TRAINING
Ginargo D. Yantoro
Fasilitator
AGENDA
1. Regulasi Perbankan
2. Subyek Hukum Perorangan
3. Akad Pembiayaan Syariah
4. Hukum Jaminan Pembiayaan
5. Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
4
Tujuan Pembelajaran Umum
5
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta mampu menjelaskan ketentuan subyek hukum
perorangan
2. Peserta mampu menjelaskan ketentuan dan dasar hukum
akad-akad Bank Syariah, khususnya Akad Pembiayaan Syariah
untuk Pemilikan Rumah (KPR-iB)
3. Peserta mampu menjelaskan permasalahan hukum jaminan
4. Peserta mampu menjelaskan penyelesaian pembiayaan
bermasalah
6
PENGERTIAN BANK SYARIAH
7
Berdasarkan UU No. 10/1998 tentang Perubahan UU No. 7/1992
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak;
2. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran;
3. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran;
4. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina);
8
Berdasarkan UU No. 21/2008 tentang Perbankan Syariah
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.
2. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan
berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
3. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
4. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
5. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
6. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
7. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
8. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.
9
REGULASI PERBANKAN
10
Fungsi Hukum
12
Aspek Hukum Perbankan Syariah Yang Terkait
13
Klasifikasi Hukum di Indonesia
14
KETENTUAN TERKAIT PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KETENTUAN/ATURAN FIQIH
Fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indonesia
15
ASPEK HUKUM SYARIAH vs HUKUM POSITIF
ASPEK HUKUM SUMBER HUKUM BERLAKU
16
KEBERLAKUAN PRINSIP SYARIAH
UUD 1945
Tap MPR
Undang-Undang
Perpu
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Peraturan Daerah
17
18
Aspek Hukum Dalam Perbankan Syariah
ASPEK HUKUM
PERBANKAN DAN
SYARIAH
Aspek Hukum
Aspek Hukum KONVENSIONAL Aspek Hukum
SYARIAH PENYELESIAN
SENGKETA
Aspek Aspek
Aspek Hukum Aspek Hukum
- Fatwa DSN Hukum Hukum
Perikatan Lainnya
-PBI/SEBI Jaminan Lainnya
-POJK/SEOJK
19
LINGKUP USAHA &
PRODUK BANK SYARIAH
20
Lingkup Usaha & Produk BUS/UUS
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan (Giro, Tabungan, atau bentuk 2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi (Deposito, Tabungan, atau bentuk
lainnya) berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain lainnya) berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
3. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad 4. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
musyarakah, atau Akad lain istishna’, atau Akad lain
5. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain 6. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang kepada Nasabah berdasarkan
Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk IMBT atau Akad lain
7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain 8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah
9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak 10. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, pemerintah dan/atau Bank Indonesia
antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah,
atau hawalah
11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan 12. Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip yang berdasarkan Prinsip Syariah
Syariah
13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga 14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
berdasarkan Prinsip Syariah kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah
15. Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah 16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah
NB: BPRS dalam melaksanakan kegiatannya, hanya melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja. BPRS tidak melakukan
kegiatan lalu lintas pembayaran, hal itulah yang menjadikan pembeda antara BPRS dengan bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah
(UUS).
21
Lingkup Usaha dan Produk BUS/UUS (Khusus)
BUS dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
22
Perbedaan Lingkup Usaha BUS/UUS dan BPRS
1. Menghimpun dan menyalurkan dana ke masyrakat
Keduanya memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana ke publik. Namun dalam BPRS,
berupa tabungan atau deposito berdasarkan akad wadi'ah dan mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. BPRS juga hanya dapat menyalurkan dana dalam
bentuk pembiayaan bagi hasil, jual beli, penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli serta pengambilalihan utang berdasarkan akad
hawalah. Sedangkan bank syariah cenderung bersifat umum.
2. Fungsi sosial
BPRS tidak terdapat fungsi sosial dalam bentuk lembaga Baitul Mal.
3. Penempatan dana pada bank lain
BPRS menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk akad wadi'ah atau akad
mudharabah dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Penghimpunan dana
BUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). Sedangkan BPRS
memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui
rekening BPRS yang ada di BUS, Bank Umum Konvensional, dan UUS.
5. Penyediaan produk
Secara kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank BUS (full-pledged) dan
terdapat pula dalam bentuk UUS. Sedangkan BPRS menyediakan produk atau melakukan
kegiatan usaha lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan OJK.
23
Produk dan Akad Bank Syariah
Biaya admin
Himpun Dana
Bank 1. Services
2. Pembiayaan
Syariah
Kafalah, Hawalah,
Ujrah/fee
Bagi Hasil
Wakalah
Wadiah BG, LC
24
24
SUBYEK HUKUM PERORANGAN
25
Subyek Hukum
Subjek Hukum
26
Subyek Hukum Perorangan
1. Dasar hukum
–KUH Perdata
–UU Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya
2. Orang/manusia, yang memiliki wewenang dalam lalu lintas
hukum untuk memperoleh Hak dan Kewajiban.
27
Hal-hal yang Terkait dalam Subyek Hukum Perorangan
• Kecakapan Bertindak
• Kekuasaan Orang Tua
• Perwalian
• Pengampuan
• Orang Yang Hilang
• Perkawinan
28
Kecakapan Bertindak
1. Dewasa*)
2. Tidak berada dibawah pengampuan
3. Tidak dilarang oleh UU untuk membuat perjanjian tertentu
*)Catatan:
Dewasa:
⚫ Menurut Pasal 330 KUHPerdata -> 21 thn
⚫ Menurut Pasal 6 jo. Pasal 47 UU Perkawinan -> 18 thn, dengan catatan untuk
melangsungkan perkawinan bagi yang belum berumur 21 thn harus ijin orang tua
⚫ Menurut Pasal 39 ayat 1.a UU Jabatan Notaris -> 18 thn dan cakap melakukan
perbuatan hukum
29
Kecakapan Bertindak
30
Bukti Identitas Diri
Kartu Tanda Penduduk; Surat Ijin Mengemudi Bukti lain yang diyakini
Pasport; atau
atau (SIM); atau sebagai bukti identitas
31
Kekuasaan Orang Tua
Menurut KUHPerdata:
• Meliputi diri si anak dan benda atau kekayaan si anak.
• Khusus benda-benda tertentu antara lain benda tidak bergerak dan surat saham
terdapat pembatasan yaitu tidak boleh dijual sebelum mendapatkan izin
(penetapan) dari hakim.
32
Kekuasaan Orang Tua
Berakhirnya kekuasaan orang tua:
• Menjadi dewasa/kawin/perkawinan orang tua berakhir atau dibatalkan.
• Dicabut oleh hakim/tidak cakap/tidak mampu melakukan kewajibannya orang tua dibebaskan
dari kekuasaan karena suatu alasan.
Permintaan pencabutan:
• Dimintakan pada hakim beradasar alasan yang ditentukan UU al. :
33
Perwalian
Menurut KUHPerdata
Perwalian meliputi:
• Pengawasan terhadap anak yang belum dewasa/belum kawin
• Pengurusan terhadap benda atau kekayaan anak tersebut
Anak-anak yang dapat diletakkan di bawah perwalian, antara lain :
• Anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya sebagai
orang tua;
• Anak sah yang orang tuanya telah bercerai;
• Anak yang lahir di luar perkawinan (naturlijk kind).
34
Perwalian
Setiap Orang dapat menjadi Wali, dengan Syarat:
• Sudah dewasa
• Berpikiran sehat
• Jujur, adil dan berkelakuan baik
35
Perwalian
Golongan orang yang tidak dapat diangkat menjadi wali
• Sakit ingatan
• Belum dewasa
• Di bawah pengampuan
• Telah dicabut kekuasaannya sebagai orang tua
• Kepala dan anggota-anggota balai harta peninggalan juga tidak dapat diangkat menjadi wali,
kecuali untuk anak-anaknya sendiri.
Kewajiban seorang wali :
• Mengurus kekayaan anak yang berada di bawah pengawasannya dan bertanggung jawab atas
kerugian-kerugian yang ditimbulkan
• Jika anak telah dewasa, wali wajib memberikan pertanggung jawab kepada anak tersebut, atau
kepada ahli warisnya jika anak tsb. Meninggal dunia.
Larangan bagi seorang wali :
• Meminjam uang untuk kepentingan si anak, menjual, menggadaikan benda-benda yang tidak
bergerak, surat-surat sero dan surat-surat penagihan dengan tanpa mendapat izin (penetapan)
pengadilan.
36
PENGAMPUAN
Menurut KUHPerdata
Orang yang sudah dewasa harus ditaruh di bawah pengampuan atau curatele apabila:
• Orang tersebut menderita sakit ingatan (dungu, sakit otak, atau mata (gelap);
• Mengobralkan kekayaannya (boros)
37
ORANG YANG HILANG
• Orang-orang yang berkepentingan atau jaksa dapat meminta pada Hakim supaya
dikeluarkan suatu penetapan yang menerangkan bahwa orang yang
meninggalkan tempat tinggalnya tersebut “dianggap telah meninggal”
• hakim dapat memerintahkan balai harta peninggalan untuk mengurus kepentingan
orang yang meninggalkan tempat tinggalnya itu, tetapi sebelum hakim
mengeluarkan suatu penetapan harus dilakukan terlebih dahulu suatu panggilan
umum (dengan melalui surat Kabar) yang diulangi paling sedikit tiga kali.
• Jika orang yang meninggalkan tempat tinggalnya itu meninggalkan suatu
penguasaan untuk mengurus kepentingan-kepentingannya, maka harus ditunggu
selama sepuluh tahun lewat sejak diterimanya Kabar terakhir dari orang tersebut
baru dapat diajukan permintaan untuk mengeluarkan suatu penetapan
sebagaimana dimaksud diatas.
38
ORANG YANG HILANG
• Setelah dikeluarkan penetapan oleh hakim itu, para ahli waris berhak mengoper
kekuasaan atas segala harta kekayaan, dengan memberikan jaminan bahwa
mereka tidak akan menjual benda-benda itu.
• Para ahli waris berhak menguasai benda itu sebagai orang-orang yang
mempunyai hak pemakaian atas benda-benda tersebut dan mereka berhak untuk
menyuruh membuka surat-surat wasiat yang ada dan belum terbuka.
• Setelah lewat 30 tahun, terhitung mulai dikeluarkannya surat penetapan yang
dikeluarkan hakim atau apabila orang yang dianggap telah meninggal itu,
seandainya ia masih hidup sudah mencapai umur 100 tahun, maka para ahli waris
dapat mengadakan suatu pembagian warisan yang tetap.
39
Perkawinan
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan:
• Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri.
• Tujuannya membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan keTuhanan yang maha esa. Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya.
HARTA BERSAMA:
Harta yang diperoleh selama perkawinan, karena pekerjaan suami atau isteri.
HARTA BAWAAN:
Harta yang diperoleh suami atau isteri (i) sebelum perkawinan
dilangsungkan, (ii) karena warisan atau (iii) hadiah dan lain-lainnya yang
diperoleh masing-masing baik sebelum atau sesudah perkawinan.
40
➢ PENGURUS HARTA BERSAMA
Suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak, misalnya menjual atau
menjaminkan.
➢ PERJANJIAN PERKAWINAN
Perkawinan dapat dilakukan pada saat atau sebelum perkawinan dilangsungkan dan harus dibuat
dengan syarat:
– Atas persetujuan bersama
– Secara tertulis
– Disahkan oleh pegawai pencatat nikah
– Tidak boleh bertentangan dengan hukum, agama dan kesusilaan
– Berlaku sejak perkawinan dilangsungkan
•
41
– Isi Perjanjian Perkawinan
• Tidak boleh membatasi hak dan kewajiban suami isteri karena hal
tersebut merupakan hak asasi perkawinan itu sendiri.
• Tidak boleh melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan
42
Perkawinan Campur
UU PERKAWINAN:
43
Akibat Perkawinan Campur Terhadap Kewarganegaraannya
(UU Kewarganegaraan RI No. 12 tanggal 1 Agustus 2006)
– Perempuan WNI yang kawin dengan WNA, kehilangan kewarganegaraan RI apabila menurut hukum
negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami akibat perkawinan
tsb, dan sebaliknya
• WNA yang kawin secara sah dengan WNI dapat mengajukan kewarganegaraan RI di hadapan
pejabat yang berwenang, dengan syarat sudah bertempat tinggal di RI minimal 5 tahun berturut-
turut atau 10 tahun tidak berturut-turut, dan dengan memperoleh kewarganegaraan RI tsb tidak
mengakibatkan berkewarganegaraan ganda
• Anak yang lahir dari hasil perkawinan campuran yang sah (WNI dengan WNA) mempunyai status
WNI dan apabila status kewarganegaraan RI ini mengakibatkan anak berkewarganegaraan ganda,
maka dalam waktu paling lambat 3 tahun setelah berumur 18 tahun atau sudah kawin, anak
tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.
• Dapat kehilangan kewarganegaraannya, menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam undang-
undang kewarganegaraan republik indonesia yang berlaku.
• Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan campur, menentukan hukum yang
berlaku baik mengenai hukum publik maupun hukum perdata.
44
Perkawinan yang Dilangsungkan di Luar Negeri
– UU PERKAWINAN:
• Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua orang WNI atau
seorang WNI dengan WNA sah jika dilakukan menurut hukum yang berlaku di
negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi WNI tidak melanggar UU
Perkawinan.
• Jika perkawinan menurut negeri asing tidak sah karena tidak dilangsungkan
menurut cara-cara yang lazim di negeri asing itu maka perkawinan itu menurut
hukum Indonesia juga tidak sah.
• Jika perkawinan telah dilangsungkan menurut cara yang lazim di Indonesia, yang
menurut hukum asing tidak sah, harus dianggap bahwa menurut hukum perkawinan
Indonesia adalah sah.
• Dalam waktu satu tahun setelah suami isteri kembali ke wilayah Indonesia, surat
bukti perkawinan mereka harus dicatatkan di kantor pendaftaran pencatatan
perkawinan ditempat tinggal mereka.
45
AKAD-AKAD BANK SYARIAH
46
Pengakuan Akad Dalam Islam
Kedudukan Akad Perbankan Syariah Dalam Sistem Islam
Islam
Ibadah Muamalah
Pasar
Asuransi Perbankan dll
modal
47
47
Pengakuan Akad Dalam Islam
Hukum Memenuhi Akad
WAJIB
48
Pengakuan Akad Dalam Islam
Syarat Sahnya Akad
• Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
Kesepakatan dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas
(An-nisa 29) dasar suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu[.
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu[
Kecakapan • Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka
(An-Nisa 6) serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.
Hal Tertentu • mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal
(Al-Naqarah 275) Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Kausa Halal • Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu kepada
(Al-Baqarah 188) hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan dosa, padahal kamu mengetahui
49
Syarat sahnya Perjanjian/Akad dalam Hukum Positif
1. Kesepakatan
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
50
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN/AKAD
Konvensional Syariah
Kesepakatan Perikatan / Perjanjian Ijab Qabul sbgm tercantum dlm Wa’ad / Akad
Hal Tertentu Sesuai jenis transaksi, misal jual beli, Obyek tertentu (Ma’kud Alaih) sesuai jenis
sewa menyewa memenuhi ketentaun transaksi, misal murabahah harus memenuhi
KUH Perdata tentang jual beli atau rukun dan syarat akad murabahah dst ( sesuai jenis wa’ad atau
sewa-menyewa. akadnya)
Causa yang halal Tidak dilarang oleh UU /hukum positif - Sah akadnya
- Tidak termasuk transaksi yang dilarang :
(baik dilarang oleh ketentuan syariah maupun
dilarang oleh UU / hukum positif )
51
Pengakuan Akad Dalam Islam
52
52
Pengakuan Akad Dalam Islam
Transaksi Yang Dilarang
53
53
Pengakuan Akad Dalam Islam
Struktur Akad
Rukun Syarat
• Suatu yang menjadi faktor • Syarat akad bukan
asasi bagi terwujudnya merupakan rukun akad,
sesuatu, yang tanpa jika syarat akad tidak
dipenuhinya rukun dipenuhi, tidak
tersebut maka suatu akad menyebabkan akad itu
menjadi tidak sah (Batal menjadi batal, akan tetapi
demi hukum) menjadi fasid (rusak,
• Yaitu: aqidani, obyek akad dapat dibatalkan).
dan ijab qabul. • Yaitu : covenants
54
54
PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH:
TABARRU’ VS TIJARAH
WA’AD
AKAD
TABARRU’ TIJARAH
(non profit transaction) (profit transaction)
55
PERBEDAAN AKAD
TABARRU’ DAN TIJARAH
TABARRU’ TIJARAH
❖ Non-profit transaction oriented ❖ Profit transaction oriented
❖ Untuk tolong-menolong (non ❖ Bersifat komersil
commercial)
❖ Tidak dapat diubah menjadi akad Tijarah ❖ Akad Tijarah dapat diubah menjadi
kecuali ada persetujuan sebelumnya Akad Tabarru’
❖ Tidak mengambil keuntungan, hanya ❖ Mengambil keuntungan
sekedar menutup biaya yang dikeluarkan
(cover the cost).
56
Boleh
Perubahan
Akad Tijarah
Sesudah
Kesepakatan
kontrak
Tabarru’
Tidak
Boleh
57
Contracts
Gharar
Natural
Natural Uncertainty
Certainty Contracts :
Contracts : Uncertain cash-flow
certain cash-flow Baik amount
Baik amount Maupun timing-nya.
Maupun timing-nya. (Kontrak
(Kontrak Jual-Beli, Investasi)
Sewa, Upah)
Riba Nasiah
• Murabahah •Mudharabah
• Salam •Musyarakah
• Istishna’ • MMQ
• Ijarah & IMBT • Mudharabah
Musytarakah
58
TEORI PERTUKARAN
Obyek
Pertukaran
Waktu
Pertukaran
Ghairu Tangguh
Naqdan
59
Teori Pertukaran
Teori Percampuran
Waktu Objek
Pertukaran/ Pertukaran/
Percampuran Percampuran
Dayn Ayn
Ghairu (Financial (Real
Naqdan Asset) Asset)
Naqdan
(Immediate
(Deferred
Delivery)
Delivery
Uang Barang
& Surat &
Berharga Jasa
60
Tehnik Mendesign Struktur Produk Pembiayaan Syariah
61
Contoh mendesign kebutuhan
nasabah-Obyek
Obyek
ya Pembelian tidak
Barang
ya Jasa
tidak
ya Ready
Stock
Proses
ya Barang tidak Ijarah
< 6 bulan
Salam Istishna’
62
Akad Penghimpunan Dana
No KONVENSIONAL SYARIAH
1 Jenis Dana Pihak Ketiga
Simpanan adalah dana a Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada
yang dipercayakan oleh . BUS dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain
masyarakat kepada yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro,
bank berdasarkan
Tabungan, atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
perjanjian
Note: tidak ada janji tingkat return
penyimpanan dana
b Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada
dalam bentuk giro,
. Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad mudharabah atau
deposito, sertifikat
deposito, tabungan dan Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam
atau bentuk lainnya yang bentuk Deposito,Tabungan, atau bentuk lain yang dipersamakan
dipersamakan dengan dengan itu.
itu. Note: nisbah bagi hasil diperjanjikan (tergantung performance bank)
Note: tingkat bunga
diperjanjikan
63
2 Jenis Perjanjian
Perjanjian a Simpanan: akad wadi’ah, yaitu, akad dimana Bank bertindak sebagai penerima dana
penyimpanan . titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana dan Bank dapat mengelola atau
/penempatan menggunakan dana titipan nasabah (SE OJK No. 36/SEOJK.03/2015)
dana dengan b Investasi: akad mudharabah mutlaqah yaitu ,akad dimana Bank bertindak sebagai
menjanjikan . pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana
tingkat bunga Dengan tambahan ketentuan: Bank tidak dibatasi untuk menggunakan dana nasabah
tertentu. dalam aktivitas penyaluran dana selama tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; dan
nasabah selaku pemilik dana menanggung risiko kerugian dalam hal obyek investasi yang
dibiayai atau un-derlying asset mengalami penurunan kualitas atau kerugian yang terjadi
bukan karena kelalaian Bank sebagai pengelola dana kecuali Bank sebagai pengelola
dana menjamin seluruh pokok dana nasabah. (SE OJK No. 36/SEOJK.03/2015)
c Investasi: akad mudharabah muqayyadah yaitu, akad dimana Bank bertindak sebagai
. pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana
Dengan tambahan ketentuan: nasabah selaku pemilik dana memberikan syarat-syarat
dan batasan tertentu kepada bank antara lain mengenai tempat, cara, dan/atau obyek
investasi yang dinyatakan secara jelas dalam perjanjian; dan nasabah selaku pemilik dana
menanggung risiko kerugian dalam hal obyek investasi yang dibiayai atau underlying asset
men-galami penurunan kualitas atau kerugian yang terjadi bukan karena kelalaian Bank
sebagai pengelola dana dan/atau menyalahi substnsi perjanjian. (SE OJK No.
36/SEOJK.03/2015)
64
Akad Pembiayaan
No
KONVENSIONAL SYARIAH
• .
1 Jenis Penyaluran Dana
Kredit adalah penyediaan uang a. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan
atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, itu berupa:
berdasarkan persetujuan atau a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
yang mewajibkan pihak ijarah muntahiya bittamlik;
peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;
tertentu dengan pemberian d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
bunga
Note: tingkat bunga diperjanjikan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah,
tanpa imbalan, atau bagi hasil.
65
Akad Pembiayaan
No
SYARIAH
KONVENSIONAL
2
Jenis Perjanjian
Pasal 1765 KUH a. Akad Mudharabah:
Perdata Penyediaan dana untuk kerja sama usaha antara dua pihak dimana bank menyediakan seluruh dana,
Untuk peminjaman
sedangkan nasabah bertindak selaku pengelola dana, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
uang atau barang yang
dengan nisbah yang disepakati
habis dalam
pemakaian,
b. Akad Musyarakah:
diperbolehkan
Penyediaan dana untuk kerja sama usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana
membuat syarat bahwa dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati, se-dangkan
atas pinjaman itu akan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing
dibayar bunga. c. Akad Musyarakah Mutanaqisah:
Pembiayaan musyarakah yang kepemilikan aset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik)
berkurang disebabkan pembelian secara ber-tahap oleh pihak lainnya
d. Akad Ijarah:
Penyediaan dana dalam rangka pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
e. Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT):
Penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa
berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.
f. Akad Ijarah Multijasa:
Penyediaan dana dalam rangka pemindahan manfaat atas jasa dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah).
66
Akad Pembiayaan & Qardh
No KONVENSIONAL SYARIAH
2 Jenis Perjanjian
g. Akad Murabahah:
Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu untuk transaksi jual beli
barang sebesar harga pokok ditambah margin berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara Bank dengan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk melunasi hutang/
kewajibannya.
h. Akad Istishna’:
Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu untuk transaksi jual beli
barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli dan penjual atau pembuat
i. Akad Salam:
Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu untuk jual beli barang
pesanan dengan pengiriman barang di kemudian hari oleh penjual dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu
j. Akad qardh:
Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.
67
Akad Pembiayaan Murabahah
68
• “Akad murabahah” adalah Akad Pembiayaan suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
• Dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
69
• Murabahah berasal dari kata robiha yang
berarti untung. Oleh karena itu dalam akad
murabahah harus disebutkan
margin/keuntungan yang diperoleh bank.
(prinsip an tarodhin)
70
Ketentuan Umum
Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat
Islam
Bank membiayai sebagian atau seluruhnya harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya
71
Ketentuan Umum
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan
72
MURABAHAH
1. Permohonan Barang
2. Kuasa
4. Akad Murabahah
(BANK) (NASABAH)
6. Bayar Kewajiban
73
Dokumentasi
74
Definisi
➢ Murabahah
➢ Barang → barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan
spesifikasinya
➢ Harga Beli → sejumlah uang yang dikeluarkan Bank untuk membeli
barang dari pemasok
➢ Margin/keuntungan → keuntungan Bank atas transaksi murabahah ini
yang disetujui bersama
➢ Harga Jual → harga beli ditambah dengan margin/ keuntungan Bank
75
• Kewajiban nasabah :
– Harga Beli/Perolehan : Rp.
– Margin : Rp.
– Harga Jual : Rp.
– Uang muka : Rp. ( - )
– Jumlah hutang/kewajiban nasabah : Rp.
76
MURABAHAH
77
RISIKO
• Dalam hal di kemudian hari diketahui atau timbul cacat, kekurangan atau
keadaan/masalah apapun yang menyangkut Obyek Akad dan atau pelaksanaan Akta
Jual Beli Obyek Akad, jual beli yang mana seluruh atau sebagian dibiayai dengan
Pembiayaan Murabahah ini, maka segala risiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab
NASABAH.
78
KUASA/WAKALAH
No. 80
80
AKAD MUSYARAKAH
81
AKAD MUSYARAKAH
Laba
Nisbah Nisbah
20% 80%
Rugi
Porsi modal Porsi modal
82
AKAD MUSYARAKAH
PENGERTIAN POKOK
83
AKAD MUSYARAKAH
OBYEK AKAD
84
AKAD MUSYARAKAH
DEFINISI
85
AKAD MUSYARAKAH
DEFINISI
86
AKAD MUSYARAKAH
MODAL DAN PENGGUNAAN
Bank dan Nasabah sepakat, dan dengan ini saling
mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa untuk
membiayai usaha yang permohonannya telah diajukan oleh
Nasabah kepada Bank sebagaimana yang dilampirkan pada
dan karenanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Akad ini, Bank dan Nasabah masing-masing akan
menyediakan sejumlah uang sebagai penyertaan modal,
yaitu Bank sebesar Rp………(…………………….), dan Nasabah
sebesar Rp. …………… (……………………) yang masing-masing
dan berturut-turut merupakan …… % (……………………….
persen) dan …. % (………………….. persen) dari seluruh jumlah
modal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha atau
proyek tersebut.
87
AKAD MUSYARAKAH
88
AKAD MMQ
ujrah
Nisbah Nisbah
80% 20%
Usaha
Musyarik Bersama Musyarik/
Hishshah 70% Hishshah 30%
(Bank) Sewa/ Nasabah
Ijarah
Rugi
Porsi modal Porsi modal
91 No. 91
AKAD IJARAH
92
AKAD IJARAH
93
AKAD IJARAH
RUKUN IJARAH
94
AKAD IJARAH
95
AKAD IJARAH
96
AKAD IJARAH
97
AKAD IJARAH
6. Pembayaran sewa
(ujrah)
1. Permohonan ijarah
(BANK) (NASABAH)
3. Akad Ijarah
7. Penyerahan obyek pada akhir masa sewa
2. Penguasaan
4. Penyerahan 5. Menikmati
manfaat manfaat
Obyek Sewa
98
AKAD IJARAH
POKOK AKAD
99
AKAD IJARAH
101
AKAD IMBT
• Pada prinsipnya sama dengan ijarah hanya terdapat
tambahan klausula opsi sebagai berikut:
102
Apakah Kontrak Harus Dalam Bentuk Tertulis?
103
Jenis Perjanjian Tertulis
104
Peranan Notaris Dalam Akad
Peranan Kaatib/Notaris Dalam Hukum Islam
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan adil. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang
yang berhutang itu mendiktekan, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang
yang lemah akalnya atau lemah atau dia sendiri tidak mampu mendiktekan, maka
hendaklah walinya mendiktekan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi dari orang-orang lelaki. Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka
yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Baqarah:282)
105
105
Peranan Notaris Dalam Akad
Peranan Kaatib/Notaris Dalam Hukum Islam
106
106
Struktur Akad Pembiayaan
❖Komparisi
❖Premis
LF / AKAD / PKS ( * )
❖Batang Tubuh
❖Kolom Tanda Tangan
Catatan :
Isi batang tubuh perjanjian pembiayaan syariah pada prinsipnya hampir sama dengan
perjanjian kredit (GENERAL CLAUSE) dengan penambahan / penyesuaian dengan klausula
spesifik syariah (SPESIFIC CLAUSE).
108
KLAUSULA DALAM PERJANJIAN/AKAD PEMBIAYAAN
109
Hal-hal Lain Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Perjanjian Pembiayaan
110
Hal-hal Lain Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Perjanjian Pembiayaan
2. AKTA PENGAKUAN HUTANG
Pengertian
Grosse Akta Pengakuan Hutang/Akta Pengakuan Hutang adalah suatu akta yang berisi
pengakuan hutang sepihak, dimana debitur mengakui bahwa dirinya mempunyai
kewajiban membayar kepada Kreditur sejumlah uang dengan jumlah yang pasti (tetap).
Suatu grosse akta yang pada bagian kepala aktanya dicantumkan irah-irah; “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mempunyai kekuatan mengikat dan
mempunyai kekuatan eksekutorial, dimana apabila pihak debitur wanprestasi, pihak
kreditur dapat langsung memohon eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri tanpa
melalui proses gugatan perdata.
Berdasarkan Pasal 224 HIR di atas, suatu grosse akta harus memenuhi syarat-syarat;
- Syarat Formil
- Syarat Materiil
111
Hal-hal Lain Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Perjanjian Pembiayaan
112
IMPLEMENTASI ASPEK HUKUM PERJANJIAN
DALAM TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH
Perikatan/
Syariah Perjanjian
(Fatwa MUI-DSN)
MENGIKAT
Syariah dan PBI/
SEBI, POJK/SEOJK WA’AD & KEDUA
BELAH PIHAK
AKAD
113
WA’AD vs AKAD
Wa’ad Akad
Definisi Janji yang diampaikan salah satu pihak untuk Kesepakatan tertulis antara Bank dan pihak lain
melaksanakan suatu transaksi yang memuat adanya hak dan kewajiban masing –
masing pihak sesuai dengan prinsip syariah
Terms & Conditions Tidak terinci (not well defined) Ditetapkan secara rinci dan spesifik (well defined)
Kewajiban yang harus ditunaikan Belum ada kewajiban yang ditunaikan oleh pihak manapun Ada kewajiban. Jika default, dapat diberikan sanksi
114
III. Hukum Perikatan
IMPLEMENTASI WA’AD DAN AKAD
AKAD
Perjanjian LF*) PKS
PEMBIAYAAN
Wa’ad
Akad
Catatan :
• Wa’ad dipakai untuk pemberian Line Facility yang dituangkan dalam bentuk MOU/Perjanjian Line
Facility (mengikat sepihak).
• Setiap penarikan Line Facility dituangkan dalam akad yang berbentuk akad pembiayaan
• Line Facility ini bila telah digunakan meskipun hanya sebagian maka telah mengikat para pihak.
• Pembiayaan dalam bentuk penerusan (channeling), kemitraan, joint financing dan servicing
dituangkan dalam bentuk PKS.
115
Skema Hukum Pembiayaan (1)
AKAD PERJANJIAN
PEMBIAYAAN KERJASAMA
117
MAPPING PERJANJIANPendampingan
Rincian Perkara Non Pidana BSM
PEMBIAYAAN Perkara Pidana DAN
PERJANJIAN KERJASAMA : • Sesuai dengan kesepakatan para • Sesuai dengan kesepakatan para
-Dalam rangka channeling pihak dan lending model bank. pihak dan lending model bank.
-Dalam rangka servicing (financing) • Memperhatikan hal-hal yang
- Dalam rangka kemitraan dilarang sesuai dengan prinsip
syariah.
118
CONTOH STRUKTUR DOKUMEN PEMBIAYAAN
Perjanjian Akad
Line Facility Pembiayaan
Perjanjian
Jaminan
Akad Perjanjian
Pembiayaan Jaminan
119
Contoh Struktur Akad Pembiayaan
120
SYARAT UMUM PEMBIAYAAN (SUP)
121
CONTOH ISI PERJ LINE FACILITY Isi / Klausula
▪ Komparisi
▪ Premises
▪ Penyediaan Fasilitas
Pembiayaan
1. Berlaku umum untuk setiap ▪ Perincian Penyediaan Fasilitas
fasilitas pembiayaan yang sama Pembiayaan
▪ Jangka Waktu
atau pembiayaan multiskim ▪ Agunan
2. Harus diisi mengenai detail ▪ Ketentuan Khusus
penyediaan fasilitas pembiayaan ▪ Pemberitahuan &
Korespondensi
▪ Ketentuan Penutup
▪ Signature
122
CONTOH ISI PERJANJIAN/AKAD
PEMBIAYAAN Isi / Klausula (mis. Murabahah)
▪ Komparisi
▪ Premises
▪ Pelaksanaan Pembiayaan
▪ Perincian Pemberian Fasilitas
Pembiayaan
▪ Wakalah/Penunjukan Nasabah sebagai
1. Harus diisi mengenai detail ▪
Kuasa Bank
Syarat Pencairan
pemberian fasilitas pembiayaan ▪ Jangka Waktu dan Cara Pembayaran
▪ Tempat Pembayaran
2. Dibuat dalam format/bentuk ▪ Biaya, Potongan dan Pajak
▪
sesuai jenis akad (syariah) yang ▪
Agunan
Kewajiban Nasabah (ketentuan khusus)
relevan. ▪ Cedera Janji dan Akibat Cedera Janji
▪ Pengawasan dan Pemeriksaan
▪ Pemberitahuan
▪ Ketentuan Penutup
▪ Signature
123
CONTOH POLA CHANNELING/SERVICING
Wakil Bank
BANK
MULTIFINANCE/ Agen:
KOPERASI
PKS CHANNELING/ -Fasilitas
SERVICING -Jaminan
MURABAHAH/IMBT
Akad Pembiayaan
Murabahah/IMBT
Nasabah
End User
Akad
PEMBIAYAAN
124
TAKE OVER PEMBIAYAAN
125
PENYELESAIAN SENGKETA AKAD
PEMBIAYAAN
KESEPAKATAN PENYELESAIAN PENYELESAIAN
DI LUAR PENGADILAN DI PENGADILAN
*) Putusan Mahkamah Konstitusi tentang penjelasan pasal 55 (2) UU No. 21 tahun 2008 tentang Undang-undang Perbankan Syariah
126
Pengadilan Agama memiliki kewenangan absolut menyelesaikan
sengketa di bidang ekonomi syariah. Selain itu, dapat ditentukan forum
penyelesaian sengketa alternatif lain yaitu musyawarah mufakat,
mediasi, atau arbitrase.
127
HUKUM JAMINAN PEMBIAYAAN
128
Pengertian Agunan
129
Dalil Syariah Jaminan/Collateral
pada Pembiayaan Syariah
• Al Quran
• Hadits
• Maslahah dan sadd al-zari’aj
• Fatwa-fatwa DSN MUI
• Fatwa-fatwa Ulama sedunia
130
Dalil Alquran tentang Agunan/collateral (al Baqarah: 283)
ُُ ُضة
َ ان ُُ َّم ْقبُو
ُ سفَ ٍر َولَ ْم ت َ ِجدُوا َكاتِبا فَ ِر َه
َ علَى
َ َو ِإن ُكنت ُ ْم
• Artinya : Jika kamu dalam musafir, sementara tidak ada juru tulis, maka
boleh mengambil beberapa agunan yang dipegang
• Konteks ayat ini mengenai hutang piutang sebagai lanjutan dari al-
Baqarah 282.
• Substansi dalam ayat ini menjelaskan, jika kamu kurang mempercayai
orang yang berhutang atau orang menggunakan dana, maka boleh
meminta kepadanya agunan.
• Menggunakan harta orang lain dalam pembiayaan mudharabah dan
musyarakah di zaman sekarang perlu diproteksi dengan agunan agar
mudharib dan syarik serius dalam mengelola dana orang lain.
131
• Keharusan collateral di sini, bukan untuk tujuan menjamin
harta mudharabah, karena penjaminan harta (modal)
seperti ini tidak boleh.
• Jadi tujuan collateral adalah untuk menjamin haq yang
mungkin terjadi di masa depan
• Penerapan collateral dimaksudkan untuk menjamin
kemungkinan terjadinya kerugian di masa depan
disebabkan kesalahan atau kelalaian mudharib
(Wahbah az-Zuhaily, Fiqh Muamalah al Mu’ashirah).
132
Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah
RA ini yang artinya:
133
Istimbath Hadits Jaminan (Collateral)
134
Dalil Maslahah dan Sadd al-Zari’ah
135
Fatwa DSN MUI No. 4 tahun 2000
Penjelasan:
Jaminan yang dapat dipegang dalam bahasa Alquran disebut “Rihan
Maqbudhah”
136
Fatwa DSN MUI No.6 tahun 2000
Jaminan/Agunan dalam Mudharabah
137
Fatwa DSN MUI No.7 Tahun 2000
Jaminan dalam Musyarakah
138
Rahn (collateral)
Rahn ‘Iqar/Rasmi/
Rahn Takmini/ Musta’ar Rahn Hiyazy
Rahn Tasjily
=
Barang jaminan tidak di
tangan bank/penerima gadai, Sama dgn dhaman
Melainkan tetap di tangan
nasabah atau penguasaan
Barang jaminan di
nasabah, hanya surat/sertifikat
tangan bank/penerima gadai
yang diserahkan kepada bank.
139
• Rahn ‘iqar (disebut juga rahn rasmiy) ialah barang
jaminan tetap berada di tangan nasabah (selaku
rahin). Di mana Murtahin memiliki haq kebendaan
atas harta yang diagunkan tersebut, namun barang
jaminan itu tidak berpindah penguasaannya
kepadanya, melainkan tetap ditangan nasabah.
Note:
Murtahin adalah lembaga pegadaian atau bank.
140
• Rahn Hiyazy, penguasaan barang jaminan berpindah
dari tangan nasabah kepada tangan murtahin,
sehingga barang yang dijaminkan (digadaikan)
berada dalam penguasaan murtahin (lembaga
pegadaian/ bank).
• Murtahin harus menjaga barang jaminan, sampai
hutang dilunasi nasabah.
141
• Rahn ‘iqar (rasmi) ialah collateral berupa tanah atau benda
tak bergerak dimana benda collateralnya tidak berada di
tangan murtahin (bank/lembaga pegadaian). Dengan
demikian, rahn ‘iqar termasuk jaminan fidusia.
• Rahn hiyazy, ialah jaminan atau collateral di mana
bendanya berada di tangan murtahin (lembaga
pegadaian/bank). Rahn hiyazy ini mirip/sama dengan
dhaman. Kesamaan ini disebut ulama sbg qiyas, yakni
mengqiyaskan rahn hiyazy dengan dhaman.
• Murtahin melakukan penahanan atas barang jaminan yang
digadaikan, sepanjang hutang belum dibayar.
142
Tujuan Collateral pada Pembiayaan Syariah
143
Tujuan Collateral
144
Artinya:
145
TUJUAN PENGUASAAN BUKTI AGUNAN
146
Jenis Agunan
147
Agunan Kebendaan
148
Personal Guarantee dan Corporate Guarantee
149
Hak Tanggungan
Hipotik
Gadai
Resi Gudang
Pengikatan agunan
kredit Bank
Personal
Guarantee
Hak Perorangan
Corporate Guarantee
150
Hak Tanggungan
(UU No 4 Tahun 1996)
1
Hak Preferent (hak didahulukan)
2
Tidak dapat dibagi-bagi
3
Azas-azas Hak atas tanah yang telah ada
4
Hak Perjanjian Accessoir
Tanggungan 5
Droit de Suit
6
Menjamin lebih dari satu utang
152
HAK TANGGUNGAN
153
HAK TANGGUNGAN
154
Pengikatan SHMSRSS (Strata Title)
. Terhadap obyek bangunan yang memiliki bukti kepemilikan berupa SHMSRSS atau strata
title, terdapat kepemilikan bersama terhadap hak atas tanahnya, sehingga pengikatan
SHMSRSS mengikuti pengikatan sertifikat induk hak atas tanah tersebut.
HGB asal tanah negara Persetujuan suami / istri Persetujuan RUPS (AD)
HGB asal tanah hak Persetujuan suami / istri dan Persetujuan RUPS (AD) dan
pengelolaan/HM persetujuan pemilik hak persetujuan pemilik hak
pengelolaan/HM pengelolaan
Hak Pakai atas tanah negara Persetujuan suami / istri Persetujuan RUPS (AD)
156
Dokumen Kelengkapan Pengikatan
Milik anak di bawah Tindakan hukum dari wali harus mendapatkan penetapan PN untuk
umur menjaminkan asset anak tsb.
Terbit strata title Dilakukan pensertifikatan induk terlebih dahulu, selanjutnya dalam
(SHMSRS) APHT dicantumkan roya partial.
Asset Boedel Waris Persetujuan dari seluruh ahli waris
Berada dalam 2 wilayah Pengikatan dilakukan melalui PPAT yang fisik tanahnya terluas berada
PPAT dalam wilayah PPAT dimaksud.
Hak atas tanah di Pengikatan agunan baru dapat dilakukan setelah adanya bukti LUNAS
wilayah otorita Batam pembayaran UWTO (Uang Wajib Teritorial Batam)
157
PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
158
Legal Review terhadap Pembiayaan Bermasalah
Debitur
FINANCIAL Dokumen
REVIEW pembiayaan
NPF
Agunan
LEGAL REVIEW
Penjamin
Lainnya
159
Melakukan kajian Terhadap Debitur
Identitas Kemauan
(Itikad)
Perorangan
Debitur Perijinan
Keabsahan
Badan Hukum Kewenangan
Bertindak Peluang &
Risiko
Group Usaha
160
Legalitas Debitur
a. Akta pendirian berikut perubahannya (Anggaran Dasar, Berita Acara RUPS) Bukti
Pengesahan atau Persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM RI
b. Bukti Penerimaan Pelaporan Perubahan Susunan Pengurus dan Pemegang Saham dari
Kementerian Hukum dan HAM RI
c. Bukti pendaftaran perubahan anggaran dasar dalam Daftar Perusahaan Bukti
pengumuman perubahan anggaran dasar dalam Tambahan Berita Negara RI
Kewenangan Pengurus dan Pemegang Saham
d. Identitas diri Pengurus/Pemegang Saham/pihak ketiga terkait Informasi yang
diperlukan oleh Manajemen terkait dengan Direksi dan Komisaris, seperti :
1) Keterkaitan dengan perusahaan lain (debitur / non debitur) ;
2) Daftar Orang Tercela ;
3) Perubahan susunan Direksi dan/atau Komisaris yang dilakukan tanpa persetujuan
kreditur ;
4) Perubahan susunan Direksi dan/atau Komisaris belum dilaporkan kepada
Kementerian Hukum & HAM RI ;
161
Legalitas Ijin Usaha Debitur
162
Kajian Terhadap Akad Pembiayaan
Jenis Bilateral
Club Deal
Alas Hak &
Sindikasi Kewajiban
Cross Default
Akad Klausula
Pembuktian
Cross Collateral
(Paripasu)
Dokumentasi
Notarial Peluang &
Risiko
Bawah Tangan
163
Legalitas Dokumentasi Pembiayaan
164
Kajian terhadap Jaminan
166
167
Aspek Hukum Dalam Penyelesaian Pembiayaan
TAKE OVER
NOVASI PEMBIAYAAN
❖ Tidak perlu adanya pengambilalihan
❑Pergantian kedudukan Debitur oleh kepemilikan saham perusahaan
novator
❖ Perlu adanya perubahan Akad
❑Akad pembiayaan yang lama Pembiayaan
berakhir diganti dgn akad baru
❖ Perlu adanya pengikatan ulang atas
❑Pengikatan agunan lama berakhir agunan pembiayaan
sehingga dilakukan pengikatan baru
❖ Tidak perlu adanya perubahan
❑Kepengurusan perusahaan sesuai pengurus perusahaan Debitur
dengan pihak novator
168
Non Litigasi - Subrogasi
Penggantian hak-hak kreditur oleh pihak ketiga karena adanya Pembayaran
hutang debitur oleh pihak ketiga tsb kepada kreditur.
169
Non Litigasi – Likuidasi Agunan
Penebusan Agunan
Penebusan bisa dilakukan oleh nasabah atau pihak ketiga dengan persetujuan nasabah.
170
Litigasi – Eksekusi Agunan (Parate Eksekusi)
171
Litigasi – Eksekusi Agunan melalui permohonan Fiat Eksekusi
172
Prosedur lelang melalui permohonan fiat eksekusi ke
Pengadilan Agama
1. Kreditur selaku pemohon Fiat Executie mengajukan permohonan peneguran
(aanmaning) melalui Ketua Pengadilan Agama sebanyak 2 kali dengan melampirkan
dokumen pembiayaan. Selanjutnya Ketua Pengadilan Agama akan menegur debitur
dan/atau penjamin untuk melunasi seluruh kewajiban kepada Kreditur secara
sukarela.
2. Jika debitur dan/atau penjamin tidak juga mengindahkan teguran dari pengadilan,
kreditur mengajukan permohonan sita eksekusi atas objek jaminan kepada Ketua
Pengadilan Agama. Pengadilan akan melakukan penyitaan terhadap jaminan di
lokasi agunan dengan berita acara.
3. Untuk melakukan lelang agunan, kreditur mengajukan permohonan lelang ekskusi
kepada Ketua Pengadilan Agama dengan melampirkan dokumen penjaminan.
4. Lelang agunan dilakukan oleh Juru Sita Pengadilan dengan melibatkan Kantor
Lelang Negara, dengan didahului oleh Pengumuman lelang 2 kali.
173
Permohonan PKPU atau Pailit melalui Pengadilan Niaga
175
Akibat Hukum Atas Dikabulkannya Permohonan Kepailitan
176
Pelaksanaan Eksekusi terhadap Penjamin
(Personal Garansi atau Corporate Garansi)
177
Penyertaan modal sementara
Pasal 22
(1) Kualitas Penyertaan Modal Sementara ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila jangka waktu Penyertaan Modal Sementara belum
melampaui 1 (satu) tahun;
b. Kurang Lancar, apabila jangka waktu Penyertaan Modal Sementara
telah melampaui 1 (satu) tahun namun belum melampaui 4 (empat)
tahun;
c. Diragukan, apabila jangka waktu Penyertaan Modal Sementara telah
melampaui 4 (empat) tahun namun belum melampaui 5 (lima) tahun;
d. Macet, apabila:
1. jangka waktu Penyertaan Modal Sementara telah
melampaui 5 (lima) tahun; atau
2. investee telah memiliki laba kumulatif namun Penyertaan
Modal Sementara belum ditarik kembali.
178
Restrukturisasi Pembiayaan
Pasal 55
(1) Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar; dan
b. nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi
kewajiban setelah restrukturisasi.
(2) Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
antara lain melalui:
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran
kewajiban nasabah atau jangka waktunya;
b. Persyaratan kembali (reconditioning),
c. Penataan kembali (restructuring),
Pasal 56
Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Pembiayaan dengan tujuan untuk:
a. memperbaiki kualitas Pembiayaan; atau
b. menghindari peningkatan pembentukan PPA,
179
Ginargo D. Yantoro
0811887868
ginargodyantoro@gmail.com
T E R I M A
K A S I H