Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol. III/No.

4/Okt/2015

KEKUATAN HUKUM AKTA DI BAWAH TANGAN dalam pembuatan surat di bawah tangan
DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN1 tersebut yang tidak bermaterai dalam
Oleh: Maman Djafar2 pengadilan oleh hakim beban pembuktiannya
dikesampingkan. Dalam hal ini semua surat
ABSTRAK dibawah tangan apabila kedua pihak mengakui
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk dan menerangkan secara benar apa yang ada di
mengetahui bagaimanakah pengaturan alat dalam surat tersebut, maka surat-surat
bukti surat di Indonesia dan bagaimanakah tersebut menjadi alat bukti yang sempurna
kekuatan hukum akta di bawah tangan dalam seperti akta otentik, dan jika para pihak
pembuktian di Pengadilan. Dengan menyangkal tanda tangan tersebut. Maka
menggunakan metode penelitian yuridis kekuatan pembuktian surat tersebut dilakukan
normatif, maka dapat disimpulkan: 1. di pengadilan dan berdasarkan keputusan
Keberadaan pengaturan akta di bawah tangan hakim.
ini diatur dalam Pasal 1874-1984 KUHPerdata, Kata kunci: Kekuatan hukum, akta dibawah
Pasal 286-305 RBg dan Stbl. 1867 No. 29. tangan, praktek di Pengadilan
Terhadap akta di bawah tangan apabila ada
tanda tangan yang disangkal, maka pihak yang PENDAHULUAN
mengajukan akta di bawah tangan itu harus A. Latar Belakang Masalah
membuktikan kebenaran tanda tangan itu Di Indonesia sudah ada aturan mengenai
melalui alat bukti lain. Dengan demikian selama pembuatan akta yang dilakukan dihadapan
tanda tangan tidak diakui maka akta di bawah notaris ataupun pejabat yang berwenang,
tangan tersebut tidak banyak membawa namun masyarakat dalam pergaulan hidupnya
manfaat bagi pihak yang mengajukannya di lebih memilih melakukan akta di bawah tangan,
muka pengadilan. Namun apabila tanda tangan khususnya masyarakat yang tinggal di Desa
tersebut sudah diakui maka akta di bawah lebih sering melakukan perjanjian di bawah
tangan itu bagi yang menandatangani, ahli tangan ini atas dasar kepercayaan dan tanpa
warisnya dan orang-orang yang mendapat hak mempertimbangkan cara-cara yang telah diatur
dari mereka, merupakan bukti yang sempurna didalam perundang-undangan. Sebagaimana
seperti akta otentik yang memiliki kekuatan dijelaskan dalam Pasal 165 HIR, pengertian akta
pembuktian formil dan kekuatan pembuatan di bawah tangan adalah suatu akta yang
materil. 2. Kekuatan hukum akta di bawah ditandatangani di bawah tangan dan dibuat
tangan dalam pembuktian di pengadilan tidak tidak dengan perantaraan pejabat umum,
memiliki kekuatan bukti sempurna sama halnya seperti misalnya akta jual beli, sewa menyewa,
dengan kekuatan pembuktian akta otentik. hutang piutang, dan lain sebagainya yang di
Akta di bawah tangan ini akan mempunyai nilai buat tanpa perantara pejabat umum.3
pembuktian yang sempurna jika akta tersebut Akta di bawah tangan yang di buat oleh para
memenuhi syarat formil dan materil. pihak ini tidak memiliki kekuatan hukum dalam
Diantaranya, bilamana dalam persidangan para pembuktiannya bila para pihak menyangkal dan
pihak yang bersengketa mengakui dan tidak mengakui adanya perjanjian tersebut.
menerangkan secara benar isi dan tanda tangan Berbeda dengan akta otentik yang dibuat oleh
yang ada dalam akta tersebut, dan peryataan notaris memiliki kekuatan pembuktian yang
dari akta di bawah tangan itu merupakan sempurna. Sebagaimana yang kita ketahui
perbuatan hukum ataupun hubungan hukum. bersama, bahwa akta otentik adalah akta yang
Berdasarkan praktik pembuktian di pengadilan dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk
beberapa putusan mengenai surat di bawah membuatnya menurut bentuk dan tata cara
tangan yang dibuat oleh para pihak seperti yang ditetapkan oleh Undang-undang yang
berisikan perjanjian atau kemauan dari para
1
pihak.
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Alfreds J.
Rondonuwu, SH, MH; Dr. Johny Lembong, SH, MH; Lendy
Siar, SH, MH.
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. RIB/HIR (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui),
110711095 Pustaka Buana, cet. 1, Bandung, 2014, hal. 124.

103
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Kekuatan mengikatnya akta di bawah Berdasarkan latar belakang tersebut penulis


tangan menurut Pasal 1875 BW, jika akta di ingin melakukan penulisan skripsi ini yang
bawah tangan ini diakui oleh orang terhadap berjudul: “Kekuatan Hukum Akta Di Bawah
siapa akta itu hendak dipakai, maka akta Tangan Dalam Praktek Di Pengadilan”.
tersebut merupakan alat pembuktian yang
sempurna terhadap orang yang B. Rumusan Masalah
menandatangani juga para ahli warisnya dan 1. Bagaimanakah pengaturan alat bukti surat
orang-orang yang mendapatkan hak darinya.4 di Indonesia?
Syarat alat bukti akta di bawah tangan yaitu: 2. Bagaimanakah kekuatan hukum akta di
1. Surat atau tulisan itu ditandatangani. bawah tangan dalam pembuktian di
2. Isi yang diterangkan didalamnya Pengadilan?
menyangkut perbuatan hukum atau
hubungan hukum. C. Metode Penelitian
3. Sengaja di buat untuk dijadikan bukti dari Penelitian hukum terdiri dari penelitian
perbuatan yang disebut di dalamnya.5 hukum normatif yang bersumber dari
Selain alat bukti di bawah tangan, menurut penelitian hukum kepustakaan dan penelitian
pasal 164 HIR (284Rbg) alat bukti dalam hukum empiris yaitu data yang diperoleh
perkara perdata terdiri dari: langsung dari masyarakat. Dalam penulisan ini
1. Alat bukti surat. metode penelitian yang digunakan bersifat
2. Alat bukti saksi. dekskritif analitis, yaitu berdasarkan kondisi
3. Bukti persangkaan. yang ada sesuai dengan data-data yang
4. Bukti pengakuan. diperoleh dalam penelitian. Secara umum jenis
5. Bukti sumpah.6 data yang diperlukan dalam suatu penelitian ini
Dalam praktik banyak masyarakat lebih terarah pada penelitian data primer dan data
memilih melakukan suatu perjanjian sekunder.
menggunakan akta di bawah tangan karena
mudah prosesnya dan biayanya lebih murah. PEMBAHASAN
Sehingga banyak sekali pihak-pihak yang A. Keberadaan Pengaturan Alat Bukti Surat
memanfaatkan akta di bawah tangan ini untuk Keberadaan pengaturan alat bukti surat di
kepentingan pribadi yang nantinya ketika Indonesia masih menggunakan Kitab Undang-
terjadi suatu perselisihan pihak-pihak yang ikut Undang Hukum Perdata, pembuktian dengan
terlibat dalam pembuatan akta di bawah tulisan dilakukan dengan tulisan (akta) otentik
tangan adakalanya tidak mau mengakui maupun dengan tulisan-tulisan di bawah
pembuatan akta tersebut atau menyangkal tangan. Akta otentik pada dasarnya adalah
mengenai pembuatan akta di bawah tangan ini. suatu akta yang dibuat sesuai dengan
Khususnya dalam hal penandatanganan ketentuan perundang-undangan oleh atau di
biasanya para pihak yang ikut terlibat dalam hadapan seorang pegawai umum yang
pembuatan perjanjian di bawah tangan ini tidak berwenang membuat surat itu dengan maksud
mau mengakui tanda tangan tersebut, untuk untuk digunakan sebagai alat bukti. Maksud
melakukan pembuktian menggunakan alat dari pegawai umum disini yaitu Hakim, Notaris,
bukti surat, khususnya surat yang berbentuk Panitera, Jurusita, Pegawai Catatan Sipil, dan
akta di bawah tangan tersebut akan semakin Camat. Apabila dilihat dari pengertian dari akta
sulit. Pihak-pihak yang melakukan perjanjian otentik itu sendiri, dapat disimpulkan bahwa
akta di bawah tangan ini haruslah lebih berhati- otentik atau tidaknya suatu akta tidak cukup
hati agar hak-hak yang diperoleh dalam apabila akta itu dibuat oleh atau dihadapkan
perjanjian tersebut bisa dimiliki sepenuhnya. pegawai umum, tetapi juga cara pembuatannya
harus menurut ketentuan yang terdapat dalam
4
peraturan perundang-undangan. Suatu akta
Lihat Pasal 1875 Kitab Undang-Undang Perdata.
5
Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri,
yang dibuat oleh pejabat yang tidak berwenang
Pradnya Paramita, Jakarta, 1972, hal. 78. dan tanpa adanya kemampuan untuk
6
RIB/HIR (Reglemen Indonesia yang Diperbaharui), Op.cit, membuatnya atau tidak memenuhi syarat-
hal. 123.

104
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

syarat tertentu, tidak dianggap sebagai akta ditandatangani oleh para pihak misalnya
otentik tetapi mempunyai kekuatan sebagai kwitansi, surat perjanjian dan utang-piutang.
akta di bawah tangan. Ketidakikutsertaan pejabat yangberwenang
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan inilah yang merupakan perbedaan pokok antara
bahwa suatu akta otentik pada dasarnya akta di bawah tangan dengan akta otentik.
mengandung 3 (tiga) macam kekuatan Akta di bawah tangan ini diatur dalam Pasal
pembuktian, yaitu: 1874-1984 KUHPerdata dan pasal 286-305
a. Kekutan pembuktian formil, yang berarti RBg, diantaranya mengatur tentang:
membuktikan antara para pihak bahwa 1. Semua tulisan-tulisan di bawah tangan yang
mereka telah menerangkan apa yang di tandatangani dianggap sebagai akta
ditulis dalam akta tersebut. bawah tangan, dan jika pihak-pihak
b. Kekuatan pembuktian materil, yang tersebut menghendaki tulisan-tulisan di
berarti membuktikan antara para pihak, bawah tangan itu untuk dilegalisasi kepada
bahwa benar peristiwa dalam akta notaris atau pejabat yang berwenang.
tersebut telah terjadi. 2. Tulisan-tulisan akta di bawah tangan harus
c. Kekuatan pembuktian keluar, yang diakui oleh para pihak yang terkait
berarti disamping sebagai pembuktian didalamnya.
antara mereka, juga terdapat pihak 3. Cara untuk pembuktian akta di bawah
ketiga dimana pada tanggal, bulan, dan tangan harus diperiksa di persidangan.
tahun tersebut, telah menghadap kepada 4. Harus ditulis sendiri dan jelas maksud yang
pegawai dan menerangkan apa yang diperjanjikan.
terdapat dalam akta tersebut.7 5. Bukti surat akta di bawah tangan masing-
Pasal 1870KUHPerdata mengatur tentang masing pihak harus memilikinya.
kekuatan pembuktian akta otentik. Dalam pasal 6. Kekuatan pembuktian akta di bawah
tersebut disebutkan: “bagi para pihak yang tangan terdapat pada akta aslinya,
berkepentingan beserta para ahli warisnya sedangkan salinan-salinannya dapat
ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan dipercaya apabila dibuat atas perintah
hak dari mereka, suatu akta otentik hakim dan dihadiri oleh kedua pihak yang
memberikan suatu bukti yang sempurna bersangkutan.
tentang apa yang termuat didalamnya”. Selanjutnya dalam Stb. 1867 No. 29 juga
Akta otentik yang diajukan sebagai alat bukti mengatur tentang pembuktian terhadap akta di
dalam persidangan memiliki kekuatan bawah tangan apabila ada tanda tangan yang
pembuktian sempurna dan mengikat (volledig disangkal, maka pihak yang mengajukan akta di
en bindende bewijskracht) jika pihak lawan bawah tangan itu harus membuktikan
mengakuinya. Akan tetapi, jika akta tersebut kebenaran tanda tangan itu melalui alat bukti
tidak diakui isi dan atau tanda-tangannya, maka lain. Dengan demikian selama tanda tangan
kekuatan pembuktiannya jatuh menjadi bukti tidak diakui maka akta di bawah tangan
permulaan (begin bewijskracht). Dengan tersebut tidak banyak membawa manfaat bagi
demikian, untuk mecapai batas minimal pihak yang mengajukannya di muka pengadilan.
pembuktian, harus didukung dengan minimal Namun apabila tanda tangan tersebut sudah
satu alat bukti lain.8 diakui maka akta di bawah tangan itu bagi yang
Selanjutnya, akta di bawah tangan pada menandatangani, ahli warisnya dan orang-
dasarnya adalah suatu akta yang dibuat oleh orang yang mendapat hak dari mereka,
para pihak untuk suatu kepentingan atau merupakan bukti yang sempurna seperti akta
tujuan tertentu tanpa mengikutsertakan otentik yang memiliki kekuatan pembuktian
pejabat yang berwenang. Jadi dalam suatu akta formil dan kekuatan pembuatan materil.
di bawah tangan akta tersebut cukup dibuat Akta di bawah tangan ini memuat
oleh para pihak itu sendiri dan kemudian ketentuan-ketentuan khusus didalamnya,
diantaranya, akta di bawah tangan yang
7
Subekti R, Pembuktian dan Daluwarsa, Intermasa, memuat suatu perikatan hutang sepihak untuk
Jakarta, 1986, hal. 68. membayar sejumlah uang atau menyerahkan
8
Ibid., hal. 596.

105
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

suatu benda yang harganya ditentukan oleh hendak dipakai, maka akta tersebut dapat
sejumlah uang harus ditulis seluruhnya dengan merupakan alat pembuktian yang sempurna
tangan sendiri oleh penandatangan. Apabila hal terhadap orang yang menandatangani serta
ini tidak dilakukan, akta di bawah tangan itu para ahli warisnya dan orang-orang yang
hanya dapat diterima sebagai suatu permulaan mendapatkan hak daripadanya. Kekuatan
pembuktian dengan tulisan saja (Pasal 1871 pembuktian materil berkenaan dengan
KUHPerdata). kebenaran isi keterangan yang tercantum
Berbeda dengan surat-surat biasa yang didalam akta tersebut, keterangan yang
sering dilakukan pada prinsipnya surat biasa ini tercantum didalamnya harus dianggap benar
dibuat tidak dengan maksud untuk dijadikan sebagai keterangan yang dikehendaki oleh para
alat bukti, apabila ternyata di kemudian hari pihak dan mengikat kepada diri pihak-pihak
digunakan sebagai alat bukti di persidangan yang menandatangani. Syarat-syarat akta di
hanyalah bersifat insidental atau kebetulan bawah tangan dijadikan sebagai alat bukti
saja, misalnya terhadap surat cinta, buku yaitu:
catatan penggunaan uang. Sehingga surat-surat 1. Surat atau tulisan itu ditandatangani.
yang demikian itu dapat dianggap sebagai 2. Isi yang diterangkan didalamnyanya
petunjuk ke arah pembuktian dalam arti surat- menyangkut perbuatan hukum atau
surat itu dapat digunakan sebagai alat bukti hubungan hukum.
tambahan ataupun dapat pula dikesampingkan 3. Sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dari
dan bahkan sama sekali tidak dapat dipercaya. perbuatan yang disebut di dalamnyanya.9
Mengenai kekuatan pembuktian daripada surat Sering orang membuat perjanjian ditulis
biasa HIR maupun KUHPerdata tidak ada satu oleh pihak-pihak dan tidak dibuat di hadapan
Pasalpun yang mengaturnya. Dengan demikian notaris, Ada kalanya perjanjian yang dibuat di
kekuatan pembuktian surat biasa ini diserahkan bawah tangan itu, para pihak kurang puas kalau
kepada kebijaksanaan hakim sebagaimana tidak dicapkan di notaris. Notaris dalam hal ini
ditentukan dalam Pasal 1881 ayat (1e) dan (2e) dapat saja membubuhkan cap pada akta-akta di
sebagai berikut: bawah tangan itu. Sebelum membubuhkan cap
a) Surat-surat yang dengan tegas menyebutkan notaris, diberi nomor dan tanggal, nomor mana
tentang suatu pembayaran yang telah harus dicatat dalam buku (daftar akta),
diterima. kemudian diberikan kata-kata, dan
b) Surat yang dengan tegas menyebutkan ditandatangani oleh notaris. Membubuhkan
bahwa catatan yang telah dibuat adalah cap pada akta di bawah tangan semacam itu
untuk memperbaiki suatu kekurangan di salah satunya Legalisasi atau Pengesahan.
dalam sesuatu alas hak (title) bagi seseorang Untuk keperluan legalisasi itu, maka para
untuk keuntungan siapa surat itu penanda tangan akta itu harus datang
menyebutkan suatu perikatan. menghadap notaris, tidak boleh ditandatangani
c) Catatan yang oleh seorang berpiutang sebelumnya di rumah. Kemudian notaris
(kreditor) dibubuhkan pada suatu alas hak membacakan akta di bawah tangan itu dan
yang selamanya dipegangnya, jika apa yang menjelaskan isi dan maksud surat di bawah
ditulis itu merupakan suatu pembebasan tangan itu.
terhadap si berutang (debitor). Lain halnya dengan Waarmerking (Register),
d) Catatan-catatan yang oleh si berpiutang artinya dokumen/surat yang bersangkutan di
dibubuhkan kepada salinan dari suatu alas daftar dalam buku khusus yang dibuat oleh
hak atau tanda pembayaran, asal saja salinan Notaris. Biasanya hal ini ditempuh apabila
atau tanda pembayarannya ini berada dalam dokumen/surat tersebut sudah ditanda-tangani
tangannya si berutang. terlebih dahulu oleh para pihak, sebelum
Lain halnya dengan akta di bawah tangan
menurut Pasal 1875BW, kekuatan mengikatnya
akta di bawah tangan memiliki kekuatan
pembuktian formil jika akta di bawah tangan
diakui oleh orang terhadap siapa akta itu
9
Supomo, Loc.Cit.

106
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

disampaikankepada notaris yang a. Akta yang dibuat dan ditandatangani tidak


10
bersangkutan. didepan atau oleh pejabat umum yang
Pada waarmerking tidak terdapat jaminan, berwenang;
karena baik tanggal, tanda tangan, isi surat b. Bersifat partai, yaitu minimal melibat dua
tersebut tidak di buat dan di ketahui oleh pihak;
notaris. Notaris terhadap akta itu hanya c. Mencakup segala bentuk akta di bawah
mengakui bahwa pada hari tersebut telah tangan, surat, daftar surat urusan rumah
datang di kantor notaris, diberi nomor, tangga, dan tulisan-tulisan lain.
dimasukkan dalam buku daftar waarmerking, Beberapa syarat formil dan materil yang
dan diberi tulisan oleh notaris bahwa surat harus dipenuhi agar suatu akta dapat
tersebut telah diberi nomor dan dimasukkan dikategorikan sebagai akta di bawah tangan
kedalam buku daftar yang khusus dibuat untuk adalah:
itu, diberi materai, ditandatangani oleh notaris a. Surat atau tulisan tersebut ditandatangani
lalu dikembalikan kepada yang bersangkutan. oleh para pihak;
Sebelum dikembalikan setiap halaman diberi b. Isi yang diterangkan di dalamnya
nomor dan diparaf oleh notaris. menyangkut perbuatan hukum
(rechtshandeling) atau hubungan hukum
B. Kekuatan Hukum Akta Di Bawah Tangan (rechtsbetrekking);
Dalam Pembuktian Di Pengadilan c. Sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dan
Bukti tulisan dalam perkara perdata perbuatan atau hubungan hukum yang
merupakan bukti yang utama, karena dalam disebutkan didalamnnya.11
lalulintas keperdataan seringkali orang dengan d. Akta di bawah tangan harus bermaterai, hal
sengaja menyediakan suatu bukti tulisan atau ini antara lain diatur dalam Putusan
surat di dalam melakukan perjanjian yang dapat Mahkamah Agung RI Nomor 589
dipakai jika timbul suatu perselisihan. Jika K/Sip/1970 tanggal 19 Maret 1971; bahwa
seorang dengan jalan kesepakatan mengadakan akta di bahwa tangan yang tidak
sesuatu perjanjian, karena orang tersebut bermaterai tidak merupakan alat bukti yang
menghendakinya maka yang menjadi dasar dari sah;
mengikatkan diri itu ialah kehendak atau e. Isi dari akta di bawah tangan tersebut
niatnya. berkaitan langsung dengan pokok
Hakim pada suatu persidangan sangat permasalahan dalam sengketa sedang
memerlukan adanya alat-alat bukti untuk dapat ditangani.12
memberikan penyelesaian (putusan) Kekuatan pembuktian yang melekat pada
berdasarkan pembuktian yang diajukan. Dalam akta di bawah tangan tidak sekuat dengan akta
proses pembuktian akan dapat ditentukan autentik. Akta di bawah tangan pada dasarnya
kebenaran menurut hukum serta dapat mengikat bagi para pihak yang bertanda tangan
menjamin perlindungan terhadap hak-hak para didalamnya, tetapi tidak mengikat kepada
pihak yang berperkara secara seimbang. Akta hakim. Jika dalam suatu akta otentik tanda
yang merupakan alat bukti tertulis yang paling tangan itu bukan merupakan persoalan, dalam
utama dalam perkara perdata adalah suatu- suatu akta di bawah tangan itu justru
surat yang ditandatangani, memuat keterangan merupakan cara pertama. Jika tanda tangan ini
tentang kejadian-kejadian atau hal-hal yang dipungkiri oleh pihak yang dikatakan menaruh
merupakan dasar dari suatu perjanjian, dapat tanda tangan itu, maka pihak yang mengajukan
dikatakan bahwa akta itu adalah suatu tulisan akta di bawah tangan itu harus berusaha
dengan mana dinyatakan sesuatu perbuatan membuktikan dengan alat butki lain bahwa
hukum. benarlah tanda tangan tadi dibubuhkan oleh
Unsur-unsur dalam akta di bawah tangan orang yang memungkirinya. Dengan demikian,
sebagai berikut. maka selama tanda tangan tadi masih
dipertengkarkan tiada manfaat yang
10
http://irmadevita.com/2013/legalisasi-dan-
11
waarmerking. Diakses pada tanggal 20 Septermber 2015 Soepomo, dalam M. Yahya Harahap, Ibid, hal. 590.
12
jam 15:00 wita. Abdul Manan, Op.cit. hal. 245.

107
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

diperolehnya bagi pihak yang mengajukan tadi dikehendaki oleh pasal 147 Rbg. Maka
di muka siding hakim. Inilah perbedaan utama gugatan harus dinyatakan tidak dapat
kekuatan pembuktian akta autentik dan akta di diterima.
bawah tangan, karena kekuatan pembuktian 4. Keputusan Mahkamah Agung Republik
akta di bawah tangan yang melekat dalam akta Indonesia Nomor 167 K/Sip/1959
autentik adalah sempurna dan mengikat, tidak tertanggal 20 Juni 1959 menyatakan, suatu
hanya para pihak, tetapi juga hakim. perjanjian pinjam-meminjam yang diakui
Berbeda dengan akta otentik yang dibuat tandatangannya, akan tetapi dipungkiri
oleh atau dihadapan pejabat umum yang jumlah pinjaman yang tersebut dalam surat
berwenang. Akta tersebut memberikan bukti perjanjian itu dianggap sebagai permulaan
yang cukup bagi kedua bela pihak dan ahli bukti tertulis.
warisnya serta semua orang yang mendapatkan 5. Keputusan Mahkamah Agung Republik
hak daripadanya. Beberapa unsur-unsur yang Indonesia Nomor 68 K/Sip/1973 tertanggal
dapat dikategorikan sebagai akta otentik yaitu: 17 Februari 1976 menyatakan,
a. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat resmi pertimbangan Pengadilan Tinggi yang
atau yang berwenang. dibenarkan Mahkamah Agung; karena
b. Ditujukan sebagai alat bukti. produk P. VI (surat pengakuan dari minik
c. Bersifat partai (minimal dua pihak). bahwa tanah perkara kepunyaan kaum
d. Atas permintaan para partai (para pihak). Rake Radjo Nan Kajo dan penggugat
e. Mempunyai kekuatan pembuktian yang Mahjuddin kaum Rake yang berhak atas
sempurna dan mengikat.13 tanah sengketa) tidak dibuat dengan
Di Indonesia terdapat beberapa bantuan pemuka adat/ninik mamak dalam
yurisprudensi yang menegaskan bahwa masyarakat kaum yang bersangkutan dan
transaksi yang tidak dilakukan di depan pejabat tidak pula disaksikan oleh orang-orang
yang berwenang merupakan transaksi yang sepadan/sejihat, produk tersebut belumlah
tidak sah menurut hukum sehingga para pihak membuktikan kebenaran dalil penggugat.14
tidak perlu mendapat perlindungan hukum. Berdasarkan contoh putusan diatas, maka
Yurisprudensi yang dimaksud antara lain: sangatlah jelas kekuatan pembuktian hukum
1. Keputusan Mahkamah Agung Republik akta di bawah tangan di pengadilan tidak
Indonesia Nomor 598 K/Sip/1971 memiliki kekuatan bukti sempurna sama halnya
tertanggal 18 Desember 1971 menyatakan, dengan kekuatan pembuktian akta otentik.
“... dalam persidangan pengadilan ternyata Akta di bawah tangan dapat memiliki
penggugat tidak membuktikan secara rinci pembuktian di pengadilan haruslah memiliki
adanya dan besarnya kerugian yang daya kekuatan formil dan materil yaitu, sejauh
diderita oleh penggugat karena tidak mana para pihak yang bertanda tangan pada
berhasil membuktikannya, maka hakim akta itu menerangkan dan mengakui secara
menolak tuntutan pembayaran ganti rugi benar sesuai seperti yang dijelaskan dalam akta
yang diajukan penggugat tersebut”. tersebut, isi yang diterangkan merupakan
2. Keputusan Mahkamah Agung Republik perbuatan hukum atau hubungan hukum,
Indonesia Nomor 983 K/Sip/1972 sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dan
tertanggal 28 Agustus 1975 menyatakan, perbuatan atau hubungan hukum yang
Kwitansi yang diajukan oleh tergugat disebutkan didalamnya, harus bermaterai, serta
sebagai bukti, karena tidak bermaterai, isi dari akta di bawah tangan tersebut berkaitan
oleh Hakim dikesampingkan. langsung dengan pokok permasalahan dalam
3. Keputusan Mahkamah Agung Republik sengketa yang sedang dipermasalahkan.
Indonesia Nomor 106 K/Sip/1973
tertanggal 11 Juni 1973 menyatakan, surat
kuasa yang diketahui dan disahkan oleh
Camat bukanlah surat kuasa yang

14
R. Soeroso, Hukum Acara Perdata Lengkap & Praktis
13
Ibid., hal. 241. HIR, RBg, dan Yurisprudensi, SInar Grafika, 2014, hal. 6-10.

108
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

PENUTUP tersebut. Maka kekuatan pembuktian surat


A. Kesimpulan tersebut dilakukan di pengadilan dan
1. Keberadaan pengaturan akta di bawah berdasarkan keputusan hakim.
tangan ini diatur dalam Pasal 1874-1984
KUHPerdata, Pasal 286-305 RBg dan Stbl. B. Saran
1867 No. 29. Terhadap akta di bawah 1. Masyarakat yang akan melakukan
tangan apabila ada tanda tangan yang perjanjian-perjanjian di bawah tangan
disangkal, maka pihak yang mengajukan haruslah lebih berhati-hati, cermat dan
akta di bawah tangan itu harus teliti dalam pembuatan perjanjian tersebut.
membuktikan kebenaran tanda tangan itu Perjanjian yang dilakukan baik dalam jual
melalui alat bukti lain. Dengan demikian beli, pembayaran hutang-piutang, ataupun
selama tanda tangan tidak diakui maka akta perjanjian lainnya, haruslah lebih
di bawah tangan tersebut tidak banyak memperhatikan aturan yang mengatur
membawa manfaat bagi pihak yang bagaimana cara pembuatan perjanjian itu,
mengajukannya di muka pengadilan. sehingga tidak dirugikan dikemudian hari
Namun apabila tanda tangan tersebut untuk memperoleh hak-haknya. Karena
sudah diakui maka akta di bawah tangan itu setiap isi dari perjanjian yang dibuat secara
bagi yang menandatangani, ahli warisnya sah berlaku undang-undang bagi para pihak
dan orang-orang yang mendapat hak dari yang membuatnya. Agar perjanjian yang
mereka, merupakan bukti yang sempurna dibuat di bawah tangan memiliki kekuatan
seperti akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian, sebaiknya perjanjian tersebut
pembuktian formil dan kekuatan di legalisasi oleh notaris.
pembuatan materil. 2. Masyarakat diharapkan dapat memahami
2. Kekuatan hukum akta di bawah tangan dengan benar setiap isi serta maksud dari
dalam pembuktian di pengadilan tidak perjanjian yang hendak dibuat. Sebaiknya
memiliki kekuatan bukti sempurna sama masyarakat dalam melakukan perjanjian
halnya dengan kekuatan pembuktian akta bawah tangan harus dilakukan dengan
otentik. Akta di bawah tangan ini akan pejabat yang berwenang dalam pembuatan
mempunyai nilai pembuktian yang perjanjian/ akta tersebut, sehingga
sempurna jika akta tersebut memenuhi kekuatan pembuktian surat perjanjian
syarat formil dan materil. Diantaranya, tersebut sempurna dan tidak diragukan lagi
bilamana dalam persidangan para pihak di dalam persidangan.
yang bersengketa mengakui dan
menerangkan secara benar isi dan tanda DAFTAR PUSTAKA
tangan yang ada dalam akta tersebut, dan Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata
peryataan dari akta di bawah tangan itu di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta:
merupakan perbuatan hukum ataupun Kencana, 2006.
hubungan hukum. Berdasarkan praktik Algra N. E, Mr Mr. H. R. W. Gokkel, Saleh
pembuktian di pengadilan beberapa Adiwinata, A. Teloeki dan Boerhanoeddin St.
putusan mengenai surat di bawah tangan Batoeah, Kamus Istilah Hukum, Bina Cipta,
yang dibuat oleh para pihak seperti dalam Bandung, 1983.
pembuatan surat di bawah tangan tersebut Ali Achmad & Wiwien Heryani, Asas-Asas
yang tidak bermaterai dalam pengadilan Hukum Pembuktian Perdata, Jakarta:
oleh hakim beban pembuktiannya Kencana, 2012.
dikesampingkan. Dalam hal ini semua surat Andreae Fockema, Kamus Istilah Hukum,
dibawah tangan apabila kedua pihak Belanda Indonesia, Penerbit Bina Cipta,
mengakui dan menerangkan secara benar Jakarta, 1983.
apa yang ada di dalam surat tersebut, maka Anshoruddin, Hukum Pembuktian menurut
surat-surat tersebut menjadi alat bukti yang Hukum Acara Islam dan Hukum
sempurna seperti akta otentik, dan jika Positif,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
para pihak menyangkal tanda tangan

109
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

H. Salim HS dan dkk, Perancangan Kontrak & Teguh Samudra, Hukum Pembuktian Dalam
Momerandum Of Understanding (MOU), Acara Perdata, Jakarta : Alumni, Jakarta,
Jakarta, Sinar Grafika, 2007. 1992.
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Fourth Edition, Minnesota: West Publishing Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka,1999.
Co, 1968. Victor M Situmorang & Cormentyna
Marjanne ter Mar shui zen, Kamus Hukum Sitanggang, Grose Akta Dalam Pembuktian
Belanda- Indonesia, Djambatan, Jakarta, dan Eksekusi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
1999. Yahya M. Harahap, Hukum Acara
Martin (Ed). Elizabeth A, A Dictionary Of Law, Perdata,Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Fifth Edition, Oxford: Oxford Univercity Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Press, 2003. http://en.wikipedia.org/wiki/lura_novit_curia
Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Dalam http://irmadevita.com/2013/legalisasi-dan-
Perkara Perdata Di Indonesia, Yogyakarta : waarmerking.
UII Press, 2013. Hasyimsoska.blogspot.com/2011/06/akta-
Rasyid A. Roihan, Hukum Acara Peradilan notais.html?m=1.
Agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2006. Rahmadvai.blogspot.ca/2014/04pengertian-
Retno Wulandari Susanto Ny. dan Iskandar dan-perbedaan-akta-otentik.html?=1.
Oerip kartawinata, Hukum Acara Perdata
Dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju,
Bandung, 2002.
RIB/HIR (Reglemen Indonesia yang
Diperbaharui), Pustaka Buana, cet. 1,
Bandung, 2014.
Syahrani Riduan, Himpunan Peraturan Hukum
Acara Perdata Indonesia, Bandung: Alumni,
1991.
Subekti dan Tirtosudibio, Kamus Hukum,
Pradnya, Jakarta, 1980.
Subekti R, Hukum Pembuktian, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1983.
-----------, Pembuktian dan Daluwarsa,
Intermasa, Jakarta, 1986.
Soeroso R., Hukum Acara Perdata Lengkap &
Praktis HIR, RBg, dan Yurisprudensi, Sinar
Grafika, 2014.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, UI Press, Jakarta, 1986.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji.Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Ed.
1, Cet. 6, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2001.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,
2006.
-------------, Penemuan Hukum Sebuah
Pengantar, Liberty,Yogyakarta, 1979.
Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan
Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1972.

110

Anda mungkin juga menyukai