Anda di halaman 1dari 23

Oleh

Muhaimin
PENDAHULUAN
 Sistem hukum di Indonesia terus mengalami
perubahan sesuai dengan dinamika politik hukum dan
pemerintahan yang ada,
 Salah satunya politik hukum pemerintah dalam
pengaturan perbankan dengan menggunakan dual
banking system dalam UU Nomor 10 Tahun 1998
DUAL BANKING SYSTEM
PERBANKAN INDONESIA

Conventional Syari’ah
Bank Bank

Bank Umum BU Syari’ah


BPR BPRS
PENGELOMPOKAN BANK

BANK

Bank Umum BPR

Bank Umum Bank Umum BPR BPR


Konvensional Syariah Konvensional Syariah

Unit
Usaha Syariah
JENIS BANK

1. BANK UMUM (Konvensional)


2. BANK Perkreditan Rakyat (BPR)
JENIS BANK SYARIAH

1. BANK UMUM (Syariah)


2. Unit Usaha Syariah
3. BANK Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
JENIS BANK

 Bank Umum
 melakukan kegiatan usaha konvensional; dan atau
 melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;
 memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
 melakukan kegiatan usaha konvensional;atau
 melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;
 tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

7
DUAL BANKING SYSTEM
1. Sistem hukum perbankan Indonesia menjalankan dua sub
sistem hukum secara bersamaan atau diatur secara
bersamaan dalam satu Undang-Undang (UU 10/1998)--
- (Bank konvensional dengan Bank Syariah terpisah
(masing-masing). Cth; Bank Mandiri dg Bank Muamalat
 Melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
syariah)--- dg mendirikan masing2 bentuk hukum
usaha bank.
2. Perusahaan perbankan konvensional, menjalankan usaha
konvensional dengan usaha syariah secara bersamaan
dengan membuka cabang atau unit usaha syariah
(Cth: Bank NTB sebelum Konversi).
PENGATURAN PERBANKAN
 UU 7 Tahun 1992= Hanya mengatur bank
konvensional + bank sistem bagi hasil (belum
mengatur bank syariah)
 UU 10 Tahun 1998 : Pengaturan bersamaan (dual
bangking system)
 UU 21 Tahun 2008: Pengaturan secara khusus (lex
spesialis Bank Syariah)
PENGATURAN PERBANKAN
 Undang-Undang dan Peraturan pelaksanaan
Sebelum Tahun 1992, Hanya mengatur tentang
Bank Konvensional dan belum ada pengaturan
bank syariah
 Tahun 1990-an Bank Syariah/Bank Islam/Bank
Bagi Hasil baru mulai dilakukan Tahap
pengkajian, seminar, studi banding, rencana
pembentukan yang diinisiasi oleh MUI dan
Pemerintah.
PENGATURAN PERBANKAN SYARIAH
Pada AWALNYA (Tahun 1992)

- Menggunakan sistem Bagi Hasil


- Belum ada istilah Bank Syari’ah (Islamic Banking)
(Tercermin Dalam UU 7/1992 (Pasal 1 (13), Psl 6 Butir
m, Pasal 13 butir c).
- PP No. 72/ 1992 tentang Bank Sistem Bagi Hasil
PENGATURAN PERBANKAN SYARIAH
(TAHUN 1998)

- Dasar Hukum Bank Syariah sudah cukup kuat dengan


keluarnya UU 10 1998 ttg Perubahan terhadap UU Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan
- Kedudukan Bank syari’ah sama dg Bank Konvensional
- Istilah Bank Syari’ah (Islamic Banking) sudah dikenal
dan diatur dalam UU.
- UU 10/1998 menganut Dual banking system.
PENGATURAN PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 1999 - 2006

- Landasan Hukumnya cukup kuat dengan


keluarnya UU 23 Tahun 1999 tentang BI
- Perubahan UU 23 Tahun 1999 tentang BI menjadi
UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang BI
- UU 3/2006 tentang Perubahan atas UU 7/89 tetang
PA (Pasal 49 huruf I kompetensi PA dlm
menyelesaikan sengketa Bank Syariah)
- Sudah mengakomodir bank syariah dalam
pengaturan UU BI.
PENGATURAN PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2008

- UU 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah


mengatur secara khusus (lex specialis) bank
syariah.
- Kedudukan Bank syari’ah semakin kuat, sama dg
Bank Konvensional dari aspek UU, namun dalam
pelaksanaanya belum dibuat peraturan pelaksanaan
yang memadai.
PARADIGMA BARU UU 21/2008
 Kelebihan UU No 21/2008 adalah UU ini masih
mengakomodasi dual banking system. Sistem yang berlaku
sekarang: unit usaha syariah (UUS) yang menginduk pada
bank umum konvensional (BUK) masih berlaku. Namun,
kelonggaran ini tidak berlaku selamanya (hanya 15 Tahun),
maksimal Tahun 2023 sudah harus dilakukan pemisahan
secara menyeluruh (Spin Off) dari Induknya.
 BU Konvensional yg telah memiliki UUS, setelah 15 th sejak
berlakunya UU No 21/2008 atau Telah memiliki nilai aset
UUS minimal 50 persen dari total nilai aset bank induknya,
 UUS harus dipisahkan (spin off) dan menjadi bank umum
syariah (BUS).
KETENTUAN PERALIHAN
SPIN OFF WAJIB
Pasal 68, ayat (1) dan (2)

 Dalam hal BUK memiliki UUS yang nilai asetnya telah


mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank
induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU ini,
maka BUK dimaksud wajib melakukan pemisahan
UUS tersebut menjadi BUS.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemisahan dan
sanksi bagi BUK yang tidak melakukan pemisahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
PBI.

16
SUBSTANSI PERUBAHAN
 Pertama, kewajiban mencantumkan kata syariah bagi
bank syariah, kecuali bagi bank2 syariah yg telah
beroperasi sebelum berlakunya UU No 21/2008.

 Bagi BUK yg memiliki UUS diwajibkan mencantumkan


frase Unit Usaha Syariah setelah nama bank.

 Konsekuensinya, penamaan suatu UUS pada suatu kantor


cabang BUK kebanyakan disingkat, misalnya Bank X
Syariah Cabang Mataram, maka harus diubah menjadi
Bank X Unit Usaha Syariah Cabang Mataram.
SUBSTANSI PERUBAHAN
 Kedua, satu-satunya pemegang otoritas fatwa syariah
adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI).

 Fatwa MUI harus diterjemahkan menjadi produk


perundang-undangan (dalam hal ini Peraturan Bank
Indonesia/PBI/POJK),
 Dalam rangka penyusunan PBI, BI membentuk komite
perbankan syariah yang beranggotakan unsur-unsur dari
BI, Departemen Agama, dan unsur masyarakat dengan
komposisi yang berimbang dan memiliki keahlian di
bidang syariah.
 Ketiga, pembinaan dan pengawasan bank
syariah dan UUS dilakukan oleh BI sekarang
OJK.

 Dalam hal masalah kepatuhan syariah (syariah


compliance) kewenangannya berada pada MUI
direpresentasikan melalui Dewan Pengawas Syariah
(DPS).

 DPS diangkat RUPS atas rekomendasi MUI dan Fit and


Proper Test oleh BI/OJK.
 Keempat, Adanya definisi baru mengenai
transaksi murabahah.

 Dalam definisi lama disebutkan bahwa


murabahah adalah jual beli barang sebesar
harga pokok barang ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati.

 UU No 21/2008 akad murabahah adalah akad


pembiayaan suatu barang dg menegaskan harga
belinya kpd pembeli dan pembeli membayarnya
dg harga yg lebih sebagai keuntungan yang
disepakati.
 Kelima, Prinsip choice of law dalam penyelesaian
sengketa pada perbankan syariah.

 Menurut UU No 21/2008, penyelesaian sengketa yang


terjadi pada perbankan syariah dilakukan melalui:
 Peradilan Agama (ayat 1).
 Namun, sesuai prinsip hoice of law, mekanisme
penyelesaian di luar Peradilan Agama juga dibuka,
sepanjang isi kontrak perjanjian (akad) menyatakan
demikian (ayat 2).
 Mekanisme penyelesaian di luar PA yang dapat
ditempuh tersebut antara lain melalui musyawarah,
mediasi perbankan, lembaga arbitrase, atau melalui
pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
(Pasal 55) namun Pasal 55 ayat 2 dibatalkan oleh MK.
DASAR HUKUM KEGIATAN BANK

• UU No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah


Diubah Dengan UU No. 10 Tahun 1998.
• UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
• UU No.23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Sebagaimana
Telah Diubah dg UU No. 3 Tahun 2004.
• UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.
• Peraturan Perundangan Lain Yang Terkait

22
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai