Anda di halaman 1dari 8

LIKUIDASI PERUSAHAAN

I. LIKUIDASI PERUSAHAAN

Likuidasi perusahaan dalam bahasa Inggris adalah winding up atau liquidation. Yang


dimaksud dengan likuidasi perusahaan adalah suatu tindakan untuk membubarkan,
menutup dan menghentikan semua kegiatan dari suatu perusahaan dan
membereskannya serta membagi-bagikan aktiva tersebut kepada pihak kreditur dan
pemegang saham.

Dengan demikian, elemen-elemen hukum dari suatu likuidasi perusahaan adalah


sebagai berikut:

1. Penutupan atau penghentian bisnis perusahaan.


2. Pemberesan perusahaan (menjual dan membagi-bagikan aset).
3. Pembubaran (termasuk pelaporan, pendaftaran dan pengumuman tentang
pembubaran).
 
Likuidasi suatu perusahaan dapat terjadi karena sebab-sebab sebagai berikut:

1. Sewaktu-waktu karena kehendak dari Rapat Umum Pemegang Saham (dengan


kuorum dan voting supermajority).
2. Jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir (tidak diperpanjang).
3. Berdasarka penetapan pengadilan, yakni dalam hal-hal sebagai berikut:
4. Permohonan dari pihak kejaksaan.
5. Permohonan paling sedikit 10% pemegang saham.
6. Permohonan kreditur (setelah pailit atau setelah pailit dicabut).
7. Permohonan pihak perseroan dengan alasan karena adanya cacat hukum dalam
akta pendirian.
8. Sebagai akibat dari merger atau konsolidasi perusahaan (yang memerlukan
likuidasi).
 
Akibat hukum dari adanya likuidasi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tidak bisa berbisnis lagi.


2. Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan tertentu sejauh yang menyangkut
dengan pemberesan kekayaannya.
3. Di belakang nama perusahaan dibubuhkan kata “dalam likuidasi”.
4. Pengangkatan likuidator.
5. Kewajiban pemberesan hak dan kewajiban perusahaan.
6. Pembubaran perusahaan.
Dalam hal likuidasi perusahaan ini, diangkatlah seorang atau lebih likuidator untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan likuidasi ini. Tugas
likuidator dalam proses likuidasi perusahaan mirip dengan tugas kurator dalam proses
kepailitan perusahaan. Likuidator diangkat oleh:

1. Rapat Umum Pemegang Saham jika likuidasi ditetapkan oleh rapat umum
pemegang saham, atau
2. Pengadilan, jika likuidasi atas perintah pengadilan.
3. Adapun mereka-mereka yang diangkat untuk menjadi likuidator adalah sebagai
berikut:
I. Pihak dalam perusahaan, dalam hal ini direksi (ditambah dengan pihak lain,
seperti komisaris atau manajer bila perlu).
II. Pihak luar perusahaan, seperti lawyer atau akuntan publik.
III. Kombinasi antara pihak dalam dengan pihak luar perseroan.
IV. Direksi (demi hukum) jika dalam suatu likuidasi ternyata tidak ditunjuk
seorang likuidator.

 
Seperti yang telah disebutkan bahwa seorang likuidator mempunyai tugas yang mirip
dengan tugas seorang kurator dalam proses kepailitan perusahaan. Dalam proses
pemberesan perusahaan seorang likuidator mempunyai tugas-tugas yuridis sebagai
berikut:

1. Likuidator bertugas sebagaimana layaknya seorang direksi perusahaan.


2. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perusahaan.
3. Penjualan aset-aset perseroan (jika diperlukan).
4. Penagihan piutang perseroan.
5. Melanjutkan bisnis perseroan sebelum dijual aset jika hal tersebut dianggap yang
terbaik buat perolehan perusahaan yang optimal.
6. Pemanggilan kreditur dan pemberitahuan kepada kreditur dan publik.
7. Penentuan tata cara pembagian aset perseroan sesuai aturan main yang berlaku.
8. Pembayaran kepada kreditur.
9. Pembagian sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
 
Sedangkan dalam proses pembubaran perusahaan, para likuidator mempunyai tugas-
tugas yuridis sebagai berikut:

1. Mendaftarkan likuidasi dalam daftar perusahaan.


2. Mengumumkan likuidasi dalam berita negara.
3. Mengumumkan likuidasi dalam 2 surat kabar harian.
4. Melakukan pemberitahuan kepada Menteri Kehakiman.
5. Mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terakhir dan likuidator
bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas hasil
likuidasi yang telah dilakukannya.
6. Mendaftarkan hasil akhir proses likuidasi dalam daftar perusahaan.
7. Mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam berita negara.
8. Mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam 2 surat kabar harian.
 
Apabila likuidator dapat menjalankan tugasnya secara benar, maka pada prinsipnya dia
dibebaskan dari tanggung jawabnya demi hukum. Akan tetapi, pembebasan tanggung
jawab tersebut dapat juga dilakukan dengan pemberian pembebasan tanggung
jawab (etquit et de charge) dalam rapat umum pemegang saham yang terakhir.
 
Jika pihak likuidator belum melakukan pendaftaran (dalam daftar perusahaan) dan
pengumuman (dalam berita negara), maka proses likuidasi beserta seluruh konsekuensi
hukumnya belum berlaku terhadap pihak ketiga, tetapi hanya berlaku secara intern
perusahaan.
 

II. Dasar Hukum Likuidasi Perusahan

Dasar Hukum : UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Berlaku sejak di
Undangkan tanggal 16 Agustus 2007. Mengganti Undang-undang No.1 Tahun 1995
Tentang Perseroan Terbatas

(“UUPT”).Perseroan dapat dibubarkan dengan alasan sebagaimana yang disebutkan


dalam ketentuan Pasal 142 ayat (1) UUPT yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan keputusan RUPS. Usul pembubaran Perseroan kepada RUPS
diajukan oleh Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau
lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara. Keputusan RUPS tentang pembubaran Perseroan sah apabila diambil
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dan
Pasal 89 UUPT, yaitu dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat dan RUPS
dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit ¾ bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan
sah apabila disetujui paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan,
kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan
tentang ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih
besar. Dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana tersebut diatas tidak tercapai,
dapat diadakan RUPS kedua. Dimana dalam RUPS kedua tersebut sah dan
berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan
keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat)
bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan
kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan
keputusan RUPS yang lebih besar. Pembubaran Perseroan dimulai sejak saat
yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.
2. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir. Pembubaran Perseroan terjadi karena hukum apabila jangka waktu
berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir. Dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah jangka waktu berdirinya
Perseroan berakhir RUPS menetapkan penunjukan likuidator. Direksi tidak boleh
melakukan perbuatan hukum baru atas nama Perseroan setelah jangka waktu
berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.
3. Berdasarkan penetapan pengadilan. Pengadilan negeri dapat membubarkan
Perseroan atas i) permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan
melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang
melanggar peraturan perundang-undangan, ii) permohonan pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta pendirian,
iii) permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan
alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan. Dalam penetapan pengadilan
ditetapkan juga penunjukan likuidator.
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk
membayar biaya kepailitan.
5. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
6. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Catatan :
Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu berdirinya
yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya
kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk
likuidator, Direksi bertindak selaku likuidator.

Ketika Perseroan dibubarkan sesuai dengan alasan-alasan sebagaimana disebutkan


dalam Pasal 142 ayat (1) UUPT, maka wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh
Likuidator atau Kurator (likuidasi yang dilakukan oleh Kurator adalah likuidasi yang
khusus dilakukan dalam hal Perseroan bubar karena alasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 142 ayat (1) huruf e). Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum
kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi,
hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 142 ayat (2) UUPT. 

Berdasarkan alasan-alasan pembubaran di atas, bahwa pembubaran perusahaan dalam


berdasarkan keputusan RUPS. Perlu di ketahui bahwa berdasarkan Pasal 142 ayat
(2) UU 40/2007, pembubaran wajib diikuti dengan likuidasi.
Likuidasi adalah proses pengurusan dan pemberesan aktiva dan pasiva dari suatu
perusahaan yang penanganannya dilakukan oleh kurator (jika dalam proses Hukum
Kepailitan) atau likuidator (di luar lingkup Hukum Kepailitan) yang akhir dari
pemberesan tersebut digunakan untuk pembayaran utang dari debitor kepada para
kreditor-kreditonya.
Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

1. melalui penyerahan, yaitu proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan, dan
2. melalui kepailitan formal berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus.

Likuidasi penyerahan adalah prodesur informal untuk melikuidir hutang, bagi


kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka
menerima lebih banyak. Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga yang
disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk menjual aktiva itu baik di
bawah tangan atau melalui lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada kreditur secara
pro-rata.
Sedangkan likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan yang
mempunyai tiga fungsi penting, yaitu melindungi kreditur dari kemungkinan penipuan
oleh debitur, pembagian aktiva debitur secara adil kepada para kreditur, menghapuskan
semua kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai usaha baru tanpa
harus dibebani hutang terdahulu.
Sementara itu, apabila perusahaan telah di bubarkan, dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran perseroan likuidator
wajib memberitahukan:
1. Kepada semua kreditor mengenai pembubaran perseroan dengan cara
mengumumkan pembubaran perseroan dalam:
A.       surat kabar, yang memuat:

I. Pembubaran perseroan dan dasar hukumnya;


II. Nama dan alamat likuidator
III. Tata cara pengajuan tagihan dan
IV. Jangka waktu pengajuan tagihan (60 hari terhitung sejak
tanggalpengumuman)

B.        Berita Negara republic Indonesia, yang memuat:

I. Dasar hukum pembubaran perseroan dan


II. Pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar

2. Pembubaran perseroan kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan


bahwa perseroan Dalam likuidasi.
3. Setelah 30 hari pertanggungjawaban likuidator diterima, Likuidator wajib
memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi
dalam surat kabar
a) Setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator atau
b) Setelah pengadilan menerima pertanggungjawaban likuidator yang
ditunjuknya.

Pembubaran, Likuidasi, dan berakhirnya status Badan Hukum Perseroan diatur dalam
Pasal 142-152 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

III. Tahap-Tahap Likuidasi

Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal
142 ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”),
maka Pasal 142 ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran
perseroan karena alasan-alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib
diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator.
Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:

1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan

Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling


lambat 30 (tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor
mengenai pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia. Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan
kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.
(Pasal 147 ayat (1) UUPT).

Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat


Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia. sebagaimana yang dimaksud diatas,
pemberitahuan harus memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan
alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan.
Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada
Menteri tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi dengan bukti
dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada kreditor dalam surat
kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT).

Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan,


pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi orang ketiga. Jika likuidator lalai melakukan
pemberitahuan tersebut, likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga. (Pasal 148 ayat (1) dan
(2) UUPT).
2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan

Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam
melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus meliputi
pelaksanaan:
1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan
2. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia
mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi.
3. Pembayaran kepada para kreditor.
4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
5. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.

Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih


besar daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit
Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor
yang diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar
kepailitan. (Pasal 149 ayat (2) UUPT).

3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor

Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil


likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut
ditolak oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan
(Pasal 149 ayat (3) dan (4)).

Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu


tersebut, dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung
tanggal penolakan, sebaliknya kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat
mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung
sejak pembubaran perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang
diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil
likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan demikian pemegang
saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara proposional dengan
jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4) dan (5) UUPT).
Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti
yang diatur, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan
kejaksaan ketua pengadilan negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan
memberhentikan likuidator lama. Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah
yang bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat (1) dan (2)
UUPT).

4. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator

Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang


mengangkatnya atas likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung
jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat
(1) UUPT).

5. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi

Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan


hasil akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan
pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban
likuidator yang ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi kurator yang
pertanggung jawabannya telah diterima oleh hakim pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan
(4) UUPT).

Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus


nama Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya
status badan hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan
(Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT).

Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal


152  ayat (3) dan (4) UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh
RUPS, pengadilan atau hakim pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).

Tahapan-tahapan likuidasi telah dinilai selesai pada saat Menteri mengumumkan


berakhirnya status badan hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai