Anda di halaman 1dari 6

DINDA PUTRIYANI

E2B022024
TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP
PENYANGKALAN TANDATANGAN SURAT DI
BAWAH TANGAN YANG TELAH DISAHKAN
DIHADAPANNYA LATAR BELAKANG
MASALAH

Akta Notaris dapat mengalami degradasi menjadi akta di bawah tangan, penyebab umumnya adalah Ketika si pembuat akta tidak cakap
dalam membuat akta tersebut sehingga hanya memiliki kekuatan dibawah tangan saja. Pasal 1878 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan bahwa akta di bawa tangan yaitu harus ditulis dengan tangan si penanda itu sendiri secara keseluruhan, ketika para pihak
tidak ingin menuliskan perjanjian dengan tulisan tangan secara keseluruhan, maka jika dalam perjanjian tersebut membahas mengenai
suatu harta atau uang hendaknya dilakukan dengan tulis tangan.
Dampak degradasi oleh Undang-Undang Jabatan Notaris tidak diatur sanksi bagi Notaris yang berdampak secara langsung, akan tetapi
pihak yang bersangkutan dapat menuntut Notaris untuk mengganti kerugian, biaya, dan bunga dengan dasar akta tersebut mengalami
degradasi. Pendaftaran surat di bawah tangan atau biasa dikenal waarmerking belum diatur secara khusus maupun secara redaksional,
akan tetapi legalisasi mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 15 Ayat (2) ayat a Undang-Undang Jabatan Notaris yang
menyebutkan bahwa Notaris berwenang mengesahkan tandatangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan
mendaftar di buku khusus. Oleh karena itu, akta dibawah tangan tidak memiliki dasar hukum yang tidak jelas dan tidak ada aturan yang
mengatur mengenai kekuatan hukum akta dibawah tangan yang telah didaftarkan oleh Notaris itu sendiri sekalipun dalam Undang-
Undang Jabatan Notaris (Wardhani, 2020). Surat perjanjian bawah tangan yang telah dibuat oleh para pihak yang bersangkutan
sebaiknya segera diberikan kepada Notaris untuk dilakukan engecekan mengenai keabsahan surat tersebut dan juga diberikan arahan
mengenai akibat hukum yang akan terjadi setelah ditandatangani di hadapan Notaris agar jelas kepastian hukumnya. Hal-hal yang
mengatur mengenai akta di bawah tangan diatur dalam Pasal 1874-1984 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Salah satu permasalahan
yang timbul adalah Ketika ada pihak yang melakukan penyangkalan atas tanda tangan surat bawah tangan yang telah disahkan
dihadapan Notaris. Atas landasan permasalahan tersebut penulis membuat artikel ini yang membahas mengenai bagaimana tanggung
jawab notaris terhadap penyangkalan tandatangan surat di bawah tangan yang telah disahkan dihadapannya. Adanya akta autentik yang
sah dapat membantu hakim dalam memberikan keputusan yang final. Karena, dengan adanya keabsahan yang sah dalam suatu barang
bukti dapat dijadikan landasan untuk mempertimbangkan suatu putusan.
 
RUMUSAN MASALAH

Bagaimana akibat
Bagaimana tanggung hukum terhadap pihak
jawab atas yang melakukan
tandatangan didalam penyangkalan atas
surat perjanjian di
tandatangan surat
bawah tangan yang
telah dilegalisasi oleh dibawah tangan yang
Notaris? telah disahkan
dihadapan Notaris?
 Pasal 1320 Kitab
 Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Undang-Undang Hukum
Hukum Perdata menjelaskan mengenai
ketentuan akta autentik.
Perdata.
 Pasal 1874 Kitab Undang-Undang  Pasal 1868-1869 Kitab
Hukum Perdata menjelaskan bahwa Undang-Undang Hukum
perjanjian yang termasuk kedalam
Perdata.
perjanjian di bawah tangan.
 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor  Undang-Undang Jabatan
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Notaris Pasal 15 ayat (2)
 Hukum mengatur mengenai alat bukti huruf b
yang diatur dalam Pasal 138, 165, 167
HIR dan Pasal 1867-1894 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris, Pasal 15 ayat (2)
huruf a .
METODE
PENELITIAN

Jenis penelitian :
penelitian yuridis normatif
yang dilakukan guna mengkaji penerapan
norma maupun kaidah-kaidah yang berlaku
didalam masyarakat.

HASIL PENELITIAN :

 Hukum mengatur mengenai alat bukti yang diatur dalam Pasal 138, 165, 167 HIR dan Pasal 1867-1894 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Akta di bawah tangan yang telah didaftarkan oleh Notaris kekuatan
pembuktiannya dinyatakan sama seperti akta di bawah tangan yang tidak didaftakan oleh Notaris sekalipun
terdapat cap jabatan dan tanda tangan Notaris dalam akta di bawah tangan tersebut . Pembuktian dalam
persidangan bila yang diajukan hanya berupa akta di bawah tangan saja maka perlu diupayakan alat bukti lainnya
untuk mendukung akta tersebut menjadi bukti yang dianggap cukup untuk mencapai kebenaran hukumnya .
 Kekuatan akta di bawah tangan memang tidak sekuat dengan akta autentik karena tidak mengikat kepada hakim
dan jika tanda tangan ataupun cap yang telah tercantum didalam akta terdapat aduan ataupun gugatan bahwa
yang telah tercantum tersebut bukan merupakan tanda tangan atau cap dari satu atau beberapa pihak yang
menyangkal maka pihak yang mengajukan akta bawah tangan tersebut harus berusaha membuktikan bahwa tanda
tangan ataipun cap yang terdapat dalam akta tersebut memang benar dilakukan oleh pihak yang telah menyangkal
tersebut. Pasal 15 Ayat (2) huruf b, yang menyatakan bahwa Notaris memiliki kewenangan untuk membukukan
surat di bawah tangan dengan mendaftarkannya kedalam buku khusus. Undang-Undang Jabatan Notaris tidak
menjelaskan secara detail agar Notaris melakukan pengecekan ulang, memeriksa isi dari perjanjian, dan
memanggil pihak yang bersangkutan sesuai isi perjanjian di bawah tangan tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai