Anda di halaman 1dari 52

OLEH:

SULISTYANDARI
KONTRAK PERKULIAHAN
1. Materi Perkuliahan untuk UTS:
a. Sistem Keuangan dan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) Indonesia
b. Dasar-dasar Hukum Perbankan
c. Lembaga dan Fungsi Pengawasan Perbankan
d. Tindak Pidana dan wewenang OJK
e. Penyelesaian Sengketa Perbankan
f. Perlindungan Hukum Nasabah

2. K epustakaan:
a. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006.
b. Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
c. Munir Fuadi, Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1999.
d. Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012.
e. Sulistyandari, Hukum Perbankan: Perlindungan Hukum Terhadap
Nasabah Bank Melalui Pengawasan Perbankan Di Indonesia, Laros,
Sidoarjo, 2012.
f. Junus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum,
Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pascasarjana, Jakarta, 2003
g. Peraturan Perundang-undangan tentang Perbankan

3. Tatap muka direncanakan 7 pertemuan

4. Evaluasi : UTS (40% ), UAS (40%) dan tugas terstruktur (20%)


Tugas: Diskusi (TM ke-3), Responsi (TM ke-7)

5. Ketentuan yang perlu ditaati:


a. Kuliah on time, terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan masuk
kuliah.
b. HP harus di silent.
c. Selama kuliah tidak diperkenankan keluar masuk ruangan kuliah.
SISTEM KEUANGAN INDONESIA
Terdiri atas:
a. Sistem Moneter
b. Sistem Lembaga Keuangan Indonesia

a. Sistem Moneter dijalankan oleh BI ( sbg otoritas Moneter)


Dasar hukum: UU No.23/1999 ttg BI jo UU No.3/2004 jo UU No.6/2009 (sdh
ada draf RUU BI yg disusun DPR)
Tugas BI:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan di bidang stabilitas sistem
keuangan dan makroprudensial (dlm draf RUU BI)

b. Sistem Lembaga Keuangan Indonesia dijalankan OJK


Dasar hukum: UU No.21/2011 ttg OJK
Lembaga keuangan Indonesia terdiri: a. Bank b. Non Bank
LEMBAGA JASA KEUANGAN INDONESIA
 Lembaga Keuangan: lembaga yg menyediakan jasa keuangan bg nasabahnya,
dmn pd umumnya lembaga ini diatur oleh suatu peraturan.

 Pengertian Lembaga Jasa Keuangan (LJK) Men. UU No.21/2011 ttg OJK


(UU OJK): adalah lembaga yg melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan,
Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan
Lembaga Jasa Keuangan lainnya

 Lembaga Jasa Keuangan : Bank dan Non Bank

 Lembaga Jasa Keuangan Non Bank:


- Pasar Modal diatur UU No.8/1995 ttg Pasar Modal
- Perasuransian diatur UU No.40/2014 ttg Usaha Perasuransian
- Dana Pensiun diatur UU No.11/1992 ttg Dana Pensiun
- Lembaga Pembiayaan diatur PerPres No.9/2009 ttg Lembaga Pembiayaan (seperti
Perus Pembiayaan, Persh Mod Ventura, Pembiayaan Infrastruktur)
- Lembaga Jasa Keuangan lainnya: pegadaian, lemb penjaminan, lemb pemb
ekspor Ind, perus pemb sekunder perumahan, lemb keu lainnya
PENGERTIAN & DASAR HK PERBANKAN
 Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup
kelembagaannya, kegiatan usahanya, cara dan proses dalam
melakukan kegiatan usahanya (Ps.1 angka 1 UU Perbankan)

 Kt Bank berasal dari Italia banca yg berarti penukaran uang.


 Bank adalah badan usaha yg menghimpun dana dari masyarakat dlm
bentuk simpanan dan menyalurkannya kpd masyarakat dlm bentuk
kredit atau bentuk lainnya dlm rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat (Ps.1 angka 2 UU Perbankan)

 Hukum Perbankan adalah Hukum yg mengatur segala sesuatu yg


menyangkut ttg bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dlm melaksanakan kegiatan usahanya

 M Jumhana, Hk Perbankan: kumpulan peraturan hk yg mengatur


keg lembg keu bank yg meliputi segala aspek, dilihat dr segi esensi
dan eksistensinya, serta hub nya dg bid kehidupan yg lain.
 Munir Fuadi, Hk Perbankan: seperangkat kaidah hk dlm bentuk perUUan,
yurisprudensi, doktrin dll sumber hk, yg mengatur masalah perbankan sbg
lembg d aspek keg us, rambu2 yg dipenuhinya, perilaku petugasnya, hak d
kewajibanya, tugas d tanggung jwb pihak yg tersangkut dg bisnis perbankan,
apa yg boleh d tdk dilak bank, eksistensi bank, dll berkenaan dg dunia bank.

Unsur-Unsur Hk Perbankan:
1. Kumpulan peraturan pelbagai perat perUUan dapat berupa UU,PP, PerPres,
, PBI, SE BI, Per OJK dan perat pelaksanaan lainnya.
2. Kett hk perbankan selain yg tertulis juga yg tdk tertulis spt kebiasaan yg
timbul dalam praktek penyelenggaraan operasional perbankan.
3. Kett hk perbankan terdiri dari: peraturan hk (kongrit), asas-asas hk,
pengertian-pengertian hk, struktur hk, budaya hk yg berkembang dlm hk
perbankan.
4. Kett perbankan mengatur tatalaksana kelembagaan bank.
5. Kett perbankan mengatur aspek keg usaha bank, cara, dan proses dalam
melakukan keg usaha.
• Sumber Hk Perbankan :

1. Peraturan perUUan : UUD 1945; UU di bidang perbankan {UU


No.23/1999 jo UUNo.3/2004 jo UU No.6/2009 (UU BI); UU No.7/1992 jo
UU No.10/1998 (UU Perbankan); UU No.21/2008 (UU Bank Syariah); UU
No.24/2004 (UU LPS); UU No.21/2011 (UU OJK)}
UU Pendukung sektor ekonomi dan sektor lainnya (KUHPerdata;
KUHD; KUHPidana; UU PT; UU Koperasi; UU Perusahaan Daerah; UU
BUMN; UU Pasar Modal; UU Lalu Lintas Devisa, UU Mata Uang; UU
Tindak Pidana Pencucian Uang; UU Surat Utang Negara; UU Hak
Tanggungan; UU Jaminan Fiducia); Peraturan Pemerintah;
Peraturan Bank Indonesia (PBI); Peraturan OJK.

2. Sumber lainnya: Perjanjian antara Bank dg Nasabah;


yurisprudensi, doktrin, kebiasaan dalam industri perbankan
 Ruang lingkup Hk Perbankan:

Hk Keperdataan, Hk. Administrasi, Hk. Pidana


 Asas/Prinsip Hukum Perbankan
Pasal 2 UU Perbankan: Dalam melakukan kegiatan usaha Perbankan berasaskan
Demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. (lihat juga
Ps.2 UU Perbankan Syariah: dlm mel keg usaha berasaskan prinsip syariah,
demokrasi ekonomi, d prinsip kehati-hatian).

Demokrasi ekonomi terdapat dlm Ps.33 UUD 1945:


a. Perekonomian disusun sbg usaha bersama berdsrkan kekeluargaan;
b. Cabang-cabang produksi yg penting bg neg dan menguasai hajat hdp orang
banyak dikuasai oleh negara;
c. Bumi, air serta kekayaan alam yg terkandung di dlmnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
d. Perkonomian nasional diselenggarakan berdsr asas demokrasi ekonomi dg
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional
Demokrasi ekonomi tercermin a.l dlm Ps. 4, 21,24, UU Perbankan.
Ps.3, 4 UU Perbankan Syariah
Prinsip kehati-hatian (prundential principle) digunakan dalam melakukan
kegiatan usaha bank (Ps.2, 29 ayat 2 UU Perbankan), artinya dalam
menjalankan kegiatan usahanya bank wajib berhati-hati agar tidak
merugikan bank itu sendiri maupun merugikan kepentingan nasabah yg
telah mempercayakan dananya kpd Bank, dg cara dlm mel keg us sesuai dg
perUUan. Prinsip kehati-hatian tercermin a.l dlm Ps.8, 11 UU Perbankan.
Ps.23, 35,36,37 UU Perbankan Syariah.

Prinsip Kepercayaan (fiduciary principle), bhw hub Nasabah dg Bank


(dlm perj penyimpanan) dan hub Bank dg Nasabah (dlm perj kredit) atas
dasar kepercayaan. Prinsip kepercayaan. Prinsip kepercayaan tercermin a.l
dlm Ps.1 angka 5, Pasal 29 ayat 3 UU Perbankan. Ps.1 angka 20, Ps.36 UU
Perbankan Syariah.

Prinsip kerahasiaan (Confidencial principle), bhw Bank diharuskan


merahasiakan segala sesuatu yg berhub dg keuangan dll dari Nasabah yg
menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan oleh Bank. Prinsip
kerahasiaan tercermin dlm Ps. 1 anga 28, 40, 41A, 42, 42A, 43, 44, 45, 47,
47A UU Perbankan. Ps.41 sd 49 UU Perbankan Syariah.
Prinsip transparansi informasi, bhw untuk kepentingan nasabah Bank
diwajibkan untuk memberikan informasi ttg kemungkinan timbulnya
resiko kerugian sehubungan dg transaksi Nasabah dg Bank, spt transparan
informasi produk/jasa bank, keuangan Bank. Prinsip transparansi tercermin
dlm Ps.29 ayat 4 UU Perbankan, Ps.39 UU Perbankan Syariah, Perat OJK
No.1/POJK.07/2013

Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer), bhw bank wajib


mengetahui informasi scr menyeluruh jati/identitas nasabah, memantau keg
transaksi nasabah, termasuk pelaporan transaksi yg mencurigakan. Tujuan
untuk mengenal profil karakter nasabah, profil transaksi dan profil usaha
nasabah. Tercermin dlm Ps. 2 UU Perbankan, Ps.35 ay 1 UU Perbankan
Syariah, PBI No. 14/27/PBI/2012 Ttg Penerapan Program Anti Pencucian
Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) Bagi Bank
Umum menggantikan PBI No.11/28/PBI/2009.
 Fungsi Perbankan
- Sbg lembaga intermediasi (intermediary financane) yi…. (Ps. 3
UU Perbankan, Ps.2 UU Perbankan Syariah)
- Sbg agen pembangunan (agent of development) yi ..
(Ps.4 UU Perbankan, Ps.3 UU Perbankan Syariah).

 Tujuan Perbankan:
menunjang pelaks pemb nas dlm rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Ps.4 UU
Perbankan, Ps.3 UU Perbankan Syariah)
SISTEM PERBANKAN INDONESIA
 Perbankan Indonesia menganut dual banking system yi adanya dua sistem perbankan
konvensional dan syariah secara berdampingan yg pelaksanaannya diatur dlm berbagai peraturan
perUUan yg berlaku.
Perbankan konvensional dlm pelaksanaan kegiatan usahanya berdasarkan hukum barat
(KUHPerdata,KUHD), sehingga jika terjadi sengketa Bank Konvensional dg Nasabahnya
diselesaikan di Pengadilan Umum (PN)
Perbankan syariah dalam pelaksanaan kegiatan usahanya adalah berdasarkan prinsip syariah,
sehingga jk terjd sengketa antara Bank Syariah dg nasabahnya diselesaikan di Pengadilan Agama.

 Untuk Bank Syariah diatur dalam UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hk islam dlm kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yg dikeluarkan oleh lembaga yg memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
bidang syariah. Prinsip syariah tdk mengandung: riba, maisir, gharar, haram, zalim (Penj Ps.2)

Lembaga yg berwenang mengeluarkan fatwa itu adalah MUI-DSN,


Fatwa tsb kmd ditindak lanjuti ke dlm PBI/POJK, shg untuk itu di dlm internal BI dibentuk Komite
Perbankan Syariah (anggotanya unsur BI, Depag dan masyarakat)

Pada setiap bank syariah (BUS d BPRS) dan UUS wajib dibentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yg tugasnya al. melakukan pengawasan bank agar sesuai dg prinsip syariah.
Jenis-jenis Bank menurut prinsip dalam melakukan
kegiatan usahanya:
Bank Konvensional ialah bank yg melaksanakan keg usahanya
scr konvensional dg mendasarkan sistem bunga dan berdsrkan
hukum barat, yg terdiri dari BUK dan BPRK
Mis. BUMN, BPD, Bank Umum Koperasi, Bank Umum
Swasta Nasional, Bank Umum Asing, Bank Campuran, BPR.

Bank Syariah ialah bank yg menjalankan keg usahanya


mendsrkan prinsip syariah dg mendasarkan prinsip
kebersamaan dan berdasarkan hukum islam, yg terdiri dari
BUS dan BPRS.
Mis. Bank Muamalat, BRI Syariah, BPR Syariah.
• Jenis Bank menurut kegiatan usahanya dibedakan :
Bank Umum adalah bank yg melaksanakan keg usaha scr konvensional
dan atu berdasrkan prinsip syariah yg dlm kegiatannya memberikan jasa
dlm lalu lintas pembayaran (Ps.1 angka 3 UU Perb)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yg melaksanakan keg usaha scr


konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yg dlm kegiatannya tidak
memberikan jasa lalu lintas pembayaran (Ps.1 angka 4 UU Perb)

Apa Kegiatan memberikan jasa dlm lalu lintas pembayaran?


Kegiatan yang berkaitan dg pergerakan uang atau cashflow dari transaksi
tersebut, seperti jasa pengiriman (transfer) uang melaui bank, Inkaso
yaitu memberi kuasa kpd bank oleh perorangan atau lembaga untuk
menagih atau meminta persetujuan atau menyerahkan pembayaran atas srt
berharga (cek, wesel, dll) dlm rupiah atau valas.
 Pendirian Bank
a. Izin Pendirian (Ps.16 UU Perbankan), kewenangan pemberian izin yi Bank
Indonesia (sek. OJK)
b. Persyaratan: a. akta pendirian bd hk bank. susunan organisasi; permodalan;
kepemilikan;, keahlian di bid perbankan; kelayakan kerja. b. tingkat persaingan yg
sehat antar bank, tingkat kejenuhan jmlh bank dlm suatu wilayah.

 Bentuk Badan Hukum Bank (Ps.21 UU Perbankan)


1. Bank Umum bentuk hukumnya dapat berupa:
a. PT
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah
2. BPR bentuk hukumnya dapat berupa:
a. PT
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah dan d. bentuk lain yg dipersamakan dg itu

 Bentuk Badan Hukum Bank Syariah adalah Perseroan Terbatas (PT) (Ps.7 UU
Perbankan Syariah)
 Kepemilikan Bank (Ps.22, 23 UU Perbankan)
1. Bank Umum hanya dpt didirikan oleh:
a. WNI & atau Bdn hk Indo; atau WNI & atau Bdn hk Indo dg WNA & atau Bdn hk asing scr
kemitraan
b. Kett ttg pesyaratan pendirian yg wajib dipenuhi pihak-pihak tsb ditetapkan oleh OJK

2. BPR hanya dpt didirikan dan dimiliki oleh:


a. WNI
b. Bdn hk Indo yg seluruh pemiliknya WNI
c. Pemerintah Daerah atau
d. dimiliki bersama diantara ketiganya.

 Kepemilikan Bank Syariah (Ps.9 UU Perbankan Syariah)


1. BUS hanya dpt didirikan d dimimiliki oleh:
a. WNI d/atau Bd Hk Indonesia
b. WNI & atau Bdn hk Indo dg WNA & atau Bdn hk asing scr kemitraan
c. Pemerintah Daerah

2. BPRS hanya dpt didrikan d dimiliki oleh:


a. WNI d/atau . Bdn hk Indo yg seluruh pemiliknya WNI
b. Pemerintah Daerah atau
c. dimiliki bersama diantara keduanya.
 PBI No.11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum (BU)
 POJK No.56/POJK.03/2016 ttg Kepemilikan Saham BU
 POJK No.20/POJK.03/2014 tentang BPR
 POJK No. 12 /POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan
Wilayah Jaringan Kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Berdasarkan Modal Inti.
 PBI No.11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah (BUS)
jo PBI No. 15/13/PBI/2013.
 POJK No. 3/POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS)

• Proses dan Prosedur Pendirian Bank (ada slide tersendiri)


 Kegiatan Usaha Bank Umum : Ps.6 dan 7 UU Perbankan)
a. menghimpun dana dr masy (Ps.6)
b. memberikan kredit
c. menerbitkan srt pengakuan hutang
d. membeli, menjual, menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas perintah nasabahnya: 1. srt wesel; 2.srt pengakuan utang; 3. kertas
perbendaharaan negara dan srt jaminan pem; 4. SBI; 5. obligasi. 6. srt dagang
berjangka waktu s/d 1 th ; 7. instrumen srt lain berjangka waktu sd 1 th.
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah.
f. Menempatkan dana pd, meminjam dana dr, atau meminjamkan dana kpd bank
lain, baik dg menggunakan srt, sarana telekomunikasi maupun dg wesel unjuk,
cek atau sarana lainnya;
g. Menerima pembayaran dr tagihan atas srt berharga dan melakukan perhitungan
dg atau antar pihak ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan brg dan srt berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
j. Melakukan penempatan dana dr nasabah kpd nasabah lainnya dlm
bentuk srt berharga yg tdk tercatat di bursa efek.
l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
m. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dg kett. BI;
n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentanga dg UU Perbankan dan perUUan yg berlaku;

a. Melakukan kegiatan dlm valuta asing; (Ps. 7 )


b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pd bank atau perusahaan lain di
bid keuangan, spt sewa guna usaha, modal ventura, perush efek,
asuransi, serta lembaga kliring d penyimpanan sesuai ktt. BI;
c. melakukan penyertaan modal sementara u mengatasi akibat kegagalan
kredit atau kegagalan pembiayaan berdsrkan prinsip syariah, dg syarat
hrs menarik kembali penyertaannya, dg memenuhi kett yg ditetapkan
BI; dan
d. bertindak sbg pendiri dana pensiun sesuai dg kett perUUan dana pensiun
yb berlaku.

Larangan kegiatan usaha bank umum(Ps. 10 UU Perbankan).


a. Melakukan penyertaan modal, kecuali sbgmn dimaksud dlm Ps.7 huruf b
dan huruf c;
b. Melakukan usaha perasuransian.
c. Melakukan kegiatan usaha lain diluar yg tercantum dlm Ps.6 dan 7.
 Kegiatan Usaha BPR: (Ps. 13 UU Perbankan)
a. menghimpun dana dr masy dlm bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yg dipersamakan dg itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan bg nasabah berdsrkan berdasarkan Prinsip bagi
hasil sesuai dg PP
d. Menempatkan dananya dlm bentuk SBI, deposito berjangka, sertfikat
deposito d/atau tabungan pd bank lain

Larangan kegiatan usaha BPR (Ps.. 14 UU Perbankan).


a. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dlm lalu lintas pembayaran;
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
c. Melakukan penyertaan modal;
d. Melakukan usaha perasuransian;
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha dlm Ps. 13.
 Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah/BUS (Ps.19 UU Perbankan
Syariah)
a. Menghimpun dana dlm bentuk simpanan brupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yg dipersamakan dg itu berdasarkan akad wadiah atau akad
lain yg tdk bertentangan dg prinsip sysriah.
b. Menghimpun dana dlm bentuk investasi brpa Deposito, Tabungan atau
bentuk lainnya yg dipersamakan dg itu berdasarkan akad mudharabah atau
akad lain yg tdk bertentangan dg prinsip syariah.
c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyrakah, atau atau akad lain yg tdk bertentangan dg prinsip syariah.
d. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad
istisna atau atau akad lain yg tdk bertentangan dg prinsip sysriah.
e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan prinsip qardh atau akad lain atau
akad lain yg tdk bertentangan dg prinsip sysriah.
f. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tdk bergerak
kpd Nasabah berdasarkan akad ijarah d/a sewa beli dlm bentuk ijarah
muntahiya bittamlik atau akad lain yg tdk bertentangan dg prinsip syariah
g. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;
i. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti
Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
dan/atau Bank Indonesia;
k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
l. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip
Syariah;
m. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
n. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah;
dan
o. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang
sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dlm Pasal 19 ayat (1), BUS
dapat pula:
a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga
keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya;
d. bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah;
e. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;
f. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dengan
menggunakan sarana elektronik;
g. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek
berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar
uang;
h. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang
berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar
modal; dan
i. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya yang
berdasarkan Prinsip Syariah.
 Pasal 19 ayat (2), Unit Usaha Syariah/ UUS dapat pula:
a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
b. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya;
d. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan
Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik;
e. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat
berharga jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang; dan
f. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank
Umum Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.
 Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah/BPRS (Ps.21
UU Perbankan Syariah) meliputi:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah; dan
2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau
musyarakah;
2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna’; 3.
Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
5. pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;
c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad
mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
d. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum
Konvensional, dan UUS; dan
e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.
LEMBAGA & FUNGSI PENGAWASAN BANK
 Bank Indonesia (BI) sbg lembaga negara yg Independen dlm
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dr campur tangan Pem
dan/pihak lain, kecuali untuk hal yg scr tegas diatur dlm UU ini (Ps.4 UU
BI)

 Ttg BI diatur dlm Ps.23 D UUD 1945 bersama-sama lembaga lain spt
MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, BPK semua lembaga tsb pd
prinsipnya pelaksana kedaulatan rakyat, shg mrpk lembaga negara.

 Untuk mengukur independensi Bank Sentral (BI), men. Febian


Amtenbrink berdsrkan pedekatan hukum, mk Bank sentral dikatakan
independen jika: indenpenden scr institusional; fungsional, organisasional
dan financial.
 Tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah

 Tugas BI: (ps.8 UU BI)


1. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
2. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
3. mengatur dan mengawasi perbankan (sekarang dilakukan oleh OJK
berdasarkan UU No.21 Tahun 2011 ttg OJK)

Penjelasan Ps.7 UU OJK, bahwa BI mempunyai tugas dan wewenangan


pengaturan dan pengawasan makroprudensial, yakni pengaturan dan
pengawasan selain yg diatur dlm Ps. 7 UU OJK. Dlm melaksanakan tugas ini
OJK membantu BI untuk melakukan himbauan moral kpd Perbankan.
Makroprudential: kehati-hatian scr makro melalui pengaturan dan
pengawasan u mengurangi resiko sistemik, meningkatkan fungsi
inetermediasi yg seimbang d berkualitas serta meningkatkan efisiensi sistem
keuangan d akses keuangan (RUU BI)

 OJK sbg lembaga yg berwenang mengatur dan mengawasi bank dan non
bank ( Untuk Bank scr efektif mulai tgl 31 Desember 2013 )
 Tugas mengatur dan mengawasi bank oleh OJK tujuannya a.l agar tercipta sistem
perbankan yg sehat scr menyeluruh maupun individual bank (mikroprudential)

 Mengatur: menetapkan kett perbankan yg memuat prinsp kehati-hatian, bertujuan


untuk memberikan rambu2 bg penyelenggara keg usaha perbankan guna
mewujudkan sistem perbankan yg sehat.

 Mengawasi: melaksanakan pengawasan langsung dan tidak langsung

 Ps.29 UU Perbankan, Ps.51 UU Perbankan Syariah:


Suatu bank telah memelihara tk kesehatan apabila telah sesuai dg ketentuan:
1. kecukupan modal,
2. kualitas aset,
3. kualitas manajemen,
4. likuiditas,
5. rentablilitas,
6. solvabilitas, dan
7. aspek lain yg berhub. dg usaha bank, dan
8. wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dg prinsip kehati-hatian.
 PBI No.13/1/pbi/2011 ttg penilaian tk kesehatan Bank Umum
 PBI. No.9/PBI/2007 ttg sistem penilaian tk kesehatan Bank Umum
berdarkan Prisip Syariah.
 Penilaian TKS BU dg menggunakan pendekatan resiko scr individual dan
konsolidasi dg cakupan penilaian meliputi: profil resiko, GCG, rentabilitas,
permodalan yg hslnya dikategorikan dlm 5 PK
 POJK No.15/POJK.03/2017 Penetapan Status dan Tindak Lanjut
Pengawasan Bank Umum

 SK Dir BI No.30/12/KEP/DIR, tanggal 30 April 1997 ttg Tata Cara


Penilaian tingkat kesehatan BPR
PBI No.9/17/PBI/2007 ttg Sistem Penilaian tingkat kesehatan BPRS
Cakupan penilaian TKS Bank meliputi : CAMEL (Capital, Manajemen,
Earning, Likuiditas) yg hslnya dikategorikan dlm 5 PK (Sangat sehat,
Sehat, Cukup sehat, Kurang Sehat, Tidak sehat)
 POJK No.19/POJK.03/2017 Penetapan Status dan Tindak Lanjut
Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Syariah
 Sistem pengawasan: ada 2 pendekatan
1. pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision)
2. pengawasan berdasarkan resiko (risk based supervision)

 Pendekatan pengawasan berdsrkan kepatuhan: pengawasan yg


difokuskan kpd kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan kehati-
hatian yg terkait dg operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini
berorientasi pd kondisi bank yg lalu untuk memastikan kondisi bank ke
depan akan beroperasi dan dikelola scra baik dan benar.

 Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko: pengawasan yg


difokuskan kpd resiko-resiko yg melekat pd aktivitas fungsional bank serta
sistem pengendalian resiko. Melalui pendekatan ini akan lebih
memungkinkan Otoritas pengawasan bank proaktif untuk melakukan
pencegahan thd permasalahan yg potensial timbul di bank, krn pendekatan
RBS ini beroientasi ke depan.
Jenis resiko: risiko kredit. Risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional,, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik
 Pendekatan pengawasan berdsrkan RBS mengacu kpd ketentuan Basel (I,
II, sekarang III).

 Ketentuan Basel bentuknya: International legislation (model law), mrpk


produk kesepakatan dr Basel Committee.

 Basel Committee: suatu komite yg didirikan pd th 1974 oleh gubernur bank


sentral dr negara-negara maju yg tergabung dlm G 10, yg unsurnya terdiri
dr atas wakil-wakil senior dari otoritas pengawasan bank dan bank sentral.
Sekretariat tetap nya di Basel Swiss di gedung Bank International of
International Settement (BIS).

 Tujuan Basel Committee: standarisasi pengaturan dan pengawasan bank


yg memiliki akses usaha yg bertaraf internasional, melakukan kerjasama
dan harmonisasi dlm pengawasan perbankan scr internasional.
 Produknya:
a. International Convergence of Capital Measurement and capital Standard
(1988) –Basel I. CAR 8% (4% modal utama dan 4% modal
pendukung) tujuannya u menyangga resiko kegiatan usaha bank terutama
resiko kredit.

b. Consultatif Document Overview of The New Basel Capital Accord (2001) –


Basel II. Pilar 1. CAR 8%, Pilar 2. bank hrs memiliki proses internal yg
memadai untuk menilai kecukupan modal thd seluruh resiko (ada
manajemen resiko). Pilar 3. bank hrs transparansi.

c. Core Principles for Effwctive Banking Supervision (1997) yg telah


direview (2006). Ada 25 prinsip yg terbagi dlm 7 kelompok.

d. Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking


Systems (2010) – Basel III yg akan diterapkan mulai 2013 sd 2019.
Meningkatkan makroprudensia u mencegah krisis keuangan ke sektor
ekonomi dg meningkatkan kualitas manajemen resiko, GCG, transparansi.
Basel III Memperkuat mikroprudensial dg mengembangkan indikator u
memantau tingkat procyclicality sistem keuangan dan mempersyarat kan
bank u menyiapkan countercyclical capital buffer (kecukupan cadangan
modal untuk menghadapi krisis keuangan ke sektor ekonomi atau mikro ke
makro). Memperkenalkan standar Liquidity Coverage Ratio (LCR).

 Indonesia sedang menuntaskan penerapan Basel II dan mempersiapkan


untuk penerapan Basel III.
 Menurut PBI No.3/3/2011 ttg Penetapan Status dan Tindak lanjut
pengawasan bank, bhw BI berwenang menetapkan status bank dalam
pengawasan yaitu:
1. Pengawasan normal: kondisi bank tdk memiliki potensi yg
membahayakan kelangsungan usahanya, pengawasan dilakukan scr normal
dan pemeriksaan dilakukan scr berkala atau sekurang-kurangnya 1 th
sekali.
2. Pengawasan intensif: Jk bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, memenuhi kriteria yg ditetapkan
BI, pengawasan intensif dilakukan dlm waktu 1 tahun dan dpt diperpanjang
1 tahun. Bank wajib melakukan tindakan pengawasan yg diperintahkan BI.
3. Pengawasan khususs: Jk bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, memenuhi kriteria yg telah
ditetapkan BI, pengawasan khusus dilakukan paling lama 3 bulan, Bank
wajib melakukan tindakan pengawasan yg diperin tahkan BI, jk kondisi
bank memburuk BI dpt membekukan kegiatan usaha bank.
 Tindakan yg dilakukan oleh BI (sek OJK) thd bank yg mengalami
kesulitan yg membahayakan keg us nya (Ps.37 ay (1) UU Perbnkan)
a. pemegang saham menambah modal ;
b. pemegang saham menganti Dewan Komisaris dan atau Direksi bank ;
c. bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan
modalnya ;
d. bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain ;
e. bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban ;
f. bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank
kepada pihak lain ;
g. bank dijual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada
bank atau pihak lain.
3a. Bank dlm pengawasan khusus yg ditengarai Bank Berdampak
Sistemik
3b. Bank dlm pengawasan khusus yg ditengarai sbg Bank Tidak
berdampak sistemik.
Thd 3a dan 3b, BI meminta kpd lembaga yg berwenang men perUUan
untuk menetapkan status bank tsb dan BI jg melaporkannya kepd LPS.

Thd 3a dan 3b, OJK menginformasikan kepada BI dan kepd LPS.


(Ps.41 OJK).

Dlm kondisi tdk normal, Men Keu, Gub BI, Ket Dew Kom OJK, Ket
Dew Kom LPS masing2 dpt mengajukan ke FKSSK u pencegahan
d penanggulangan krisis.
FKSSK menetapkan dan melaksanakan kebijakan yg diperlukan dlm
penc d penanggulangan krisis.
Keputusan FKSSK yg memutuskan Bank gagal yg ditengarai
berdampak sistemik mengikat LPS.
LPS diatur dlm UU No.24 Th. 2004
mrpk pelaks dr Ps.37B UU Perbankan

Tugas LPS:
1. menjamin simpanan nasabah penyimpan.
2. Turut aktif dlm memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dg kewenangannya.
a. mempunyai kewenangan menetapkan bank gagal yg tdk
berdampak sistemik.
b. mempunyai kewenangan penanganan bank gagal yg
berdampak sistemik.
Bank gagal: bank yg mengalami kesulitan keu d membahayakan
keg usaha nya serta tdk dpt diselamatkan lagi oleh LPP (BI,
OJK)
TINDAK PIDANA PERBANKAN & WEWENANG OJK
Tindak Pidana Bank
Tipibank berkaitan dg perizinan (Ps.46 UUP d Ps.59 UUPS)

Tipibank berkaitan dg rahasia bank (Ps.47-47A UUP d Ps.60-61 UUPS)

Tipibank berkaitan dg pengawasan bank (Ps.48 UUP d Ps.62 UUPS)

Tipibank berkaitan dg kegiatan usaha bank (Ps.49 UUP d Ps.63 UUPS)

Tipibank berkaitan dg pihak terafiliasi (Ps.50 UUP d Ps.64 UUPS)

Tipibank berkaitan dg pemegang saham (Ps.50A UUP d Ps.65 d 66 UUPS)

Fraud di bidang perbankan (SE BI No.13/28/DPNP 2011), jenis fraud: kecurangan,

penipuan, penggelapan aset, pembocoran informasi, tindak pidana perbankan,


tindakan lain yg dipersamakan dg itu.

Wewenang OJK:
-Fungsi pengawasan: dilakukan oleh pengawas OJK, salah satu cara awal diketahui

tipibank,fraud, penyampaian dugaan tipibank.


-Fungsi pemeriksaan: dilakukan oleh investigator OJK, proses penentuan dugaan

tipibank, pelaporan kpd Penyidik.


-Fungsi penyidikan: dilakukan oleh Penyidik Polri d PPNS, pelaksanaan

penyelidikan d penyidikan, penyampaian perkara ke proses penuntutan jaksa.


PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN
 Yg dimaksud sengketa perbankan adalah sengketa antara PUJK/Bank dg
Konsumen/Nasabah.
 Men POJK No.1/2013, PUJK wajib memiliki dan melaksanakan
mekanisme pelayanan dan penyelesaian pengaduan bagi
Konsumen/Nasabah (Ps.32), Setelah menerima pengaduan Konsumen,
PUJK wajib melakukan: a. pemeriksaan internal atas pengaduan secara
kompeten, benar, dan obyektif; b. melakukan analisis untuk
memastikan kebenaran pengaduan; dan c. menyampaikan pernyataan
maaf dan menawarkan ganti rugi (redress/remedy) atau perbaikan
produk dan atau layanan, jika pengaduan Konsumen benar (Ps.38). Dlm
hal tdk mencapai kesepakatan penyelesaian pengaduan, Konsumen dpt
mel penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan melalui lembaga
alternatif penyelesaian sengketa. Dlm hal penyelesaian sengketa tdk
dilakukan melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa, Konsumen
dpt menyampaikan permohonan kepada OJK u memfasilitasi
penyelesaian pengaduan Konsumen yg dirugikan oleh pelaku di PUJK
LAPSPI
(Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia)
 Dasar hk pendirian LAPSPI:
UU No.30/1999 ttg Arbitrase d Alternatif Penyelesaian Sengketa; Peraturan
MA No.1/2016 ttg Prosedur Mediasi di Pengadilan; POJK No.1/2013 ttg
Perlindungan Hukum di Sektor Jasa Keuangan; POJK No.1/2014 ttg
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Keuangan
 LAPSPI didiirikan 28 April 2015 oleh Asosiasi Perbankan
 Lembaga independen yg tercatat resmi di OJK
 Tujuan pendirian LAPSPI:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat untuk tersedianya mekanisme
penyelesaian sengketa di luar pengadilan di sektor perbankan konvensional
maupun syariah yg cepat, adil, biaya terukur dan efisien.
2. Mewujudkan koordinasi dan kerjasama diantara lembaga alternatif
penyelesaian sengketa lainnya dlm hubnya dg produk keuangan yg
terintegrasi dg mengedepankan indepedensi d kepatuhan pd perat perUUan
 LAPSPI telah mengeluarkan No. 01/lapspi-per/2017 ttg peraturan dan
prosedur mediasi pengurus lembaga alternatif penyelesaian sengketa
perbankan indonesia
PERLINDUNGAN HK THD NASABAH BANK
 Perlindungan hukum itu berkaitan bgmn hk memberikan keadilan
yaitu memberikan atau mengatur hak dan kewajiban thd subyek
hukum, selain itu jg berkaitan bgmn hk itu memberikan keadilan thd
subyek hukum yg dilanggar haknya untuk mempertahankan haknya tsb.

 Hak: mengandung kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan


tindakan ttt atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan ttt.
 Kewajiban: memuat keharusan untuk melakukan atau tdk melakukan
tindakan tsb

 Ruang lingkup hk perbankan: campuran hk publik dan hk privat


 Kegiatan utama usaha bank: menghimpun dana dan menyalurkan dana
yg didasrkan perjanjian
Keg. usaha BU (Ps.6,7 UU Perbankan). Keg. Usaha BPR (Ps.13,14 UU
Perbankan)
Perlidungan hk dlm hub kontraktual
- Lihat Ps.1 angka 5,7,11,12,13,14,15,17,18. Ps. 6 UU
Perbankan
- Lihat KUHPerdt. Buku III Bab I,II, IV. (kett umum
Perj – Asas-asas dlm Perj) dan kett. Khusus.
- Hak dan kewajiban timbul dari perjanjian

Perlindungan hk dlm hub non kontraktual


- Hak dan kewajiban timbul bukan dr kontrak
melainkan dr perUUan, kebiasaan ataupun putusan
pengadilan.
- Hubungan kepercayaan (Ps.1 angka 2,5,11; Ps.3 UU Perb)
- Hubungan kehati-hatian (Ps.2, 8, 11, 29 UU Perb)
- Hubungan kerahasiaan (Ps.1 angka 28, 40, 41A, 42, 42A,
43, 44, 45, 47, 47A, 51 UU Perb)
- Hubungan menjamin simpanan (Ps.37B, UU LPS)
- Hubngan kepedulian thd resiko nasabah (Ps,29 ay.4,
Perat OJKNo.1/POJK.07/2013)
- Hubungan kepedulian thd pengaduan nasabah (Perat
OJKNo.1/POJK.07/2013)
Hubungan Kepercayaan/fiduciary
Ps.1 angka 2 UU Perb: Bank adalah bdn usaha yg menghimpun dana dr
masy dlm bentuk simpanan d menyalurkannya kpd masy dlm bentuk
kredit d at bentuk lainnya yg dipersamakan dg itu.
Ps.1 angka 5 UU Perb: simpanan adalah dana yg dipercayakan oleh
masy kpd bank berdsrkan perjanjian penyimpanan dana dlm bentuk
giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yg
dipersamakan dg itu.
Ps.1 angka 11 UU Perb: Kredit adalah penyediaan uang at tagihan yg dpt
dipersamakan dg itu berdsrkan persetujuan pinjam meminjam
antara bank dg pihak lain yg mewajibkan pihak peminjam u melunasi
utangnya setlh jangka waktu ttt dg pemberian bunga.
Ps.3 UU Perb: fungsi utama perbankan Ind sbg penghimpun d penyalur
dana masy.
Ada hub hk antara Bank dg masy/nasabah penyimpan berdsrkan Perj
Penyimpanan Dana d ada hub hk antara Bank dg masy/nasabah
peminjam berdsrkan persetujuan pinjam meminjam (Hub hk
kontraktual) jg hub hk non kontraktual (UU Perb –hub kepecayaan)
Perlindungan hk pd kontrak/KUHPdt d Ps.16, 46 UUPerb
Hubungan Kehati-hatian/prudential
Ps.2 UU Perb: perb Ind dlm mel keg us berdsrkan dem ekonomi dg
menggunakan prinsip kehati-hatian.
Ps.29 ay 2: Bank wajib memelihara tk kes bank sesuai dg ket kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manejemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, d aspek lain yg berhub dg usaha bank, d wajib mel keg
us dg prinsip kehati-hatian.
Ps.8 UU Perb: dlm memberikan kredit bank wajib memp keyakinan
berdsrkan analisis yg medalam a iktikad d kemampuan nas u
melunasi utangnya.
Ps..11 ay 4A: bank dlm memberikan kredit dilarang melampaui BMPK

Ada hub hk non kontraktual (UU Perb) antara Bank dg nasabah bhw
Bank wajib mel keg usaha dg prinsip kehati-hatian (hub prudential)
Perlindungan hk dr UU Perb (Ps 2,29,8,11, 49 ay 2, 52)
Hubungan Kerahasiaan/confidential
Ps.1 angka 28 UU Perb: rahasia bank adlh segala sesuatu yg dg
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannnya
Ps.40 UU Perb: bank wajib merahasiakan ket mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya, kecuali Ps.41 (perpajakan), 41A
(BUPLN), 42 (perkara pidana), 43 (perkara perdata), 44 (antar Bank,
BI) 44A (kuasa/ahli waris).
Pengecualian yg lain: UU No.31/1999 ttg Tipikor, Perpu No.1/2002 ttg
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, UU No.15/2002 ttg Tindak
Pidana Penccian Uang.

Ada hub hk non kontraktual (UU Perb) antara Bank dg nasabah bhw
Bank wajib merahasiakan ttg ket nasabah penyimpan dan
simpannanya (hub confidential).
Perlindungan hk dr UU Perb (Ps.4o, 47)
Hubungan menjamin dana simpanan
Ps.37B UU Perb: bank wajib menjamin dana masy yg disimpan pd bank
ybs., untuk itu dibentuk LPS.
Ps.4 UU LPS: tugas LPS al. menjamin simpanan nasabah penyimpan
Ps .8 UU LPS: setiap bank yg mel keg usha di wil RI wajib menjadi
peserta penjaminan.
Ps.9 UU LPS: sbg peserta penjaminan, bank wajib al. menyerahkan
dokumen yg disebutkan dlm uu, membayar kontribusi kepesertaan,
membayar premi penjaminan, ….
Ada hub hk non kontraktual (UU Perb d UU LPS) antara Bank dg
Nasabah, Bank dg LPS, LPS dg Nasabah bhw Bank/LPS menjamin
dana simpanan (limitatif) Nasabah Penyimpan.
Perlindungan hk dr UU Perb (Ps.37B, 52, 49), UU LPS (Ps.2, 8-2o, 92)
Hubngan kepedulian thd resiko nasabah
Ps,29 ay.4 UU Perb: bank wajib menyediakan informasi ttg
kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehub transaksi nasabah
dilakukan melalui bank
Ps 2 ay 1 PBI No.7/6/PBI/2005: bank wajib menerapkan transparansi
informasi mengenai produk bank dan pengunaan data pribadi
nasabah. . Pelanggaran thd kewajiban ini , bank mendapatkan
sanksi administratif sesuai dg Ps.52 UU Perbankan
Ada hub hk non kontraktual (UU Perb d PBI No.7/6/PBI/2005)
antara Bank dg Nasabah, bhw Bank wajib memberikan informasi
ttg resiko kerugian yg mungkin timbulsehub transaksi nasabah
dilakulan melalui bank. Bank wajib menerapkan transparansi ttg
produk bank dan penggunaan data pribadi bank
Perlindungan hk nasabah dr UU Perb (Ps.29 ay.4) dan PBI
No.7/6/PBI/2005.
Hubungan kepedulian thd pengaduan nasabah
PBI No.7/PBI/2005 ttg penyelesaian pengaduan nasabah
Ps. 2: bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan yg diajukan nasabah
atau wakilnya. Bank wajib menetakkan kebijakan dan memiliki
prosedur tertulis ttg penerimaan, penanganan dan penyelesaian
pengaduan. Pelanggaran thd kewajiban ini , bank mendapatkan sanksi
administratif sesuai dg Ps.52 UU Perbankan
Ada hub hk non kontraktual (UU Perb d PBI No.7/PBI/2005) antara
Bank dg Nasabah, bhw Bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan
yg diajukan nasabah atau wakilnya. Bank wajib menetakkan kebijakan
dan memiliki prosedur tertulis ttg penerimaan, penanganan dan
penyelesaian pengaduan. Perlindungan hk nasabah dr UU Perb (Ps.29
ay.4) dan PBI No.7/6/PBI/2005.
Perlindungan hk nasabah dr UU Perb dan Perat OJKNo.1/POJK.07/2013.
PBI No.7/PBI/2005 ttg penyelesaian pengaduan nasabah dan PBI
No.8/5/PBI/2006 ttg Mediasi Perbankan yg telad diubah dg PBI
No.10/1/PBI/2008.

Anda mungkin juga menyukai