Anda di halaman 1dari 15

PENGGUNAAN SURROGATE SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

DALAM AKTA NOTARIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP


KEDUDUKAN AKTA

Hatta Isnaini Wahyu Utomo


Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
e-mail : hatta.isnaini@yahoo.com

ABSTRACT - Hand signature within authentic deeds has basic legal function as an
identity or recognition to legalize all rights coupled with obligations that are written
inside the authentic deeds.Based on regulation concerning Notary Public Functional
Position (Undang-Undang Jabatan Notaris), authentic deeds shall contain signatures by
all parties (notary public, witness, first and second parties) that are mentioned within the
authentic deeds. It can be seen that the regulation above stimulates a problem when one
of the parties is not able to give signature within the authentic deeds. In order to solve
above mentionedissues, it can be replaced by recognition letter which is in notarial
science it is known as Surrogate.

Keywords: Notarial Deeds, Signature, Surrogate.

PENDAHULUAN penting dalam setiap hubungan hukum da-


Undang-Undang Dasar Negara Re- lam kehidupan masyarakat. Dalam ber-
publik Indonesia Tahun 1945 menentukan bagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang
secara tegas bahwa negara Republik In- perbankan, pertanahan, kegiatan sosial,
donesia adalah negara hukum. Prinsip ne- dan lain-lain, kebutuhan akan pembuktian
gara hukum menjamin kepastian, ketertib- tertulis berupa akta otentik makin me-
an, dan perlindungan hukum yang berin- ningkat sejalan dengan berkembangnya
tikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, tuntutan akan kepastian hukum dalam
ketertiban dan perlindungan hukum me- berbagai hubungan ekonomi dan sosial,
nuntut, antara lain, bahwa lalu lintas hu- baik pada tingkat nasional, regional, mau-
kum dalam kehidupan masyarakat memer- pun global.
lukan adanya alat bukti yang menentukan Berdasarkan rumusan dalam Pasal
dengan jelas hak dan kewajiban seseorang 1868 Burgerlijk Wetboek (selanjutnya
sebagai subjek hukum dalam masyarakat1. ditulis BW), dapat diuraikan bahwa syarat
Akta otentik sebagai alat bukti ter- agar dapat disebut sebagai akta otentik
kuat dan terpenuh mempunyai peranan adalah
1
Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
1. Dibuat dalam bentuk yang telah diten- sungguh telah dimengerti dan sesuai de-
tukan oleh Undang-Undang. ngan kehendak para pihak, yaitu dengan
2. Dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang cara membacakannya sehingga menjadi
berwenang. jelas isi Akta Notaris, serta memberikan
3. Dibuat di tempat yang wilayahnya ma- akses terhadap informasi mengenai Pe-
sih di dalam kewenangan pejabat yang raturan Perundang-Undangan yang terkait
membuat akta tersebut. bagi para pihak yang akan menandatangani
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang- akta. Dengan demikian, para pihak dapat
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang menentukan dengan bebas untuk menye-
Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah tujui atau tidak menyetujui isi Akta Nota-
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun ris yang akan ditandatanganinya
2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Tanda tangan pada suatu akta
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang otentik sesungguhnya mempunyai dua
Jabatan Notaris (selanjutnya ditulis UUJN) fungsi hukum dasar, yaitu :
Notaris didefinisikan sebagai peja-bat 1. Tanda identitas Penandatangan
umum yang berwenang untuk mem-buat 2. Sebagai tanda persetujuan dari Penan-
akta otentik dan kewenangan lainnya. datangan terhadap kewajiban-kewaji-
Defenisi yang diberikan oleh Undang- ban yang melekat pada akta.
Undang ini merujuk pada tugas dan wewe- Berdasarkan kedua fungsi hukum ini
nang yang dijalankan oleh Notaris. Artinya maka dapat ditarik suatu kesimpulan bah-
Notaris memliki tugas sebagai pejabat wa tanda tangan adalah sebuah identitas
umum dan memiliki wewenang untuk yang berfungsi sebagai tanda persetujuan
membuat akta otentik serta kewenangan terhadap kewajiban-kewajiban yang mele-
lainnya yang diatur oleh Undang-Undang kat pada akta.
Jabatan Notaris 2. Jika dilihat dari UUJN, tanda tangan
Akta otentik pada hakikatnya me- merupakan aspek formal yang harus dipe-
muat kebenaran formal sesuai dengan apa nuhi dalam pembuatan Minuta Akta. Da-
yang diberitahukan para pihak kepada No- lam Pasal 1 angka 8 UUJN disebutkan
taris. Namun, Notaris mempunyai kewa- bahwa Minuta akta adalah asli akta yang
jiban untuk memastikan bahwa apa yang mencantumkan tanda tangan para peng-
termuat dalam Akta Notaris sungguh- hadap, saksi dan Notaris, yang disimpan
2 sebagai bagian dari Protokol Notaris. Ber-
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan
Indonesia persfektif Hukum dan Etika, UII Press, dasarkan pengertian tersebut maka norma
Yogyakarta , 2009, hal 14.
dalam minuta harus ada tanda tangan para tuan tersebut di atas maka kedudukan dari
penghadap, tanda tangan para saksi dan tanda tangan tersebut dapat digantikan de-
tanda tangan Notaris3. Dari ketentuan ter- ngan suatu keterangan yang dalam ilmu
sebut muncul sebuah pertanyaan bagai- kenotariatan dikenal dengan Surrogate.
mana untuk para penghadap yang tidak Surrogate berasal dari bahasa
mampu secara fisik untuk membubuhkan Belanda yang artinya “Pengganti” 4 . Bila
tanda tangannya? dikaitkan dengan apa yang telah diuraikan
Dari permasalahan tersebut di atas, di atas maka Surrogate adalah pengganti
bahwa pada umumnya dalam kenyataan dari tanda tangan yang mana digunakan
yang terjadi apabila ada penghadap yang apabila penghadap menyatakan tidak dapat
tidak mampu untuk membubuhkan tanda membubuhkan tanda tangan karena suatu
tangan karena keterbatasan fisik misalkan sebab tertentu dan alasan tersebut dinyata-
karena sakit stroke, parkinson dan lain- kan dengan tegas dalam akta yang dibuat.
lain. masih sering dijumpai Notaris meng- Hal tersebut menurut Habib Adjie dikata-
ambil sidik jari dari penghadap sebagai kan sebagai “Keterangan Terhalang Untuk
pengganti tanda tangan dengan cara meng- Menulis”5.
angkat tangan dari penghadap tersebut. Hal Masih sedikitnya pemahaman ten-
tersebut dapat dikatakan bukan kehendak tang cara penggunaan Surrogate dalam du-
bebas dari penghadap dan jika di kemudian nia Kenotariatan di Indonesia menim-
hari penghadap dapat membuktikan maka bulkan kekhawatiran tentang bagaimana
Akta Notaris dapat dibatalkan melalui kedudukan hukum akta notaris yang di
putusan pengadilan. dalamnya menggunakan Surrogate sebagai
Dalam Pasal 44 ayat (1) UUJN dise- pengganti tanda tangan pada akta notaris
butkan bahwa Segera setelah akta dibaca- tersebut. Hal tersebut disebabkan di dalam
kan akta tersebut ditandatangani oleh seti- UUJN tidak dijelaskan mengenai tata cara
ap penghadap, saksi dan Notaris, kecuali penggunaan Surrogate dan dalam keten-
apabila ada penghadap yang tidak dapat tuan “terhalang untuk menulis” yang se-
membubuhkan tanda tangan dengan me- perti apakah Surrogate dapat digunakan
nyebutkan alasannya. Berdasarkan keten- dalam Akta Notaris.

3
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris
Indonesia (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
4
Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang https://translate.google.com/?hl=id#nl/id/Surrogate
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), , diakses Rabu, 9 Juli 2015, Pukul 23.30
5
Refika Aditama, Bandung, 2015, hal 17-18. Habib Adjie, Op Cit, hal. 29
METODE PENELITIAN orang tersebut telah mengetahui, menerima
Dalam penelitian ini digunakan tipe atau setuju.
penelitian yuridis normatif, artinya pene- Sebuah buku disertasi dengan judul
litian ini didasarkan pada penelusuran stu- Het Rechtskarakter van de Onderteeke-
di pustaka atas seperangkat norma yang te- ning, yang ditulis pada tahun 1892, mem-
lah ada, khususnya Undang-Undang No- bahas soal tersebut. Dengan disertasi itu
mor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Mr. C. J. J. De Joncheere telah memper-
Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun oleh gelar doctor in de rechtswetenschap
2004 Tentang Jabatan Notaris. di Amsterdam, Belanda. Di dalamnya di-
Penelitian ini menggunakan pende- bahas antara lain tujuan dan maksud
katan Peraturan Perundang - Undangan (strekking) suatu tanda tangan dan lagi
(Statute Approach) dan pendekatan pene- syarat-syarat yang diperlukan pada suatu
litian melalui konsep, asas, doktrin dan tulisan untuk menetapkannya sebagai tan-
pendapat para sarjana (Conseptul Appro- da tangan. Cukupkah suatu tanda tangan
ach) saja atau diperbolehkan juga tanda silang,
paraf, tulisan atau coret-coretan saja yang
PEMBAHASAN sukar dibaca?7
Arti kata “menandatangani” (onder-
Kedudukan Tanda Tangan Dalam Akta
tekenan) secara etimologis (ilmu asal-usul
Notaris
suatu kata) mudah ditemui, yaitu memberi
Tanda tangan atau dalam bahasa
tanda (teken) di bawah sesuatu. Tetapi
Inggris disebut signature berasal dari kata
menurut De Joncheere dalam praktek pe-
signare yang berarti "Tanda" atau Paraf
makaian kata itu, definisi yang tertulis di
adalah tulisan tangan yang kadang-kadang
atas tidak memuaskan dan pemakaian
diberi gaya tulisan tertentu dari nama
sehari-hari memberi pengertian yang lebih
seseorang atau tanda identifikasi lainnya
khas; hal itu mungkin juga dimaksudkan
yang ditulis pada dokumen sebagai sebuah
oleh pembuat Undang-Undang. Walaupun
bukti dari identitas pribadi dan kemauan6.
demikian, dalam Undang-Undang tidak
Tanda tersebut sebagai lambang nama
terdapat penjelasan kata “penandatangan-
yang dituliskan dengan tangan oleh orang
an”.
itu sendiri sebagai penanda pribadi bahwa

7
De Joncheere dalam Tan Thong Kie, Studi
Notariat Dan Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtisar
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_tangan Baru Van Hoeve, Jakarta, 2007, hal 472.
De Joncheere berpendapat, bahwa nyamakannya dengan suatu tanda ta-
tanda tangan tidak berdiri sendiri, penda- ngan. Ia berpendapat bahwa harus dibe-
patnya ini didasarkan pada kata Belanda dakan tanda tangan seorang yang tidak
ondertekenen. Terjemahan kata itu secara dapat menulis dan tanda tangan seorang
mendetail adalah “membuat tanda di ba- yang tidak mau menulis dengan baik.
wah” (onder). Jadi “membuat tanda” itu De Joncheere berpendapat bahwa tanda
harus “di bawah” sesuatu dan sesuatu itu tangan seseorang harus mempunyai si-
adalah tulisan (terjemahan unsur “di ba- fat individual (individueel karakter) da-
wah” ini tidak terdapat dalam bahasa lam bentuk huruf yang ditulisnya, Se-
8
Indonesia). hingga De Joncheree membuat konklusi
Selanjutnya masih menurut De bahwa setiap tanda tangan yang ditulis
Joncheere9 bentuk suatu tanda tangan se- dengan tangannya sendiri memenuhi
bagai berikut: syarat-syarat tentang bentuk suatu
a. Tanda tangan yang dibuat secara penandatanganan yang sah.
menulis perlahan-lahan, seolah-olah b. Tanda tangan yang dibuat dengan mesin
dilukis oleh orang yang tidak banyak cetak (drukpers), termasuk stempel tan-
menulis sehingga huruf-hurufnya jelas da tangan, dianggap oleh De Joncheree
sekali terbaca, dibandingkan dengan itu tidak mempunyai sifat individual
tanda tangan seorang yang peker- yang diperlukan untuk suatu tanda
jaannya sehari - hari menandatangani tangan.
banyak surat dan dokumen, umpamanya c. Tanda tangan yang dibuat dengan klise
seorang pemegang kas Bank yang (umpamanya di atas uang kertas),
menandatangani berpuluh-puluh kuitan- menurut De Joncheree itu, mengandung
si dan sebagainya, demikian sering segala gambar halus suatu tanda tangan
membubuhkan tanda tangannya sehing- dan memenuhi jaminan mengenai keas-
ga huruf-hurufnya sulit dibaca dan ting- liannya, yaitu sifat individual tulisan-
gal coret-coretan saja. Apakah yang nya.
terakhir ini juga dapat dianggap suatu d. Tanda tangan yang dibuat dengan
tanda tangan? bantuan orang lain tidak berlaku seba-
Para ahli hukum dalam hal ini tidak se- gai tanda tangan11.
pendapat. Diephuis 10 tidak setuju me-

8 10
Ibid. Diephuis dalam Tan Thong Kie, Ibid.
9 11
Ibid, hal 475 Ibid, hal 476
Secara ilmiah maksud dan tujuan dan B dapat diidentifisir dari tanda tangan
dari tanda tangan adalah suatu fakta hu- yang dibubuhkan pada akta-akta tersebut.
kum (rechtsfeit), yaitu suatu pernyataan Oleh karena itu nama atau tanda tangan
kemauan pembuat tanda tangan (penanda- yang ditulis dengan huruf balok tidaklah
tanganan), bahwa ia dengan membubuh- cukup, karena dari tulisan huruf balok itu
kan tanda tangannya di bawah suatu tulis- tidak berapa tampak ciri-ciri atau sifat-sifat
an menghendaki agar tulisan itu dalam hu- si pembuat.
kum dianggap sebagai tulisannya sendiri. Selanjutnya menurut Habib Adjie,
Inilah arti yuridis penandatanganan12. fungsi tanda tangan penghadap dalam pan-
Mengenai tujuan dari tanda tangan dangan notaris antara lain :
dalam akta Notaris, Arianto Mukti a. Identifikasi diri atau tanda diri dari
Wibowo berpendapat bahwa tujuan sebuah yang bersangkutan;
tanda tangan adalah untuk memberikan ciri b. Bukti bahwa yang bersangkutan telah
atau mengindividualisir suatu akta13. menghadap notaris;
Menurut Sudikno Mertokusumo, Ak- c. Persetujuan bahwa penghadap setuju
ta adalah surat sebagai alat bukti yang dengan segala sesuatu yang tersebut
diberi tanda tangan, yang berisi tentang atau tercantum dalam akta. 15
peristiwa yang menjadi dasar suatu hak Secara umum, penandatanganan su-
atau perikatan, yang sejak semula dibuat atu dokumen atau akta otentik bertujuan
dengan sengaja untuk tujuan pembuktian.14 untuk memenuhi keempat unsur di bawah
Jadi untuk dapat digolongkan dalam pe- ini :
ngertian akta maka surat harus ditanda 1. Bukti: Sebuah tanda tangan mengoten-
tangani. Keharusan adanya tanda tangan tikasikan suatu dokumen dengan meng-
tidak lain bertujuan untuk membedakan identifikasikan penandatangan dengan
akta yang satu dari akta yang lain atau dari dokumen yang ditandatangani.
akta yang dibuat orang lain. Jadi fungsi 2. Formalitas: Penandatanganan suatu do-
tanda tangan tidak lain adalah untuk kumen „memaksa‟ pihak yang menan-
memberi ciri atau untuk mengindividual- datangani untuk mengakui pentingnya
isir, sebuah akta. Akta yang dibuat oleh A dokumen tersebut.
3. Persetujuan: Dalam beberapa kondisi
12
Ibid.
13
Arianto Mukti Wibowo, Dalam Naskah yang disebutkan dalam hukum, sebuah
Akademik RUU Tanda Tangan Elektronik dan tanda tangan menyatakan persetujuan
Transaksi Elektronik, 2001, hal. 66
14
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata
15
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2002, hal.142 Habib Adjie, Op Cit, hal 21
pihak yang menandatangani terhadap isi Berkaitan dengan tanda tangan
dari dokumen yang ditandatangani. dalam akta Partij, R. Soesanto 17 berpen-
4. Efisiensi: Sebuah tanda tangan pada dapat bahwa penandatanganan oleh orang
dokumen tertulis sering menyatakan yang tidak dapat menulis tetapi dengan
klarifikasi pada suatu transaksi dan bantuan pihak lain tidak diakui sebagai
menghindari akibat-akibat yang tersirat tanda tangannya. Memberi coretan atau
di luar apa yang telah dituliskan. tanda silang tidak dapat dianggap tanda ta-
Surrogate Sebagai Pengganti Tanda ngan. Penandatanganan boleh disertai na-
Tangan Dalam Akta Notaris ma kecil dan boleh tidak. Seorang wanita
yang telah telah kawin atau sudah jadi jan-
Seperti yang telah disebutkan
da harus memberi tanda tangan namanya
sebelumnya, penandatanganan dari akta
sendiri.”
oleh para penghadap merupakan syarat
Pendapat R. Soesanto tersebut
yang tidak dapat ditiadakan dalam sesuatu
diatas sejalan dengan pendapat dari G.H.S.
“partij-akte” dan merupakan syarat formal
Lumban Tobing yang menyebutkan bahwa
dari akta otentik yang telah ditentukan oleh
Akta itu harus ditandatangani oleh semua
UUJN.
penghadap. Undang-Undang menghendaki
Keharusan mengenai adanya tanda
bahwa penandatanganan itu dilakukan
tangan dalam akta Notaris tidak diperlukan
sendiri oleh para penghadap, artinya tanda
jika berkaitan dengan akta Relaas (akta
tangan itu harus dibubuhkan oleh para
berita acara). Berdasarkan Pasal 46 UUJN,
penghadap sendiri. Hal ini berarti bahwa
pada akta Relaas tidak selalu terdapat
penandatanganan akta oleh penghadap
tanda tangan bahkan tidak diperlukan
tidak boleh dikendalikan oleh orang lain
tanda tangan tanda tangan penghadap.
dan jika terjadi demikian maka penan-
Contohnya pada anggaran dasar Perseroan
datanganan tersebut dianggap sebagai
Terbatas, Yayasan, Perkumpulan dan Ko-
tidak ada.18
perasi selalu ada klausul bahwa jika Berita
Masih menurut G.H.S Lumban
Acara Rapat dibuat oleh Notaris maka ti-
Tobing 19 , ketentuan dalam Pasal 28 ayat
dak diperlukan tanda tangan para peng-
(3) Peraturan Jabatan Notaris membuka
hadap.16
17
R. Soesanto, Tugas, Kewajiban Dan Hak-Hak
Notaris, Wakil Notaris (Sementara), Pradnya
Paramita, Jakarta, 1978, hal. 110.
18
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan
Notaris, Erlangga, Jakarta, 1983, hal. 168
16 19
Ibid, hal. 33 Ibid, hal. 172-173
jalan bagi orang-orang buta huruf atau datangannya di bawah akta itu, seka-
orang-orang yang karena kecelakaan atau lipun ia mempunyai keahlian menulis.
sebab-sebab lain tidak dapat membubuh- Jadi penghadap yang tidak dapat
kan tandatangannya pada akta, agar mere- menandatanganinya (karena tidak pandai
ka juga dapat membuat janji “partij-akte” menulis) atau oleh karena berhalangan,
di hadapan Notaris. memberikan keterangan :
Dalam pada itu dalam beberapa hal “saya mau menandatanganinya,
dan berdasarkan syarat-syarat tertentu, pe- akan tetapi saya tidak pandai me-
nulis dan karenanya saya tidak dapat
nandatanganan itu dapat ditiadakan, na- membubuhkan tanda tangan saya”
mun akta itu memuat juga keterangan- atau menerangkan :
keterangan dari para penghadap. Hal ini
“saya berhalangan untuk membu-
dimungkinkan oleh Pasal 28 ayat (3) Pera- buhkan tanda tangan saya, oleh ka-
turan Jabatan Notaris tersebut di atas. rena .........”.
Apabila para penghadap menerang- Dalam hal ini hendaklah diperhatikan, bah-

kan tidak dapat membubuhkan tanda- wa keterangan tidaklah seperti keterangan

tangannya atau dalam hal itu berhalangan, yang ada dalam “partij-akta”, yang dibe-

maka keterangan itu dan sebab-sebab yang rikan dengan menandatanganinya, akan te-

menjadikan halangan itu harus diberita- tapi adalah suatu keterangan dengan lisan

hukan oleh Notaris secara tegas dalam akta dan dicantumkan oleh Notaris di dalam

itu. akta. Di sini adalah juga kepercayaan yang

Masih menurut G.H.S Lumban besar terhadap Notaris, yang memungkin-

Tobing 20 , hal-hal dimana tandatangan itu kan adanya dalam hal itu suatu akta yang

dapat digantikan oleh “surrogaat” menurut walaupun tidak ada tanda tangan dapat di-

hukum itu adalah : anggap berisikan keterangan-keterangan

1. Tidak dapat menandatangani oleh ka- dari para penghadap, artinya suatu akta

rena tidak dipelajari (buta huruf) dan yang sama seperti suatu akta yang ditan-

2. Berhalangan untuk menandatangani, datangani.21

sekalipun ada dipelajari menulis, dalam Menurut R. Soesanto 22 , Dengan

mana termasuk semua hal, dimana sese- menandatangani akta itu berarti bahwa ia

orang karena sesuatu keadaan, baik telah setuju akta yang dibacakan. Apabila

yang bersifat tetap maupun bersifat se- pengahadap itu tuli, baiklah Notaris me-

mentara, tidak dapat membubuhkan tan-


21
Ibid
20 22
Ibid R. Soesanto, Loc Cit
nyilahkan ia membaca sendiri aktanya lalu Menurut Soegondo Notodisoerjo,25
memberikan tanda tangannya. Jika peng- Segera setelah akta dibacakan, lalu ditan-
hadap itu bisu serta tuli, sedangkan ia tidak datangani oleh para pengahadap, saksi-
23
dapat menulis, menurut Prof. Schermer, saksi instrumentair dan terakhir oleh Nota-
cukuplah dipergunakan gerakan-gerakan, ris. Saksi-saksi pengenal tidak ikut menan-
misalnya dengan gerakan bibir yang dapat datangani. Jika ada penterjemah yang men-
mengartikan sesuatu maksud oleh Notaris. terjemahkan akta maka ia ikut serta me-
Kecuali mereka dapat menerangkan bahwa nandatangani. Urut-urutan seperti tersebut
mereka tidak dapat menulis, dalam hal di atas dalam hal menandatangani akta
demikian. Keterangan bahwa ia tidak dapat merupakan suatu formalitas yang tidak
menulis ada bedanya dengan keterangan dapat ditinggalkan. Jika seorang pengha-
terhalang untuk menulis. Keterangan tidak dap tidak pandai menulis tanda tangannya
dapat menulis oleh Undang-Undang sudah atau berhalangan menaruh tanda tangannya
dianggap cukup. Dianggap tidak perlu maka hal itu harus disebutkan dalam akta
adanya alasan bahwa ia tidak dapat dan jika ia berhalangan menaruh tanda
menulis. Jadi pernyataan di dalam aktanya tangannya harus disebutkan pula sebab ia
bahwa ia tidak dapat menulis adalah berhalangan. Dalam hal ini sekalipun akta
penggantian penandatanganan akta itu. itu tidak ditandatangani oleh seorang atau
24
Menurut Komar Andasasmita, lebih dari para pengahadap, namun mem-
setelah pembacaan akta tersebut selesai punyai kekuatan hukum dan tetap berlaku
maka akta itu harus ditandatangani oleh sebagai akta otentik asal sebab tidak
setiap penghadap, para saksi (tidak ter- ditaruhnya tanda tangan itu disebutkan.
masuk saksi pengenal) jika ada ahli bahasa Menurut Habib Adjie, ketika peng-
termaksud, juga oleh penterjemah ini dan hadap tidak dapat membubuhkan tanda
Notaris sendiri. Jika di antara para tangannya, maka pengganti tanda tangan
penghadap itu tidak dapat menandata- itu disebut Surrogate, yang kekuatannya
nganinya karena sesuatu hal (misalnya bu- sama dengan tanda tangan, yaitu keterang-
ta huruf atau halangan/rintangan lain) an dari penghadap (bukan keterangan No-
maka hal ini harus dengan tegas dinya- taris) yang dituliskan oleh Notaris, bahwa
takan dalam akta yang bersangkutan. ia dapat membubuhkan tanda tangannya

23 25
Schermer dalam R. Soesanto, Ibid. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di
24
Komar Andasasmita, Notaris I, Sumur, Bandung, Indonesia Suatu Penjelasan, Rajawali, Jakarta,
1981, hal. 111-112 1982, hal. 165
karena alasan tertentu yang dinyatakan Tata Cara Penggunaan Surrogate Da-
dengan tegas dalam akta.26 lam Akta Notaris
Mengenai ketentuan penandata- Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) UUJN
nganan dalam akta Notaris telah diatur di
telah mengakomodir seseorang yang tidak
dalam Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) mampu membubuhkan tanda tangan untuk
UUJN. Setelah akta dibacakan kepada para membuat akta partij di hadapan Notaris.
penghadap dan saksi-saksi maka akta ter- Penghadap yang tidak dapat membubuh-
sebut harus ditandatangani agar menjadi kan tanda tangan dalam akta bisa dise-
akta yang sempurna. Apabila salah satu
babkan oleh 3 (tiga) kemungkinan, yaitu :
dari penghadap atau semuanya tidak dapat 1. Penghadap tidak bisa baca tulis meski-
membubuhkan tanda tangan dalam akta pun secara fisik mempunyai tangan dan
tersebut maka harus disebutkan dalam ba- jari lengkap.
gian penutup akta mengenai alasan meng- 2. Penghadap bisa baca tulis tetapi secara
apa penghadap tersebut tidak dapat mem- fisik tidak bisa tanda tangan karena ta-
bubuhkan tanda tangan. Dengan adanya ngannya sakit atau bahkan tidak memi-
keterangan tersebut dalam akta Notaris liki jari atau tangan.
maka akta tersebut tetap berlaku sebagai 3. Penghadap memiliki keterbatasan da-
akta otentik meskipun tanpa adanya tanda lam pengelihatan (tuna netra).
tangan dari penghadap yang tidak bisa Dari kemungkinan - kemungkinan
membubuhkan tanda tangan. yang tersebut di atas, terhadap masing-
Notaris yang tidak melakukan ke- masing kemungkinan tidak dapatnya peng-
tentuan Pasal 44 ayat (1) dan (2) UUJN hadap membubuhkan tanda tangan terda-
telah ada sanksinya yang disebutkan dalam pat cara yang berbeda untuk menggantikan
Pasal 44 ayat (5) UUJN, yaitu kedudukan kedudukan dari tanda tangan tersebut.
akta terdegradasi menjadi kekuatan pem- Menurut Habib Adjie, untuk pengha-
buktian sebagai akta di bawah tangan dan dap yang bisa baca tulis namun secara fisik
jika merugikan penghadap, maka peng- tidak bisa tanda tangan karena tangannya
hadap dapat menuntut ganti rugi, biaya, sakit (misalnya stroke, tremor, parkinson)
dan bunga kepada Notaris yang bersang- atau tidak punya jari tangan atau tidak
kutan. punya tangan maka jika terjadi seperti ini
gunakanlah Surrogate.
Mengenai penggunaan Surrogate
26
Habib Adjie, Op Cit, hal. 29 yang terjadi karena kondisi penghadap
yang mengalami keterbatasan fisik terse- dan sebagai bukti yang bersangkutan da-
but, penghadap melampirkan pula surat tang menghadap Notaris dan setuju dengan
keterangan dokter yang menyatakan bahwa akta yang dibuat di hadapan Notaris de-
penghadap pada saat itu benar-benar sakit ngan Membubuhkan sidik jarinya pada
dan tidak dapat memfungsikan tangan se- lembaran yang telah disediakan untuk ke-
bagai mana mestinya. Surat keterangan perluan tersebut. Dan bisa dianggap tidak
dari dokter tersebut nantinya dilekatkan menghadap dan tidak setuju kalau tidak
pula pada minuta akta. ada sidik jarinya, yang akan membuat sulit
Secara normatif memang tidak diatur Notaris jika ada pengingkaran oleh para
mengenai kewajiban untuk melampirkan penghadap tersebut.28
surat dokter dalam penggunaan Surrogate Dalam praktek kenotariatan masih
pada akta Notaris, namun hal tersebut sering dijumpai kesalahan dalam peng-
semata-mata adalah sebagai bentuk asas gunaan pengganti tanda tangan dalam akta
kehati-hatian dari Notaris guna melindungi Notaris. Masih banyak ditemukan kebia-
kepentingan para penghadap dan Notaris saan yang dilakukan dari Notaris yaitu,
itu sendiri. ketika datang penghadap yang tidak dapat
Untuk pengahadap yang secara fisik membubuhkan tanda tangan karena
mempunyai tangan dan jari lengkap, tapi tangannya sakit atau ada keterbatasan da-
tidak bisa baca tulis harus membubuhkan lam fungsi tangannya, maka tangan dari
sidik jarinya pada lembaran yang telah di- penghadap tersebut diangkat oleh Notaris
sediakan untuk keperluan tersebut. Dalam atau saksi atau karyawan kantor Notaris
hal ini, pembubuhan sidik jari tertentu ter- tersebut untuk diambil sidik jarinya. Hal
sebut dipersamakan dengan tanda tangan. tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu
Hal ini dapat disebut “keterangan tidak da- bentuk pemaksaan atau bukan merupakan
pat menulis”.27 kehendak bebas dari penghadap.
Pasal 16 angka (1) huruf c UUJN Akta Notaris merupakan Perjanjian
menyebutkan salah satu kewajiban Notaris para pihak yang mengikat mereka yang
adalah melekatkan surat dan dokumen ser- membuatnya, oleh karena itu kesepakatan
ta sidik jari penghadap kedalam minuta bebas dari para pihak yang membuat
akta. Ketentuan tersebut memberi ruang perjanjian, tanpa adanya tekanan dan
atau tempat kepada Penghadap yang tidak intervensi dari pihak manapun menjadi
mampu membubuhkan tanda tangannya syarat subyektif untuk sahnya suatu per-

27 28
Ibid, hal. 29-30 Ibid
janjian sebagaimana menurut Pasal 1320 “ – Setelah saya, Notaris, memba-
cakan akta ini kepada para peng-
BW harus terpenuhi. Jika Syarat ini tidak
hadap dan para saksi, kemudian para
tepenuhi maka atas pemintaan pihak pengahadap menyatakan telah me-
ngerti segala yang tertulis dalam akta
tertentu akta tersebut dapat dibatalkan.29
ini, pada saat itu juga pengahadap
Berdasarkan rumusan Pasal 1321 Tuan/Nyonya........ membubuhkan si-
dik jari tangannya pada lembaran
BW maka apabila suatu kesepakatan dila-
tersendiri yang dilekatkan pada Mi-
kukan karena kekhilafan atau paksaan dan nuta Akta ini, sedangkan penghadap
lainnya, para saksi dan saya Notaris
bukan merupakan kehendak bebas maka
menandatangani akta ini ”
kesepakatan tersebut tidaklah sah. Dengan
2. Penghadap bisa baca tulis tetapi secara
demikian jika penghadap tersebut kemu- fisik tidak bisa tanda tangan karena ta-
dian menggugat ke pengadilan dan bisa ngannya sakit atau bahkan tidak memi-
membuktikan telah terjadi pemaksaan se- liki jari atau tangan.
perti tersebut diatas maka berdasarkan pu- Dalam hal ini digunakan Surrogate.
tusan hakim akta tersebut dapat dibatalkan. Mengenai penggunaan Surrogate dalam
Dari apa yang telah diuraikan diatas kondisi ini adalah berdasarkan kete-
maka terhadap penghadap yang tidak dapat rangan dari pengahadap dan bukan ke-
membubuhkan tanda tangan dalam akta terangan dari Notaris. Untuk lebih men-
Notaris karena : jamin kebenaran terkait kondisi peng-
1. Penghadap tidak bisa baca tulis meski- hadap yang mengalami keterbatasan fi-
pun secara fisik mempunyai tangan dan sik yang mengakibatkan tidak dapat
jari lengkap. membubuhkan tanda tangan maka di-
Dalam hal ini digunakan sidik jari yang lampirkan surat keterangan dokter. Se-
dibubuhkan pada lembaran yang terse- lanjutnya mengenai jenis penyakit yang
dia untuk keperluan tersebut dan nan- menjadi sebab terhalang untuk menulis
tinya lembaran tersebut dilekatkan pada atau membubuhkan tanda tangan dinya-
minuta akta dan memberikan keterang- takan dalam akhir akta dengan menye-
an pada bagian akhir akta. Selanjutnya butkan :
mengenai penggunaan sidik jari sebagai
“ – Setelah saya, Notaris, memba-
pengganti tanda tangan tersebut dinya- cakan akta ini kepada para peng-
takan dalam akhir akta dengan menye- hadap dan para saksi, kemudian para
pengahadap menyatakan telah me-
butkan : ngerti segala yang tertulis dalam akta
ini, menurut keterangan penghadap
29 Tuan/Nyonya..... tidak bisa membu-
Habib Adjie, Kebatalan Dan Pembatalan Akta
Notaris, Refika Aditama, Bandung, 2010, hal 68-69 buhkan tanda tangannya karena
sakit....., demikian berdasarkan surat dengan tegas pada akhir akta. Sebagai-
keterangan dokter tanggal.....,
mana disebutkan dalam Pasal 44 ayat (2)
sedangkan pengahadap lainnya, para
saksi dan saya Notaris menanda- apabila penghadap tidak dapat membu-
tangani akta ini ”
buhkan tanda tangan dalam akta maka
3. Penghadap memiliki keterbatasan da-
alasannya harus disebutkan pada akhir
lam pengelihatan (tuna netra).
akta. Pelanggaran terhadap ketentuan ter-
Dalam hal ini juga digunakan Surroga-
sebut membuat kedudukan akta Notaris
te. Mengenai penggunaan Surrogate da-
hanya mempunyai kekuatan pembuktian
lam kondisi ini adalah berdasarkan ke-
sebagai akta di bawah tangan.
terangan dari pengahadap dan bukan
Penggunaan Surrogate juga dimung-
keterangan dari Notaris. Untuk lebih
kinkan digunakan dalam pembuatan akta
menjamin kebenaran terkait kondisi
PPAT meskipun pada bagian akhir Akta
penghadap yang memiliki keterbatasan
PPAT mengenai uraian penandatanganan
dalam penglihatan sehingga mengaki-
akta disebutkan bahwa akta ditandatangani
batkan tidak dapat membubuhkan tanda
atau cap ibu jari.
tangan maka juga dilampirkan surat
Pada umumnya di dalam akta PPAT
keterangan dokter yang menyatakan
digunakan cap jempol sebagai pengganti
penghadap tidak dapat melihat. Selan-
dari tanda tangan apabila ada penghadap
jutnya mengenai hal tersebut dinyata-
yang tidak bisa membubuhkan tanda
kan dalam akhir akta dengan menye-
tangan. Jika penghadap tersebut tidak bisa
butkan :
baca tulis maka cap ibu jari dapat digu-
“ – Setelah saya, Notaris, memba- nakan namun jika penghadap tersebut
cakan akta ini kepada para pengha-
dap dan para saksi, kemudian para mempunyai keterbatasan fisik akibat sakit
pengahadap menyatakan telah me- sehingga tidak dapat membubuhkan tanda
ngerti segala yang tertulis dalam akta
ini, menurut keterangan penghadap tangan lalu kemudian tangannya diangkat
Tuan/Nyonya..... tidak bisa membu- dan diarahkan untuk membubuhkan cap
buhkan tanda tangannya karena ke-
terbatasan dalam penglihatan, demi- jempol maka hal tersebut dapat dikatakan
kian berdasarkan surat keterangan bukan kehendak bebas dari penghadap.
dokter tanggal....., sedangkan peng-
hadap lainnya, para saksi dan saya Semenjak berlakunya Peraturan
Notaris menandatangani akta ini ” Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanah-
Digantikannya kedudukan Tanda Ta- an Nasional Nomor 8 Tahun 2012 Tentang
ngan pada akta Notaris dengan Surrogate Perubahan Atas Peraturan Menteri Agraria
atau sidik jari tersebut harus dinyatakan /Kepala Badan Pertanahan Nasional No-
mor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pe- keperluan tersebut dan dinyatakan pada
laksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 akhir akta.
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah b. Untuk penghadap yang bisa baca tulis
yang menghapus ketentuan Pasal 96 ayat tetapi secara fisik tidak bisa tanda
(2) Peraturan Menteri Agraria / Kepala Ba- tangan karena tangannya sakit atau
dan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun bahkan tidak memiliki jari atau tangan
1997 Tentang Peraturan Pelaksanaan Pera- dalam hal ini digunakan Surrogate
turan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 berdasarkan keterangan dari penghadap
Tentang Pendaftaran Tanah, PPAT diper- dilengkapi surat keterangan dokter dan
bolehkan untuk mencetak blanko Akta dinyatakan pada akhir akta.
PPAT sendiri sehingga dengan demikian c. Untuk penghadap yang memiliki
dimungkinkan penggunaan Surrogate da- keterbatasan dalam pengelihatan (tuna
lam akta PPAT . netra) dalam hal ini juga digunakan
Secara Das Sollen, jika mengacu Surrogate berdasarkan keterangan dari
pada ketentuan mengenai akta otentik ada- penghadap dilengkapi surat keterangan
lah akta yang dibuat dalam bentuk yang dokter dan dinyatakan pada akhir akta.
ditetapkan oleh Undang-Undang maka Pengambilan sidik jari sebagai
Undang-Undang yang digunakan adalah pengganti tanda tangan dalam akta Notaris
UUJN. Bentuk dan ketentuan-ketentuan bagi penghadap yang tidak mampu secara
dalam pembuatan akta otentik harus fisik untuk membubuhkan tanda yang
mengikuti UUJN termasuk mengenai dilakukan dengan bantuan orang lain
penggunaan Surrogate pada akta PPAT. merupakan suatu bentuk pemaksaan dan
berakibat akta dapat dibatalkan melalui
PENUTUP putusan pengadilan.
Kesimpulan Saran
Tata cara penggunaan Surrogate Diperlukan adanya suatu aturan
pada akta partij adalah sebagai berikut : tertulis yang menyatakan dengan jelas
a. Untuk penghadap yang tidak bisa baca mengenai ketentuan penggunaan
tulis meskipun secara fisik mempunyai Surrogate atau sidik jari bagi penghadap
tangan dan jari lengkap dalam hal ini yang tidak dapat membubuhkan tanda
digunakan sidik jari yang dibubuhkan tangan dalam akta partij sehingga
pada lembaran yang tersedia untuk kepastian hukum dapat tercapai dan dapat
menjadi pedoman bagi Notaris dalam
melaksanakan tugas jabatannya.

Daftar Pustaka
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga
Kenotariatan Indonesia persfektif
Hukum dan Etika, UII Press,
Yogyakarta , 2009.
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan
Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta,
1983.
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum
Notaris Indonesia (Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris), Refika
Aditama, Bandung, 2015.
---------------, Kebatalan Dan Pembatalan
Akta Notaris, Refika Aditama,
Bandung, 2010
Komar Andasasmita, Notaris I, Sumur,
Bandung, 1981.
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum
Notariat Di Indonesia Suatu
Penjelasan, Rajawali, Jakarta, 1982.
R. Soesanto, Tugas, Kewajiban Dan Hak-
Hak Notaris, Wakil Notaris
(Sementara), Pradnya Paramita,
Jakarta, 1978.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara
Perdata Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 2002.
Tan Thong Kie, Studi Notariat Dan Serba
Serbi Praktek Notaris, Ichtisar Baru
Van Hoeve, Jakarta, 2007.

Anda mungkin juga menyukai