Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS UPAYA HUKUM DI INDONESIA

Tugas Terstruktur 2 Hukum Acara Perdata C

Oleh:

155010101111040 FARI ` NAUFAL

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2016
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN UPAYA HUKUM

Sebelum membahas mengenai macam-macam upaya hukum yang dapat diajukan didalam sistem
hukum di Indonesia, yang dimaksud dengan upaya hukum itu adalah upaya yang diberikan oleh
undang-undang kepada seseorang atau badan hukum untuk melawan putusan hakim1 yang
sedang berperkara dipengadilan.

Siapa disini yang boleh mengajukan upaya hukum? Yakni baik penggugat maupun
tergugat yang bilamana salah satu pihak merasa bahwa putusan pengadilan tidaklah
mencerminkan keadilan.2 Dan muncul pertanyaan lagi ditingkat manakah upaya hukum dapat
diajukan? Yakni adalah pada tingkat pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung.
Sebagaimana maksud undang-undang memberikan hak kepada para penggugat atau tergugat
yang merasa putusannya tidak merasa puas ialah tindakan preventif / agar mencegah putusan
hakim yang salah karena kealpaannya atau secara sengaja mengunakan kewenangannya. Tujuan
dari upaya hukum lainnya yang berbentuk represif adalah memperbaiki suatu putusan
pengadilan3

B.MACAM-MACAM UPAYA HUKUM

Upaya hukum tidak hanya satu jenisnya yang bisa digunakan untuk pada putusan tahap
pengadilan negeri, pengadilan tinggi, maupun tahap mahkamah agung namun hukum acara
perdata memiliki klasifikasi upaya hukum menjadi 2 (dua) macam upaya hukum, yaitu upaya
hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Bagaimana perbedaannya? Mariki kita bahas sebagai
berikut :

B.1. Upaya Hukum Biasa

Upaya hukum biasa adalah perlawanan terhadap putusan verstek, banding, dan kasasi.
Upaya hukum biasa hanya dilakukan pada putusan yang masih belum inkract(belum mempunyai
kekuatan hukum tetap) yang masih pada tahap Pengadilan negeri dan Pengadilan tinggi saja.

1
.Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Ny. Retnowulan S, SH. Iskandar O, SH. Hal.142
2
.Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Sarwono, SH. M.Hum Hal.350
3
Hukum Acara Perdata Di Indonesia Oleh Dr. H. Zainal Asikin, S.H., SU Hal.135
Apabila putusan tersebut dijatuhkan dengan ketentuan dapat dilaksanakan terlebih dahulu,
meskipun diajukan upaya biasa namun eksekusi akan berjalan terus4. Dan hal itu juga menjadi
pembeda antara Upaya hukum biasa dan luar biasa.

B.1A VERSTEK

Verstek adalah suatu putusan yang diambil karena tidak hadirnya tergugat Dalam
persidangan 2 (dua) kali berturut-turut dan tidak menyuruh wakilnya atau kuasa hukumnya yang
diberikan kuasa khusus untuk itu (Pasal 129 HIR). Suatu upaya hukum ini diatur dalam 125 ayat
(5) , 129 ayat (2) , pasal 126 dan pasal 149 ayat (39), pasal 153 ayat (2) , pasal 150 RG.

Dapat dilihat pada pasal 129 ayat (2) mengenai tempo/tenggang waktu upaya hukum
yang dapat dilakukan adalah 14 hari (termasuk hari libur) setelah putusan verstek diberitahukan
kepada tergugat karena tergugat tidak hadir. Namun, jika tidak diberitahukan kepada tergugat
secara langsung melainkan melalui kepala desa, menurut pasal 196 HIR tenggang waktunya
masih dapat diajkukan sampai hari ke 8 (delapan) setelah di aamaning5. Perlawanan terhadap
putusan verstek diajukan seperti mengajukan surat gugatan biasa. ( Pasal 129 ayat (3) HIR dan
pasal 153 ayat (3) Rbg. Ketika perlawanan telah diajukan maka tertundalah putusan verstek
dijalankan6.

Bagaimana jika tergugat tidak hadir ketika sudah dilakukan upaya hukum verstek? Dalam
hal ini terjadi demikian tergugat hanya dapat mengajukan perlawanan dengan permohonan
banding kepengadilan tinggi. Perlawanan verzet dapat menangguhkan eksekusi, terkecuali jika
dalam putusan verstek tersebut telah dijatuhkan putusan serta merta yang pelaksanaan
putusannya dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun pihak tergugat mengajukan
permohonan banding atas putusan verstek7

4
Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Ny. Retnowulan S, SH. Iskandar O, SH. Hal.142
5
Aamaning : ditegur oleh pihak pengadilan agar tergugat mematuhi putusan verstek
6
pengantar hukum acara perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.HumHerinawati, SH, M.Hum. Hal.124
7
Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Sarwono, SH. M.Hum Hal.353
B.1B BANDING

Banding ialah memohon supaya perkara yang telah diputus oleh pengadilan tingkat
pertama diperiksa diperiksa ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi (tingkat banding) , karena
merasa belum puas dengan keputusan pengadilan tingkat pertama8.

Putusan hakim merupakan salah satu upaya hukum terhadap suatu putusan hakim
ditingkat pertama atau tingkat pengadilan negeri . yang dapat mengajukan permohonan banding
adalah yang bersangkutan (pasal 6 UU No. 20 tahun 1947, pasal 199 Rbg, pasal 19 UU No. 14
tahun 1970, banding ini hanya diperuntukkan bagi pihak yang dikalahkan9. Permohonan banding
diajukan kepada panitera pengadilan negeri dengan tenggang waktu 14 (empat belas) hari
terhitung sejak hari dan tanggal diumumkannya putusan tersebut kepada para pihak yang
berperkara, dan jika domisilinya tidak pada berada pada pengadilan yang mengadili maka
menjadi 30 (tiga puluh). Namun, pada praktiknya memang PN mempunyai wewenang
memperpanjang tenggang waktu sesuai keadaan sebanyak-banyaknya 6 (enam) minggu10.

Karena sifatnya masih upaya hukum biasa maka para pihak diperbolehkan memasukkan
surat keterangan dan bukti-bukti baru sebagaimana telah diuraikan dalam alasan permohon
banding (memori banding) kepada panitera pengadilan negeri. Sedangkan, pihak terbanding
semula dimenangkan dalam persidangan dipengadilan negeri dapat menjawab memori banding
dengan kontra memori banding. Dalam permohonan banding Pembuatan Memori Banding
tidaklah merupakan keharusan atau kewajiban, undang-undang tidak mewajibkan pembanding
untuk mengajukan Memori bandingnya artinya walaupun tidak dibuat memori Banding oleh
Pembanding hal tersebut tetap dibenarkan, dan juga tidak ada batas waktu kapan memori
banding harus diserahkan kepada Pengadilan, selama putusan belum diambil oleh pengadilan
Tinggi memori banding masih bisa diserahkan.11

Judex facti : memeriksa bukti-bukti dari suatu perkara dan menentukan fakta-fakta dari perkara tersebut
8
Hukum Acara Perdata Di Indonesia Oleh Dr. H. Zainal Asikin, S.H., SU Hal.137
9
pengantar hukum acara perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.HumHerinawati, SH, M.Hum. Hal.125
10
Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Sarwono, SH. M.Hum Hal.356
11
pengantar hukum acara perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.HumHerinawati, SH, M.Hum. Hal.126
B.1C KASASI

Kasasi artinya pembatalan putusan oleh Mahkamah Agung (MA). Pengertian pengadilan
kasasi adalah pengadilan yang memeriksa apakah judex factie tidak salah dalam melaksanakan
peradilan. Upaya hukum kasasi itu sendiri adalah upaya agar putusan PA dan PTA/PTU/PTN
dibatalkan oleh MA, demi kepentingan kesatuan peradilan12.

Upaya hukum ini hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali saja, kecuali dalam putusan
peradilan tingkat pertama yang oleh undang-undang tidak dapat dimohonkan banding (pasal 43
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang
selanjutnya ditulis UU No.14 Tahun 1985 jo.Pasal 45A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 yang selanjutnya ditulis UU
No.5 Tahun 2004)

Adapun keputusan hakim yang tidak dapat diajukan permohonan kasasi antara lain
sebagai berikut

1. Putusan tentang pra peradilan


2. Perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1 tahun dan atau
diancam dengan pidanan denda
3. Perkara TUN yang objek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang
jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan 13

Tenggang waktu untuk mengajukan kasasi adalah 14 hari sejak putusan Pengadilan Tinggi
disampaikan kepada yang bersangkutan, dan 14 hari terhitung sejak menyatakan kasasi pemohon
kasasi harus menyerahkan Memori kasasi. Berbeda dengan banding dimana Memori banding
bukanlah menjadi kewajiban bagi Pemohon Banding, akan tetapi dalam kasasi, Memori Kasasi
adalah merupakan kewajiban bagi Pemohon Kasasi untuk diserahkan, artinya apabila memori
kasasi tersebut tidak dibuat maka permohonan kasasi akan ditolak, terhadap Memori Kasasi
Termohon Kasasi dapat menyampaikan Kontra Memori Kasasi dalam tenggang waktu 14 hari

12
Hukum Acara Perdata Di Indonesia Oleh Dr. H. Zainal Asikin, S.H., SU Hal.139
13
Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Sarwono, SH. M.Hum Hal.358
sejak memori kasasi disampaikan kepadanya. Kontra Memori kasasi yang disampaikan melebihi
tenggang waktu tersebut tidak dapat dipertimbangkan lagi. 14

B.2. Upaya Hukum Luar Biasa ( BUITENGEWOON RECHTSMIDDEL)

Upaya hukum luar biasa adalah perlawanan terhadap putusan Derdenverzet atau
perlawanan pihak ketiga eksekutorial, Peninjauan kembali. Upaya hukum luar biasa dilakukan
pada putusan yang sudah bersifat inkract (sudah mempunyai kekuatan hukum tetap) dan sudah
tahap final yakni mahkamah agung. Berbeda dengan upaya hukum biasa disini azasnya adalah
tidak menangguhkan eksekusi.

B.2A PENINJAUAN KEMBALI ( REQUEST CIVIEL)

Peninjauan kembali adalah suatu upaya untuk memeriksa dan mementahkan kembali
suatu putusan Pengadilan yang telah berkekuatan Hukum tetap, guna membatalkannya.
Permohonan Peninjauan Kembali tidak menghalangi jalannya Eksekusi atas Putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap 15

Hal ini disebabkan oleh karena dalam suatu perkara tingkat pengadilan pertama pihak
yang dikalahkan tidak dapat hadir dan juga tidak ada perwakilannya untuk mengajukan
perlawanan terhadap putusan dengan cara mengajukan banding16

Bab III Undang-Undang No. 14 tahun 1985, mengatur tentang kekuasaan Mahkamah
Agung, Pasal 28 berisi yakni :

(1). Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus :

a) permohonan kasasi

b) Sengketa tentang kewenangan mengadili

c) Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap

14
pengantar hukum acara perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.Hum Herinawati, SH, M.Hum. Hal.128
15
pengantar hukum acara perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.HumHerinawati, SH, M.Hum. Hal.129
16
Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Sarwono, SH. M.Hum Hal.361
Bagaimana dengan tengang waktu mengajukan peninjauan kembali ke MA? Tenggang
waktu untuk mengajukan permohonan kembali adalah 180 (seratus delapan puluh) hari,Setelah
Mahkamah Agung menerima permohonan Peninjauan Kembali maka panitera berkewajiban
untuk paling lama dalam waktu 14 hari mengirimkan salinan permohonan kepada pihak lawan
pemohon hal ini dilakukan dengan maksud pihak lawan mengetahuinya dan punya kesempatan
untuk mengajukan jawabannya.Tenggang waktu bagi pihak lawan untuk mengajukan
jawabannya adalah 30 hari setelah tanggal diterimanya salinan permohonan Peninjauan Kembali
tersebut. 17 PK harus diajukan sendiri oleh pihak yang berperkara atau ahli warisnya atau
seorang wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu kepada Mahkamah Agung melalui
ketua pengadilan negeri18.

B.2B PERLAWANAN PIHAK KETIGA EKSEKUTORIAL (DERDEN VERZET)

Derden verzet adalah perlawanan pihak ketiga yang bukan pihak dalam perkara yang
bersangkutan oleh karena ia merasa dirugikan oleh suatu putusan pengadilan19. Dalam
perlawanan pihak ketiga ini umumnya dalam suatu perkara tidak diikutsertakan dalam
persidangan pengadilan dan tidak ada sangkut pautnya dengan para pihak yang sedang
bersengketa, tetapi barang miliknya yang sah baik terhadap barang-barang bergerak maupun
tidak bergerak disita oleh pengadilan20.

Macam-macam pelaksanaan putusan Derden Verzet:

1. Pelaksanaan putusan yang menghukum seseorang untuk membayar sejumlah uang.

2. Pelaksanaan putusan yang menghukum seseorang untuk melakuakan suatu perbuatan.

3. Pelaksanaan putusan yang menghukum seseorang untuk mengosongkan barang tetap21.

Dalam Praktek terdapat 2 (dua) macam perlawanan pihak ketiga yaitu:

17
pengantar hukum acara perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.Hum Herinawati, SH, M.Hum. Hal.131
18
Buku ajar hukum acara perdata oleh Wiratmanto SH, M.Hum Hal.30
19
Buku ajar hukum acara perdata oleh Wiratmanto SH, M.Hum Hal.30
20
Hukum acara perdata dalam teori dan praktik oleh Sarwono, SH. M.Hum Hal.366 & 367
21
Buku ajar hukum acara perdata oleh Wiratmanto SH, M.Hum Hal.31
1. Perlawanan pihak ketiga terhadap sita Eksekusi, yaitu : perlawanan pihak ketiga
terhadap suatu penyitaan terhadap suatu benda atau barang karena putusan sudah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap.

2. Perlawanan Pihak Ketiga terhadap sita Jaminan yaitu : Perlawanan yang dilakukan
oleh pihak ketiga terhadap putusan Pengadilan yang belum mempunyai keputusan Hukum yang
tetap22

ANALISIS UPAYA HUKUM DI INDONESIA

Upaya hukum di Indonesia didalamnya mengandung Asas Sederhana, Cepat Dan Biaya
Ringan yang berarti harus mencerminkan ketiga sifat yang terkandung didalamnya namun disini
apakah upaya hukum di Indonesia sudah mencerminkan asas tersebut? Agar lebih fokus dalam
pembahasan mari kita bahas salah satunya yakni CEPAT, apakah sudah mencerminkan kata
CEPAT upaya hukum di Indonesia?

Upaya Hukum di Indonesia memiiki 2 macam, upaya hukum luar biasa dan upaya hukum
luar biasa dimana dalam tingkat pengadilan negeri, pengadilan tinggi, dan mahkamah agung
sudah memiliki upaya hukumnya sendiri. Dimana yang jenis putusannya belum inkract yakni
dapat dilaksanakan upaya hukum biasa yaitu verstek, banding, dan kasasi. Dimana verstek dan
banding di ajukan dalam pengadilan negeri dan pengadilan tinggi dan upaya hukum kasasi
diajukan kepada MA. Sedangkan putusan yang sudah inkract upaya hukumnya Peninjauan
kembali dan DerdenVerzet yakni keduanya dalam Mahkamah Agung dan dapat disimpulkan :

Pengadilan Negeri : Upaya Hukum Verstek


Pengadilan Tinggi : Banding
Mahkamah Agung : Kasasi, Peninjauan Kembali

JANGKA PENYELESAIAN PERKARA DALAM TIAP TINGKAT PENGADILAN

A. Jangka penyelesaian acara pada tingkat Pengadilan Negeri :

22
pengantar hukum acara perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.Hum Herinawati, SH, M.Hum. Hal.132
14 hari (termasuk hari libur) setelah putusan verstek diberitahukan harus sudah diajukan
adalah tempo tenggang yang diberikan kepada pihak yang merasa putusannya tidak
mencerminkan keadilan, jika dalam 14 hari itu atau 8 hari setelah aamaning pihak yang merasa
tidak puas mengenai putusannya tidak segera mengajukannya maka pengadilan negeri
menganggap putusannya telah mencerminkan keadilan bagi kedua belah pihak.

Mengenai jangka waktu penyelesaian pada tingkat pengadilan pertama dalam Surat
Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan
Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan.

Penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat Pertama paling lambat dalam waktu 5
(lima) bulan termasuk penyelesaian minutasi. Terhadap sifat dan keadaan perkara tertentu yang
penyelesaian perkaranya memakan waktu lebih dari 5 bulan, maka Majelis Hakim yang
menangani perkara tersebut harus membuat laporan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama
dengan tembusan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding dan Ketua Mahkamah
Agung.

B. Jangka penyelesaian acara pada tingkat Pengadilan Tinggi

Permohonan banding diajukan kepada panitera pengadilan negeri dengan tenggang waktu 14
(empat belas) hari terhitung sejak hari dan tanggal diumumkannya putusan tersebut kepada para
pihak yang berperkara, dan jika domisilinya tidak pada berada pada pengadilan yang mengadili
maka menjadi 30 (tiga puluh).

Mengenai jangka waktu penyelesaian pada tingkat pengadilan pertama dalam Surat Edaran
Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat
Pertama dan Tingkat Banding pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan.

Penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat Banding paling lambat dalam waktu 3 (tiga)
bulan termasuk penyelesaian minutasi. Terhadap sifat dan keadaan perkara tertentu yang
penyelesaian perkaranya memakan waktu lebih dari 3 bulan, maka Majelis Hakim yang
menangani perkara tersebut harus membuat laporan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding
dengan tembusan ditujukan kepada Ketua Mahkamah Agung;
C. Jangka penyelesaian acara pada tingkat Mahkamah Agung

Dalam Surat Keputusan Ketua MA Nomor 119/SK/KMA/VII/2013 dan Surat Edaran MA


Nomor 2 Tahun 2014. Berdasarkan aturan itu, MA harus memutus paling lama 3 bulan setelah
perkara tersebut diterima oleh Ketua majelis kasasi/PK.

Penanganan perkara kasasi dan peninjauan kembali pada Mahkamah Agung harus
diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 250 (dua ratus lima puluh) hari, kecuali ditentukan
lain oleh peraturan perundang-undangan, terhitung mulai penerimaan berkas hingga pengiriman
kembali berkas ke pengadilan pengaju.

KESIMPULAN :

Dalam hal jangka waktu penanganan perkara dalam pengadilan negeri, pengadilan
tinggi, dan Mahkamah Agung sudah mencerminkan asas Asas Sederhana, Cepat Dan Biaya
Ringan mengenai sifat CEPAT nya. Dalam jangka menetapkan batas para pihak untuk
mengajukan gugatan dan dari penyelesaian perkara oleh pengadilan sudah diatur agar
menerapkan asasnya sehingga agar tidak merugikan para pihak yang bersengketa.

Lihat saja perkara yang ada dalam Mahkamah Agung , MA telah melakukan perubahan
revolusioner dalam sistem pemeriksaan berkas perkara kasasi dan peninjauan kembali. Sejak 1
Agustus 2013, sistem pemeriksaan berkas dilakukan secara serentak atau bersamaan
menggantikan sistem membaca bergiliran yang telah berlangsung lama. MA mewajibkan
pengadilan untuk menyertakan E-Dokumen. E-Dokumen yang dikirim ke MA ini menjadi bahan
bagi para hakim agung dalam membaca berkas.

Sistem baru yang diterapkan MA ini ternyata telah membawa dampak positif bagi
peningkatan produktifitas dalam memutus perkara. Berdasarkan data yang disampaikan pada
laporan tahunan MA 2013, MA telah memutus perkara di tahun tersebut sebanyak 16.034
perkara. Jumlah ini meningkat 45,83% dari tahun sebelumnya. Peningkatan produktifitas MA
ini, antara lain, dipicu oleh adanya perubahan sistem memeriksa berkas tersebut.23

23
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53675902b5a89/ketua-ma-ingatkan-batas-waktu-penanganan-
perkara diakses pada 5-juni-2017
DAFTAR PUSTAKA

1. Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik oleh Sarwono, S.H., M.Hum. tahun 2012
2. Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik oleh Ny.Retnowulan Sutantio., SH. , Iskandar
Oeripkartawinata tahun 1979
3. Pengantar Hukum Acara Perdata oleh Laila M. Rasyid, SH, M.HumHerinawati, SH,
M.Hum. Tahun 2015
4. Buku ajar Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Hukum Acara
Perdata oleh Wiratmanto SH, M.Hum tahun 2016
5. Hukum Acara Perdata Di Indonesia Oleh Dr. H. Zainal Asikin, S.H., SU tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai