Anda di halaman 1dari 20

Modal Perseroan Terbatas

Modal Dasar

Di dalam UUPT ada 3 jenis modal, yaitu modal dasar,


modal ditempatkan dan modal disetor. Pengertian modal
dasar (modal perseroan/modal statutair/ Maatschappelijk
capital) tersirat dari rumusan Pasal 31 UU PT, yaitu
keseluruhan atau maksimum nilai nominal saham yang dapat
dikeluarkan oleh PT.

Ilustrasi

PT A mengeluarkan 20 (dua puluh) ribu lembar saham


dengan nilai nominal saham Rp10.000.000, maka modal
dasar PT A adalah 200 miliar (Rp200.000.000.000),-. Hal
ini berarti PT A tidak boleh mengeluarkan saham lebih
dari 20 (dua puluh) ribu lembar saham, dengan nilai
nominal Rp10.000.000. Jika PT ternyata masih
membutuhkan modal, maka PT harus meningkatkan
modal dasarnya supaya dapat mengeluarkan saham
lagi. Untuk dapat meningkatkan modal dasar, PT harus
melakukan perubahan terhadap Anggaran Dasar,
khususnya menyangkut besarnya modal dasar.

Modal ditempatkan dan disetor penuh

Menurut Pasal 33 ayat (1) UU PT pada saat pendirian PT,


paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar
harus telah ditempatkan dan disetor penuh oleh pemegang
saham. Jika kembali pada illustrasi di atas, maka pada saat
pendirian PT, Rp 50.000.000.000 sudah harus ditempatkan
dan disetor penuh oleh para pendiri. Sisanya, ditempatkan
dan disetor penuh sambil berjalan, yakni dalam waktu PT
melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan maksud dan
tujuan sebagaimana dirumuskan dalam Anggaran Dasar.

Modal PT yang belum ditempatkan merupakan saham-


saham yang belum terjual, disebut portofolio modal/portepel,
atau saham simpanan. Semakin besar modal yang
ditempatkan, semakin kecil saham simpanannya. Pengeluaran
saham dari fortopolio akan dilakukan manakala PT akan
menambah modal.
MODAL

——————————– Pasal 4 ——————————–

1. Modal dasar Perseroan berjumlah Rp50.000.000.000,


(lima puluh miliar rupiah) terbagi atas 50000 (lima
puluh ribu) saham, masing-masing saham bernilai
nominal Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). 

2. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan


disetor 25 % (duapuluh lima persen) atau
sejumlah 12500 (dua belas ribu lima ratus) saham
dengan nilai nominal seluruhnya sebesar
Rp12.500.000.000,- (dua belas miliar lima ratus juta
rupiah) oleh para pendiri yang telah mengambil
bagian saham dan rincian serta nilai nominal saham
yang disebutkan pada akhir akta ini.

Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor 100 %


(seratus persen) atau sejumlah  50000 (lima puluh ribu) saham
dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp50.000.000.000,-
(lima puluh miliar rupiah)  oleh para pendiri….
SAHAM

Menurut Pasal 60 ayat (1) UU PT saham merupakan


benda bergerak dan memberikan hak kepemilikan kepada
pemegangnya. Saham merupakan alat bagi PT untuk
mendapatkan modal. Untuk dapat memperoleh modal, PT
menjual saham-sahamnya yang dikeluarkan untuk
kepentingan perolehan modal tersebut. Di dalam Penjelasan
Pasal 60 ayat (1) UUPT, ditegaskan bahwa kepemilikan atas
saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan
kepada pemegangnya

Penyetoran Saham

Dalam Pasal 7 ayat (2) UU PT, ditentukan bahwa setiap


pendiri wajib mengambil bagian saham saat PT didirikan.
Pengambilan saham, baik pada saat PT didirikan maupun
setelah PT sah sebagai badan hukum, dilakukan dengan
melakukan penyetoran modal ke dalam kas PT.
Menurut Pasal 34 ayat (1) UU PT penyetoran atas saham
dapat dilakukan dalam bentuk uang dan atau dalam bentuk
lainnya. Dalam Bagian Penjelasan ditegaskan bahwa pada
umumnya penyetoran saham dalam bentuk uang. Namun,
tidak ditutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk
lain, berupa benda berwujud maupun tidak berwujud yang
dapat dinilai dengan uang, yang secara nyata telah diterima
oleh PT.

Jika penyetoran dalam bentuk benda tidak bergerak


(Pasal 34 ayat (3) UU PT), harus diumumkan dalam dua Surat
Kabar Harian, berbahasa Indonesia yang terbit atau beredar
di tempat kedudukan PT dan yang terbit atau beredar secara
nasional. Ditegaskan bahwa maksud pengumuman agar
diketahui umum dan memberikan kesempatan kepada pihak
yang berkepentingan untuk dapat mengajukan keberatan
atas penyerahan benda tidak bergerak tersebut sebagai
setoran saham. Yang penting untuk dipahami bahwa
penyetoran dalam bentuk apapun, dalam Akta Pendirian PT,
selalu muncul atau ditulis bahwa seolah-olah semua
penyetoran bersifat tunai atau riil rupiah.

Di dalam Permenkumham Tentang Tata Cara Pengajuan


Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan
Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan
Data Perseroan Terbatas (yang terakhir Nomor 14 Tahun
2020, sebelumnya dengan No. 4 Tahun 2014, No. 1 Tahun
2016), di dalam Pasal 13 yang menegaskan bahwa bukti  setor
modal PT, dapat berupa satu di antara :
1. Fotokopi  slip  setoran  atau 
2. Fotokopi  surat  keterangan  bank  atas nama PT atau
3. Rekening bersama atas nama para pendiri atau 
4. Asli  surat  pernyataan  telah  menyetor  modal  yang
ditandatangani  oleh  Pendiri beserta semua anggota 
direksi dan semua anggota dewan komisaris PT, jika
setoran modal dalam bentuk uang ;   

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
I. Nama : Tuan I S
Alamat :
Pekerjaan
No. KTP :
II. Nama : AS
Alamat :
Pekerjaan :
No. KTP :
III.Nama : Tuan T W
Alamat :
Pekerjaan :
No. KTP :
Kami sebagaimana tersebut diatas adalah para pendiri dan
pemegang saham Perseroan Terbatas PT. MSI selanjutnya
disebut sebagai "Para Pihak", dengan ini menyatakan : Bahwa
telah disetorkan ke dalam kas perusahaan dan akan
disetorkan rekening setelah SK Pengesahan ditandatangani.

Dengan bagian masing-masing yang merupakan modal setor


dengan jumlah seluruhnya sebesar Rp. 5.000.000.000 (lima
miliar) kepada perusahaan perseroan terbatas PT. ABC
berkedudukan di Surabaya sesuai dengan Akta Pendirian yang
dibuat dihadapan G W, Sarjana Hukum, Notaris di Kota
Surabaya.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya


untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kami (para pihak) bertanggung jawab sepenuhnya atas


pernyataan tersebut di atas, dan akan menerima segala akibat
hukum apapun yang timbul, baik sekarang maupun di
kemudian hari, dan akan membebaskan Notaris dari segala
macam tuntutan ataupun gugatan dari pihak ketiga maupun
dari pihak manapun juga, baik secara pidana maupun perdata
yang menyangkut tentang pernyataan tersebut di atas, baik
sekarang maupun di kemudian hari.

Kota Surabaya, 10 Mei


2017
Para Pihak :

( IS ) ( AS ) ( TW )
Pengambilan saham, baik pada saat PT didirikan maupun
setelah PT sah sebagai badan hukum, dilakukan dengan
melakukan penyetoran modal ke dalam kas PT. Menurut
Pasal 34 ayat (1) UU PT penyetoran atas saham dapat
dilakukan dalam bentuk uang dan atau dalam bentuk lainnya.
Dalam praktek, jika ada pendiri atau pemegang saham
menyetor modal dalam bentuk selain uang, maka
sebelumnya dibuatkan akta tentang pengkonversiannya ke
dalam nilai rupiah. Bentuknya bisa akta notaris, bisa pula
berupa akta PPAT. Tentang nilai rupiahnya tergantung pada
penilaian seorang ahli. Dari nilai rupiahnya, kemudian dinilai
berapa jumlah saham yang akan dimiliki. Dengan demikian,
dalam Akta Pendirian PT, selalu muncul atau ditulis bahwa
seolah-olah semua penyetoran bersifat tunai atau riil rupiah.

KETENTUAN PENUTUP
Akhirnya, para penghadap bertindak dalam
kedudukannya sebagaimana tersebut diatas
menerangkan bahwa :
1. Untuk pertama kalinya telah diambil bagian dan
disetor penuh dengan uang tunai melalui kas
Perseroan sejumlah 12500 (dua belas ribu lima
ratus) saham atau seluruhnya dengan nilai
nominal Rp12.500.000.000,- (dua belas miliar
lima ratus juta rupiah), yaitu oleh para pendiri :
–  penghadap Tuan AAA
sejumlah 7500 (tujuh ribu lima ratus) saham
dengan nilai nominal seluruhnya
sebesar Rp7.500.000.000,- (tujuh miliar lima
ratus juta rupiah).
–  penghadap Tuan BBB
sejumlah 2000 (dua ribu) saham dengan nilai
nominal seluruhnya
sebesar Rp2.000.000.000,- (dua miliar
rupiah).
–  penghadap Tuan CCC 
sejumlah 1500 (seribu lima ratus) saham
dengan nilai nominal seluruhnya
sebesar Rp1.500.000.000.,- (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
–  penghadap Tuan DDD 
sejumlah 1500 (seribu lima ratus) saham
dengan nilai nominal seluruhnya
sebesar Rp1.500.000.000.,- (satu miliar lima
ratus juta rupiah).

sehingga seluruhnya berjumlah 12500 (dua belas


ribu lima ratus) saham, dengan nilai nominal
seluruhnya sebesar Rp12.500.000.000,- (dua belas
miliar lima ratus juta rupiah)

Pemilikan Saham

 Tidak dapat dibagi


Menurut Pasal 52 ayat (4) UU PT setiap saham
memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat
dibagi, artinya para pemegang saham tidak diperkenankan
membagi-bagi hak atas saham menurut kehendaknya
sendiri. Lebih ditegaskan dalam Pasal 54 ayat (2) UU PT
bahwa dalam hal satu saham dimiliki oleh lebih dari satu
orang, maka hak yang timbul dari saham tersebut hanya
dapat digunakan dengan cara menunjuk satu orang wakil
bersama.

 Atas Nama
Menurut Pasal 48 ayat (1) UU PT saham dapat
dikeluarkan atas nama, dicantumkan nama pemegang/
pemiliknya

 Bukti pemilikan
Berdasarkan Pasal 51 UU PT kepada pemegang
saham diberikan bukti pemilikan saham untuk saham yang
dimilikinya. Namun, dalam praktik umumnya phisik saham
tidak pernah dicetak. Bukti sebagai pemegang saham,
namanya ada ditulis di dalam Daftar Pemegang Saham PT
yang bersangkutan.

Peralihan Hak Atas Saham

Adapun pengaturan terkait syarat dan mekanisme


peralihan hak atas saham adalah sebagai berikut :

a. Ditawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham


lainnya (Pasal 57 ayat (1) UUPT). Pemegang saham berhak
menarik kembali penawarannya setelah lewat 30 hari
terhitung sejak tanggal penawaran, artinya dari
pemegang saham yang ada, tidak ada yang bersedia
membeli.

b. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari


organ PT (Pasal 57 ayat (2) UU PT). Dalam hal ini dapat
dipilih satu di antara : RUPS, Dewan Komisaris atau
Direksi. Persetujuan atau penolakan diberikan secara
tertulis paling lama 90 hari. Lewat waktu tersebut, organ
dimaksud, dianggap telah memberikan persetujuan.

c. Dilakukan dengan akta pemindahan hak (Pasal 56 ayat (1)


UU PT). Dalam Bagian Penjelasan akta peralihan
dimaksud dapat berupa akta notariil atau akta di bawah
tangan
Selanjutnya berdasarkan Pasal 56 ayat (3) UUPT , Direksi
wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan
hari pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang
saham atau daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) dan memberitahukan
perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri
untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan
pemindahan hak.

d. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) belum dilakukan, Menteri menolak permohonan
persetujuan atau pemberitahuan yang dilaksanakan
berdasarkan susunan dan nama pemegang saham yang
belum diberitahukan tersebut.

Pendiriaan PT yang meneruskan keberadaan CV

Dono, Didi, dan Doni sudah selama 5 (lima) tahun


bekerja sama dalam CV Mulia Jaya. Dono sebagai sekutu
pasif, sedang Didi dan Doni sebagai sekutu aktif. Aset CV
Mulia saat ini telah mencapai Rp25.000.000.000. Saat
mendirikan CV Mulia Jaya, kontribusi masing-masing adalah
sebagai berikut.

- Dono uang kontan sebesar Rp.1.000.000.000,-


- Didi, sebuah gedung yang digunakan untuk kantor senilai
Rp750.000.000
- Doni dalam bentuk tenaga kerja yakni kemampuannya
sebagai arsitek
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengikuti
tender, mereka harus mengubah CV Mulia Jaya menjadi
berbentuk PT. Mereka sepakat untuk menentukan modal
dasar PT sebesar Rp 300.000.000.000, dengan nilai nominal
saham Rp10.000.000, maka dalam hal ini yang harus dihitung
lebih dahulu adalah maksimum saham yang dapat
dikeluarkan oleh PT : Rp 300.000.000.000 : Rp10.000.000 =
30000 saham

Saat akan diubah menjadi PT, asset CV bernilai 25M, namun


mereka berkehendak PT memiliki modal dasar 300M, jadi
masing-masing harus menambah modal sebagai syarat agar
PT dapat dapat disahkan oleh Kementrian Hukum & HAM.
Dengan modal dasar sebesar 300M, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 33 ayat (1) UU PT, modal ditempatkan dan
disetor minimal 25% dari modal dasar, berarti 75M. Aset CV
yang sudah ada 25M, berarti masih kurang 50M, dibagi antara
Dono dan Didi dengan perimbangan : Rp 1.000.000.000 : Rp
750.000.000 (4 : 3) jadi
Dono : 4/7 x 50M dan Didi sebesar 3/7 x 50M
Bagaimana dengan Doni yang di dalam CV hanya
bermodalkan keahlian sebagai seorang arsitek? Harus dibuat
kesepakatan baru. Doni dipersamakan dengan Didi sepanjang
menyangkut pembagian keuntungan dan kerugian, tidak
menyangkut modal
MASUKNYA ASET CV KE DALAM PT

Ketentuan Penutup

---------------------------
------------------------
---------------------------
Sehingga seluruhnya berjumlah Rp 25.000.000.000 (lima miliar rupiah)
Aset CV Mulia Jaya ----------------(uraikan secara komprehensif perjalanan CV)
----kekayaan bersihnya adalah sebesar Rp 25.000.000.000 (lima miliar rupiah)
demikian sebagaimana ternyata dari Surat Neraca CV Mulia Jaya per tanggal ----
yang dibuat secara dibawah tangan bermaterai cukup oleh Direktur CV Mulia Jaya,
yang dilekatkan pada minuta akta ini

Seluruh aset tersebut oleh segenap Pesero CV Mulia Jaya, yakni para Penghadap
------------, ------------, ------------
Kesemuanya telah dimasukkan (inbreng) ke dalam PT Jaya Abadi, dengan segala
aktiva, pasiva, beban-beban, hak-hak, ijin-ijin, lisensi-lisensi, dan lain-lainnya,
tidak satupun dikecualikan.

Dengan ketentuan bahwa segala pemindahan/pemasukan tersebut dilakukan


dengan tidak mengurangi ijin dari yang berwenang, pemasukan mana dianggap
telah terjadi pada hari ini dan dinilai berjumlah bersih Rp 25.000.000.000 (lima
miliar rupiah) satu dan lain menurut neraca CV Mulia Jaya yang telah disebutkan
di atas

Dengan demikian, maka terhitung mulai tanggal -----, ----,----, hari ini segala
keuntungan yang diperoleh dari dan segala kerugian yang diderita oleh CV Mulia
Jaya tersebut telah menjadi hak dan risiko PT Jaya Abadi

PT Jaya Abadi menerima seluruh pemasukan asset (inbreng) tersebut dengan


ketentuan bahwa segala tindakan hukum yang telah dilakukan oleh pengurus CV
Mulia Jaya terhadap pihak ketiga sebelum dimasukkan ke dalam PT Jaya Abadi
adalah tetap menjadi tanggung jawab dari dan oleh karena itu tetap mengikat
mantan pesero-pesero CV Mulia Jaya secara pribadi

Dengan pemasukan asset (inbreng) dari CV Mulia Jaya tersebut, maka para
pendiri/pemegang saham PT Jaya Abadi menyatakan telah menyetorkan seluruh
nilai saham-saham yang telah diambil (ditempatkan) oleh mereka masing-masing,
yang kesemuanya berjumlah/bernilai Rp 75.000.000.000 (lima miliar rupiah)
kepada PT Jaya Abadi

SAHAM
Pasal 1 angka 1 UU PT :

Badan hukum…..melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang


seluruhnya terbagi dalam saham…..

Menurut Pasal 60 ayat (1) UU PT saham merupakan benda bergerak dan

memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya. Saham merupakan alat

bagi PT untuk mendapatkan modal. Untuk dapat memperoleh modal, PT

menjual saham-sahamnya yang dikeluarkan untuk kepentingan perolehan

modal tersebut. Di dalam Penjelasan Pasal 60 ayat (1) UUPT, ditegaskan bahwa

kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan

kepada pemegangnya. Mengingat kedudukannya sebagai benda bergerak,

maka jika akan dijadikan jaminan hutang, akan diikat dengan gadai atau fidusia

sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 60 UUPT

Gadai Saham

dan untuk memperkuat tagihan-tagihan hutang terhadap Peminjam,


Penjamin dengan ini memberikan jaminan dalam gadai kepada BANK
dan BANK dengan ini menerima jaminan gadai tersebut diatas dari
Penjamin, yaitu:--------------------------------------------------------------------------------------
- saham-saham PT MSI seperti disebut dalam : -----------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
tertulis atas nama Penjamin berikut segala hak yang dimiliki
penjamin
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pemilikan Saham

 Tidak dapat dibagi

Menurut Pasal 52 ayat (4) UU PT setiap saham memberikan kepada

pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi, artinya para pemegang saham tidak

diperkenankan membagi-bagi hak atas saham menurut kehendaknya

sendiri. Lebih ditegaskan dalam Pasal 54 ayat (2) UU PT bahwa dalam hal

satu saham dimiliki oleh lebih dari satu orang, maka hak yang timbul dari

saham tersebut hanya dapat digunakan dengan cara menunjuk satu orang

wakil bersama.

 Atas Nama

Menurut Pasal 48 ayat (1) UU PT saham dapat dikeluarkan atas nama,

dicantumkan nama pemegang/ pemiliknya

 Bukti pemilikan

Berdasarkan Pasal 51 UU PT kepada pemegang saham diberikan

bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Namun, dalam praktik

umumnya phisik saham tidak pernah dicetak. Bukti sebagai pemegang


saham, namanya ada ditulis di dalam Daftar Pemegang Saham PT yang

bersangkutan.

Daftar pemegang saham

Menurut Pasal 50 UU PT, Direksi PT diwajibkan mengadakan dan

menyimpan Daftar Pemegang Saham, yang sekurang-kurangnya memuat :

a. nama dan alamat pemegang saham;

b. jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham

c. jumlah disetor atas setiap saham;

d. nama dan alamat pemegang gadai dan tanggal perolehan hak gadai

e. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain

Selain Daftar Pemegang Saham, PT wajib memiliki daftar khusus yang

memuat keterangan mengenai kepemilikan saham anggota Direksi dan Dewan

Komisaris beserta keluarganya pada PT tersebut dan atau pada PT lain, serta

tanggal saham itu diperoleh. Daftar Khusus tersebut merupakan salah satu

sumber informasi mengenai besarnya kepemilikan dan kepentingan pengurus

PT pada PT yang bersangkutan atau PT lain, sehingga pertentangan

kepentingan yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin.

Anda mungkin juga menyukai