KELOMPOK 1 :
ADE ARIFIN
ANASTASYA LEVINA D
BUDI SANTOSO
EKA PUGUH C
FERDIANSYAH
NURUL HUSNA
Pengertian Hukum Perbankan
Hukum perbankan adalah kumpulan aturan dan regulasi yang mengatur kegiatan perbankan. Aturan dan regulasi
tersebut mencakup hal-hal seperti penghimpunan dana, pemberian kredit, pengelolaan risiko, dan sebagainya. Tujuan
dari hukum perbankan adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan perbankan yang sehat dan
berkelanjutan.
Hukum perbankan juga dapat didefinisikan sebagai cabang hukum yang khusus mengatur kegiatan perbankan.
Hukum perbankan tidak hanya mengatur hubungan antara bank dengan nasabah, tetapi juga mengatur hubungan antara
bank dengan pihak lain seperti regulator, pemerintah, dan lembaga lainnya yang terkait dengan kegiatan perbankan.
Dasar Hukum Perbankan
Pada dasarnya hukum perbankan menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha
serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya, maka pada prinsipnya hukum perbankan adalah keseluruhan norma-norma tertulis
maupun norma-normatidak tertulis yang mengatur tentang bank yang mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses
pelaksanaan kegiatan usahanya. Norma tertulis meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yangmengatur mengenai bank. Sedangkan
normanorma tidak tertulis meliputi hal-hal atau kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam praktek perbankan.
Sifat hukum perbankan kita bersifat hukum imperatif atau hukum memaksa artinya bank dalam menjalankan usahanya harus tunduk dan
patuh terhadap rambu-rambu yang telah diterapkan dalam undang-undang, apabila rambu perbankan dilarang, Bank Indonesia berwenang
menindak bank yang bersangkutan dengan menjatuhkan sanksi administratif seperti mencabut izin usahanya. Walaupun demikian dalam
rangka pengawasan intern, bank diperkenankan membuat aturan internal (self regulation) dengan berpedoman kepada kebijakan umum Bank
Indonesia. Ketentuan internal ini dimaksudkan sebagai standar yang jelas dan tegas dalam pengawasan internal bank, sehingga diharapkan
dapat melaksanakan kebijakannya sendiri dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Asas-Asas Hukum Perbankan
Asas yang digunakan dalam perbankan adalah asas demokrasi ekonomi dengan berlandaskan prinsip kehati-
hatian, yang termaktub dalam pancasila dan UUD 1945 dan tersimpulkan dalam pasal 33 UUD 1945 yaitu
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan. Sehingga di harapkan dengan asa ini tidak
akan terjadi monopoli.
Asas Kehati-hatian
Asas kehati-hatian merupakan asas yang mengharuskan bank untuk mempertimbangkan risiko dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Bank harus memperhitungkan dengan cermat segala risiko yang mungkin terjadi dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Asas ini bertujuan untuk meminimalkan risiko kerugian bank dan menjaga stabilitas
sistem perbankan.
Asas Likuiditas
Asas likuiditas adalah asas yang mengharuskan bank untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang cukup dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini bertujuan agar bank dapat memenuhi kewajiban pembayaran kepada
nasabahnya, khususnya pada saat sssterjadinya krisis likuiditas.
Asas Keamanan
Asas keamanan adalah asas yang mengharuskan bank untuk memastikan keamanan dari segala transaksi dan
informasi yang diterima maupun diberikan kepada nasabahnya. Bank harus memperhatikan segala risiko keamanan
yang mungkin terjadi, seperti kejahatan siber atau kecurangan dalam transaksi perbankan.
Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan adalah asas yang mengharuskan bank untuk memberikan informasi yang cukup dan jelas kepada
nasabahnya tentang produk dan jasa perbankan yang ditawarkan, termasuk risiko yang terkait dengan produk dan jasa
tersebut.
Prinsip-Prinsip, Fungsi dan Tujuan Hukum Perbankan
Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti materil.
Sumber hukum dalam arti materil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri dan itu tergantung dari
sudut mana dilakukan peninjauannya, apakah dari sudut pandang ekonomi, sejarah, teknologi, filsafat, dan lain
sebagainya.Ahli-ahli perbankan cenderung menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan terhadap lembaga perbankan
dalam suatu masyarakat itulah yang menimbulkan isi hukum yang bersangkutan. Sumber hukum material baru dapat
diperhatikan jika dianggap perlu untuk diketahui asalusul hukum. Sedangkan sumber hukum formil adalah tempat
ditemukannya ketentuan hukum dan perundang-undangan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Tanah Beserta benda-benda yang Berkaitan dengan tanah. Sumber Hukum Tidak Tertulis
1. Yurisprudensi
2. Konvensi (Kebiasaan)
1. Undang-undang No.7 Tahun 1992 Jo. undang-undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
2. Undang-undang No.23 tahun 1999 Jo. Undang-undang No.3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.
3. Undang-undang No.24 Tahun 1999 Tentang Lalu lintas Devisa dan sistem Nili Tukar
6. Undang-undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar Utang
Sejarah Singkat Hukum Perbankan di Indonesia Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan
kezaman Yunani Kuno dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar uang.
Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh
masyarakat, oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakatyang membutuhkannya.Sementara itu, mengenai sejarah
perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank
yang memegang peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De
Algemenevolks CredietBank, Nederland Handles Maatscappij (NHM), Nationale Handles Bank (NHB), dan De
Escompto Bank NV.Di samping itu, terdapat pula bankbank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-
Bank tersebut antara lain: Bank Nasional Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The matsui Bank,
TheBank of China, dan Batavia Bank.
Contoh Kasus Hukum Perbankan
Kesimpulan
Hukum perbankan adalah kumpulan aturan dan regulasi yang mengatur kegiatan perbankan. Asas hukum
perbankan meliputi prinsip kehati-hatian, prinsip kewajaran, prinsip kelayakan, dan prinsip kepatuhan. Sumber hukum
perbankan terdiri dari berbagai macam aturan dan regulasi yang mengatur kegiatan perbankan, seperti Undang-Undang
Perbankan, Peraturan Bank Indonesia, Keputusan Dewan Komisioner OJK, perjanjian antara bank dan nasabah, dan
kebijakan dan prosedur internal bank.
Prinsip kehati-hatian mengharuskan bank untuk melakukan evaluasi dan pengelolaan risiko secara hati-hati dalam
kegiatan perbankannya. Prinsip kewajaran mengharuskan bank untuk memberikan layanan dan produk perbankan
dengan tarif dan kondisi yang wajar dan sesuai dengan standar pasar. Prinsip kelayakan mengharuskan bank untuk
melakukan evaluasi kelayakan dan kecukupan modal dalam kegiatan perbankannya.
Prinsip kepatuhan mengharuskan bank untuk mematuhi semua peraturan dan regulasi yang berlaku dalam kegiatan
perbankannya. Bank harus memastikan bahwa kegiatan perbankannya sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku, termasuk peraturan tentang pencegahan pencucian uang, penghindaran pajak, dan sebagainya.
Kepatuhan terhadap asas dan sumber hukum perbankan sangat penting bagi bank untuk memastikan keberlangsungan
dan keberhasilan kegiatan perbankannya. Bank harus memastikan bahwa kegiatan perbankannya dilakukan secara
transparan, bertanggung jawab, dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini akan membantu bank dalam
menjaga kepercayaan nasabah dan pihak berwenang, serta meningkatkan citra dan reputasi bank di masyarakat.