Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah, rahmat dan salam untuk Muhammad Rasul pilihan, kami sebagai
penyusun makalah telah berhasil dalam menyusun makalah.
“Aspek Hukum Dalam Bisnis” tentang materi SAP mengenai “Hukum Perbankan,” yang
dapat diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat -Nya yang berlimpah.
Dalam makalah ini juga akan dipelajari atau membahas secara keseluruhan tentang Hukum
Perbankan. Kami berupaya dalam penyusunan makalah ini untuk memberi sedikit penjelasan
dan pandangan tentang lebih jauh tentang Hukum Perbankan, maupun penjelasan tentang
latar belakang terjadinya Hukum Perbankan di Indonesia secara umum, dan upaya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat yang kurang pengetahuan tentang
Hukum Perbankan di Indonesia.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka kami sebagai penyusun makalah
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk lebih bisa
menyempurnakan makalah ini. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pengumpulan materi ini, karena makalah ini tersusun dari
berbagai sumber, baik berupa buku teks, tulisan, ataupun internet.
Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya, dan bisa menjadi tolak ukur kita terhadap dunia sosial sebaik mungkin.
Billahittaufiq wal hidayah Wassalaamu`alaikum wr.wb.
BAB I: PENDAHULUAN .
b Jenis-Jenis Perbankan........................................................................ 7
A Kesimpulan ....................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan perbankan dalam suatu negara sangat dibutuhkan untuk mewujudkan situasi
ekonomi negara yang terbit dan dapat diatur oleh
B. Rumusan Masalah
1. Adapun tujuan dan manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk:
2. Mengetahui dan memahami hukum perjanjian.
3. Mengetahui bagaimana hukum perjanjian tersebut dikatakan sah.
4. Mengetahui jenis-jenis perjanjian.
5. Mengetahui dan memahami asas-asas hukum perjanjian.
6. Mengetahui apa saja yang dapat membatalkan suatu perjanjian.
7. Mengetahui bagaimana pelaksanaan suatu perjanjian.
8. Mengetahui dan memahami apa itu wanprestasi dan akibatnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum perbankan (banking law) adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
mengyangkut tentang bank, baik kelembagaan, kegiatan usaha, cara dan proses dalam
melaksakan usaha bank. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang fungsi
utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Ini berarti, kita akan
membicarakan peratutran hukum (norma hukum) dan asas-asas hukum, struktur hukum dan
budaya hukum yang mengatur segala seuatu yang menyangktu tentang bank.
Sementara itu, Munir Puadi menyatakan, bahwa hukum yang mengatur masalah
perbankan disebut hukum perbankan (banking law), yakni seperangkat kaidah hukum dalam
peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dll sumber hukm, yang mengatur
masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatanya sehari-hari, rambu-
rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku-perilaku petugas-petugasnya, hak,
kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan,
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dll yang
berkenaan dengan dunia perbankan (Munir Puadi, 1999:14).
Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan
sumber hukum dalam material. Sumber hukum dalam arti material adalah sumber hukum
yang menentukan isi hukum itu sendiri, dan itu tergantung dari sudut mana dilakukan
peninjauannya, apakah dari sudut pandang ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.
Adapun hukum dalam arti formal adalah tempat diketemukannya ketentuan hukum
dan perundang-undangan (tertulis) yang mengatur mengenai perbankan.
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi
ekomomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang nonekonomis seperti masalah
menyangkut stabilitas nasionalyang mencakup antara lain stabilitas sosial dan stabilitas
politik. Secara lengkap hal ini diatur dalam Pasal 4 UU Perbankan yang menyatakan bahwa
“Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertenbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesehjateraan rakyat”
Yang mana dengan asas ini, tidak terjadi monopoli. Hal ini dikarenakan setiap warganegara
berhak untuk mendapat suatu hal yang sama.
2. ASAS KEPERCAYAAN
Asas ini merupakan tulang punggung dari suatu bank yang dapat mendukung kemajuan bank.
Dengan kokohnya kepercayaan yang diterima oleh bank dari masyarakat, maka akan dapat
memberikan eksistensi dan value yang baik terhadap bank tersebut.
3. ASAS KERAHASIAAN
Asas ini merupakan asas yang digunakan untuk melindungi para nasabah yang beritikad baik.
Artinya para nasabah akan dijamin privasinya, misalnya berkenaan dengan identitas ataupun
hal – hal lainnya yang bersifat pribadi, maka oleh bank hal – hal yang pribadi tersebut akan
dijaga dengan baik.
Tentunya bahwa bank sebagai lembaga yang mengelola uang nasabah, diharapkan oleh
nasabah itu pula bahwa bank dapat mengelola uang yang disimpan secara baik dan hati – hati.
Ketika hal ini dapat dilakukan dengan baik oleh pihak bank, maka bukan tidak mungkin akan
dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank yang digunakan untuk menyimpan
uangnya tersebut.
Asas – asas hukum perbankan yang telah dikemukakan di atas masih bersifat abstrak. Nah,
oleh karena itu menjadikan asas – asas tersebut menjadi konkrit, maka diwujudkanlah melalui
hukum positif, yaitu melalui peraturan Per UU an.
b. Jenis-Jenis Perbankan
Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat
1. Bank Umum
Dari segi kepemilikannnya, Bank Umum dapat dibedakan lebih lajut sebagai berikut :
Bank umum milik negara didirikan denngan undang-undang dimana seluruh modalnya
merupakan kekayaan negara. Sebelum lahirnya undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, telah didirikan
bebrapa bank umum milik negara yaitu:
Bank pembangunan daerah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah Provinsi.
(Banda Aceh)
(Medan)
(Padang)
(Pekanbaru), dahulu dikenal sebagai Bank Riau
(Jambi)
(Kota Bengkulu)
(Palembang), dahulu dikenal sebagai Bank Sumsel
(Bandar Lampung)
(Jakarta)
(Bandung), dahulu dikenal sebagai Bank Jabar atau Bank Jabar Banten atau BPD Jawa Barat.
(Semarang)
(Yogyakarta)
(Surabaya)
(Pontianak)
(Palangka Raya)
(Banjarmasin)
(Samarinda)
(Makassar)
(Kendari)
(Palu)
(Manado)
(Denpasar)
(Mataram)
(Kupang)
(Ambon)
(Jayapura), dahulu dikenal sebagai BPD Irian Jaya
Bank umum koperasi adalah bank yang modalnya berasal dari simpanan anggota atau badan
hukum koperasi. Pendirinya selain mengikuti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, juga mengikuti
ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian.
Bank Bukopin (sebelumnya bernama Bank Umum Koperasi Indonesia pada adalah swasta
kelas menengah di dan memfokuskan bisnis intinya pada 4 sektor, yaitu UKM, mikro,
konsumer, dan komersial.
Bank Umum Swasta Nasional Devisa adalah Bank yang sebagian besar modalnya dimiliki
oleh pihak swasta non asing dan dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan
dengan valas. Berikut daftar bank umum swasta nasional devisa di Indonesia.
Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa adalah Bank yang sebagian besar modalnya
dimiliki oleh pihak swasta non asing dan tidak melakukan transaksi dengan luar negeri atau
berkaitan dalam valas.
5. Bank Campuran
Bank Campuran adalah Bank Umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih Bank
Umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI (dan/atau badan hukum
Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau lebih bank yang
berkedudukan di luar negeri.
Bank Commonwealth
Bank Agris
Bank ANZ Indonesia
Bank BNP Paribas Indonesia
Bank Capital Indonesia, Tbk
Bank DBS Indonesia
Bank KEB Indonesia
Bank Maybank Syariah Indonesia
Bank Mizuho Indonesia
Bank Rabobank International Indonesia
Bank Resona Perdania
Bank Windu Kentjana International, Tbk
Bank Woori Indonesia
Bank China Trust Indonesia
Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
6. Bank Asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank milik asing antara lain
ABN AMRO Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok
Bank, City Bank, Hongkong Bank, dan Deutsche Bank.
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan
bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah :
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Memberikan kredit.
Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Menempatkan dananya dalam bentuk (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito,
dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia
kepada BPR apabila BPR mengalami over liquidity atau kelebihan
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan
BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu:
Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang
dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait,
termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR
tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang
dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10%
atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi
(dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya
terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau
lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan
keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal
yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
Koperasi kredit adalah suatu lembaga keuangan berbentuk koperasi yang usahanya di
bidang perkreditan atau simpan pinjam dengan tujuan membantu memperbaiki keadaan
ekonomi dan kesejahteraan anggotanya. Kegiatan koperasi kredit yaitu menerima
simpanan dari anggotanya dan meminjamkan kepada anggota yang membutuhkan dengan
syarat yang mudah dan bunga ringan.
3. Perusahaan Asuransi
Sekarang ini banyak sekali bermunculan perusahaan asuransi yang menawarkan beragam
jaminan bagi nasabahnya sehingga dikatakan perusahaan asuransi memiliki peranan yang
penting, antara lain:
a. menambah lapangan kerja bagi masyarakat
b. mengurangi kekhawatiran dalam kehidupan masyarakat
c. mengurangi kerugian yang ditanggung masyarakat
d. memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat.
5. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan ialah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari
masyarakat.
6. Bursa Efek
Bursa efek merupakan tempat bertemunya pihak yang menawarkan dengan pihak yang
memerlukan dana dan tempat jual beli efek (obligasi, saham, dan surat berharga). Tujuan
didirikannya bursa efek adalah untuk menghimpun dana lewat penjualan surat
berharga/efek guna membiayai kegiatan-kegiatan yang produktif.
1. Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri.
2. Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang:
b) Permodalan;
c) Kepemilikan;
3. Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan oleh Bank Indonesia."
Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa langkah pertama yang harus dilakukan dalam
pendirian bank adalah menentukan jenis bank yang akan didirikan, apakah Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat. Dari kedua jenis bank, terdapat beberapa perbedaan mengenai
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah bank.
Bentuk Hukum Bank dapat diketahui di pasal 21 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992. Meski begitu, ada perbedaan
mengenai bentuk hukum bank pada kedua Undang-Undang tersebut. Undang-undang
No.10 tahun 1998 pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa bentuk hukum suatu Bank
Umum dapat berupa :
1. Perseroan Terbatas
2. Koperasi; atau
3. Perusahaan Daerah
Sedangkan pada Undang-Undang No. 7 tahun 1992 menyebutkan bahwa Bentuk hukum
suatu Bank Umum dapat berupa salah satu dari :
1. Perusahaan Perseroan (PERSERO)
2. Perusahaan Daerah
3. Koperasi
4. Perseroan Terbatas
Berkaitan dengan Bank Pembangunan Daerah, dapat dilihat bentuk hukumnya dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998. Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam
Negeri tersebut mengemukakan bahwa Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah dapat
berupa salah satu dari :
1. Perusahaan Daerah;
2. Perseroan Terbatas.
Dalam pasal 3 peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 menyebutkan bahwa
Bank Pembangunan Daerah yang bentuk hukumnya berupa perusahaan Daerah, tunduk
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur perusahaan Daerah.
1. Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat
dalam bahasa Indonesia.
2. Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan
didirikan.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka
Peleburan.
4. Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan
menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.
5. Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi
kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib
mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan
saham baru kepada orang lain.
6. Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui,
pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung
jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan
atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat
membubarkan Perseroan tersebut.
7. Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6)
tidak berlaku bagi:
A. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau
B. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang Pasar Modal.
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana ini merupakan
sumber dana dari modal sendiri.
Modal sendiri Maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila
saham dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka
pencahariannya dapat dilkukan dengan menjual saham kepada pemegang sahm lama. Akan
tetapi jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat
mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Di samping itu
pihak perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum digunakan.
Secara besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham
b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu
yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk
mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun
yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih
besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan
untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
dikenal sebagai banknote.