PENDAHULUAN
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang
banyak, seperti yang tertuang dalam pasal 1 ayat (2) Undang- Undang Negara
Republik Indonesia nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Definisi ini adalah
acuan untuk mengerti definisi bank di Indonesia. Dari definisi yang telah
dijelaskan oleh pasal 1 ayat (2) Undang Undang Negara Republik Indonesia
nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dapat ditarik beberapa informasi yaitu
tentang kegiatan utama dari bank dan tujuan adanya sebuah bank. Kegiatan utama
dari bank dapat berupa 2 yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana.
Penghimpunan dana dilakukan oleh bank dalam bentuk simpanan dari
masyarakat. Sementara untuk penyaluran dana, dilakukan dalam bentuk kredit
yang diberikan kepada masyarakat kembali atau dapat dalam bentuk lain sesuai
yang dengan peraturan perundang-undangan. Lalu, untuk tujuan diadakannya
sebuah bank adalah untuk meningkatkan taraf hidup khalayak banyak. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah salah satu motor penggerak
kesejahteraan masyarakat. Namun bank memiliki sistem tersendiri untuk
melakukan kegiatan operasional sesuai dengan definisi tersebut
Sistem perbankan adalah sebuah tata cara, dalah sebuah tata cara, aturan-
aturan dan pola bagai mana sebuah sektor perbankan (dalam hal ini bank-bank
yang ada) menjalankan usaha nya sesuai dengan ketentuan (sistem) yang dibuat
oleh pemerintah. Sistem perbankan di Indonesia terbangun dengan kosep yang
dilandaskan pada sistem perekonomian yang ada. Indonesia menetapkan sistem
perekonomiannya sebagai sistem ekonomi yang demokrasi sesuai dengan
landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Azas
Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi :
Perbankan Indonesia dalam menjalankan Usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi yang dimaksud
adalah demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Namun
demikian, walaupun prinsip kehati-hatian telah disebutkan, tidak menutup
kemungkinan adanya permasalah dan tindak pidana yang muncul dalam bank dan
sistem perbankannya.
Pengaturan tentang tindak pidana yang terjadi dalam sistem perbankan diatur
oleh Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan yang diperbarui oleh Undang Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Negara
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Dari dua Undang
Undang tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak pidana perbankan adalah
perilaku yang melakukan maupun tidak melakukan terhadap suatu hal
menggunakan produk perbankan sebagai sarana ataupun menyasar produk
perbankan tersebut dari perilaku tersebut yang diatur dalam undang undang
ditetapkan sebagai perilaku yang melawan hukum. Merupakan asas hukum dalam
Undang-Undang Perbankan Indonesia bahwa setiap perilaku (conduct) yang
bertentangan dengan setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku (khusus)
bagi bank adalah tindak pidana. Sehingga dapat ditarik kesimpulan dari beberapa
penjelasan yang telah diuraikan, terdapat permasalahan yang diteliti dan dicari
kebenarannya yaitu tindak pidana perbankan (TPP) yang terjadi dalam bank dan
sistemnya.
Tujuan dari ditulisnya karya tulis ini adalah digunakan untuk mengetahui
informasi tentang tindak pidana dalam bank dan sistem perbankan, sehingga dapat
mengetahui unsur unsur pidana yang timbul dari permasalahan perbankan dan
pengaturan dari unsur unsur tersebut. Dengan demikian, pembaca dapat
mengerti secara detail dan terstruktur, mengapa sebuah tindak pidana dalam
perbankan dapat terjadi, akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana tersebut,
pengaturan terkait permasalahan tersebut dan dapat mengambil sikap maupun
kesimpulan ketika menghadapi permasalahan dalam bank dan sistemnya.
Sehingga pada akhirna, pembaca dapat mengerti pentingnya informasi tentang
tindak pidana perbankan.
Walaupun telah diatur dalam Undang Undang secara lex specialis oleh
pembuat undang undang, namun permalasahan tetap saja muncul ke permukaan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan undang undang sebagai landasan untuk
menyelesaikan masalah yang diaturnya. Selain itu, bank dan sistemnya
merupakan motor penggerak kesejahteraan di masyarakat. Masyarakat saat ini
dapat dikatakan cukup bergantung dengan adanya intitusi ini untuk menunjang
keberlangsungan hidup mereka. Apabila sebagai penggiat hukum tidak dapat
memberikan informasi tentang tindak pidana yang telah diatur dan masalah yang
kemungkinan akan terjadi di masyarakat, akan merusak sistem yang pada
tujuannya untuk membantu pembangunan. Kerugian kerugian yang berpotensi
muncul akan terjadi karena kurangnya informasi terkait hal tersebut. Oleh karena
itu, merupakan sebuah hal yang penting untuk mengetahui informasi tentang
tindak pidana perbankan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1. Perbuatan
2. Yang dilarang ( oleh aturan hukum )
3. Ancaman Pidana ( bagi yang melanggar )
Tindak pidana tidak hanya semata sebagai gejala hukum. Para ahli hukum
pun menganalisis terhadap tindak pidana tersebut. Berbagai pengertian tindak
pidana dikemukakan oleh didasarkan dari sudut mana mereka memandang,
apakah dari segi sosiologis, psikologis atau segi yang lainnya. Aspek-aspek lain
merupakan keterkaitan yang saling mendukung dan mempengaruhi.
Perlu diketahui bahwa dalam hukum perbankan terdapat berbagai
pengertian mengenai tindak pidana. Secara garis besar ada dua pengertian yang
perlu dibedakan dan dipahami yaitu tindak pidana perbankan, dan tindak pidana
dibidang perbankan.
1
Hermansyah, S.H., M.Hum., Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2011, hal. 159
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan) dan undang-undang
lainnya yang mengatur atau berhubungan dengan perbankan (misalnya Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang pokok Bank
Indonesia.
2
Hermansyah, S.H., M.Hum., Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2011, hal. 159-161
2.2 Tindak Pidana Perbankan
Karena RUU Hukum Pidana atau RUU KUHP masih dalam proses, maka
KUHP merupakan hukum positif yang ada sekarang, masih diberlakukan. Oleh
karena itu, tindak pidana perbankan yang dimaksutkan disini adalah tindak
pidana yang diperkirakan sedikit banyaknya mempunyai kolerasi dengan
perbankan. Hal ini dipertegas karena di dalam Pasal 103 KUHP yang
merupakan peraturan yang penghabisan dari Buku I, jelas mengatakan:
Ketentuan dari delapan bab yang pertama dari buku ini berlaku juga terhadap
perbuatan yang dapat dihukum menurut undang-undang lain, kecuali kalua
undang-undang atau ordonansi menentukan perturan lain.
3
Prof. Chainur Arrasjid, S.H.,, Hukum Pidana Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 34-35
Adapun untuk lebih jelasnya maka keempat macam tindak pidana di
bidang perbankan ini akan dijabarkan sebagai berikut:
Tindak pidana ini disebut juga dengan tindak pidana bank gelap. Pasal
46 Ayat (1) menyebutkan, bahwa barang siapa menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari pimpinan Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah). Ketentuan ayat (2) menyebutkan, bahwa dalam hal kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang
berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan atau koperasi, maka
penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap
mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau yang
bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-
duanya. Ketentuan ini satu-satunya ketentuan dalam UU Perbankan yang
mengenakan ancaman hukuman terhadap korporasi dengan menuntut
mereka yang memberi perintah atau pimpinannya.
4
Adrian Sutedi, S.H., M.H., Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,
dan Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal. 19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tindak pidana perbankan merupakan pelanggaran terhadap ketentuan
perbankan yang diatur dan diancam dengan pidana berdasarkan undang-
undang perbankan (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana
telah diubah oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan) dan undang-undang lainnya yang mengatur atau berhubungan
dengan perbankan (misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953
tentang Penetapan Undang-Undang pokok Bank Indonesia. Tindak
pidana perbankan mengandung pengertian tindak pidana itu semata-mata
dilakukan oleh bank atau orang bank, sedangkan tindak pidana di bidang
perbankan tampaknya lebih netral dan lebih luas karena dapat mencakup
tindak pidana yang dilakukan oleh orang di luar dan di dalam bank.