Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS “HUKUM PERBANKAN”

Nama : Muhammad Fikri Nugraha


Universitas Galuh Ciamis 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah, rahmat dan salam untuk Muhammad Rasul pilihan, kami sebagai
penyusun makalah telah berhasil dalam menyusun makalah.

“Aspek Hukum Dalam Bisnis” tentang materi SAP mengenai “Hukum Perbankan,” yang
dapat diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat -Nya yang berlimpah.

Dalam makalah ini juga akan dipelajari atau membahas secara keseluruhan tentang Hukum
Perbankan. Kami berupaya dalam penyusunan makalah ini untuk memberi sedikit penjelasan
dan pandangan tentang lebih jauh tentang Hukum Perbankan, maupun penjelasan tentang
latar belakang terjadinya Hukum Perbankan di Indonesia secara umum, dan upaya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat yang kurang pengetahuan tentang
Hukum Perbankan di Indonesia.

Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka kami sebagai penyusun makalah
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk lebih bisa
menyempurnakan makalah ini. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pengumpulan materi ini, karena makalah ini tersusun dari
berbagai sumber, baik berupa buku teks, tulisan, ataupun internet.

Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya, dan bisa menjadi tolak ukur kita terhadap dunia sosial sebaik mungkin.
Billahittaufiq wal hidayah Wassalaamu`alaikum wr.wb.

Tasikmalaya, 23 Juni 2023

Muhammad Fikri Nugraha


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN .

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...................................................................... 1

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Perbankan ..................................................... 2

a. Pengertian Hukum Perbankan .......................................................... 2

b. Sumber-Sumber Hukum Perbankan ................................................. 3

c. Fungsi dan Tujuan Perbankan........................................................... 3

d. Asas-Asas Hukum Perbankan........................................................... 4

B. Sistem Dan Lembaga Keuangan Bank Dan Bukan Bank

a. Sistem Perbankan Nasional............................................................... 6

b Jenis-Jenis Perbankan........................................................................ 7

c. Lembaga Bukan Bank....................................................................... 10

C. Pendirian Dan Kepemilikan Bank

a Perizinan Pendirian Bank.................................................................. 12

b Badan Hukum Bank.......................................................................... 13

c Sumber Dana Bank........................................................................... 15

BAB III: PENUTUP

A Kesimpulan ....................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan perbankan dalam suatu negara sangat dibutuhkan untuk mewujudkan situasi
ekonomi negara yang terbit dan dapat diatur oleh

B. Rumusan Masalah

1. Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:


2. Apa pengertian hukum perbankan?
3. Apa sumber-sumber hukum perbankan?
4. Apa sifat dan tujuan hukm perbankan?
5. Apa saja jenis-jenis kelembagaan bank?
6. Apa asas-asas hukum perjanjian?
7. Apa membatalkan suatu perjanjian?
8. Bagaimana pelaksanaan suatu perjanjian?
9. Apa yang dimaksud wanprestasi dan apa akibat-akibatnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Adapun tujuan dan manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk:
2. Mengetahui dan memahami hukum perjanjian.
3. Mengetahui bagaimana hukum perjanjian tersebut dikatakan sah.
4. Mengetahui jenis-jenis perjanjian.
5. Mengetahui dan memahami asas-asas hukum perjanjian.
6. Mengetahui apa saja yang dapat membatalkan suatu perjanjian.
7. Mengetahui bagaimana pelaksanaan suatu perjanjian.
8. Mengetahui dan memahami apa itu wanprestasi dan akibatnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Perbankan

a. Pengertian Hukum Perbankan

Hukum perbankan (banking law) adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
mengyangkut tentang bank, baik kelembagaan, kegiatan usaha, cara dan proses dalam
melaksakan usaha bank. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang fungsi
utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Ini berarti, kita akan
membicarakan peratutran hukum (norma hukum) dan asas-asas hukum, struktur hukum dan
budaya hukum yang mengatur segala seuatu yang menyangktu tentang bank.

Menurut muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah “sebagai kumpulan


peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala
aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang
kehidupan yang lain” (Muhammad Djumhan, 1993:10).

Sementara itu, Munir Puadi menyatakan, bahwa hukum yang mengatur masalah
perbankan disebut hukum perbankan (banking law), yakni seperangkat kaidah hukum dalam
peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dll sumber hukm, yang mengatur
masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatanya sehari-hari, rambu-
rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku-perilaku petugas-petugasnya, hak,
kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan,
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dll yang
berkenaan dengan dunia perbankan (Munir Puadi, 1999:14).

b. Sumber-Sumber Hukum Perbankan

Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan
sumber hukum dalam material. Sumber hukum dalam arti material adalah sumber hukum
yang menentukan isi hukum itu sendiri, dan itu tergantung dari sudut mana dilakukan
peninjauannya, apakah dari sudut pandang ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.

Adapun hukum dalam arti formal adalah tempat diketemukannya ketentuan hukum
dan perundang-undangan (tertulis) yang mengatur mengenai perbankan.

Dibawah ini disebutkan berbagai peraturan perundang-undangan yang secara khusus


mengatur atau yang berkaitan dengan masalah perbankan dan kebanksentralan, yang menjadi
sumber hukum perbankan yang berlaku dewasa ini, di antaranya yaitu :

1. Undang-Undangan Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 TahUN 1998 ( disebut Undang-Undang
Perbankan yang diubah );
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana
telah diubah pertama dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 dan terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
( disebut UUBI );
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai
Tukar;
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
sebgaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undangan Nomor 3 Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-
Undang Nomor Tahun 2009 ( disebut UULPS );
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ;
6. Burgerlijk Wetboek ( Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ), terutama
ketentuan dalam Buku II dan Buku III mengenai jaminan kebendaan dan
perjanjian;
7. Wetboek Van Koophandel ( Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ), terutama
ketentuan dalam Buku I mengenai surat-surat berharga.
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah;
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian;
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang
kemudian diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007;
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggunan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah ;
12. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia;
13. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang.

c. Fungsi dan Tujuan Perbankan

Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam Pasal 3 UU Perbankan yang


menyatakan bahwa “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat” dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai Financial
Intermediary perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan
pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of funds).

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi
ekomomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang nonekonomis seperti masalah
menyangkut stabilitas nasionalyang mencakup antara lain stabilitas sosial dan stabilitas
politik. Secara lengkap hal ini diatur dalam Pasal 4 UU Perbankan yang menyatakan bahwa
“Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertenbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesehjateraan rakyat”

d. Asas-Asas Hukum Perbankan


1. Asas Demokrasi Ekonomi
2. Asas Kepercayaan
3. Asas Kerahasiaan
4. Asas Kehati – hatian

Adapun penjelasan keempat asas di atas adalah sebagai berikut :

1. ASAS DEMOKRASI EKONOMI

Yang mana dengan asas ini, tidak terjadi monopoli. Hal ini dikarenakan setiap warganegara
berhak untuk mendapat suatu hal yang sama.

2. ASAS KEPERCAYAAN

Asas ini merupakan tulang punggung dari suatu bank yang dapat mendukung kemajuan bank.
Dengan kokohnya kepercayaan yang diterima oleh bank dari masyarakat, maka akan dapat
memberikan eksistensi dan value yang baik terhadap bank tersebut.

3. ASAS KERAHASIAAN

Asas ini merupakan asas yang digunakan untuk melindungi para nasabah yang beritikad baik.
Artinya para nasabah akan dijamin privasinya, misalnya berkenaan dengan identitas ataupun
hal – hal lainnya yang bersifat pribadi, maka oleh bank hal – hal yang pribadi tersebut akan
dijaga dengan baik.

4. ASAS KEHATI – HATIAN (PRUDENTIAL)

Tentunya bahwa bank sebagai lembaga yang mengelola uang nasabah, diharapkan oleh
nasabah itu pula bahwa bank dapat mengelola uang yang disimpan secara baik dan hati – hati.
Ketika hal ini dapat dilakukan dengan baik oleh pihak bank, maka bukan tidak mungkin akan
dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank yang digunakan untuk menyimpan
uangnya tersebut.

Asas – asas hukum perbankan yang telah dikemukakan di atas masih bersifat abstrak. Nah,
oleh karena itu menjadikan asas – asas tersebut menjadi konkrit, maka diwujudkanlah melalui
hukum positif, yaitu melalui peraturan Per UU an.

A. Sistem dan Lembaga Keuangan


a. Sistem Perbankan Nasional

Sistem Perbankan Nasional adalah national banking system yaitu sistem yang


mengatur mengenai segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan , serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan; di
Indonesia ketentuan mengenai  nasional terakhir diatur dalam UU No.7 tahun 1992 tentang
Perbankan dan UU.No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan; perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak; menurut jenisnya, bank di Indonesia terdiri
atas dan

b. Jenis-Jenis Perbankan
 Bank Umum
 Bank Perkreditan Rakyat

1. Bank Umum

Dari segi kepemilikannnya, Bank Umum dapat dibedakan lebih lajut sebagai berikut :

1. Bank Umum Milik Negara

Bank umum milik negara didirikan denngan undang-undang dimana seluruh modalnya
merupakan kekayaan negara. Sebelum lahirnya undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, telah didirikan
bebrapa bank umum milik negara yaitu:

 Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO), yang didirikan dengan peraturan


pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1960;
 Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 1946), yang didirikan dengan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 1968;
 Bank Dagang Negara (BDN), yang didirikan dengan Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1968;
 Bank Bumi Daya (BBD), yang didirikan dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 1968;
 Bank Tabnungan Negara (BTN), yang didirikan dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1968;
 Bank Rakyat Indonesia (BRI), ynag didirikan dengan Undang-Undang Nomor
21 Tahun 1968;
 Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), yang didirikan dengan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1968.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 19992, kemudian diubah dengan


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,bentuk hukum dari bank-banku umum milik negara
itu harus menyesuaikan diri dengan bentuk hukum bank yang telah diatur Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998. Penyesuaian bentuk bank milik negara itu menjadi perusahaan
persero (PT Pesero) dilakukan dengan peraturan pemerintah, yaitu:
 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
Bank Negara Indonesia 1946 Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 39);
 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
Bank Rakyat Indonesia Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 41);
 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
Bank Tabungan Negara Menjadi Perusahaan Perseroan  (PERSERO) (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 44)

2. Bank Pembangunan Daerah

Bank pembangunan daerah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah Provinsi.
 (Banda Aceh)
 (Medan)
  (Padang)
  (Pekanbaru), dahulu dikenal sebagai Bank Riau
 (Jambi)
 (Kota Bengkulu)
 (Palembang), dahulu dikenal sebagai Bank Sumsel
 (Bandar Lampung)
 (Jakarta)
 (Bandung), dahulu dikenal sebagai Bank Jabar atau Bank Jabar Banten atau BPD Jawa Barat.
  (Semarang)
 (Yogyakarta)
 (Surabaya)
 (Pontianak)
  (Palangka Raya)
  (Banjarmasin)
  (Samarinda)
  (Makassar)
  (Kendari)
 (Palu)
 (Manado)
  (Denpasar)
 (Mataram)
  (Kupang)
 (Ambon)
 (Jayapura), dahulu dikenal sebagai BPD Irian Jaya

3. Bank Umum Koperasi

Bank umum koperasi adalah bank yang modalnya berasal dari simpanan anggota atau badan
hukum koperasi. Pendirinya selain mengikuti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, juga mengikuti
ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian.
Bank Bukopin (sebelumnya bernama Bank Umum Koperasi Indonesia pada adalah swasta
kelas menengah di  dan memfokuskan bisnis intinya pada 4 sektor, yaitu UKM, mikro,
konsumer, dan komersial.

4. Bank Umum Swasta Nasional


A. Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Bank Umum Swasta Nasional  Devisa adalah Bank yang sebagian besar modalnya dimiliki
oleh pihak swasta non asing dan dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan
dengan valas. Berikut daftar bank umum swasta nasional devisa di Indonesia.

 Bank Agroniaga, Tbk.


 Bank Antardaerah
 Bank Artha Graha Internasional, Tbk.
 Bank BNI Syariah
 Bank Bukopin, Tbk
 Bank Bumi Arta, Tbk
 Bank Central Asia Tbk.(BCA)
 Bank Cimb Niaga, Tbk
 Bank Danamon Indonesia Tbk
 Bank Ekonomi Raharja, Tbk
 Bank Ganesha
 Bank Hana
 Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
 Bank ICB Bumiputera Tbk
 Bank ICBC Indonesia
 Bank Index Selindo

B. Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa

Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa adalah Bank yang sebagian besar modalnya
dimiliki oleh pihak swasta non asing dan tidak melakukan transaksi dengan luar negeri atau
berkaitan dalam valas.

 Anglomas Internasional Bank


 Bank Andara
 Bank Artos Indonesia
 Bank Bca Syariah
 Bank Bisnis Internasional
 Bank Bri Syariah
 Bank Fama Internasional
 Bank Harda Internasional
 Bank Ina Perdana
 Bank Jabar Banten Syariah
 Bank Jasa Jakarta
 Bank Kesejahteraan Ekonomi
 Bank Mayora

5. Bank Campuran

Bank Campuran adalah Bank Umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih Bank
Umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI (dan/atau badan hukum
Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau lebih bank yang
berkedudukan di luar negeri.

 Bank Commonwealth
 Bank Agris
 Bank ANZ Indonesia
 Bank BNP Paribas Indonesia
 Bank Capital Indonesia, Tbk
 Bank DBS Indonesia
 Bank KEB Indonesia
 Bank Maybank Syariah Indonesia
 Bank Mizuho Indonesia
 Bank Rabobank International Indonesia
 Bank Resona Perdania
 Bank Windu Kentjana International, Tbk
 Bank Woori Indonesia
 Bank China Trust Indonesia
 Bank Sumitomo Mitsui Indonesia

6. Bank Asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank milik asing antara lain
ABN AMRO Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok
Bank, City Bank, Hongkong Bank, dan Deutsche Bank.

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima


simpanan hanya dalam bentuk berjangka, , dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan
tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung
Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa
(LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat
Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa
(BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan
Nomor 7 Tahun dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Ketentuan
tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah berkembang
dari lingkungan masyarakat serta masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan
lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan
kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman
dalam pembinaan dan pengawasan, maka persy-ratan dan tatacara pemberian status lembaga-
lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Usaha yang Dilakukan BPR

Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan
bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah :

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
 Menempatkan dananya dalam bentuk  (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito,
dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia
kepada BPR apabila BPR mengalami over liquidity atau kelebihan 

Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR

Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan
BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

 Menerima simpanan berupa 


 Melakukan kegiatan usaha dalam Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent
banking dan concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
 Melakukan usaha 
 Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha
BPR.

Alokasi Kredit BPR

Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu:

 Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan  untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
 Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang
dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait,
termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR
tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
 Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang
dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10%
atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi
(dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya
terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau
lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan
keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal
yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

c. Lembaga Bukan Bank

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) - Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Kredit,


Perusahaan Umum Pegadaian/Perum Pegadaian, Perusahaan Asuransi, Lembaga Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Bursa Efek. Selain bank, masih ada beberapa
lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak
langsung menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat. Dasar hukum didirikannya Lembaga Keuangan Bukan Bank/LKBB adalah
surat Keputusan Menteri Keuangan No.38/KMK/IV/I/1972 yang kemudian diubah
dengan Keputusan Menteri Kuangan 280/KMK.01/1989 mengenai pengawasan dan
pembinaan lembaga keuangan bukan bank dan peraturan perudang-undangan lain yang
berkaitan dengan usaha yang dijalankan.

Beberapa Lembaga Keuangan Bukan Bank/LKBB di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Kredit

Koperasi kredit adalah suatu lembaga keuangan berbentuk koperasi yang usahanya di
bidang perkreditan atau simpan pinjam dengan tujuan membantu memperbaiki keadaan
ekonomi dan kesejahteraan anggotanya. Kegiatan koperasi kredit yaitu menerima
simpanan dari anggotanya dan meminjamkan kepada anggota yang membutuhkan dengan
syarat yang mudah dan bunga ringan.

Koperasi kredit mempunyai fungsi sebagai berikut.


a. Sebagai pendorong kegiatan menabung di kalangan anggota.
b. Sebagai lembaga yang melayani anggota yang membutuhkan pinjaman.
c. Membimbing anggota dalam memanfaatkan pinjaman/kredit.
d. Membantu anggota dari cengkeraman lintah darat.
Dalam menjalankan usahanya, koperasi kredit memperolah dana atau modalnya dari
beberapa sumber, yaitu sebagai berikut.
a. Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh anggota kepada koperasi
pada saat masuk menjadi anggota koperasi, yang besarnya sama untuk tiap anggota.
b. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah simpanan yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi
secara rutin yang besarnya sama untuk tiap anggota. Pembayaran rutin di sini bisa setiap
minggu, setiap bulan, atau setiap musim sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga koperasi.
c. Simpanan suka rela
Simpanan suka rela adalah simpanan yang sifatnya suka rela, artinya tidak diwajibkan
kepada anggota koperasi , sehingga anggota koperasi boleh menyimpan boleh tidak.
Besarnya simpanan suka rela tidak ditentukan dan terserah anggota yang bersangkutan.
d. Sumber lain yang sah
Sumber lain pendanaan dan permodalan koperasi dapat berasal dari bantuan pemerintah,
hibah , dana cadangan koperasi, dan modal pinjaman dari pihak lain.

2. Perusahaan Umum Pegadaian/Perum Pegadaian

Perum Pegadaian merupakan perusahaan umum milik pemerintah yang kegiatannya


memberikan pinjaman uang yang besarnya berdasarkan pada nilai barang jaminan yang
diserahkan. Jaminan tersebut bisa berupa barang bergerak, seperti perhiasan (emas dan
perak), barang-barang elektronik, sepeda motor, mobil, dan lain-lain maupun tidak
bergerak, contohnya tanah dan bangunan. Perum Pegadaian ada di setiap kota di
Indonesia. Tujuan pemerintah menyelenggarakan Perum Pegadaian yaitu untuk
membantu rakyat kecil dengan memberikan kredit/pinjaman agar terhindar dari kreditor
liar (lintah darat) yang meminjamkan uang dengan bunga sangat tinggi. Jangka waktu
pinjaman melalui pegadaian biasanya selama satu tahun atau kurang dari satu tahun.

3. Perusahaan Asuransi

Perusahaan asuransi merupakan lembaga yang menghimpun dana melalui penarikan


premi asuransi dan menjanjikan akan memberi sejumlah ganti rugi apabila terjadi suatu
peristiwa atau musibah yang menimpa pihak yang ikut program asuransi. Dana yang
dihimpun perusahaan asuransi umumnya diinvestasikan dalam surat berharga atau
dipinjamkan kepada pihak lain.

Kegiatan perasuransian di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun


1992. Beberapa contoh perusahaan asuransi di Indonesia antara lain:
a. Asuransi Bumi Putra d. Asuransi Sosial Tenaga Kerja
b. Asuransi Jiwasraya e. Asuransi Kesehatan Indonesia
c. Asuransi Kerugian Jasa Raharja

Sekarang ini banyak sekali bermunculan perusahaan asuransi yang menawarkan beragam
jaminan bagi nasabahnya sehingga dikatakan perusahaan asuransi memiliki peranan yang
penting, antara lain:
a. menambah lapangan kerja bagi masyarakat
b. mengurangi kekhawatiran dalam kehidupan masyarakat
c. mengurangi kerugian yang ditanggung masyarakat
d. memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat.

4. Lembaga Dana Pensiun

Di Indonesia, para pegawai negeri sipil setelah tidak bertugas/purnatugas akan


memperoleh dana pensiun. Dana pensiun ini diperoleh dari pemotongan gaji pegawai
setiap bulan selama masih aktif bekerja. Ketika pegawai negeri yang bersangkutan telah
pensiun, maka setiap bulan ia akan memperoleh uang pensiun. Lembaga yang mengelola
dana pensiun adalah PT Taspen. Jadi PT Taspen menghimpun dana dari para pegawai dan
menyalurkanya dengan memberikan uang pensiun kepada para pegawai yang telah
pensiun. Selain itu juga disalurkan melalui pembelian kredit atau diinvestasikan lewat
pemberian surat berharga.

5. Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan ialah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari
masyarakat.

Lembaga pembiayaan bergerak dalam bidang-bidang usaha berikut.


a. Usaha sewa guna usaha/leasing company, yaitu badan usaha yang melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal yang dibutuhkan oleh nasabah.
b. Usaha pembiayaan konsumen, yaitu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan
pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran
atau berkala.
c. Usaha kartu kredit, adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk
membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.
d. Usaha penyertaan modal/modal ventura, adalah suatu usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kedalam suatu perusahaan
yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

6. Bursa Efek

Bursa efek merupakan tempat bertemunya pihak yang menawarkan dengan pihak yang
memerlukan dana dan tempat jual beli efek (obligasi, saham, dan surat berharga). Tujuan
didirikannya bursa efek adalah untuk menghimpun dana lewat penjualan surat
berharga/efek guna membiayai kegiatan-kegiatan yang produktif.

A. Pendirian Dan Kepemilikan Bank

a. Perizinan Pendirian Bank

Sesuai dengan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan


bahwa:

1.      Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri.

2.      Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang:

a)      Susunan organisasi dan kepengurusan;

b)      Permodalan;

c)      Kepemilikan;

d)      Keahlian di bidang Perbankan;

e)      Kelayakan rencana kerja.

3.      Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan oleh Bank Indonesia."

Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa langkah pertama yang harus dilakukan dalam
pendirian bank adalah menentukan jenis bank yang akan didirikan, apakah Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat. Dari kedua jenis bank, terdapat beberapa perbedaan mengenai
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah bank.

B. Badan Hukum Bank

1.      BENTUK HUKUM BANK


Manuver bisnis perbankan kian mengalami pertumbuhan yang signifikan. Artinya, Bisnis
perbankan telah meningkat tajam selama satu dekade ini. Hal ini dapat dilihat tidak hanya
dari perolehan laba bersih bank tetapi juga peningkatan jumlah aset perbankan yang
sangat pesat. Pertumbuhan perbankan tidak hanya pada bank umum, tetapi juga pada
bank perkreditan rakyat. Tentunya, ke dua bank tersebut tidak sama. Perbedaannya tidak
hanya nampak dalam perolehan laba bersih bank, tetapi mengenai aspek hukum bank
tersebut juga berlainan. Dalam hal ini aspek hukumnya  menyangkut bentuk hukum bank.
Menariknya, bentuk hukum tersebut bisa sama dan dapat pula berbeda.

2.      ATURAN MENGENAI HUKUM BENTUK HUKUM BANK

Bentuk Hukum Bank dapat diketahui di pasal 21 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992. Meski begitu, ada perbedaan
mengenai bentuk hukum bank pada kedua Undang-Undang tersebut. Undang-undang
No.10 tahun 1998 pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa bentuk hukum suatu Bank
Umum dapat berupa :
1. Perseroan Terbatas
2. Koperasi; atau
3. Perusahaan Daerah
Sedangkan pada Undang-Undang No. 7 tahun 1992 menyebutkan bahwa Bentuk hukum
suatu Bank Umum dapat berupa salah satu dari :
1. Perusahaan Perseroan (PERSERO)
2. Perusahaan Daerah
3. Koperasi
4. Perseroan Terbatas

3.      PENGERTIAN BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH


Undang-undang yang mengatur mengenai perusahaan daerah adalah Undang-Undang No.
5 tahun 1962. Pasal 2 mengemukakan perusahaan daerah adalah semua perusahaan yang
didirikan berdasarkan undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk
sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain
dengan atau berdasarkan undang-undang. Mengenai tata cara pendirian perusahaan
daerah dikemukakan dalam pasal 4 Undang-Undang No. 5 tahun 1962, yakni:
1. Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa Undang-Undang ini.
2. Perusahaan Daerah yang termaksud pada ayat 1 adalah badan hukum yang
kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah
tersebut.
3. Perusahaan Daerah termaksud dalam ayat 1 mulai berlaku setelah mendapat
pengesahan instansi atasan.

Berkaitan dengan Bank Pembangunan Daerah, dapat dilihat bentuk hukumnya dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998. Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam
Negeri tersebut mengemukakan bahwa Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah dapat
berupa salah satu dari :
1. Perusahaan Daerah;
2. Perseroan Terbatas.

Dalam pasal 3 peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 menyebutkan bahwa
Bank Pembangunan Daerah yang bentuk hukumnya berupa perusahaan Daerah, tunduk
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur perusahaan Daerah.

4.      PENGERTIAN BENTUK HUKUM PERSEROAN TERBATAS?


Peraturan yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas adalah Undang-Undang No. 40
tahun 2007. Dalam Pasal 1 Undang-Undang ini dikemukakan bahwa perseroan terbatas,
yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Mengenai syarat pendiriannya dapat disimak dalam pasal 7, yang menyebutkan:

1. Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat
dalam bahasa Indonesia.
2. Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan
didirikan.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka
Peleburan.
4. Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan
menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.
5. Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi
kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib
mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan
saham baru kepada orang lain.
6. Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui,
pemegang  saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung
jawab secara pribadi atas segala   perikatan   dan   kerugian   Perseroan,   dan  
atas   permohonan   pihak   yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat
membubarkan Perseroan tersebut.
7. Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6)
tidak berlaku bagi:
A. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau
B. Perseroan  yang  mengelola  bursa  efek,  lembaga  kliring  dan  penjaminan,  lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang Pasar Modal.

5.     PENGERTIAN BENTUK HUKUM KOPERASI


Menurut pasal 21 Undang-undang No.10 tahun 1998, koperasi merupakan salah satu
bentuk hukum yang dapat menjalankan kegiatan perbankan baik dalam bentuk bank
umumm, maupun bentuk bank perkreditan rakyat. Koperasi memiliki status badan hukum
dalam melakukan kegiatan perbankan. Sebagaimana dalam pasal 1 angka 1 Undang-
Undang No.17 tahun 2012 mengenai perkoperasian menyebutkan bahwa koperasi adalah
badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha,
yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya,
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Hal ini dapat dipahami bahwa koperasi sebagai
badan usaha memiliki kekhususan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan. Mengenai keanggotaan koperasi, dalam Pasal 26 ayat 1 UU No. 17
tahun 2012 menyebutkan bahwa anggota koperasi merupakan pemilik dan sekaligus
pengguna jasa koperasi. Manakala perbankan berbentuk badan hukum koperasi, maka
perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya bertujuan mensejahterahkan
masyarakat.
Pengurus memiliki tanggung jawab dalam tugas pengelolaan atas kegiatan usaha
perbankan, yang dipertanggungjawabkan kepada Rapat Anggota (pasal 60 ayat 2 UU
No.17 tahun 2012). Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi manakala yang
bersangkutan bersalah dalam menjalankan tugasnya dengan tidak disertai itikad baik dan
tidak penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi.

c. Sumber Dana Bank


Sumber dana bank adalah adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk mencari atau
menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan pengelolaan bank. Dana yang
dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan maupun lembaga lain diluar perusahaan dan
juga dan dapat diperoleh dari masyarakat.

Menurut Kasmir (2001; 62-63) Sumber-sumber dana tersebut adalah :

1.  Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana ini merupakan
sumber dana dari modal sendiri.
Modal sendiri Maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila
saham dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka
pencahariannya dapat dilkukan dengan menjual saham kepada pemegang sahm lama. Akan
tetapi jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat
mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Di samping itu
pihak perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum digunakan.
Secara besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham
b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu
yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk
mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun
yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih
besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.

2.        Dana yang berasal dari masyarakat luas


Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan opersai bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana
ini. Pencaharian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber
lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asalkan bank dapat
memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Akan tetapi pencarian sumber dana dari
sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri.
Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk simpanan
giro,simpanan tabungan, dan simpanan deposito.Dimana simpanan giro merupakan dana
murah bagi bank karena bunga atau balas jasa yang dibayar palingmurah jika dibandingkan
simpanan tabungan dan simpanan deposito.

3.        Dana yang bersumber dari lembaga lainnya


Sumber dana yang ketiga inin merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam
pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumberd ana ini relaitif
labih mahal dan sifatnya hanya semntara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari
sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.
Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari :
a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia
kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga
diberikan kepada pembiayaan sector-sektor tertentu.
b. Pinjaman antar bank (call money) biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang
mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.Pinjaman ini bersifat jangka pendek
dengan bunga yang relatif tinggi.
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh
perbankkan dari pihak luar negeri
d.Surat berharga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU
kemudian diperjualkan kepada pihak yang berminat,baik perusahaan keuangan maupun
nonkeuangan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,


dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun
dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya
hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari
masyarakat dalam bentuk Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, dan
hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian
pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk
mendukung kelancaran kegiatan utama tersebu

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan
untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
dikenal sebagai banknote.

Anda mungkin juga menyukai