Anda di halaman 1dari 67

HUKUM PERBANKAN

OLEH:
SULISTYANDARI
KONTRAK PERKULIAHAN
1. Materi Perkuliahan UTS:
1. Sistem Keuangan Indonesia
2. Lembaga Jasa Keuangan Indonesia
3. Dasar-dasar Hukum Perbankan
4. Sistem Perbankan Indonesia
5. Penghimpunan Dana
6. Penyaluran Dana
7. Pembinaan dan Pengawasan Perbankan
8. Tindak Pidana dan Wewenang OJK
9. Penyelesaian Sengketa Perbankan

Capaian Pembelajaran mata kuliah:


Mahasiswa mampu menguasai norma dan teori, menganalisis, memecahkan masalah-masalah
(kasus putusan pengadilan dan akta pejanjian perbankan) dan memberikan solusinya yang
berkaitan dengan Hukum Perbankan baik sistem konvensional dan syariah serta mampu
mengembangkannya melalui penelitian ilmiah.

Tim Pengajar:
1. Dr. Sulistyandari,SH, MHum. (Materi UTS)
2. Dr. Agus Pandoman,MKn (Materi UAS)
2. Kepustakaan:
a. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006.
b. Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
c. Munir Fuadi, Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1999.
d. Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012.
e. Sulistyandari, Hukum Perbankan: Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah
Bank Melalui Pengawasan Perbankan Di Indonesia, Laros, Sidoarjo, 2012.
f. Junus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, Universitas
Indonesia Fakultas Hukum Pascasarjana, Jakarta, 2003.
g. H.Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta,
2005.
h. H.R.Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2005. dll.
i. Peraturan Per UUan
Baca Booklet Perbankan Indonesia 2022
3. Tatap muka direncanakan 14 TM (7 TM dan 7 TM)

4. Evaluasi : UTS dan UAS ( masing2: 25%) dan Tugas


terstruktur (masing2: 20%), Keaktifan 5%

5. Ketentuan yang perlu ditaati:


a. Mempersiapkan sarana perkuliahan, spy bisa mengikuti dg
lancar.
b. Setiap perkuliahan mhs mengisi presensi eldiru dan yg
disiapkan dosen.
c. Setiap akhir perkuliahan akan di absen oleh Dosen, dan
70% kehadiran untuk bisa ikut ujian.
d. Usahakan untuk ikut UTS, UAS, mengerjakan Tugas dan
aktif dlm perkuliahan
TUGAS TERSTRUKTUR
Tugas 1:
a) Mencari dan Menganalisis Akta Perjanjian Kredit Bank Notariil (….mhs)
b) Mencari dan menganalisis Akta Pendirian PT. Bank Umum Konvesional
(…mhs)
c) Mencari dan Menganalisis Akta Pendirian PT.BPR Konvensional (….mhs)

Cara Analisis Perjanjian Kredit:


1. Awal Akta (Judul Akta, No.Akta, Jam, hari,tgl,bln,th, Nama lengkap
Notaris)
2. Badan Akta (Penghadap/Para Pihak, keterangan mengenai kedudukan
para pihak, Isi Akta yg mrpkan kehendak dan keinginan para pihak yg
berkepentingan/Premis, hak dan kewajiban)
3. Akhir/Penutup Akta.
Dianalis berdasarkan PerUUan, KUHPdt (mis.Ps.1320), PerUUan Perbankan,
dst
Cara menganalisis Akta Pendirian PT. Bank Umum/BPR Konvensional:
1. Awal Akta (Judul Akta, No.Akta, Jam, hari,tgl,bln,th, Nama lengkap Notaris)
2. Badan Akta (Penghadap/Para Pihak, keterangan mengenai kedudukan para pihak, Isi
Akta yg mrpkan kehendak dan keinginan para pihak yg berkepentingan/Premis, hak dan
kewajiban)
3. Akhir/Penutup Akta.
Dianalis berdasarkan PerUUan, KUHPdt (mis.Ps.1320), PerUUan Perbankan, UU PT dst

Tugas 2:
a) Mencari dan Menganalisi Putusan Perdata ttg kegiatan usaha Perbankan
b) Mencari dan Menganalisis Putusan TIPIBANK
Cara Menganalisis:
a) Sebutkan siapa para pihak yg bersengketa, Sebutkan duduk perkara scr ringkas,
Sebutkan tuntutannya, Sebutkan pertimbangan hukum hakim, Sebutkan putusan hakim,
Analisis pertimbangan hukum hakin putusan tsb berdasarkan PerUUan dan Teori/Dotrin.
b) Sebutkan identitas Terdakwa, Sebutkan Dakwaan, Sebutkan tuntutannya, Sebutkan
duduk perkara scr ringkas, Sebutkan pertimbangan hukum hakim, Sebutkan putusan
hakim, Analisis pertimbangan hukum hakim putusan tsb berdasarkan PerUUan dan
Teori/Dotrin.
SISTEM KEUANGAN INDONESIA
Terdiri atas:
a. Sistem Moneter
b. Sistem Lembaga Keuangan Indonesia

a. Sistem Moneter dijalankan oleh BI ( sbg otoritas Moneter)


Dsr hk: UU No.23/1999 ttg BI jo UU No.3/2004 jo UU No.6/2009 (UU BI),
(sdh ada draf RUU BI yg disusun DPR)
Tugas BI (Ps.8 UU BI):
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi Bank (dialihkan ke OJK)

b. Sistem Lembaga Keuangan Indonesia dijalankan OJK


Dsr hk: UU No.21/2011 ttg OJK (UU OJK)
Tugas OJK: Pengaturan dan Pengawasan thd:
a. keg jasa keuangan di sector perbankan
b. keg jasa keuangan di sector pasar modal, dan
c. keg jasa keuangan di sector perasuransian, dana pension, lembaga pembiyaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.
SISTEM LEMBAGA KEUANGAN INDONESIA
 Lembaga Keuangan: lembaga yg menyediakan jasa keuangan bg
nasabahnya, dmn pd umumnya lembaga ini diatur oleh suatu peraturan.

 Pengertian LJK Men. UU No.21/2011 (UU OJK): adalah lembaga yg


melaksanakan kegiatan di sektor perbankan, Pasar Modal, Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan
lainnya

 Lembaga Jasa Keuangan : Bank dan Non Bank

 Lembaga Jasa Keuangan Non Bank:


- Pasar Modal diatur UU No.8/1995 ttg Pasar Modal
- Perasuransian diatur UU No.40/2014 ttg Usaha Perasuransian
- Dana Pensiun diatur UU No.11/1992 ttg Dana Pensiun
- Lembaga Pembiayaan diatur PerPres No.9/2009 ttg Lembaga Pembiayaan
(spt Perus Pembiayaan, Persh Mod Vent, Pemb Infrast)
- Lembaga Jasa Keuangan lainnya: pegadaian, lemb penjaminan, lemb pemb
ekspor Ind, perus pemb sekunder perumahan, lemb keu lainnya
DASAR HK PERBANKAN
 Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup
kelembagaannya, kegiatan usahanya, cara dan proses dalam
melakukan kegiatan usahanya (Ps.1 angka 1 UU Perbankan)

 Bank adalah badan usaha yg menghimpun dana dari masyarakat dlm


bentuk simpanan dan menyalurkannya kpd masyarakat dlm bentuk
kredit atau bentuk lainnya dlm rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat (Ps.1 angka 2 UU Perbankan)

 Hukum Perbankan adalah Hukum yg mengatur segala sesuatu yg


menyangkut ttg bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dlm melaksanakan kegiatan usahanya

 M Jumhana, Hk Perbankan: kumpulan peraturan hk yg mengatur keg


lembg keu bank yg meliputi segala aspek, dilihat dr segi esensi dan
eksistensinya, serta hub nya dg bid kehidupan yg lain.
 Munir Fuadi, Hk Perbankan: seperangkat kaidah hk dlm bentuk perUUan,
yurisprudensi, doktrin dll sumber hk, yg mengatur masalah perbankan sbg
lembg d aspek keg us, rambu2 yg dipenuhinya,perilaku petugasnya, hak d
kewajibanya, tugas d tanggung jwb pihak yg tersangkut dg bisnis perbankan,
apa yg boleh d tdk dilak bank, eksistensi bank, dll berkenaan dg dunia bank.

Unsur-Unsur Hk Perbankan:
1, Kumpulan peraturan pelbagai perat perUUan dapat berupa UU,PP,
PerPres, , PBI, SE BI, Per OJK dan perat pelaksanaan lainnya.
2. Kett hk perbankan selain yg tertulis juga yg tdk tertulis spt kebiasaan yg
timbul dalam praktek penyelenggaraan operasional perbankan.
3. Kett hk perbankan terdiri dari: peraturan hk (kongrit), asas-asas hk,
pengertian-pengertian hk, struktur hk, budaya hk yg berkembang dlm hk
perbankan.
4. Kett perbankan mengatur tatalaksana kelembagaan bank.
5. Kett perbankan mengatur aspek keg usaha bank, cara, dan proses dalam
melakukan keg usaha.
• Sumber Hk Perbankan :

1. Peraturan perUUan: UUD 1945; UU di bidang perbankan {UU No.23/1999 jo


UUNo.3/2004 jo UU No.6/2009 (UU BI); UU No.7/1992 jo UU No.10/1998 (UU Perbankan);
UU No.21/2008 (UU Bank Syariah); UU No.24/2004 (UU LPS); UU No.21/2011 (UU OJK),
PBI, POJK, PLPS

UU Pendukung sektor ekonomi dan sektor lainnya: KUHPerdata; KUHD; KUHPidana;


UU PT; UU Koperasi; UU Perusahaan Daerah; UU BUMN; UU Pasar Modal; UU Lalu
Lintas Devisa, UU Mata Uang; UU Tindak Pidana Pencucian Uang; UU Surat Utang
Negara; UU Hak Tanggungan; UU Jaminan Fidusia; Peraturan Pemerintah dan Pertauran
pelaksanaan lainnya

2. Sumber lainnya: Perjanjian antara Bank dg Nasabah; yurisprudensi, doktrin,


kebiasaan dalam industri perbankan

Ruang lingkup Hk Perbankan:

Hk Keperdataan, Hk. Administrasi, Hk. Pidana


 Asas Perbankan
Pasal 2 UU Perbankan: Dalam melakukan kegiatan usaha Perbankan berasaskan
Demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian .

Demokrasi ekonomi terdapat dlm Ps.33 UUD 1945:


a. Perekonomian disusun sbg usaha bersama berdsrkan kekeluargaan;
b. Cabang-cabang produksi yg penting bg neg dan menguasai hajat hdp orang
banyak dikuasai oleh negara;
c. Bumi, air serta kekayaan alam yg terkandung di dlmnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
d. Perkonomian nasional diselenggarakan berdsr asas demokrasi ekonomi dg
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.

Demokrasi ekonomi tercermin a.l dlm Ps.21 ay (1) dan (2) UU Perbankan.
Ps.21 (1): Bentuk hk BU dpt berupa PT, Koperasi atau Perusda
Ps.21 (1): Bentuk hk BPR salah satu dapat brupa Perusda, Koperasi, PT, bentuk
lain yg lain yg ditetapkan Pemerintah
1. Prinsip kehati-hatian (prundential principle) digunakan dalam
melakukan kegiatan usaha bank (Ps.2, 29 UU Perbankan, Ps.2, 35 UU
Perbankan Syariah), artinya dalam menjalankan kegiatan usahanya
bank wajib berhati-hati agar tidak merugikan bank itu sendiri
maupun merugikan kepentingan nasabah yg telah mempercayakan
dananya kpd Bank. Untuk itu dlm melakukan keg usaha Bank wajib
mematuhi perUUan.
Prinsip kehati-hatian tercermin a.l dlm Ps.8, 11 UU Perbankan,
PS.23, 36, 37 UU Perbankan Syariah.

Ps.8 UU Perbankan : Dlm memberikan kredit/pembiayaan, BU


wajib memp keyakinan berdsrkan analisis yg mendlm atas iktikad d
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur u melunasi
utangnya sessuai yg diperjanjikan (penjelasan: u memperoleh
keyakinan Bank melakukan analisis 5C dr Debitur)
Ps.11 UU Perbankan : Dlm memberikan kredit/pembiayaan, Bank
dilarang melampaui BMPK
2. Prinsip Kepercayaan ( fiduciary principle), bhw hub Nasabah dg
Bank (dlm perj penyimpanan) dan hub Bank dg Nasabah (dlm perj
kredit) atas dasar kepercayaan.
Prinsip kepercayaan tercermin a.l dlm Ps. 1 angka 5 , Ps.29 ay 3,
Penjelasan Ps.8 UU Perbankan, Ps.1 angka 20, Ps.36 UU Perbankan
Syariah

Ps.1 angka 5: Simpanan adalah dana yg dipercayakan oleh masy kpd


Bank berdsrkan perj penyimpanan dana dlm bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan d atau bentuk lainnya yg dipersamakan
dg itu.
Ps.29 ayat 3: Dlm memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah d melakukan keg usaha lainnya, bank wajib
menempuh cara-cara yg tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah yg mempercayakan dananya kepd Bank

Kredit dr kata credere (bhs Romawi) yg berarti percaya.


3. Prinsip kerahasiaan (Confidencial principle), bhw Bank diharuskan merahasiakan segala
sesuatu yg berhub dg keuangan dll dari Nasabah yg menurut kelaziman dunia perbankan
wajib dirahasiakan oleh Bank.
Prinsip kerahasiaan tercermin dlm Ps. 1 anga 28, 40, 41A, 42, 42A, 43, 44, 45, 47, 47A UU
Perbankan dan Ps.42,43,45,46,47 UU Perbankan Syariah .

Ada 2 teori kerahasiaan bank yi: Absolut theory dan Relative theory

Ps.1 angka 28 UU Perb: rahasia bank adlh segala sesuatu yg dg keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannnya
Ps.40 UU Perb: bank wajib merahasiakan ket mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali:
Ps.41 (perpajakan), 41A (BUPLN), 42 (perkara pidana), 43 (perkara perdata), 44 (inormasi
antar Bank, BI), 44A (kuasa/ahli waris) UU Perbankan, dan Ps.42,43,45,46,47 UU Perbankan
Syariah (Dengan persetujuan OJK)
Pengecualian yg lain: Ps. 12 huruf c, d UU No.30/2002 ttg Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Ps.72 UU No.8/2010 ttg Tindak Pidana Pencucian Uang, Ps. 80 huruf
b,c,f,g UU No.35/2009 Ttg Naroktika (Tanpa Persetujuan OJK)
Putusan MA No.64/PUU-X/2012, tgl.20 Feb 2013 bhw Ps 40 (1) UU Perbankan dikecualikan
u kepentingan peradilan mengenai harta bersama dlm perkara perceraian.

Sanksi pelanggaran kerahasiaan bank adalah sanksi pidana (Ps.47 UU Perbankan),


Sanksi administratif (Ps.52 UU Perbankan).
4. Prinsip transparansi informasi, bhw untuk kepentingan nasabah Bank diwajibkan
untuk memberikan informasi ttg kemungkinan timbulnya resiko kerugian
sehubungan dg transaksi Nasabah dg Bank, spt transparan informasi produk/jasa
bank, keuangan Bank.
Prinsip transparansi tercermin dlm Ps.29 ayat 4 UU Perbankan, Ps.39 UU Perbankan
Syariah, Perat OJK No.06/POJK.07/2022

Ps.29 ayat (4): untuk kepentingan nasabah, Bank wajib menyediakan informasi
mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dg transaksi nasabah
yg dilakukan melalui bank.

Perat OJK No.06/POJK.07/2022 Tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat


Di Sektor Jasa Keuangan, al. mengatur:
- Bank wajib memberi informasi mengenai produk, dan/atau layanan yg jelas, benar,
akurat, mudah diakses dan tidak berpotensi menyesatkan Konsumen (Ps.16)
5. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer), bhw bank
wajib mengetahui informasi scr menyeluruh jati/identitas nasabah,
memantau keg transaksi nasabah, termasuk pelaporan transaksi yg
mencurigakan. Tujuan untuk mengenal profil karakter nasabah, profil
transaksi dan profil usaha nasabah.
Tercermin dlm Ps. 2 UU Perbankan, Ps.35 ay 1 UU Perbankan Syariah,
PBI No. 14/27/PBI/2012 Ttg Penerapan Program Anti Pencucian Uang
(APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) Bagi Bank Umum
menggantikan PBI No.11/28/PBI/2009.
Fungsi Perbankan
- Sbg lembaga intermediasi (intermediary
financane) yi…. (Ps. 3 UU Perbankan).
- Sbg agen pembangunan (agent of development)
yi .. (Ps.4 UU Perbankan).

Tujuan Perbankan:
menunjang pelaks pemb nas dlm rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Ps.4
UU Perb)
SISTEM PERBANKAN INDONESIA
 Perbankan Indonesia menganut dual banking system yi adanya dua sistem perbankan
konvensional dan syariah secara berdampingan yg pelaksanaannya diatur dlm berbagai
peraturan perUUan yg berlaku.

Perbankan konvensional dlm pelaksanaan kegiatan usahanya berdasarkan hukum barat


(KUHPerdata,KUHD), UU Perbankan (UU No.7/1992 jo UU No.10/1998) shg jika terjadi
sengketa Bank Konvensional dg Nasabahnya diselesaikan di Pengadilan Umum (PN)

 Untuk Bank Syariah diatur dalam UU No.21 Tahun 2008 ttg Perbankan Syariah
Yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hk islam dlm kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yg dikeluarkan oleh lembaga yg memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
bidang syariah. Prinsip syariah tdk mengandung: riba, maisir, gharar, haram, zalim (Penj Ps.2
UU Perbankan Syariah). Lembaga yg berwenang mengeluarkan fatwa itu adalah MUI-DSN,
Fatwa tsb kmd ditindak lanjuti ke dlm PBI/POJK, shg untuk itu di dlm internal BI dibentuk
Komite Perbankan Syariah (anggotanya unsur BI, Depag dan masyarakat).
Dasar hk Perbankan Syariah: UU Perbankan Syariah, Fatwa MUI-DSN, KHES.
Perbankan syariah dalam pelaksanaan kegiatan usahanya adalah berdasarkan prinsip syariah,
shg jk terjd sengketa antara Bank Syariah dg nasabahnya diselesaikan di Pengadilan Agama.
(PA)

Pada setiap bank syariah (BUS d BPRS) dan UUS wajib dibentuk Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yg tugasnya al. melakukan pengawasan bank agar sesuai dg prinsip syariah.
Jenis-jenis Bank menurut prinsip dalam melakukan dlm
melakukan keg usahanya:
1. Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) ialah bank yg dlm keg
usahanya mendasarkan hukum Barat dg sistem bunga
Mis. BUMN, BPD, Bank Umum Koperasi, Bank Umum
Swasta Nasional, Bank Umum Asing , Bank Campuran,
BPR. Surya Yudha

2. Bank Umum Syariah (BUS )dan Bank Pembiayaan


Rakyat Syariah (BPRS) ialah bank yg dlm keg usahanya
mendsrkan hk syariah/islam yaitu atas prinsip
kebersamaan.
Mis. Bank Muamalat (BUS), BPRS Khasanah Umat dll.
• Jenis Bank menurut kegiatan usahanya dibedakan :
Bank Umum adalah bank yg melaksanakan keg usaha scr
konvensional dan atu berdasrkan prinsip syariah yg dlm kegiatannya
memberikan jasa dlm lalu lintas pembayaran (Ps.1 angka 3 UU Perb)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yg melaksanakan keg usaha


scr konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yg dlm kegiatannya
tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran (Ps.1 angka 4 UU Perb)

Apa Kegiatan memberikan jasa dlm lalu lintas pembayaran?


Kegiatan yang berkaitan dg pergerakan uang atau cashflow dari
transaksi tersebut, seperti jasa pengiriman (transfer) uang melaui
bank, Inkaso yaitu memberi kuasa kpd bank oleh perorangan atau
lembaga untuk menagih atau meminta persetujuan atau menyerahkan
pembayaran atas srt berharga (cek, wesel, dll) dlm rupiah atau valas
 Pendirian Bank
a. Izin Pendirian bank atau UUS (Ps.16 UU Perbankan, Ps.5 UU Perbankan
Syariah), kewenangan pemberian izin yi Bank Indonesia (sekarang OJK)
b. Persyaratan: a. akta pendirian badan hk bank; susunan organisasi; permodalan;
kepemilikan;, keahlian di bid perbankan; kelayakan kerja. b. tingkat persaingan
yg sehat antar bank, tingkat kejenuhan jmlh bank dlm suatu wilayah.

 Bentuk Hukum Bank Konvensional (Ps.21 UU Perbankan)


1. Bank Umum bentuk hukumnya dapat berupa:
a. PT
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah
2. BPR bentuk hukumnya dapat berupa:
a. PT
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah dan
d. bentuk lain yg dipersamakan dg itu

 Bentuk Hukum Bank Syariah (Ps.7 UU Perbankan Syariah} adalah PT


(Perseroan Terbatas)
SHADOW BANKING
• Istilah Shadow banking disebut juga Bank Bayangan, Bank Gelap.

• Definisi shadow banking:


Shadow Banking merupakan praktek jasa keuangan (Non bank) yang
meniru fungsi perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan
memberi pembiayaan, ia seperti “Bank Bayangan”

Ps.16 UU Perbankan, Ps.5 UU Perbankan Syariah:


Bhw melakukan kegiatan usaha menghimpun dana dr masyarakat dlm
bentuk simpanan wajib memperoleh ijin usaha dr OJK, kecuali itu diatur
dg UU tersendiri.

Ps.46 UU Perbankan: Barang siapa menghimpun dana dr masy dlm


bentuk simpanan tanpa ijin usaha dr OJK diancam dg pidana
penjara ....serta denda …….
 Kepemilikan Bank
1. BUK hanya dpt didirikan oleh:
a. WNI & atau Bdn hk Indo; atau
b. WNI & atau Bdn hk Indo dg WNA & atau Bdn hk asing scr
kemitraan (Ps.22 UU Perbankan) (Ps.2 POJK No.56/POJK.03/2016: bts
maks 40% LKB d LKBB , 30% BLK, 20% perorangan dr modal bank)

2. BPRK dan BPRS hanya dpt didirikan dan dimiliki oleh:


a. WNI dan/atau Bdn hk Indo yg seluruh pemiliknya WNI
b. Pemerintah Daerah atau
c. dimiliki bersama diantara ketiganya. (Ps.23 UU Perbankan; Ps.9 UU
Perbankan Syariah)

BUS hanya dpt didirikan dan/atau dimiliki oleh:


a. WNI & atau Bdn hk Indo;
b. WNI & atau Bdn hk Indo dg WNA & atau Bdn hk asing scr kemitraan
c. Pemerintah daerah (Ps.9 UU Perbankan Syariah) (Ps.2 POJK
No.56/POJK.03/2016: bts maks 40% LKB d LKBB, 30% BLK, 25%
perorangan dr modal bank)
 Bank Umum (BU):
- POJK No. 17/POJK.03/2018 tgl. 15 Agustus 2018 ttg Perubahan atas POJK No. 6/POJK.03/2016 ttg Kegiatan
Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan Modal Inti Bank
- POJK No.56/POJK.03/2016 ttg Kepemilikan Saham Bank Umum.
- PBI No.13/27/PBI/2011 tgl. 28 Desember 2011 ttg Perubahan atas PBI No.11/1/PBI/2009 tanggal 27 Januari
2009 ttg Bank Umum (BU).
- POJK No.12/POJK.03/2021 ttg Bank Umum

 Unit Usaha Syariah (UUS):


- PBI No.15/14/PBI/2013 tgl. 24 Desember 2013 perihal Perubahan Atas PBI No.11/10/PBI/2009 ttg Unit Usaha
Syariah

 BPR:
- POJK No.20/POJK.03/2014 tgl.21 Nop 2014 tentang BPR
- POJK No.44/POJK.03/2015 tgl. 29 Desember 2015 ttg Sertifikasi Kompetensi Bagi Anggota Direksi dan
Anggota Dewan Komisaris BPR dan BPRS
- POJK No. 12 /POJK.03/2016 ttg Kegiatan Usaha dan Wilayah Jaringan Kantor BPR Berdasarkan
Modal Inti.

 Bank Umum Syariah (BUS):


- PBI No.15/13/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013 perihal Perubahan Atas PBI No.11/3/PBI/2009 ttg Bank
Umum Syariah. (turut mencabut Pasal 26 ayat (1) PBI No.14/6/PBI/2012)

 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)


- POJK No. 3/POJK.03/2016 tgl. 27 Januari 2016 ttg Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
- POJK No.44/POJK.03/2015 tgl. 29 Desember 2015 tentang Sertifikasi Kompetensi Bagi Anggota Direksi dan
Anggota Dewan Komisaris Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Kegiatan Usaha BUK : (Ps.6 dan 7 UU Perbankan) dan Perat Pelaksana (Keg Usaha
Bank disesuaikan dg modal inti Bank ada 4 KBMI/Kelompok Bank Modal Inti –Ps.147
POJK Bank Umum)

Pasal 6 UU Perbankan: Keg Usaha BUK


a. menghimpun dana dr masy
b. memberikan kredit
c. menerbitkan srt pengakuan hutang
d. membeli, menjual, menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya: 1. srt wesel; 2.srt pengakuan utang; 3. kertas perbendaharaan
negara dan srt jaminan pem; 4. SBI; 5. obligasi. 6. srt dagang berjangka waktu s/d 1 th ;
7. instrumen srt lain berjangka waktu sd 1 th.
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
f. Menempatkan dana pd, meminjam dana dr, atau meminjamkan dana kpd bank lain, baik
dg menggunakan srt, sarana telekomunikasi maupun dg wesel unjuk, cek atau sarana
lainnya;
g. Menerima pembayaran dr tagihan atas srt berharga dan melakukan perhitungan dg atau
antar pihak ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan brg dan srt berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak;
j. Melakukan penempatan dana dr nasabah kpd nasabah lainnya dlm
bentuk srt berharga yg tdk tercatat di bursa efek.
l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat;
m. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dg kett. BI;
n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentanga dg UU Perbankan dan perUUan yg berlaku;

Pasal 7 UU Perbankan:
a. Melakukan kegiatan dlm valuta asing;
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pd bank antara perusahaan
lain di bid keuangan, spt sewa guna usaha, modal ventura, perush
efek, asuransi, serta lembaga kliring d penyimpanan sesuai ktt. BI;
c. melakukan penyertaan modal sementara u mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdsrkan prinsip
syariah, dg memenuhi kett yg ditetapkan BI; dan
d. bertindak sbg pendiri dana pensiun sesuai dg kett perUUan dana
pensiun yb berlaku.

Ps. 10 UU Perbankan:
Larangan kegiatan usaha bank umum
a. Melakukan penyertaan modal, kecuali sbgmn dimaksud dlm Ps.7
huruf b dan huruf c;
b. Melakukan usaha perasuransian.
c. Melakukan kegiatan usaha lain diluar yg tercantum dlm Ps.6 dan 7.
 Kegiatan Usaha BPRK: (Ps. 13 UU Perbankan)
a. menghimpun dana dr masy dlm bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yg dipersamakan
dg itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan d penempatan dana berdasarkan
Prinsip syariah sesuai dg kett BI
d. Menempatkannya dlm bentuk SBI

Larangan kegiatan usaha BPRK (Ps. 14 UU Perbankan).


e. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dlm lalu lintas
pembayaran;
f. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
g. Melakukan penyertaan modal;
h. Melakukan usaha perasuransian;
i. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha dlm Ps. 13.
PENGHIMPUNAN DANA BUK
 Dsr Hk: Ps. 1 angka 5 dan Ps.6 UU Perbankan d perat pelaksana (BI/POJK)
Simpanan adalah dana yg dipercayakan oleh masy kpd Bank berdsrkan perj
penyimpanan dana dlm bentuk giro, deposito, tabungan atau bentuk lain yg
dipersamakan dg itu.

 Bentuk simpanan: Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan


Perbedaan:
1) Pengertian:
Giro: simpanan sbg sarana pembayaran atau pemindahbukuan.
Deposito: simpanan yg berjangka waktu bedsrkan pd perj.
Sertifikat Deposito: simpanan yg berjangka yg sertifikatnya dpt dipindah tangankan.
Tabungan: simpanan yg penarikannya menurut syarat ttt yg telah disepakati
sebelumnya.
2) Fungsinya:
Giro: alat pembayaran giral
Deposito: surat pengakuan utang dr Bank
Sertifikat Deposito: surat pengakuan utang dr Bank
Tabungan: simpanan pihak ketiga
3) Sarana Penarikan (warkat):
Giro: cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran atau srt perintah
pemindahbukuan.
Deposito: bilyet deposito atas nama, shg tdk dpt dipindah tangankan
Sertifikat Deposito: bilyet deposito atas bawa, shg dpt dipindah tangankan.
Tabungan: Slip setoran dan slip penarikan.

4) Jenis Surat Berharga:


Giro: atas nama
Deposito: atas nama
Sertifikat Deposito: atas bawa/tunjuk
Tabungan: atas nama

5) Jangka Waktu:
Giro: tidak tertentu
Deposito: tertentu dipilih sesuai dg kebutuhan
Sertifikat Deposito: tertentu dipilih sesuai dg kebutuhan
Tabungan: tidak tertentu
6) Pengambilan Dana:
Giro: setiap saat
Deposito; waktu ttt
Sertifikat Deposito: waktu ttt
Tabungan: setiap saat
7) Imbalan (Bunga)
Giro: lebih rendah dr deposito atau tabungan dibayarkan kmd scr
bertingkat atau tunggal
Deposito: tertinggi, dibayar kmd setiap bln atau saat jatuh tempo
Sertifikat Deposito: tertinggi, dpt dibayar dimuka atau dibelakang pd
saat jautuh tempo.
Tabungan: sedang, dibayar kmd setiap bulan
8) Jenis valuta:
Giro: rupiah
Deposito: rupiah dan valuta asng
Sertifikat Deposito: rupiah
Tabungan: rupiah dan vajuta
9) Diperdagangkan:
Giro: tidak diperdagangkan
Deposito: tidak diperdagangkan
Sertifikat Deposito: dapat diperdagangkan
Tabungan: tidak dapat diperdagangkan

Bentuk dan sifat hub hk antara Bank dg Nasabah Penyimpan dana


 Hub hk Bank dg Nasabah Penyimpan berdsrkan Perj Penyimpanan dan UU
 Perjanjian penyimpanan termasuk perjanjian tidak bernama (Men. Syutan
Remy Syhdeini dan Tan Kamello) dg ciri-ciri:
1) Perj bersifat riil, tdk cukup kesepakatan, ttp Nasabah penyimpan hrs
menyerahkan uang kpd bank u disimpan
2) Uang yg diserahkan kpd Bank menjadi milik Bank d penggunaannya
menjadi wewenang penuh dr Bank.
3) Hub hknya Bank sbg Debitur d Nasabah sbg Kreditur
4) Bank bukan sbg peminjam uang dr Nasabah.
5) Nasabah bukan sbg penitip uang pd Bank.
6) Bank akan mengembalikan simpanan nasabah dg kontraprestasi bunga.
PENYALURAN DANA
 Dsr Hk: Ps.1 angka 11, Ps.6, Ps.8, Ps.11 UU Perbankan dan Perat
Pelaksana.
 Unsur kredit: kepercayaan, waktu, prestasi d kontra prestasi, resiko (Men
Kasmir)
 Prinsip dlm pemberian kredit: prudential (kehati-hatian):
1. Bank wajib melakukan penilaian sebelum memberikan kredit yg meliputi
5 C (character, capacity, capital, collateral, condition of economy).
2. Bank wajib memberikan batas maksimum dlm pemberian kredit
(BMPK) thd:
a. pemegang saham yg memiliki 10% atau lebih dr modal yg disetor;
b .anggota dewan Komisaris;
c. anggota Direksi;
d. keluarga dr. a, b, c;
e. pejabat bank lainnya;
f. perusahaan2 yg di dlmnya terdpt kepentingan dr pihak a,b,c,d,e
Bentuk dan sifat hub hk antara Bank dg Nasabah Peminjam
Dana
 Hub hk Bank dg Nasabah Peminjam berdsrkan Perj kredit d UU

 Perjanjian Kredit
 Bentuk: Perj tertulis (Penjelasan UU Perbankan)
 Merup perj pendahuluan (sifatnya konsensual) dr perj pinjam
uang (sifatnya riil)
 Sebagai perj standar (perj baku)
- adakah kebebasan berkontrak
- adakah keseimbangan kedudukan
- adakah klausula eksonorasi
- bagaimana perlindungan nasabah sbg konsumen
 Merup perj pokok, dan perj pemberian jaminan, perjanjian
asuransi, perjanjian kuasa sbg perj assesoir
 Kredit Bermasalah d Penyelesaiannya
 Dsr Hk: PBI nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
dan SE BI nomor 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 Perihal Penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum.

 Kualitas kredit dapat ditentukan berdasarkan 3 parameter yang terdiri dari


1. Prospek Usaha: Penilaian thd prospek usaha meliputi penilaian thd komponen-
komponen sbb. Potensi pertumbuhan usaha; Kondisi pasar dan posisi debitur
dlm persaingan; Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;
Dukungan dari grup atau afiliasi dan Upaya yang dilakukan debitur dalam
rangka memelihara lingkungan hidup.

2. Kinerja Debitur: Penilan thd kinerja Debitur meliputi penilaian terhadap


komponen-komponen sbb perolehan laba; struktur permodalan; arus kas; dan
sensitivitas terhadap risiko pasar.

3. Kemampuan membayar: Penilaian thd kemampuan membayar meliputi


penilaian thd komponen-komponen sbb Ketepatan pembayaran pokok dan
bunga, Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur; Kelengkapan
dokumentasi kredit; Kepatuhan terhadap perjanjian kredit; Kewajaran sumber
pembayaran kewajiban.
Tujuan penetapan kualitas kredit adalah untuk mengetahui kolektabilitas kredit
sehingga bank dapat mengantisipasi risiko secara dini karena risiko kredit dapat
mempengaruhi kelangsungan usaha bank.

 Kolektibilitas kredit berdasarkan ketepatan pembayaran


o Lancar (kolektibilitas 1) yaitu apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran
pinjaman baik pokok ataupun bunga
o Dalam Perhatian Khusus  (kolektibilitas 2) yaitu apabila terdapat tunggakan
pinjaman pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari
o Kurang Lancar (kolektibilitas 3) yaitu apabila terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 120 hari
o Diragukan (kolektibilitas 4) yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran
pinjaman baik pokok dan atau bunga sampai dengan 180 hari
o Macet (kolektibilitas 5) yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok
dan atau bunga diatas 180 hari
 Kredit akan digolongkan bermasalah (non performing loan | NPL) apabila
telah masuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan atau macet.

 Tujuan klasifikasi tersebut antara lain, untuk menetapkan tingkat cadangan


potensi kerugian akibat kredit bermasalah.
 Penyelesaian Kredit Bermasalah
1. Penyelesaian scr administrasi perkreditan
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat
kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu
termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya
angsuran maupun tidak;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian


atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada
perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan
lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum
saldo kredit dan konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman
menjadi penyertaan bank;

c.    Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat


kredit berupa penambahan dana bank; dan/atau konversi seluruh
atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru,
dan/atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi
penyertaan dalam perusahaan.
2. Penyelesaian melalui jalur hukum antara lain:
a.    Melalui Badan Urusan Piutang d Lelang Negara (BUPLN);
b.    Melalui badan peradilan;
c.   Melalui arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(LAPS SJK)

Dlm hal ini hrs dipastikan:


- Nasabah wanprestasi (Ps.1238 KUHPdt)
- Melakukan eksekusi benda jaminan hrs diperhatikan jaminannya:
o Gadai (KUHPdt)
o Fiducia (UU No.42/1999)
o Hak Tanggungan (UU No.4/1996)
PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK

Men UU BI, UU Perbankan dan UU OJK, lembaga yg mempunyai fungsi pembinaan
(mengatur) dan mengawasi bank adalah:
1. BI (Men. UU OJK : macroprudential bank), Dsr hk. Penjelasan Ps.7 UU OJK
2. OJK (Men UU OJK: microprudential, market conduct Bank)

Men UU BI;
Tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah
Tugas BI: (ps.8 UU BI)
1. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
2. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
3. mengatur dan mengawasi perbankan (sekarang dilaksanakan oleh OJK berdasarkan
UU No.21 Tahun 2011 ttg OJK)- Tugas BI: 3 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
di bidang stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial (dlm draf RUU BI).
OJK
 OJK sbg lembaga yg berwenang mengatur dan mengawasi bank dan non bank ( Untuk
Bank mulai tgl 31 Desember 2013 ) mrpk pengawasan microprudential (wewenang OJK dlm
Ps.7 UU OJK), sedangkan pengawasan macroprudential menjadi wewenang BI.

 Men Ps. 7 UU OJK: bhw dlm tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai
wewenang:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja,
kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi
bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan
aktivitas di bidang jasa;

b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:


1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan
5. standar akuntansi bank;
c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian
bank, meliputi:
1. manajemen risiko;
2. tata kelola bank;
3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan; dan

d. pemeriksaan bank.
 Men UUBI dan UU Perbankan:
Tugas mengatur dan mengawasi bank tujuannya a.l agar tercipta sistem perbankan yg
sehat scr menyeluruh maupun individual bank.

Mengatur: menetapkan kett perbankan yg memuat prinsp kehati-hatian, bertujuan untuk


memberikan rambu2 bg penyelenggara keg usaha perbankan guna mewujudkan sistem
perbankan yg sehat.

Mengawasi: melaksanakan pengawasan langsung dan tidak langsung (Men pen –


metode pengawasan)

 Ps.29 UU Perbankan: Suatu bank telah memelihara tk kesehatan apabila telah sesuai dg
ketentuan:
1. kecukupan modal,
2. kualitas aset,
3. kualitas manajemen,
4. likuiditas,
5. rentablilitas,
6. solvabilitas, dan
7. aspek lain yg berhub. dg usaha bank, dan
8. wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dg prinsip kehati-hatian.
 PBI No.13/1/pbi/2011 ttg penilaian tk kesehatan Bank Umum

 PBI. No.9/PBI/2007 ttg sistem penilaian tk kesehatan Bank Umum


berdarkan Prisip Syariah.

 Penilaian TKS BU dg menggunakan pendekatan resiko scr individual dan


konsolidasi dg cakupan penilaian meliputi: profil resiko, GCG,
rentabilitas, permodalan yg hslnya dikategorikan dlm 5 PK

• SK Dir BI No.30/12/KEP/DIR, tanggal 30 April 1997 ttg Tata Cara


Penilaian tingkat kesehatan BPR
PBI No.9/17/PBI/2007 ttg Sistem Penilaian tingkat kesehatan BPRS
Cakupan penilaian TKS Bank meliputi : CAMEL (Capital, Manajemen,
Earning, Likuiditas) yg hslnya dikategorikan dlm 5 PK (Sangat sehat, Sehat,
Cukup sehat, Kurang Sehat, Tidak sehat)
 Sistem pengawasan: ada 2 pendekatan
1. pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision)
2. pengawasan berdasarkan resiko (risk based supervision)

 Pendekatan pengawasan berdsrkan kepatuhan: pengawasan yg


difokuskan kpd kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan kehati-hatian
yg terkait dg operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini berorientasi pd
kondisi bank yg lalu untuk memastikan kondisi bank ke depan akan
beroperasi dan dikelola scra baik dan benar.

 Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko: pengawasan yg difokuskan


kpd resiko-resiko yg melekat pd aktivitas fungsional bank serta sistem
pengendalian resiko. Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan
Otoritas pengawasan bank proaktif untuk melakukan pencegahan thd
permasalahan yg potensial timbul di bank, krn pendekatan RBS ini
beroientasi ke depan.
Jenis resiko: risiko kredit. Risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional,,
risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik
 Pendekatan pengawasan berdsrkan RBS mengacu kpd ketentuan Basel (I, II,
sekarang III).

 Ketentuan Basel bentuknya: International legislation (model law), mrpk


produk kesepakatan dr Basel Committee.

 Basel Committee: suatu komite yg didirikan pd th 1974 oleh gubernur bank


sentral dr negara-negara maju yg tergabung dlm G 10, yg unsurnya terdiri dr
atas wakil-wakil senior dari otoritas pengawasan bank dan bank sentral.
Sekretariat tetap nya di Basel Swiss di gedung Bank International of
International Settement (BIS).

 Tujuan Basel Committee: standarisasi pengaturan dan pengawasan bank yg


memiliki akses usaha yg bertaraf internasional, melakukan kerjasama dan
harmonisasi dlm pengawasan perbankan scr internasional.
 Produknya:
a. International Convergence of Capital Measurement and capital Standard
(1988) –Basel I. CAR 8% (4% modal utama dan 4% modal pendukung)
tujuannya u menyangga resiko kegiatan usaha bank terutama resiko kredit.

b. Consultatif Document Overview of The New Basel Capital Accord (2001) –


Basel II. Pilar 1. CAR 8%, Pilar 2. bank hrs memiliki proses internal yg
memadai untuk menilai kecukupan modal thd seluruh resiko (ada
manajemen resiko). Pilar 3. bank hrs transparansi.

c. Core Principles for Effwctive Banking Supervision (1997) yg telah direview


(2006). Ada 25 prinsip yg terbagi dlm 7 kelompok.

d. Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking


Systems (2010) – Basel III yg akan diterapkan mulai 2013 sd 2019.
Meningkatkan makroprudensia u mencegah krisis keuangan ke sektor
ekonomi dg meningkatkan kualitas manajemen resiko, GCG, transparansi.
 Basel IIIMemperkuat mikroprudensial dg mengembangkan indikator u
memantau tingkat procyclicality sistem keuangan dan mempersyarat kan
bank u menyiapkan countercyclical capital buffer (kecukupan cadangan
modal untuk menghadapi krisis keuangan ke sektor ekonomi atau mikro ke
makro). Memperkenalkan standar Liquidity Coverage Ratio (LCR).

 Indonesia telah menerapan Basel II dan akan menuntaskan penerapan Basel


III (RUU BI)
 Menurut PBI No.3/3/2011 ttg Penetapan Status dan Tindak lanjut
pengawasan bank, bhw BI (sek OJK) berwenang menetapkan status bank
dalam pengawasan yaitu:
1. Pengawasan normal: kondisi bank tdk memiliki potensi yg
membahayakan kelangsungan usahanya, pengawasan dilakukan scr
normal dan pemeriksaan dilakukan scr berkala atau sekurang-
kurangnya 1 th sekali.
2. Pengawasan intensif: Jk bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, memenuhi kriteria yg
ditetapkan OJK, pengawasan intensif dilakukan dlm waktu 1 tahun dan
dpt diperpanjang 1 tahun. Bank wajib melakukan tindakan
pengawasan yg diperintahkan OJK.
3. Pengawasan khususs: Jk bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, memenuhi kriteria yg telah
ditetapkan BI, pengawasan khusus dilakukan paling lama 3 bulan,
Bank wajib melakukan tindakan pengawasan yg diperin tahkan OJK,
jk kondisi bank memburuk OJK dpt membekukan kegiatan usaha bank.
 Tindakan yg dilakukan oleh BI (sek OJK) thd bank yg mengalami
kesulitan yg membahayakan keg us nya (Ps.37 ay (1) UU Perbnkan)
a. pemegang saham menambah modal ;
b. pemegang saham menganti Dewan Komisaris dan atau Direksi bank ;
c. bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan
modalnya ;
d. bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain ;
e. bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban ;
f. bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank
kepada pihak lain ;
g. bank dijual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada
bank atau pihak lain.
Apabila tindakan dlm ayat (1) belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi bank; dan menurut penilaian BI (sek OJK) keadaan suatu bank
dapat membahayakan sistem Perbankan, Pimpinan BI (sek OJK) dapat
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan Direksi bank untuk segera
menyelenggarakan RUPS guna membubarkan badan hukum bank dan
membentuk tim likuidasi. (Ps.37 ay (2) UU Perbankan)

Dalam hal Direksi bank tidak menyelenggarakan RUPS dalam ayat (2),
Pimpinan BI (sek OJK) meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan
penetapan yang berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim
likuidasi, dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Ps.37 ay (3) UU Perbankan)

Berkaitan dg Penetapan Status dan Tindak lanjut pengawasan khusus


bank:
3a. Bank dlm pengawasan khusus yg ditengarai Bank Berdampak Sistemik
3b. Bank dlm pengawasan khusus yg ditengarai sbg Bank Tidak berdampak
sistemik.
Men UU No.24 Th.2004 (UU LPS): Penentuan Bank gagal berdampak
sistemik (3a) atau tidak sistemik (3b) ditentukan oleh LPP/Komite
Koordinasi/KKSSK, diganti FKSSK (Men UU OJK), sek KSSK (Men UU
PPKSK)
Anggota KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan):
1. Men Keu
2. Gubernir BI
3. Dewan Komisioner OJK
4. Dewan Komisioner LPS

Tugas FKSSK berkaitan dg kondisi normal dan tdk normal (lihat Ps. 44, 45
UU OJK).
Kaitan dg kondisi tidak normal untuk pencegahan dan penanganan krisis
(pernah keluar Perpu th 2008 ttg Jaring Pengaman Sistem Keuangan) tdk
disetujui u menjadi UU, sek sudah ada UU No.9/2016 ttg PENCEGAHAN
DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN ( UU PPKSK).
FKSSK men UU OJK (Ps.44,45,46) dg adanya UU PPKSK dicabut d diganti
menjadi KSSK
LPS
Men UU LPS, Fungsi LPS:
a. menjamin simpanan nasabah penyimpan; dan
b. turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya.

Tugas LPS:
1. menjamin simpanan nasabah penyimpan
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan
b. melaksanakan penjaminan simpanan

2. Turut aktif dlm memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dg kewenangannya.


a. mempunyai kewenangan menetapkan bank gagal yg tdk berdampak sistemik.
b. mempunyai kewenangan panganganan bank gagal yg berdampak sistemik.

Bank gagal: bank yg mengalami kesulitan keu d membahayakan keg usaha nya
serta tdk dpt diselamatkan lagi oleh LPP (BI dsn OJK)
Penjaminan Simpanan Nasabah Bank (UU LPS jo Perat LPS
No.2/PLPS/2010)
 Setiap Bank menjadi peserta penjaminan
 Yang dijamin Nasabah penyimpan bank (giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan
d bentuk lain yg dipersamakan dg itu)
 Nilai yg dijamin Rp.2 M untuk setiap nasabah (Perat LPS No.2/PLPS/2010)
 Premi penjaminan dibayarkan dlm 2 periode (jan sd Juni, Jul sd Des), 0,1% setiap
bank dr rata saldo bulanan total simpanan dlm setiap bank.
 Pembayaran klaim wajib dibayar LPS kpd Nasabah penyimpan dari Bank yg dicabut
ijinnya
 Klaim penjaminan yg dinyatakan tdk layak bayar:
a. data Simpanan nasabah dimaksud tidak tercatat pada bank;
b. Nasabah Penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar;
dan/atau
c. Nasabah Penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi
tidak sehat.
 Nasabah yg dirugikan dapat:
a. Mengajukan keberatan kpd LPS di dukung alat bukti nyata d jelas, atau
b. Melakkan upaya hukum melalui pengadilan
-
Penyelesaian dan penanganan Bank Gagal:
a. Penyelamatan/tdk Bank Gagal Yg Tdk Berdampak Sistemik. Jk tdk
diselamatkan diusulkan u dicabut ijinnya oleh LPP, kmd dilikuidasi oleh
LPS.
b. Penyelamatan Bank Gagal berdampak sistemik dg mengikutsertakan
pemegang saham lama atau tanpa mengikutsertakan pemegang saham lama.

Likuidasi Bank Gagal oleh LPS


LPS melakukan tindakan sebagai berikut:
a. melakukan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2);
b. memberikan talangan untuk pembayaran gaji pegawai yang terutang dan
talangan pesangon pegawai sebesar jumlah minimum pesangon sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan;
c. melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pengamanan aset bank
sebelum proses likuidasi dimulai; dan
d. memutuskan pembubaran badan hukum bank, membentuk tim likuidasi, dan
menyatakan status bank sebagai bank dalam likuidasi, berdasarkan
kewenangan sebagaimana dimaksud pada huruf a. (Ps.43 UU LPS)
Ps.45 UU LPS:
(1) Keputusan pembubaran badan hukum bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
huruf d wajib:
a. didaftarkan dalam daftar perusahaan dan di panitera pengadilan negeri yang meliputi
tempat kedudukan bank yang bersangkutan;
b. diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan 2 (dua) surat kabar harian
yang mempunyai peredaran luas; dan
c. diberitahukan kepada instansi yang berwenang.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memuat pula pernyataan
bahwa seluruh aset bank dalam likuidasi berada dalam tanggung jawab dan
pengurusan tim likuidasi.

Ps. 46 UU LPS:
(1) Pelaksanaan likuidasi bank dilakukan oleh tim likuidasi.
(2) Dengan terbentuknya tim likuidasi, tanggung jawab dan kepengurusan bank dalam
likuidasi dilaksanakan oleh tim likuidasi.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, tim likuidasi berwenang mewakili bank dalam likuidasi
dalam segala hal yang berkaitan dalam penyelesaian hak dan kewajiban bank
Ps. 53 UU LPS::
Likuidasi bank dilakukan dengan cara:
a. pencairan aset dan/atau penagihan piutang kepada para debitur diikuti
dengan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil
pencairan dan/atau penagihan tersebut; atau
b. pengalihan aset dan kewajiban bank kepada pihak lain berdasarkan
persetujuan LPS.

Ps.54 UU LPS:
Pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan
dan/atau penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dilakukan
dengan urutan sebagai berikut:
a. penggantian atas talangan pembayaran gaji pegawai yang terutang;
b. penggantian atas pembayaran talangan pesangon pegawai;
c. biaya perkara di pengadilan, biaya lelang yang terutang, dan biaya
operasional kantor;
d. biaya penyelamatan yang dikeluarkan oleh LPS dan/atau pembayaran atas
klaim Penjaminan yang harus dibayarkan oleh LPS;
e. pajak yang terutang;
f. bagian Simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dibayarkan
penjaminannya dan Simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak dijamin;
dan
g. hak dari kreditur lainnya.

Pasal 58 UU LPS:
Status badan hukum bank yang dilikuidasi hapus sejak tanggal
pengumuman berakhirnya likuidasi dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ps.61 UU LPS:
(1) Likuidasi bank yang dicabut izin usahanya atas permintaan pemegang
saham sendiri dilakukan oleh pemegang saham yang bersangkutan.
(2) LPS tidak membayar klaim Penjaminan Nasabah Penyimpan dari bank
yang dicabut izin usahanya atas permintaan pemegang saham sendiri
sebagaimana pd ayat (1)
Pengawasan Market Conduct Jasa Keuangan Oleh OJK
 Ps.5, 6 dan 7 UU OJK dpt disimpulkan bhw OJK mempunyaii kewenangan
pengaturan d pemgawasan microprudential
 Ps. 4 dan 10 g, 28 sd 31 UU OJK serta POJKNo.01/POJK 07/2013 dpt
disimpukan OJK mempunyai kewenangan pengaturan d pengawasan market
conduct JK
 Definisi market conduct, yaitu perilaku pelaku usaha jasa keuangan dalam
mendesain, menyusun dan menyampaikan informasi, menawarkan, membuat
perjanjian, atas produk dan/atau layanan serta penyelesaian sengketa dan
penanganan pengaduan.
 Tujuan pengawasan market conduct JK untuk memberikan perlindungan
konsumen dan untuk mencegah potensi kerugian pada konsumen jasa keuangan
 UU Perbankan d UU BI tdk mengatur ttg kewenangan OJK dkm market conduct
JK.
- RUU Perbankan dan RUU BI dpt disimpulkan bwh kewenangan market conduct
JK (termasuk perbankan menjadi kewenangan BI d OJK berbagi sesuai dg
perUUan)
 OJK mencanangkan strategi perlindungan konsumen u jangka waktu 2013
sd 2027, strateginya ada 4 pilar, yaitu: Pilar 1. Infra struktur; Pilar 2.
Regulasi; Pilar 3. Market Conduct; Pilar 4. Edukasi dan Komunikasi.

 Strategi pengawasan market conduct JK yaitu:


a. SDM yg akan melaksanakan fungsi pengawasan yg berupa
- pemantauan scr tematik (thematic surveillance) dg teknik intelijen
a.l mystery calling, mystery shopping, in-depth interview, dan
customer testimony,
- pengawasan tematik (thematic supervision), dan analisis market
conduct serta penilaian risiko, pelaksanaanya bersinergi dg
pengawasan prudential.
b. Menyediakan sistem informasi untuk mendukung pelaksanaan
market conduct.
c. Menyinergikan pelaksanaan pengawasan market conduct dengan
pengawasan prudential.
- Pelaksanaan pengawasan market conduct JK perbankan oleh OJK, secara
keseluruhan baru dilaksanakan oleh Kantor OJK Pusat di Directorat
Market Conduct (pemantauan tematik d pengawasan tematik ttg
perjanjian baku, kegiatan telemarketing, dan kerahasiaan data )

- Sementara OJK di wilayah Jawa Tengah baru melaksanakan kewajiban


edukasi dan pelayanan pengaduan konsumen dari POJK No.
1/POJK.07/2013. Dengan demikian perlindungan konsumen jasa
keuangan belum dilaksanakan secara maksimal di kantor OJK wilayah
Jawa Tengah.

- Sekarang ini masih ada kelemahan dalam pengaturan tentang


kewenangan pengawasan market conduct JK oleh OJK, oleh karena itu
untuk penguatan segera UU BI, UU Perbankan dan UU OJK dilakukan
amandemen, sehingga ada kepastian hukum terhadap kewenangan BI dan
OJK dalam pengaturan dan pengawasan market conduct PUJK
perbankan.
BI
Dasar hukum: UU No.23/1999 ttg BI jo UU No.3/2004 jo UU No.6/2009 (sdh ada draf RUU BI yg
disusun DPR)
Tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
Tugas BI:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan di bidang stabilitas sistem keuangan dan
makroprudensial (dlm draf RUU BI)
Penjabaran tugas BI:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter (ps.10 sd 14)
- Kewenangan BI dlm menetapkan d melaksanakan kebijakan moneter (menetapkan sasaran-
sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi, melakukan pengendalian moneter dg
cara men UU)
- BI dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu
paling lama 90 hari kpd Bank u mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang
bersangkutan.
- BI melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan.
- BI mengelola cadangan devisa.
- BI dpt menyelenggarakan survey scr berkala atau se waktu2 u mendukung pelaksanaan tugas
BI
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran .
- Kewenangan BI dlm mengatur d menjaga kelancaran sistem
pembayaran (melaksanakan dan memberikan persetujuan d izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran; mewajibkan penyelenggara
jasa sistem pembayaran u menyampaikan laporan tentang
kegiatannya; menetapkan penggunaan alat pembayaran).
- BI berwenang mengatur sistem kliring antarbank dlm mata uang
rupiah dan/atau valuta asing.
TINDAK PIDANA PERBANKAN & WEWENANG OJK
Tindak Pidana Bank
 Tipibank berkaitan dg perizinan (Ps.46 UUP d Ps.59 UUPS)
 Tipibank berkaitan dg rahasia bank (Ps.47-47A UUP d Ps.60-61 UUPS)
 Tipibank berkaitan dg pengawasan bank (Ps.48 UUP d Ps.62 UUPS)
 Tipibank berkaitan dg kegiatan usaha bank (Ps.49 UUP d Ps.63 UUPS)
 Tipibank berkaitan dg pihak terafiliasi (Ps.50 UUP d Ps.64 UUPS)
 Tipibank berkaitan dg pemegang saham (Ps.50A UUP d Ps.65 d 66 UUPS)
 Fraud di bidang perbankan (SE BI No.13/28/DPNP 2011), jenis fraud: kecurangan,
penipuan, penggelapan aset, pembocoran informasi, tindak pidana perbankan, tindakan
lain yg dipersamakan dg itu.

Wewenang OJK:
- Fungsi pengawasan: dilakukan oleh pengawas OJK, salah satu cara awal diketahui
tipibank,fraud, penyampaian dugaan tipibank.
- Fungsi pemeriksaan: dilakukan oleh investigator OJK, proses penentuan dugaan tipibank,
pelaporan kpd Penyidik.
- Fungsi penyidikan: dilakukan oleh Penyidik Polri d PPNS, pelaksanaan penyelidikan d
penyidikan, penyampaian perkara ke proses penuntutan jaksa.
PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA PERBANKAN

 Yg dimaksud sengketa perbankan adalah sengketa antara PUJK/Bank dg


Konsumen/Nasabah.

 Men Ps. 41 dan 42 POJK No.06/POJK.07/2022:


PUJK dilarang mengenakan biaya kepada Konsumen dalam melaksanakan
kebijakan dan prosedur layanan pengaduan.
Ketentuan mengenai layanan pengaduan dilaksanakan sesuai dengan POJK
mengenai layanan pengaduan Konsumen di sektor jasa keuangan. (Ps.41)

Dalam hal layanan pengaduan Konsumen oleh PUJK tidak tercapai


kesepakatan, Konsumen dapat melakukan penyelesaian sengketa di luar
pengadilan atau melalui pengadilan.
Penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan di luar pengadilan dilakukan
melalui LAPS SJK (Sektor Jasa Keuangan) dan Ketentuan mengenai LAPS
SJK dilaksanakan sesuai dengan POJK LAPS SJK.
LAPS SJK
(Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan)

• Dasar hk pendirian LAPS SJK:


UU No.30/1999 ttg Arbitrase d Alternatif Penyelesaian Sengketa; Peraturan MA No.1/2016 ttg Prosedur
Mediasi di Pengadilan; POJK No.1/2013 ttg Perlindungan Hukum di Sektor Jasa Keuangan; POJK
No.61/POJK.07/2020 ttg Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan

• LAPS SJK mulai beroperasi 1 Januari 2021

• LAPS SJK adalah lembaga yang melakukan penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan di luar
pengadilan.

• PUJK adalah BU, BPR, Perantara Pedagang Efek, Manajer Investasi, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Reasuransi, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Pergadaian, Perusahaan Penjaminan,
Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Penyelenggara Layanan
Urun Dana, Lembaga Keuangan Mikro, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, PT Permodalan Nasional
Madani (Persero), dan lembaga jasa keuangan lainnya yang melakukan kegiatan keperantaraan,
pengelolaan dana, dan penyimpanan dana di sektor jasa keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional maupun secara syariah, berdasarkan ketentuan perUUan di sektor jasa
keuangan.

• Konsumen adalah adalah pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang
tersedia di PUJK
 Isu Hukum Perbankan:
RUU Perbankan:
 Kelahiran OJK yg berakibat pd kewenangan BI (macroprudential) dan OJK
(microprudential), kelahiran LPS.

 Globalisasi, Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) berkaitan dengan pengaturan


perizinan bank asing dan kantor cabangnya, kepemilikan asing pd perbankan
Indonesia, kegiatan usaha bank asing di Indonesia, penggunaan tenaga asing
di perbankan.

 Pengaturan Bank Umum dan BPR berkaitan dg tujuan pembentukannya, keg


usaha, resiko yang dihadapi, pengelolaannya, pengawasannya.

 Tentang konglomerasi perbankan perlu dicermati dan memerlukan pengaturan


tentang bentuk perusahaan holding dan penerapan pengawasan terintegrasi
berkaitan dg dampak sistemik kepada anak-anak perusahaan saat induknya
mengalami kerugian.

 Tentang perlindungan konsumen bentuk pengawasannya.

Anda mungkin juga menyukai