Nim : 180510105
3. Jelaskan mengenai perhimpunan modal perbankan syariah di Indonesia dan surat berharga
dalam praktek perbankan syariah di Indonesia?
4. Jelaskan mengenai kerahasiaan bank syariah serta jelaskan fungsi dan peran lembaga Bank
Indonesia dan Otoritas jasa Keuangan (OJK) terhadap perbankan syariah di Indonesia?
5. Jelaskan mengenai sejarah perbankan syariah serta jelaskan juga produk-produk perbankan
syariah?
JAWAB
1. Sebagai umat muslim, mempelajari perbankan syariah sangatlah penting karena dengan
mempelajarinya kita dapat mengetahui hal-hal terkait perbankan / permasalahan ekonomi dan
dapat membedakan kegiatan ekonomi mana yang haq serta mana yang batil sesuai dengan
syariat islam. Selain itu, manfaat dari mempelajari perbankan syariah ialah untuk mengetahui
bagaimana kegiatan perbankan syariah, mampu melakukan transaksi muamalah, menambah
ilmu pengetahuan di bidang perbankan khususnya perbankan syariah, membantu umat islam
dalam menghindari riba, yakni dapat menjalankan kegiatan perekonomian sesuai dengan
syariat dan terhindar dari harta yang haram, dapat menjadi sumber daya manusia yang
kompeten dibidang perbankan syariah dan memiliki referensi untuk bekerja di perbankan
syariah, serta mendapatkan pahala.
2. Dasar hukum mengenai bank syariah mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Nomor
10 Tahun 1998) dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UU
Nomor 21 Tahun 2008).
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998, Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Sementara itu, Prinsip Syariah menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Kegiatan usaha yang
berasaskan Prinsip Syariah, antara lain adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur
riba, maisir,.gharar, haram dan zalim. Serta berlandaskan pada nilai-nilai keadilan,
kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin).
Mengenai penekanan prinsip syariah dalam perbankan syariah juga dapat dilihat dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank
Syariah (PBI 9/2007) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/16/PBI/2008 Tahun 2008 (PBI 10/2008). Meskipun prinsip, jenis kontrak serta akad dalam
perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran dan hukum Islam dalam bidang ekonomi,
namun pengaturannya sudah ada legalitasnya dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia tentang perbankan syariah.
3. Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip
operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip
Wadi'ah dan Mudharabah. Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda dengan wadia'ah amanah.
Dalam wadia'ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang
dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi'ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut. Sedangkan dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan
terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua.
Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank
menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh
atas kerugian yang terjadi.
Surat berharga merupakan suatu surat yang didallamnya melekat erat suatu hak
tertentu, mempunyai nilai yang objektif sehingga dapat diperjualbelikan. Hak yang merekat
erat dimaksud dapat berupa hak menuntut penyerahan barang, hak yang berhubungan dengan
perusahaan atau hak untuk menagih sejumlah uang. Dalam hubungan dengan praktek
perbankan pengertian surat berharga di sini dibatasi dengan yang bersifat tagihan utang. Selain
pengertian surat berharga (Waarde papier negotiable instruments) juga dikenal pengertian surat
yang berharga terdapat pengertian yang sempit dan pengertian yang luas. Dalam pengertian
yang luas tercakup didalamnya pengertian surat berharga (waarde papier) dan surat yang dalam
arti yang sempit. Untuk pengertian yang sempit surat yang berharga ini diartikan sebagai lawan
dari surat berharga.
Peranan surat berharga pada sebuah bank tidak terlepas dari peran perbankan yang
berfungsi strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Peranan yang strategis tersebut
terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai wahana yang dapat menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien.
Adapun peran OJK dalam menjalankan tugas pengawasan bank saat ini melaksanakan
sisitem pengawasannya dengan mengadakan 2 pendekatan yaitu:
2. Pengawasan berdasarkan risiko (Risk Based Supervision/RBS) yaitu pengawasan bank yang
menggunakan strategi dan metologi berdasarkan risiko yang memungkinkan pengawas bank
mendeteksi risiko yang signifikan secara dini dan mengambil tindakan pengawasan yang sesuai
dan tepat waktu.
b. Mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta
Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut, BI memberikan
keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga. Pemerintah berharap dengan
kebijakan deregulasi perbankan maka akan tercipta kondisi dunia perbankan yang lebih efisien
dan kuat dalam menopang perekonomian. Pada tahun 1983 tersebut pemerintah Indonesia
pernah berencana menerapkan "sistem bagi hasil" dalam perkreditan yang merupakan konsep
dari perbankan syariah. Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan
Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88) yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
bisnis perbankan harus dibuka seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan (liberalisasi
sistem perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa usaha-
usah perbankan yang bersifat daerah yang berasaskan syariah juga mulai bermunculan.
Inisiatif pendirian bank Islam Indoensia dimulai pada tahun 1980 melalui diskusi-
diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji coba, gagasan
perbankan Islam dipraktekkan dalam skala yang relatif terbatas di antaranya di Bandung (Bait
At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta (Koperasi Ridho Gusti). Tahun 1990, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada
tanggal 18 – 20 Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya
bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian
dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990,
yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di
Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk
melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait. Sebagai hasil kerja
Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1
Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar
Rp 106.126.382.000,-
➢ TABUNGAN SYARIAH
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya melalui beberapa ketentuan yang sudah
dijelaskan oleh pihak bank pada nasabah. Sarana penarikannya bisa menggunakan buku
tabungan, ATM, slip penarikan dan juga melalui metode canggih lain misalnya internet
banking. Ciri khas tabungan syariah adalah menerapkan akad wadi’ah, yang artinya tabungan
yang kita simpan tidak mendapatkan keuntungan karena cuma dititip, tidak ada bunga yang
diterima oleh nasabah akan tetapi bank memberikan hadiah atau bonus kepada nasabah.
➢ DEPOSITO SYARIAH
Deposito banyak dipilih oleh masyarakat untuk berinvestasi, selain mudah, keuntungan
yang didapatkan juga lebih tinggi dari tabungan biasa. Depositoadalahproduk simpanan di bank
yang penyetorannya maupun penarikannya hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu saja
karena bank membutuhkan waktu untuk melakukan investasi. Bisnis atau investasi yang
dijalankan oleh bank tersebut harus masuk kategori halal menurut hukum islam. Tenor atau
jangka waktu yang ditawarkan sama dengan deposito konvensional, antara 1 hingga 24 bulan.
Akad gadai syariah yang dipraktikkan pada PT. Pegadaian adalah meminjamkan uang
kepada nasabah dengan jaminan harta yang bernilai dan dapat dijual. Uang yang dipinjamkan
adalah murni tanpa bunga. Namun nasabah (rahin) wajib menyerahkan barang jaminan
(marhum) untuk kepentingan sebagai alat pembayaran utang manakala pemberi gadai tidak
dapat membayar utang saat jatuh tempo yang telah disepakati.
➢ GIRO SYARIAH
Salah satu produk perbankan syariah yang termasuk ke dalam konsep wadiah (titipan)
adalah giro. Secara umum yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya
atau dengan pemindahbukuan. Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang
dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan syariah adalah giro
berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
➢ WADIAH (TITIPAN)
Titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dalam bidang ekonomi
syariah, wadi'ah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat nasabah
yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan tersebut.
Kata wadi'ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang
seseorang (nasabah) tinggalkan pada pihak lain (bank) agar dijaga disebut wadi'ah, karena
orang tersebut meninggalkannya kepada pihak yang sanggup menjaganya. Secara harfiah,
wadi'ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya.
➢ MURABAHAH
Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Akad yang digunakan adalah Murabahah, yaitu akad jual-beli antara bank dan
nasabah. Bank akan melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah
kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah keuntungan Bank yang
disepakati.
Syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi adalah bentuk umum dari usaha
kemitraan yang di dalamnya terdapat bagi hasil di mana dua pihak atau lebih menggabungkan
modal atau tenaga dalam melakukan usaha, dengan proporsi pembagian profit sesuai porsi
tanggungjawab.
➢ MUDHARABAH
Adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) memercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal
dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
➢ AL QARD
Al qard adalah suatu akad pinjaman (penyaluran dana) kepada nasabah dengan
ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati antara nasabah dan LKS. Al-Qardh
merupakan perwujudan LKS yang di samping sebagai Lembaga Komersial juga sebagai
Lembaga Sosial yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal.
Ada tiga jenis jual beli dalam pembiayaan di perbankan syariah, yaitu akad Bay'u al-
Murabahah (akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan (margin) yang
disepakati), Bay'u al-Salam (pembiayaan jual beli di mana barang yang dibeli diserahkan
kemudian, sedangkan pembayaran dilakukan di muka), dan Bay'u al-Istishna (kontrak
penjualan antara pembeli dan pembuat barang). Adapun makna ba'i menurut istilah adalah
pemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta. Menurut
pengertian syariat, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling
rela. Atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar
yang sah).