Anda di halaman 1dari 8

KASUS KORUPSI HAMBALANG

https://membualsampailemas.wordpress.com/2012/06/17/kronologi-kasus-
hambalang-hingga-16-juni-2012/

Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan,


adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak
terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri
dari Anas Urbaningrum qq komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri
Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT
Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya.

Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana mereka


merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga
men-subtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai
300M.

KPK menyatakan, dalam penyelidikan Hambalang ada dua hal yang


menjadi konsentrasi pihaknya. Yakni, terkait dengan pengadaan
pembangunan dan terkait dengan kepengurusan sertifikat tanah
Hambalang.

Berikut ini penulis menyajikan rangkaian berita sesuai kronologinya, untuk


memahami kasus Hambalang ini.

Selasa, 1 Mei 2012.

Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) telah menyatakan bahwa penyelidikan


proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor mengalami
peningkatan. Hal tersebut diutarakan oleh pimpinan KPK sendiri, Abraham
Samad pada Selasa, 1 Mei 2012 malam.

Menurutnya, peningkatan tersebut terlihat dari banyaknya informasi


mengenai kasus itu yang masuk ke KPK yang datang dari sejumlah orang
yang pernah dimintai keterangan oleh lembaga anti korupsi tersebut
mengenai proses sertifikasi tanah Hambalang

Selain itu, Abraham Samad juga membenarkan pernyataan koleganya,


Bambang Widjojanto, bahwa KPK yakin Ketua Umum Partai Demokrat,
Anas Urbaningrum terlibat dalam proyek Hambalang. Keyakinan ini
muncul lantaran adanya pengakuan dari Anggota Komisi II asal Fraksi
Partai Demokrat, Ignatius Mulyono.
Sementara itu, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, pihaknya hingga
kini masih mengumpulkan alat bukti atas indikasi tindak pidana dalam
proyek yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya Tbk
tersebut. Menurut dia, karena alat buktinya belum cukup, maka proyek
yang dijalankan dua emiten BUMN sektor konstruksi dengan kode
perdagangan masing-masing ADHI dan WIKA itu masih dalam tahap
penyelidikan.

Johan mengatakan, ada dua persitiwa yang tengah diselidiki pihaknya.


Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang. Kedua,
pelaksanaan pengadaan proyek Hambalang yang dilakukan secara multi
years.

Kasus Hambalang ini pertama kali diungkapkan oleh terdakwa suap


proyek pembangunan wisma atlet, M Nazaruddin. Menurut mantan
Bendahara Umum Partai Demokrat itu, Anas turut terlibat dalam proyek
dengan melakukan serangkaian pertemuan yang dihadiri Kepala Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto terkait sertifikasi tanah
Hambalang. Bukan hanya itu, Nazaruddin juga menuding bahwa Menteri
Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng turut terlibat dalam proyek ini.

Kamis, 3 Mei 2012

Pekan depan, KPK mengagendakan gelar perkara (ekspose) penyelidikan


kasus pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor. dalam forum
itu, penyelidik atau penyidik KPK yang menangani kasus
mempresentasikan perkembangan penanganan perkara kepada pimpinan
KPK. Tujuan ekspose agar dapat diketahui perkembangan kasus yang
tengah diselidiki lembaga antikorupsi tersebut.

Selasa 22 Mei 2012

KPK menjadwalkan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng


untuk memberikan keterangan terkait penyelidikan dugaan korupsi
pembangunan sport center di Hambalang, Kabupaten Bogor, pada Kamis
(24/5)

Terkait proyek senilai Rp1,1 triliun ini, Andi pernah memberikan


keterangannya saat bersaksi untuk terdakwa M Nazaruddin dalam kasus
dugaan suap pembangunan wisma atlet. Menurutnya, proyek Hambalang
tak kunjung selesai sejak tahun 2003 lantaran terkendala masalah
sertifikat tanah seluas 5.000 hektar yang belum ada.
Namun, Andi membantah melibatkan Nazaruddin terkait pembuatan
sertifikat tanah tersebut. Terkait hal ini, terdakwa sendiri menuding ada
uang dari proyek Hambalang yang mengalir ke Andi Mallarangeng.

Direktur PT Dutasari Citralaras, Mahfud Suroso dilarang berpergian keluar


negerioleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kamis, 24 Mei 2012

Menpora, Andi Mallarangeng memenuhi panggilan KPK dan dimintai


keterangan oleh penyidik KPK selama sekira 10 jam.

Usai diperiksa, Andi membantah tudingan mantan Komisi III DPR


Muhammad Nazaruddin, bahwa dirinya menerima uang sebesar Rp20
miliar terkait proyek yang menelan uang negara Rp1,5 triliun tersebut.

Sebelumnya, usai diperiksa KPK terkait proyek Hambalang, Nazaruddin


menuding Andi turut menerima jatah sebesar Rp20 miliar. Menurutnya,
uang tersebut diterima Andi melalui adiknya yang bernama Choel
Mallarangeng. Nazaruddin mengatakan, uang tersebut diberikan oleh Adhi
Karya selaku pelaksana pembangunan yang bekerjasama dengan Wijaya
Karya. Terkait proyek disubkontrakkan ke PT Dutasari Citralaras,
Nazaruddin mengaku tak tahu menahu. Ia hanya bisa menjelaskan bahwa
Mahfud Soeroso selaku pemilik PT Dutasari pernah menerima uang Rp100
miliar yang Rp20 miliar di antaranya diperintahkan PT Adhi Karya untuk
diberikan ke Andi melalui Choel.

Sejumlah petinggi Partai Demokrat lainnya dituding Nazaruddin turut


menikmati uang tersebut. Seperti Anas Urbaningrum Rp2 miliar, Mirwan
Amir Rp1,5 miliar, Jafar Hafsah Rp1 miliar serta pimpinan Banggar,
Melchias Markus Mekeng Rp1,5 miliar, Tamsil Linrung Rp1 miliar dan Olly
Dondokambey Rp1 miliar. Angie sendiri memperoleh Rp1 miliar.

Jumat, 25 Mei 2012

KPK mendalami penyebaranuang pada Kongres Partai Demokrat.

Mantan Ketua DPC Partai Demokrat Minahasa Tenggara, Diana Maringka


dimintai keterangannya oleh KPK terkait penyelidikan dugaan korupsi
pembangunan sarana dan prasarana olahraga di Hambalang, Jawa Barat.
Usai diperiksa, Diana mengaku hanya ditanya seputar pembagian uang
dalam kongres Partai Demokrat tahun 2010 silam.

Terkait proyek Hambalang, Diana mengaku tak tahu apa-apa.


Dalam kongres itu, lanjut Diana, dirinya diberikan uang oleh tim sukses
Anas Urbaningrum sebesar AS$7000 dan Rp30 juta. Selain dirinya,
sejumlah DPC yang lain juga diberikan uang.

Sebelumnya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad


Nazaruddin berkali-kali menyebut bahwa ada penggelontoran uang dalam
kongres Partai Demokrat yang dilaksanakan 2010. Menurut Nazar, uang
yang digelontor berjumlah Rp30 miliar dan AS$5 juta tersebut berasal dari
Permai Grup, perusahaan miliknya.

Senin, 28 Mei 2012

Tim dari KPK bertandang ke Hambalang sekira dua pekan silam. Menurut
Juru Bicara KPK Johan Budi, kedatangan tim lembaganya tersebut untuk
mencari tahu sejauh mana perkembangan pengadaan proyek senilai
Rp1,2 triliun itu. Menurut Johan, Kedatangan tim ingin tahu progres
pengadaan.

Tim KPK yang mendatangi proyek Hambalang belum bisa melakukan


mengaudit alasan kenapa bisa runtuh tanahnya. karena proyek
Hambalang masih dalam tahap penyelidikan di lembaganya. Hasil audit
alasan tanah di Hambalang bisa amblas dapat dijadikan lembaganya
sebagai salah satu bahan penyelidikan. Khususnya dalam pengadaan
proyeknya.

Selasa, 29 Mei 2012

Kementrian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan bahwa PU tak dilibatkan


dalam proyek pembangunan kompleks olahraga terpadu Hambalang sejak
perencanaan, hanya ketika pembangunannya dimulai. Hal tersebut
diutarakan oleh Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono. Penegasan tersebut
disampaikan terkait dengan amblesnya tanah di proyek itu di tiga titik
pada 14-15 Desember 2011 lalu.

Selain itu, Budi menegaskan, apa pun yang terjadi dengan proyek itu,
kontraktor utama yakni PT Wijaya Karya Tbk dan PT Adhi Karya Tbk, harus
bertanggung jawab.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU, Waskito Pandu


menegaskan, sebenarnya tidak ada aturan yang mewajibkan proyek
strategis di Indonesia harus melibatkan PU sejak awal. Hanya saja,
kebiasaan selama ini untuk proyek APBN strategis, PU yang dianggap
punya banyak ahli teknis, sering dimintai rekomendasi dan untuk proyek
Hambalang, memang tidak dilibatkan, katanya.
Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Yuli Mumpuni sebelumnya
mengatakan, tiga titik amblesnya tanah di proyek Hambalang adalah
fondasi bangunan lapangan badminton, bangunan gardu listrik, dan jalan
nomor 13.

Proyek Hambalang, ketika Menporanya Adhyaksa, nilainya sebesar Rp125


miliar untuk sekolah olahraga dan saat Andi Mallarangeng menjabat,
proyek Hambalang berubah menjadi proyek olahraga terpadu Hambalang,
(sport center) dengan anggaran sebesar Rp1,2 triliun.

Rabu, 30 Mei 2012

Salah satu LSM yang fokus pada bidang anggaran, Forum Indonesia untuk
Tranparansi Anggaran (FITRA), menilai bahwa jika pembangunan
Hambalang diteruskan, negara ditaksir akan merugi hingga Rp753 miliar.
Potensi rugi hingga Rp753 miliar ini, kata Uchok (Koordinator Advokasi dan
Investigasi Sekretariat Nasional FITRA), merupakan uang negara yang
sudah dikeluarkan sejauh ini untuk membangun Hambalang. Menurutnya,
miliaran rupiah uang tersebut dapat terbuang percuma apabila tanahnya
ambles sehingga bangunan yang sudah dibuat tak bisa digunakan.

Menurut Uchok, berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada


2009, pembangunan seharusnya dilakukan di wilayah Sentul, bukan di
Hambalang. Dia mengutarakan bahwa tanah Hambalang labil dan tak
akan terpakai lagi jika sudah ambles.

Uchok menjelaskan, angka Rp753 miliar itu terbagi atas dua tahun
anggaran. Yakni pada tahun 2010 sebesar Rp253 miiliar untuk
pembangunan lanjutan fisik pusat pendidikan, pelatihan dan sekolah
olahraga nasional dan sebesar Rp500 miliar pada 2011 untuk pengadaan
sarana olahraga pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga nasional
Hambalang.

Sedangkan pelaksana proyek, c.q. PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya,


mengklaim kerugian yang diakibatkan peristiwa amblesnya bangunan
tersebut mencapai Rp14 miliar.

Senin, 4 Juni 2012

Teka-teki adanya pembengkakan anggaran proyek Hambalang dari Rp 125


miliar menjadi Rp 1,175 triliun mulai terkuak. Meski sejumlah anggota
Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat berkukuh mengatakan tidak
tahu, Kementerian Pemuda dan Olahraga ternyata telah memberitahukan
kebutuhan total proyek itu sejak Januari 2010.
Dokumen yang diperoleh Tempo menyebutkan Kementerian pernah
mengirim surat ke Komisi Olahraga DPR pada 22 Januari 2010. Isinya
pemberitahuan alokasi anggaran proyek di Bukit Hambalang, Sentul,
Bogor, dengan dana Rp 2,57 triliun. Surat itu ditujukan kepada Wakil
Ketua Komisi, Rully Chairul Azwar, dan diteken Wafid Muharam, Sekretaris
Kementerian.

Deputi Harmonisasi dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olahraga


Lalu Wildan membenarkan adanya surat tersebut.

Surat itu mengindikasikan bahwa proyek tersebut adalah proyek tahun


jamak (multiyears project, dananya tidak sekaligus, namun diturunkan
beberapa tahap dalam beberapa tahun anggaran).

Namun, anggota Komisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Irsal


Yunus, mengatakan bahwa anggota Komisi Olahraga tidak pernah
dilibatkan jika itu proyek tahun jamak.

Ketua Komisi Olahraga DPR Mahyuddin mengakui proyek Hambalang


beberapa kali dibahas Komisi DPR. Setelah mendapat Rp 125 miliar, pada
2010, Kementerian kembali mengajukan anggaran Rp 625 miliar. Dana
yang disetujui hanya Rp 150 miliar, sehingga total dana Hambalang pada
2010 Rp 275 miliar, kata politikus Partai Demokrat ini.

Tahun berikutnya mengalir Rp 475 miliar. Pada 2012, turun lagi Rp 425
miliar. Itu baru bujet konstruksi. Ditambah duit untuk membeli peralatan,
bujet total proyek mencapai Rp 2,57 triliun.

Selasa, 5 Juni 2012

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menjawab tentang teka teki nilai
anggaran proyek pembangunan sarana dan prasarana olahraga di
Hambalang, dia mengatakan anggaran proyek tersebut mencapai angka
Rp 2,5 Triliun.

Menurutnya -senin(4/6)-, angka ini terbagi dalam dua bidang. Pertama,


untuk anggaran konstruksi bangunan di atas tanah seluas 32 hektar itu
mencapai angka Rp1,1 triliun. Dan untuk bidang kedua terkait pengadaan
barang dan jasa sarana dan prasarana olahraga yang mencapai angka
Rp1,4 triliun.

Terkait konstruksi, lanjut Bambang, diduga pembangunannya melibatkan


korporasi lain. Sedangkan untuk pengadaan barangnya, sebagian sarana
dan prasarana olahraga sudah jadi, tapi masih ada pengadaan yang
belum selesai. Sama halnya dengan konstruksi, untuk pengadaan ini juga
melibatkan korporasi lain. Sayangnya, ia tak merinci korporasi apa saja
yang terlibat di dua bidang tersebut.

Rabu, 6 Juni 2012

Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi, Johan Budi S.P., mengatakan


lembaganya terus berupaya membongkar kasus dugaan korupsi proyek
pembangunan pusat olahraga di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Di
antaranya mengusut aliran dana terkait proyek.

KPK telah memeriksa sekitar 60 orang untuk penyelidikan kasus


Hambalang. Termasuk yang diperiksa adalah pemilik dan manajemen PT
Dutasari Citralaras, perusahaan subkontraktor proyek tersebut.
Sebelumnya, KPK telah memanggil para komisaris perusahaan itu, antara
lain Machfud Suroso, Munadi Herlambang, dan Atthiyah Laila (istri Anas
Urbaningrum).

KPK tengah mendalami pembengkakan anggaran Hambalang yang


semula Rp 125 miliar menjadi Rp 1,175 triliun, plus alokasi anggaran
pengadaan alat olahraga senilai Rp 1,4 triliun, sehingga total proyek
menjadi Rp 2,57 triliun.

Tender proyek Hambalang dimenangi PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya


dengan sistem kerja sama operasi. Mereka lantas menunjuk 17
perusahaan lain sebagai subkontraktor proyek, salah satunya Dutasari
yang kebagian pekerjaan bidang mekanikal, elektrikal, dan plumbing.
Namun sumber Tempo mengungkapkan, Dutasari tak sepenuhnya
menggarap pekerjaan tersebut. Dutasari, kata dia, hanya memasang
rangkaian pipa baja untuk rangkaian elektrik.

Penelusuran Tempo di Hambalang juga menemukan Dutasari ternyata


menggarap rekrutmen personel satuan keamanan proyek. Pekerjaan
Dutasari pun ada yang disubkontrakkan lagi ke perusahaan lain, antara
lain PT Kurnia Mutu yang menyuplai pipa tembaga untuk penyejuk udara
dan PT Bestindo Aquatek Sejahtera yang menyediakan sistem pengolahan
limbah domestik.

Jumat, 8 Juni 2012

Rencana pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Hambalang di DPR


diyakini tak akan mempengaruhi proses penyelidikan yang tengah
dilakukan KPK. Menurut Juru Bicara KPK Johan Budi, pembentukan pansus
yang merupakan kewenangan anggota dewan tersebut masuk ke ranah
politik, bukan penegakan hukum seperti yang dilakukan KPK.

Ditegaskan Johan, KPK tetap akan bekerja secara profesional dalam


penyelidikan kasus Hambalang. Hingga kini, KPK masih fokus berupaya
menemukan dua alat bukti yang cukup terkait penyelidikan pembangunan
sport center di Jawa Barat itu. Salah satunya dengan mencari informasi
dan data terkait proyek tersebut. Jika sudah ditemukan dua alat bukti
yang cukup, KPK bisa menaikkan status kasus ke penyidikan.

KPK, lanjut Johan, siap mendukung kerja pansus, apabila sudah terbentuk.
Namun, dukungan itu tetap ada batasnya. Misalnya, terkait permintaan
data. KPK, kata Johan, tentunya tidak dapat memberikan bahan informasi
atau data yang menyangkut keterangan seseorang yang ada di berkas
acara.

Sabtu, 16 Juni 2012

Direktur Advokasi Pusat Kajian Anti-Korupsi Universitas Gadjah Mada, Oce


Madril, meyakini Neneng Sri Wahyuni (Istri Nazarudin) mengetahui dan
mempunyai data aliran duit proyek Hambalang ke sejumlah orang
penting.

Menurut Oce, Komisi Pemberantasan Korupsi bisa menjadikan Neneng


sebagai saksi utama untuk mengungkap kasus proyek senilai Rp 1,2 triliun
tersebut. Jika Neneng mau terbuka, katanya, kasus yang disebut-sebut
melibatkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum itu bisa
segera terungkap.

Anda mungkin juga menyukai