Tatap Muka : 1
PENGERTIAN HUKUM PERBANKAN
Secara sederhana hukum perbankan (banking law) adalah hukum yang mengatur
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, baik kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan usaha bank. Bank merupakan salah satu lembaga
keuangan yang fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Ini
berarti, kita akan membicarakan peraturan hukum (norma hukum) dan asas-asas hukum,
struktur hukum, dan budaya hukum yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank.
Hukum Perbankan adalah “sebagai kumpulan peraturan hukum yang mengatur
kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan
eksistensi, serta hubungan dengan bidang kehidupan yang lain”.
Sehingga lingkup dari pengaturan hukum perbankan itu meliputi :
1. Asas- asas Perbankan, seperti norma efisiensi, keefektivan, kesehatan bank,
professionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan,
hubungan, hak dan kewajiban bank;
2. Para Pelaku Bidang Perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan karyawan,
maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum pengelola, seperti PT
Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau Perseroan Terbatas. Mengenai bentuk
kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta, patungan dengan asing, atau bank
asing;
3. Kaidah-kaidah Perbankan yang khusus diperuntukan untuk mengatur perlindungan
kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti pencegahan persaingan yang
tidak sehat, antitrust, perlindungan nasabah, dan alin-lain;
4. Yang menyangkut dengan Struktur Organisasi yang berhubungan dengan bidang
perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank Sentral, dan lain-lain;
5. Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh bisnis
nya bank tersebut , seperti pengadilan, sanksi, insentif, pengawasan, prudent banking,
dan lain-lain
Pendapat lain, bahwa hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum
perbankan (Banking Law), yakni seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang
mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatan sehari-
hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya,
hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis
perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan,
dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan.
Apabila dihubungkan dengan sifat hukum perbankan adalah hukum memaksa, artinya
bank dalam menjalakan kegiatan usaha harus tunduk dan patuh terhadap rambu-rambu
yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Apabila rambu-rambu perbankan tadi
dilanggar, maka OJK berwenang untuk menindak bank yang bersangkutan dengan
menjatuhkan sanksi administrasi, seperti mencabut izin usahanya. Walaupun demikian,
dalam rangka pengawasan intern, bank diperkenalkan membuat ketentuan intern bank
sendiri (self regulation) dengan berpedoman kepada kebijakan umum yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Ketentuan intern bank sendiri ini diadakan dimaksudkan sebagai
standar atau ukuran yang jelas dan tegas dalam pengawalan intern bank, sehingga bank
diharapkan dapat melaksanakan kebijakannya sendiri dengan baik dan penuh tanggung
jawab.
Pada dasarnya usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan
masyarakat nasabah bank. Bank dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank
atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatannya dengan tetap
memelihara dan sekaligus mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya. Kemauan
masyarakat untuk menyimpan sebagian atau seluruh uangnya di bank, semata-mata
dilandasi oleh prinsip kepercayaan bahwa uangnya akan aman dan tetap akan dapat
diperolehnya kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan,
dan di sertai pemberian imbalan. Apabila kepercayaan nasabah penyimpanan dana
terhadap suatu bank telah berkurang, maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi rush
terhadap dana yang disimpananya.
Adanya prinsip kehati-hatian bank dan kesehatan bank dalam kegiatan industri
perbankan juga dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
masyarakat/nasabah bank, hal ini mengingat sebagian besar sumber pendanaan
perbankan berasal dari masyarkat nasabah, di samping modal bank yang
bersangkutan. Bank hanya akan dapat mobilisasi dana dari masyarakat, bila bank
yang bersangkutan dapat dipercaya (prinsip kepercayaan) oleh masyarakat. Sementara
itu secara khusus di Indonesia, pengaturan hukum perbankan memiliki tiga fungsi
utama, yaitu :
1. Tujuan stabilitas moneter mengingat masih dominannya perbankan sebagai
sumber pembiayaan investasi
2. Fungsi pengawasan dalam rangka menjaga keamanan dan kesehatan maupun
sistem keuangan kseluruhan agar tercipta praktik perbankan dan persaingan antar
bank yang sehat, selain itu, untuk melindungin nasabah dan menjaga stabilitas
pasar uang, mendorong sistem perbankan yang efisien dan kompetitif dan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan yang berkualitas dengan biaya
yang wajar; dan
3. Tujuan pencapaian program-program pembangunan, khususnya ikut mengatasi
masalah-masalah ekonomi. Bank-bank kita mengemban peran sebagai agen
pembangunan (agent of development) dan diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada usaha-usaha peningkatan tabungan, menumbuhkan kegiatan usaha
serta meningkatkan alokasi sumber-sumber perekonomian.
TATAP MUKA II
Dalam UU OJK ini diatur pula hal ketentuan peralihan (pasal 55) yaitu :
1. Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal, perasuransian, dan pension,
lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari menteri
keuangan dan lembaga banda pengawsan pasar modal dan lembaga keuangan ke OJK.
2. Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, dan wewenang pengaturan dan pengawasan
kegiatan jasa keuangan disektor perbankan beralih dari bank Indonesia ke OJK.
STHI JAKARTA
MATA KULIAH : HUKUM PERBANKAN
SEMESTER : VI (enam)
Dosen : Drs Benjamin L. Luntungan SH.,MM
Tatap Muka : IV
Tatap Muka : V
Tatap Muka : VI
KEPENGURUSAN BANK
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 memasukan kepengurusan bank, yakni
anggota dewan Komisaris dan dewan Direksi sebagai pihak yang terafiliasi pada bank
Kepengurusan Bank Umum
Untuk menjadi anggota Dewan Komisaris dan Direksi Bank, seseorang harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh OJK yaitu :
a. Tidak termasuk dalam orang yang dilarang menjadi peme-gang saham dan/atau
pengurus bank sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK; dan
b. Menurut penilaian Bank Indonesia, yang bersangkutan memiliki kompetensi dan
integritas yang baik.
Kepengurusan BPR
Kepengurusan BPR terdiri atas Direksi dan Komisaris yang wajib memenuhi
persyaratan tidak termasuk dalam daftar orang yang dilarang menjadi pengurus di bidang
perbankan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK menurut penilaian OJK yang
bersangkutan memiliki integritas yang baik , dan memiliki kompetensi serta reputasi
keuangan dalam bidang perbankan.
STHI JAKARTA
MATA KULIAH : HUKUM PERBANKAN
SEMESTER : VI (enam)
Dosen : Drs Benjamin L. Luntungan SH.,MM
Tatap Muka : 9
1. Dana Giro
Seperti yang telah dirumuskan dalam pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998, yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindah bukuan.
Giro merupakan dana yang disimpan di bank pada rekening giro sebagai titipan yang
dapat diambil sewaktu –waktu dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Berfungsi sebagai alat pembayaran giral:
2. Penarikan atau pengambilannya dapat dilakukan setiap saat disesuaikan dengan
kebutuhan sepanjang dananya tersedia;
3. Penarikan atau pengambilannya menggunakan surat, warkat, atau sarana perintah
pembayaran, seperti cek, bilyet giro, pemindah bukuan, ATM atau sarana penarikan
yang lain.
Cek
Cek adalah surat perintah tak bersyarat dari penerbit(nasabah) kepada tertarik (Bank)
untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada nama yang tersebut dalam cek atau kepada
orang lain yang ditunjuknya pada tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
Dalam cek melibatkan 3 pihak, yaitu:
a. Pihak yang menerbitkan/menandatangani/mengeluarkan cek selaku penarik (Drawer)
b. Pihak yang diperintahkan untuk membayar sejumlah uang tertentu selaku tertarik
(Bank)
c. Pihak yang ditunjuk oleh penerbit untuk menerima sejumlah uang tertentu pada hari
bayar dari tertarik, selaku pemegang/pembawa/pengganti.
Jenis-jenis cek:
Diatur dalam pasar 182 dan 191 KUHD, Dibedakan atas:
a. Cek Atas Nama:
Pembayaran kepada orang yang disebut namanya dalam cek dan pengalihan haknya
dengan cara Endosemen.
b. Cek Atas Pembawa/Unjuk:
Pembayaran dilakukan kepada orang yang membawa/yang menunjukan dan
pengalihan haknya dengan cara penyerahan fisik cek. Pembayaran setiap cek
dilakukan pada waktu cek ditunjukkan dalam tenggang waktu 70 hari terhitung mulai
tanggal pengeluarannya (pasal 206 KUHD).
Bilyet Giro
Bilyet Giro (BG) pengaturannya terdapat dalam surat ederan BI. Istilah Bilyet Giro
berasal dari Bahasa Belanda, yaitu Bilyet = Surat, Giro = Simpanan Nasabah pada Bank yang
pengambilannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau dengan
pemindah bukaan.
BG adalah surat perintah pemnidah bukuan sejumlah dana, pemindahbukuan man
berfugsi sebagai pembayaran karena. Itu BG adalah alat pembayaran sehingga termasuk surat
berharga.
Tatap Muka : 10
2. Dana Tabungan
Berbeda dengan simpanan Giro yang bias ditarik menggunakan cek & bilyet giro, dana
tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau bilyet giro.
Ada beberapa alat penarikan tabungan, yaitu slip penarikan disertai dengan buku
tabungan atau menggunakan kartu plastic yang dikenal dengan kartu debet.
3. Dana Deposito
Produk Simpanan:
a. Deposito Berjangka
Sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998,
Bahwa deposito atau disebut pula deposito berjangka adalah simpanan dana berjangka yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan baik.
Jadi, penarikan simpanan yang berbentuk deposito ini waktunya sudah ditentukan
(waktunya tetap) disesuaikan dengan perjanjian antara nasabah penyimpanan dana dengan
bank pada saat pembukaan deposito yang bersangkutan.
b. Sertifikat deposito adalah simpanan dalam deposito yang sertifikat bukti
penyimpanannya dapat dipindah tangankan, berbeda dengan deposito berjangka, maka
sertifikat deposito adalah surat berharga perbankan yang diterbitkan atas tunjuk (unjuk) tanpa
nama pembeliannya dalam rupiah, yang merupakan suatu pengakuan hutang dari bank dan
dapat diperjual belikan dalam pasar uang, bedanya dengan deposito berjangka, bunga serifikat
deposito diberikan secara diskonto, yaitu dibayar di muka sekaligus pada saat pembelian.
c. Deposito on Call (DoC)
Produk ini tidak diatur secara khusus dalam UU perbankan. Akan tetapi,
memperhatikan definisi deposito, berjangka, maka produk ini sama dengan deposito berjangka,
hanya terdapat perbedaan mengenai jangka waktunya, yakni kurang dari 1 bulan, sehungga
dalam deposit on call in jatuh temponya dihitung berdasarkan hari yan kurang 1 bulan,
sedangkan bukti dari deposito on call tersebut dapat berupa surat keterangan bank atau berupa
bilyet deposito yang bersangkutan.
Bagi bank, produk DoC tersebut tetap sebagai bagian dari penghimpunan dana
simpanan masyarakat . namun, bagi nasabah, produk DoC tersebut diperlukan sebagai daya
memaksimalkan dana tunai yang dikelolanya. Sehingga menghasilkan bunga.
STHI JAKARTA
MATA KULIAH : HUKUM PERBANKAN
SEMESTER : VI (enam)
Dosen : Drs Benjamin L. Luntungan SH.,MM
Tatap Muka : 11
DANA TABUNGAN
Dalam ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan
tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek , bilyet giro , dana tau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu kepada nasabahnya akan diberikan atau menerima buka tabungan
sebagai bukti telah menyimpna dananya dalam rekening tabungan.
Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan saat ini adalah
dengan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan debet card. Persaingan ketat dalam
penghimpunan dana melalui tabungan antar bank-bank telah banyak memunculkan cara-cara
baru untuk menarik nasabah. Cara-cara tersebut antara lain hadiah atas tabungan, fasilitas
asuransi atau tabungan, fasilitas kartu ATM, dan fasilitas debet card.
STHI JAKARTA
MATA KULIAH : HUKUM PERBANKAN
SEMESTER : VI (enam)
Dosen : Drs Benjamin L. Luntungan SH.,MM
Tatap Muka : 12
Dari pengertian kredit tersebut, dapat ditemukan adanya unsur-unsur yang terkandung yaitu ;
1. Kepercayaan : yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang
diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan
diperjanjikan pada waktu tertentu;
2. Waktu ; yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian dari pelunasan
kreditnya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetuju atau disepakati
bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana;
3. Prestasi dan kontraprestasi : yaitu adanya objek tertentu berupa pretasi dan
kontrapretasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan pemberian kredit
yang dituangkan dalam perjanjian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana,
yaitu berupa uang atau tagihan yang diukur dengan uang dan bunga atau imbalan, atau
bahkan tanpa imbalan bagi bank syariah.
4. Risiko : yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara
pemberian dan pelunasan kredit tersebut, hingga untuk mengamankan pemberian
kredit dan menutupi kemungkinan terjadinya wanpretasi dari nasabah peminjam dana,
diadakanlah pengikatan jaminan (agunan).
Tatap Muka : 13
Tatap Muka : 14
Pasal 44
(1) Dalam angka tukar-menukar informasi antarbank, direksi bank dapat memberitahukan
keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain.
(2) Ketentuan mengenai tukar-menukar informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) Diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia.
Pasal 44A
(1) Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara
tertulis, bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan
pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan
tersebut.
(2) Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari
nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai
simpanan nasabah penyimpan tesebut.
Tatap Muka : 15