Anda di halaman 1dari 10

PEMBUBARAN PERSEROAN

KELOMPOK 11

Zubair Sholahuddin - 1606891835


Marlon Enrico Mikail - 1706977525
Meinitya Azzahra Bianda - 1706977550
Muhammad Pramadiathalla - 1706977582
Noel Joshua Makarios Simbolon – 1706977651
Pandu Muhammad Saidarka - 1706977670
Irene Beathrine Elshaddai - 1806219255
Pasal 142
Pasal ini mengatur dasar terjadinya pembubaran perseroan yang dibenarkan hukum. Pembubaran
perseroan terjadi karena:
a. berdasarkan keputusan RUPS;
b. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telahberakhir;
c. berdasarkan penetapan pengadilan;
d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;
e. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana
diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
f. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lebih lanjut, dalam hal pembubaran perseroa harus diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator
atau kurator; dan Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk
membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi.
Pasal 143 :

Status Hukum: status badan hukum baru hilang setelah selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban
likuidator diterima oleh pengadilan

Status lain: terdapat tambahan status berupa “dalam likuidasi” di belakang nama perseoran
Pasal 144
Terlebih dahulu harus diajukan usul pembubaran perseroan kepada RUPS oleh Direksi, Dewan Komisaris,
atau satu pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari seluruh jumlah saham
dengan hak suara

Berikutnya, apabila usul diterima, maka RUPS dijalankan berdasarkan pasal 87 ayat (1) dan pasal 89 UU PT

Apabila hasil RUPS menyetujui pembubaran, maka pembubaran perseroan dimulai sejak ditetapkan dalam
keputusan RUPS
Pasal 145-146
Dalam Pasal 145 UUPT 2007, disebutkan bahwa suatu Perseroan dapat terjadi suatu pembubaran apabila
jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar dari Perseroan tersebut telah berakhir (Ps.
145 ayat (1) UUPT 2007). Dalam ayat (2), juga telah disebutkan bahwa setelah jangka waktu berdirinya
tersebut berakhir, maka dalam jangka waktu paling lama 30 hari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
menetapkan penunjukan likuidator. Dalam hal jangka waktu setelah Perseroan berakhir tersebut, Direksi
tidak boleh melakukan suatu perbuatan hukum baru atas nama Perseroan,sebagaimana ayat (3) dari Pasal
145 UUPT 2007 ini.
Pengadilan Negeri (PN) pun dapat membubarkan Perseroan. Hal tersebut terdapat pemgaturannya dalan
Pasal 146 UUPT 2007. Dasar PN dapat membubarkan Perseroan teraebut adalah atas:
a. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau Perseroan
melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundangundangan;

b. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta
pendirian;

c. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan Perseroan tidak
mungkin untuk dilanjutkan.
2) Dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator.
Pasal 147 - 148
Dalam waktu 30 hari, likuidator wajib:
1. Memberitahukan semua kreditor mengenai pembubaran dengan mengumumkan dalam Surat
Kabar dan Berita Negara
2. Memberitahukan pada Menteri untuk dicatatkan ke daftar perseroan dalam likuidasi.

Terkait pemberitahuan kepada kreditor melalui surat kabar dan berita negara tersebut, harus memuat:
- Alasan pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya;
- nama dan alamat likuidator;
- tata cara pengajuan tagihan
- jangka waktu pengajuan tagihan (60 hari sejak pengumuman dari pengadilan)

Sedangkan terkait pemberitahuan kepada menteri, harus memuat:


- dasar hukum pembubaran Perseroan;
- pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.

Lebih lanjut, apabila pemberitahuan kepada kreditor dan menteri belum dilakukan, maka
pembubaran ini tidak ikut mengikat pihak ketiga. Kemudian, apabila likuidator lalai dalam melakukan
pemberitahuan, maka mereka bertanggungjawab secara tanggung renteng.
Pasal 149
• Dalam melakukan pemberesan harta kekayaan perseroan dalam proses likuidasi,
likuidator wajib melaksanakan:
a. pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan;
b.pengumuman dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi;
c. pembayaran kepada para kreditor;
d. pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
e. tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
• Dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar daripada
kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali
peraturan perundang-undangan menentukan lain, dan semua kreditor yang diketahui
identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan.
• Jika Kreditor keberatan dalam hal rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi, maka ia
dapat mengajukan keberatan paling lambat 60 hari sejak tanggal pengumuman dalam
surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai rencana pembagian
kekayaan hasil likuidasi
Pasal 150
• Dalam pasal 150 ayat (1) dan (2) menjelaskan mengenai Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai
dengan jangka waktu dalam Ps 147 ayat (3) , dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan
gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung
tanggal penolakan, sebaliknya kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan
melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran perseroan
diumumkan.
• Selanjutnya Ayat (3) , (4) dan (5) menjelaskan mengenai tagihan yang diajukan kreditor tersebut
dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang
saham. Dengan demikian pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara
proposional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan.
Pasal 151

•Pasal ini menjelaskan bahwa dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya
(Ps 149), atas permohonan pihak yang berkepentingan / permohonan kejaksaan, ketua PN
dapat mengangkat likuidator baru dan memberhentikan likuidator lama. Pemberhentian
likuidator tersebut dilakukan setelah dipanggil untuk didengar keterangannya
Pasal 152

•Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya


•Kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas
•Likuidator & kurator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses
likuidasi dalam surat kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator /
setelah pengadilan menerima pertanggungjawabannya / setelah pertanggungjawaban kurator diterima hakim
pengawas
•Pemberitahuan dan pengumuman dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak
tanggal pertanggungjawaban likuidator / kurator diterima oleh RUPS / pengadilan / hakim pengawas
•Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum perseroan, menghapus nama perseroan dari daftar
perseroan, dan mengumumkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai