfaat, dalam aplikasi Sistem Administrasi Badan
Hukum (SABH) sejak tanggal 12 Maret 2018 sebagai sarana
bagi Korporasi untuk melaporkan data pemilik manfaat.

Ditjen AHU telah menjadikan


pelaporan pemilik manfaat
korporasi sebagai syarat untuk
mengakses transaksi perubahan
korporasi, sehingga apabila
korporasi belum pernah mengisi
data pemilik manfaat, maka
aksesnya tidak dapat
dilanjutkan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KOPERASI DAN
(Ditjen Pajak dan Ditjen Bea &
USAHA KECIL DAN MENENGAH
Cukai)

KEMENTERIAN AGRARIA DAN KEMENTERIAN ENERGI DAN


TATA RUANG SUMBER DAYA MINERAL

BADAN RESERSE KRIMINAL


KEMENTERIAN PERTANIAN KEPOLISIAN REPUBLIK
INDONESIA
INFORMASI DATA BO TERBUKA
UNTUK UMUM

• Data terbatas pada informasi nama dari BO,


korespondensi BO sesuai alamat korporasi dan
hubungan BO dengan korporasi.
• Data yang ditampilkan merupakan isian dari
pelapor (Korporasi, Notaris, atau pihak lain
yang diberi kuasa), Ditjen AHU tidak melakukan
verifikasi terhadap data tersebut.
Kendala Pelaksanaan Penginformasian BO

Tidak adanya verifikasi data pada penyampaian


informasi BO

Pengawasan dalam pelaksanaan penyampaian


BO pada Korporasi masih sulit dilaksanakan
Data per 24 Oktober 2022

Jenis Korporasi Jumlah Keseluruhan Jumlah Korporasi Isi BO


PT 1.178.863 383.888 (32,56%)
Yayasan 318.831 60.600 (19,01%)
Perkumpulan 208.364 22.142 (10,63%)
Persekutuan Komanditer 516.900 261.478 (50,59%)
Firma 5.296 2.435 (45,98%)
Persekutuan Perdata 9.639 5.366 (55,67%)
Koperasi 245.590 11.258 (4,58%)
TOTAL 2.483.483 747.167 (30,09%)
PEMANFAATAN DATA PEMILIK MANFAAT (INTEGRASI) PEMANFAATAN DATA PEMILIK MANFAAT (MANUAL)
INSTANSI JUMLAH KORPORASI
ESDM 3.051.833 INSTANSI JUMLAH KORPORASI
Kementerian Keuangan 1 Kejaksaan 736
KPK 12
Pertanian 391.644 OJK 3.288
PPATK 12 TOTAL 4.024
TOTAL 3.443.502

Anda mungkin juga menyukai