Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Program Studi :
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Sejak tahun 2009-2010 Kementerian Keuangan dan DPR menyetujui alokasi anggaran
sebagai berikut :
1. APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun 2009
2. APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar
3. Pagu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar
Pada 6 Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenkeu RI
nomor S-553/MK.2/2010. Pekerjaan pembangunan direncanakan selesai 31 Desember 2012.
Penerimaan siswa baru diharapkan akan dilaksanakan tahun 2013-2014.
B. Motif Kasus Proyek Hambalang
Kasus proyek hambalang merupakan kejahatan korupsi “berjamaah” yang terorganisasi.
Tahapan korupsi dilakukan sejak dalam penganggaran, lelang, hingga pelaksanaan kegiatan
pengadaan. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat kejahatan ini bagi perekonomia
indonesia setidaknya berkisar pada dua hal, yaitu: aspek kerugian keuangan negara dan
buruknya infrastruktur publik yang dihasilkan. Kedua dampak tersebut harus diterjemahkan
sebagai kerugian bagi publik, karena yang dikorupsi merupakan hasil penerimaan negara dari
publik (hasil pajak).
Jamak diketahui bahwa setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tidak pernah
luput dari prakti suap menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah dikalangan DPR
memperkuat dugaan praktek ini terjadi. Korupsi proyek Hambalang adalah korupsi
terstruktur. Semua pihak uang disebutkan didalam audit menjalankan peranannya masing-
masing. Dimulai dari penyiapan lahan untuk pembangunan, termasuk perizinan, persetujuan
teknis pengadaan (lelang dan kontrak tahun jamak), pencairan anggaran, hingga penetapan
pemenang lelang yang dilakukan diluar prosedur baku.
Korupsi secara bersama-sama dalam Proyek Hambalang menunjukan tipe korupsi yang
terorganisasi. Kelompok penguasa berkolaborasi dengan kepentingan bisnis melakukan kejahatan.
Modus kejahatan korupsi semacam ini hanyalah modifikasi dan replikasi kejahatan korupsi
Orde Baru. Dari data diketahui tercatat total loss atau jumlah kerugian negara dalam kasus mega
proyek di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor mencapai Rp 463,66 Miliar
C. Cara Kasus Proyek Hambalang
1. Kementerian Pemuda dan Olahraga
- Pada 2010-2011, mencairkan uang pembayaran kepada Kerja Sama Operasi (KSO) PT Adhi Karya-PT
Wijaya Karya senilai Rp 471 miliar.
2. KSO Adhi-Wika
- Sebelum KSO terbentuk, dari 2009 hingga 2010, Adhi dan Wika telah mengalirkan ongkos komitmen
Rp 19,32 miliar ke banyak orang.
- Setelah KSO terbentuk dikeluarkan lagi Rp 15,22 miliar. Sehingga total dana yang mengalir ke pihak
tertentu paling sedikit Rp 34,54 miliar.
A. Subkontraktor
1. PT Global Daya Manunggal
Mendapat kontrak pekerjaan struktur dan arsitektur asrama junior dan gedung serba guna senilai Rp
142,4 miliar. Perusahaan ini telah menerima pembayaran Rp 60,2 miliar. Dari Global dana mengalir
kepada:
- Mantan Menteri Olahraga Andi Alifian Mallarangeng (Rp 4 miliar dan US$ 550 ribu).
- Adik Menpora, Andi Zulkarnain Mallarangeng (Rp 4 miliar).
- Mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Olahraga Deddy Kusdinar (Rp 250 juta).
2. PT Dutasari Citralaras
Mendapat kontrak pekerjaan mekanikal elektrikal dan penyambungan listrik PLN senilai Rp 328 miliar.
Perusahaan ini telah mendapat pembayaran Rp 170,3 miliar. Tidak disebutkan aliran dana dari
perusahaan milik istri Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila, ini.
B. Kiriman langsung
1. Perusahaan
- Commitment fee PT Dutasari (Rp 28 miliar).
- Ganti rugi terhadap Grup Permai, perusahaan milik M. Nazaruddin (Rp 10 miliar).
2. Pribadi
- Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (Rp 2,2 miliar).
- Direktur Utama Dutasari Mahfud Suroso (Rp 28,8 miliar)
- Mantan Ketua Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat Mahyudin (Rp 500 juta).
- Anggota Badan Anggaran DPR Olly Dondokambey (Rp 2,5 miliar).
- Mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto (Rp 3 miliar).
- Mantan Sekretaris Kementerian Olahraga Wafid Muharam (Rp 6,5 miliar).
- Deddy Kusdinar (Rp 1 miliar).
- Mantan Direktur Operasi Adhi Karya, Teuku Bagus M. Noor (Rp 4,5 miliar).
- Beberapa pejabat Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 135 juta).
D. Pelaku yang Terlibat Dalam Kasus Hambalang
1. Pelaku Utama Kasus Hambalang
a. Andi Alfian Mallarangeng
Seorang pengamat politik Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Pemuda dan
Olah Raga pada Kabinet Indonesia Bersatu II. Ia juga pernah menjabat sebagai Juru
Bicara Kepresidenan bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
b. Wafid Muharam
Sebagai Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sekmenpora) dan sebagai tangan
kanan Menpora Andi Alfian Mallarangeng
c. Deddy Kusdinar
Sebagai Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora).
d. Lisa Lukitawati
Sebagai Direktur dari CV Rifa Medika
e. Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarengeng alias Choel
Sebagai Presiden Direktur PR FOX Indonesia.
f. Anas Urbaningrum
Sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat tahun 2009. Ia sempat mempimpin
Divisi Otonomi Politik dan Daerah sebelum menjadi Ketua Umum DPP partai
Demokrat. Pada tahun 2001-2005 ia juga pernah bergabung menjadi anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Pasca mundurnya beliau dari Ketua Umum Partai
Demokrat, pada tahun 2013 ia mendirikan organisasi masyarakat yang bernama
Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
g. Muhammad Nazaruddin
Muhammad Nazaruddin dipilih sebagai anggota Banggar DPR periode 2009-2014
dari Fraksi Partai Demokrat dan pada tahun 2010 diangkat Bendahara Umum Partai
Demokrat.
2. Pelaku Lainnya Kasus Hambalang
a. PT Metaphora Solusi Global (PT MSG)
Perusahaan yang bergerak dibidang arsitektur dan memenangkan konsep masterplan
dari proyek Hambalang.
b. Mahyuddin NS
Menjabat sebagai ketua komisi X DPR RI. Ia juga pernah menjabat sebagai wakil
gubernur Sumatera Selatan periode 2003-2008 dan dilantik menjadi gubernur
Sumatera Selatan pada 11 Juli 2008.
c. Angelina Sondakh
Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 sebagai Badan Anggaran
(Banggar) dari partai Demokrat. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Visa
Officer, Australia First (1999-2000), dan mantan Puteri Indonesia tahun 2001 asal
Sulawesi Utara.
d. Mirwan Amir
Sukses menduduki Anggota DPR untuk periode 2009-2014 sebagai anggota Banggar.
Pertengahan 2012 ia tercatut dalam kasus dugaan suap Dana Penyesuaian
Infrastruktur Daerah (DPID) sebagai Dewan yang memiliki transaksi mencurigakan
berdasarkan laporan PPATK.
e. Wayan Koster
Sebagai anggota komisi X dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP).
f. Kahar Muzakir
Anggota DPRD komisi X wilayah Sumatera Selatan II yang menangani masalah
Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan.
g. Juhaeeni Alie
Sebagai anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat. Dia Fraksi Partai
Demokrat sendiri, Alie menjabat sebagai Sekretaris Departemen Pendidikan Nasional
di bawah kepemimpinan Anas Urbaningrum.
h. Mardiyana Indra Wati
Sebagai anggota komisi X DPR RI dan anggota Kelompok Kerja (Pokja) Proyek
Hambalang.
i. Saul Paulus David Nelwan
Seorang pengusaha dalam kasus hambalang hanya menjadi saksi karena meminta
uang Rp 600 juta dari PT Adhi Karya atas perintah dari Wafid Muharam.
j. Ida Bagus Wirahadi
Anggota dari Fraksi Partai Amanat Nasional
k. Poniran
l. PT Adhi Karya
Pihak konstruksi BUMN untuk proyek Hambalang dengan pihak yang terkait :
1) Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi Konstruksi Jakarta I)
2) M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus Fasilitator dari
Teuku Bagus Mokhamad Noor)
3) Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor dan M Arief
Taufiqurahman)
4) Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
m. PT Wijaya Karya (Wika)
Perusahaan BUMN yang bergerak dibidang konstruksi yang bekerja sama (KSO)
dengan PT Adhi Karya.
n. Mohammad Fakhruddin Sebagai staf
khusus Menpora
o. Mahfud Suroso
Direktur PT Dutasari Citralaras
p. PT Grup Permai
Perusahaan milik M Nazaruddin
q. PT Global Daya Manunggal (GDM)
Perusahaan subkontraktor untuk pekerjaan struktur, arsitektur asrama junior putra-
putri dan Gedung Olah Raga (GOR) Serbaguna.
r. PT Duta Graha Indah (DGI)
Perusahaan milik Nazaruddin yang bergerak dibidang konstruksi
s. Mindo Rosalina Manulang
Direktur Marketing PT Anak Negeri yang kemudian menjadi rekanan PT Duta Graha
Indah (DGI)
t. Munadi Herlambang
Direktur PT MSONS Capital sekaligus Wakil Sekretaris Bidang Pemuda dan
Olahraga DPP Partai Demokrat.
u. Ketut Darmawan
Direktur Operasi PT Pembangunan Perumahan
v. Muchayat
Adalah Wakil Presiden Komisaris Utama Bank Mandiri yang pernah menjabat
sebagai Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
w. Ignatius Mulyono
Merupakan salah satu anggota Fraksi Partai Demokrat yang menduduki kursi di
Komisi II DPR RI. Dalam tugasnya, ia membidangi proses pengaturan kebijakan
negara khususnya, Pemerintahan Dalam Negeri, Aparatur Negara, Otonomi Daerah,
dan Agraria.
Selaku Bupati Bogor yang menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan
P3SON berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.
2) Syarifah Sofiah alias SS
Selaku Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor atas nama Bupati yang
menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
3) Burhanudin alias Bu
Selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor yang
membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan
P3SON Hambalang.
6) Inisal DN
Selaku Direktur PT CKS
Selaku Sestama sekaligus Plt Deputi II BPN Memerintahkan LAW untuk menyerahkan SK Hak
Pakai kepada orang yang tidak berhak menerima dan tidak menandatangani RPD mutakhir
meskipun merubah RPD dengan memasukkan pernyataan pelepasan hak.
3) Binsar Simbolon alias BS
Selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN
memerintahkan staf untuk menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang
diduga palsu dalam RPD.
5) Sudarto alias S
Selaku Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
a) Dalam rangka revisi RKA-KL, menyajikan data volume keluaran yang tidak
sesungguhnya yaitu yang seharusnya volume yang akan dibangun turun dari
semula 108.553 m2 menjadi 100.398 m2, tetapi justru menyajikan volume itu
seolah-olah naik dari semula 108.553 m2 menjadi 121.097 m2.
3) Direktur Jenderal Anggaran (AR) setelah melalui proses berjenjang dari Kasie II
E-4 (RH), Kasubdit II E (S) dan Direktur II (DPH) memberikan masukan, data
dan informasi yang tidak benar kepada pejabat di atasnya dalam proses pemberian
dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora tahun
2010 dan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak. Pemberian masukan
dilakukan dengan cara menyampaikan Nota Dinas. Nota Dinas tersebut berisi
antara lain: “Mengingat permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak
(multiyears contract) tersebut telah dilengkapi data pendukung dan dalam
rangka menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka
pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun senior, maka persetujuan kontrak
tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan
volume kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena
pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun
jamak, maka dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”
Nota Dinas dengan isi yang sama juga disampaikan secara berjenjang dari
Kasubdit II E kepada Direktur Anggaran II, dari Direktur Anggaran II kepada
Dirjen Anggaran dan dari Dirjen Anggaran kepada Menteri Keuangan.
4) Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang, mulai
dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran,menyetujui
pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL
Kemenpora 2010, meskipun Pasal 20 (1) PMK 180/2010 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun 2010 menetapkan bahwa “Batas akhir penerimaan usul revisi
anggaran untuk APBN TA 2010 ditetapkan tanggal 15 Oktober 2010 untuk revisi
anggaran pada DJA.” Sebagai syarat pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak
kepada Menteri Keuangan, RKA KL P3SON harus diubah untuk menunjukkan
adanya kegiatan lebih dari satu tahun anggaran. Atas dasar itu, Ses Kemenpora
harus mengajukan usulan perubahan RKAKL. Namun karena batas waktu
pengajuan revisi telah dilampaui, maka Ses Kemenpora meminta dispensasi
keterlambatan pengajuan revisi RKA KL dimaksud pada tanggal
16 November 2010. Menteri Keuangan menyetujui permintaan dispensasi ini
pada tanggal 1 Desember 2010 dengan disposisi “Selesaikan” pada surat usulan
dimaksud.
Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui hal tersebut setelah mendapat masukan
secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan Dirjen Anggaran
berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat revisi perubahan volume
kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena
pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun
jamak,maka dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui”.
5) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen
Anggaran, menyetujui kontrak tahun jamak meskipun
persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 5, dan Pasal 12 PMK 56/2010 tidak
terpenuhi.
a) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak meskipun
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak ditandatangani oleh WM selaku
Ses Kemenpora dengan mengatasnamakan Menpora tanpa ada pendelegasian
wewenang dari Menpora.
b) Menteri Keuangan (ADWM) tidak mengetahui dan tidak membaca surat
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora
karena surat tersebut didisposisi oleh Sekjen Kementerian Keuangan (MPN)
langsung kepada Dirjen Anggaran.
c) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan
Kemenpora meskipun: (i) tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam
Pasal 5 (2) PMK 56/2010 yaitu adanya rekomendasi dari instansi teknis
fungsional yang menyatakan kelayakan atas kontrak tahun jamak yang akan
dilakukan; (ii) tidak memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45
tahun 2007 pada BAB III.A.1.f yang mensyaratkan bahwa “Pembangunan
Gedung Negara yang pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus
menerus lebih dari satu tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak
(multiyears contract), program dan pembiayaannya harus mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari
Menteri Pekerjaan Umum”. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, yang ada
hanyalah pendapat teknis yang ditandatangani oleh pejabat yang tidak
berwenang yaitu Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum
45/PRT/M/2007 pejabat yang berwenang memberikan
Pendapat Teknis adalah Menteri Pekerjaan Umum.
d) Pada tanggal 1 Desember 2010, Menteri Keuangan (ADWM)
menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora sebelummemastikan
bahwapersyaratan revisi RKA-KL sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 12 (2) PMK 56/2010 dan sejalan dengan pasal 14 UU
No. 17/2003, telah terpenuhi. Revisi RKA-KL yang menunjukkan bahwa
pekerjaan yang diajukan akan dibiayai lebih dari 1 (satu) tahun anggaran baru
disetujui oleh Dirjen Anggaran pada tanggal 6 Desember 2010. Menteri
Keuangan (ADWM) memberikan persetujuan kontrak tahun jamak setelah
mendapat masukan secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II,
dan Dirjen Anggaran, berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat
permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut
telah dilengkapi data pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit
(olahragawan) yunior maupun senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak
dapat dipertimbangkan untuk
disetujui.”
6) Melanggar ketentuan dalam Pasal 7 butir (1) huruf c PMK 180/2010 tentang Tata
Cara Revisi Anggaran Tahun 2010 bahwa revisi anggaran tidak boleh mengurangi
volume keluaran (output) Kegiatan Prioritas Nasional atau Prioritas Kementerian
Negara/Lembaga.
7) Tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007 pada
BAB III.A.1.f yang menyatakan bahwa “Pembangunan Gedung Negara yang
pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu
tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan
pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan
Umum”.
Direktur PBL Kementerian PU (GH) menerbitkan Pendapat Teknis pembangunan
P3SON Hambalang dengan pelaksanaan pembangunan lebih dari satu tahun
anggaran pada tanggal 22 Oktober 2010, yang tidak menjadi kewenangannya dan
tidak pernah ada pelimpahan wewenang dari Menteri PU.
8) Tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No
45/PRT/M/2007 tahun 2010, yaitu: (a) Pada BAB III, Bagian A angka 1 huruf e :
Penyusunan pembiayaan bangunan gedung Negara didasarkan pada standar harga
per-m2 tertinggi bangunan gedung negara yang berlaku. Untuk penyusunan
program dan pembiayaan pembangunan bangunan gedung Negara yang belum
ada standar harganya atau memerlukan penilaian khusus, harus dikonsultasikan
kepada Instansi teknis setempat. (b) Pada BAB IV, Bagian B : Standar harga
satuan tertinggi pembangunan gedung Negara ditetapkan secara berkala untuk
setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI
ditetapkan oleh Gubernur.
Direktur PBL (GH) menyampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan Kemenpora
(DK) pada tanggal 23 November 2010 berupa analisa perhitungan biaya
pembangunan P3SON Hambalang yang rekap-nya sebesar Rp1.129 Miliar telah
diparaf oleh Pengelola Teknis (DP). Perhitungan analisa biaya tersebut diminta
oleh DK dalam rangka menanggapi Surat Dirjen Anggaran tanggal 15 November
2010 yang antara lain menyampaikan bahwa dalam rangka persetujuan kontrak
tahun jamak dibutuhkan antara lain analisa biaya komponen terhadap bangunan
yang mengalami perubahan dari instansi teknis fungsional. Perhitungan analisa
biaya pembangunan konstruksi P3SON Hambalang sebesar Rp1.129 Miliar
ternyata disusun oleh KS dari PT AK yang tidak
mengikuti standar harga satuan tertinggi per m bangunan gedung negara sesuai
Keputusan Bupati Bogor yang berlaku, tetapi dengan terlebih dahulu
menambahkan inflasi sebesar 2,95%.
d. Penyimpangan dalam proses persetujuan RKA-KL tahun 2011 yaitu Dirjen Anggaran
(AR) menetapkan RKA-KL APBN Murni Kemenpora tahun 2011 untuk proyek
P3SON meskipun tidak memenuhi persyaratan. Hal ini melanggar ketentuan yang
diatur dalam PMK nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-KL TA 2011.
Dalam APBN Murni tahun 2011 proyek P3SON Hambalang mendapatkan alokasi
sebesar Rp500 Miliar yang terdiri dari Rp400 Miliar untuk pekerjaan konstruksi dan
Rp100 Miliar untuk pengadaan peralatan. SP-RKAKL tahun 2011 menetapkan bahwa
alokasi anggaran untuk pengadaan peralatan sebesar Rp100 Miliar tersebut diblokir
oleh Ditjen Anggaran, sedangkan pekerjaan konstruksi sebesar Rp400 Miliar tidak
diblokir, padahal dokumen pendukung berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ada adalah untuk skema pembiayaan tahun
jamak, sementara itu persetujuan kontrak tahun jamak belum disetujui.
e. Penyimpangan dalam proses pelelangan perencanaan konstruksi, pelelangan
pekerjaan konstruksi dan pelelangan manajemen konstruksi yaitu Panitia Pengadaan
Barang dan Jasa Kemenpora (WiM dkk) bersama-sama dengan staf perusahaan calon
rekanan mengatur pelelangan dengan cara sebagai berikut:
1) Lelang Perencanaan Konstruksi
a) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga ahli terdapat
ketidaksesuaian antara pengalaman pekerjaan yang diajukan dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
b) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak akurat dan tumpang
tindih.
2) Lelang Konstruksi