Anda di halaman 1dari 31

TUGAS DISKUSI KELOMPOK

KASUS PROYEK HAMBALANG

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengampu : Muhammad Ichsan, M.Pd.

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Bayu Marceleno Sarda Saputra 02.01.20.141


Lazuardhi Firdaus 02.01.20.156
Lilis Tania 02.01.20.157
\

Program Studi :
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR


Jl. Aria Surialaga, Pasirkuda, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16119
No. Telp (0251) 8312386
Web: http//www.polbangtan-bogor.ac.id
Email: polbangtan.bogor@pertanian.go.id
A. Latar Belakang
Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Secara kronologis, proyek ini bermula
pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olah Raga)
menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional.
Oleh karena itu, Kemenpora memandang perlu melanjutkan dan menyempurnakan
pembanugnan proyek pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga nasional di
Hambalang, Bogor. Selain itu juga untuk mengimplementasikan UU Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Pada 30 Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21.00910/BPT


2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Prestasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan
Citeureup-Bogor. Atas keberlanjutan tersebut, maka Pembangunan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional mulai dilaksanakan tahun 2010 dan
direncanakan selesai tahun 2012. Berdasarkan hasil perhitungan konsultan perencana,
untuk membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah
disempurnakan, anggaran mencapai Rp 1,75 triliun yang sudah termasuk bangunan sport
science, asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan
voli pasir.

Sejak tahun 2009-2010 Kementerian Keuangan dan DPR menyetujui alokasi anggaran
sebagai berikut :

1. APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun 2009
2. APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar
3. Pagu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar

Pada 6 Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenkeu RI
nomor S-553/MK.2/2010. Pekerjaan pembangunan direncanakan selesai 31 Desember 2012.
Penerimaan siswa baru diharapkan akan dilaksanakan tahun 2013-2014.
B. Motif Kasus Proyek Hambalang
Kasus proyek hambalang merupakan kejahatan korupsi “berjamaah” yang terorganisasi.
Tahapan korupsi dilakukan sejak dalam penganggaran, lelang, hingga pelaksanaan kegiatan
pengadaan. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat kejahatan ini bagi perekonomia
indonesia setidaknya berkisar pada dua hal, yaitu: aspek kerugian keuangan negara dan
buruknya infrastruktur publik yang dihasilkan. Kedua dampak tersebut harus diterjemahkan
sebagai kerugian bagi publik, karena yang dikorupsi merupakan hasil penerimaan negara dari
publik (hasil pajak).
Jamak diketahui bahwa setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tidak pernah
luput dari prakti suap menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah dikalangan DPR
memperkuat dugaan praktek ini terjadi. Korupsi proyek Hambalang adalah korupsi
terstruktur. Semua pihak uang disebutkan didalam audit menjalankan peranannya masing-
masing. Dimulai dari penyiapan lahan untuk pembangunan, termasuk perizinan, persetujuan
teknis pengadaan (lelang dan kontrak tahun jamak), pencairan anggaran, hingga penetapan
pemenang lelang yang dilakukan diluar prosedur baku.
Korupsi secara bersama-sama dalam Proyek Hambalang menunjukan tipe korupsi yang
terorganisasi. Kelompok penguasa berkolaborasi dengan kepentingan bisnis melakukan kejahatan.
Modus kejahatan korupsi semacam ini hanyalah modifikasi dan replikasi kejahatan korupsi
Orde Baru. Dari data diketahui tercatat total loss atau jumlah kerugian negara dalam kasus mega
proyek di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor mencapai Rp 463,66 Miliar
C. Cara Kasus Proyek Hambalang
1. Kementerian Pemuda dan Olahraga
- Pada 2010-2011, mencairkan uang pembayaran kepada Kerja Sama Operasi (KSO) PT Adhi Karya-PT
Wijaya Karya senilai Rp 471 miliar.

2. KSO Adhi-Wika
- Sebelum KSO terbentuk, dari 2009 hingga 2010, Adhi dan Wika telah mengalirkan ongkos komitmen
Rp 19,32 miliar ke banyak orang.
- Setelah KSO terbentuk dikeluarkan lagi Rp 15,22 miliar. Sehingga total dana yang mengalir ke pihak
tertentu paling sedikit Rp 34,54 miliar.

A. Subkontraktor
1. PT Global Daya Manunggal
Mendapat kontrak pekerjaan struktur dan arsitektur asrama junior dan gedung serba guna senilai Rp
142,4 miliar. Perusahaan ini telah menerima pembayaran Rp 60,2 miliar. Dari Global dana mengalir
kepada:
- Mantan Menteri Olahraga Andi Alifian Mallarangeng (Rp 4 miliar dan US$ 550 ribu).
- Adik Menpora, Andi Zulkarnain Mallarangeng (Rp 4 miliar).
- Mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Olahraga Deddy Kusdinar (Rp 250 juta).

2. PT Dutasari Citralaras
Mendapat kontrak pekerjaan mekanikal elektrikal dan penyambungan listrik PLN senilai Rp 328 miliar.
Perusahaan ini telah mendapat pembayaran Rp 170,3 miliar. Tidak disebutkan aliran dana dari
perusahaan milik istri Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila, ini.

B. Kiriman langsung
1. Perusahaan
- Commitment fee PT Dutasari (Rp 28 miliar).
- Ganti rugi terhadap Grup Permai, perusahaan milik M. Nazaruddin (Rp 10 miliar).

2. Pribadi
- Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (Rp 2,2 miliar).
- Direktur Utama Dutasari Mahfud Suroso (Rp 28,8 miliar)
- Mantan Ketua Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat Mahyudin (Rp 500 juta).
- Anggota Badan Anggaran DPR Olly Dondokambey (Rp 2,5 miliar).
- Mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto (Rp 3 miliar).
- Mantan Sekretaris Kementerian Olahraga Wafid Muharam (Rp 6,5 miliar).
- Deddy Kusdinar (Rp 1 miliar).
- Mantan Direktur Operasi Adhi Karya, Teuku Bagus M. Noor (Rp 4,5 miliar).
- Beberapa pejabat Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 135 juta).
D. Pelaku yang Terlibat Dalam Kasus Hambalang
1. Pelaku Utama Kasus Hambalang
a. Andi Alfian Mallarangeng
Seorang pengamat politik Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Pemuda dan
Olah Raga pada Kabinet Indonesia Bersatu II. Ia juga pernah menjabat sebagai Juru
Bicara Kepresidenan bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
b. Wafid Muharam
Sebagai Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sekmenpora) dan sebagai tangan
kanan Menpora Andi Alfian Mallarangeng
c. Deddy Kusdinar
Sebagai Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora).
d. Lisa Lukitawati
Sebagai Direktur dari CV Rifa Medika
e. Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarengeng alias Choel
Sebagai Presiden Direktur PR FOX Indonesia.
f. Anas Urbaningrum
Sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat tahun 2009. Ia sempat mempimpin
Divisi Otonomi Politik dan Daerah sebelum menjadi Ketua Umum DPP partai
Demokrat. Pada tahun 2001-2005 ia juga pernah bergabung menjadi anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Pasca mundurnya beliau dari Ketua Umum Partai
Demokrat, pada tahun 2013 ia mendirikan organisasi masyarakat yang bernama
Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
g. Muhammad Nazaruddin
Muhammad Nazaruddin dipilih sebagai anggota Banggar DPR periode 2009-2014
dari Fraksi Partai Demokrat dan pada tahun 2010 diangkat Bendahara Umum Partai
Demokrat.
2. Pelaku Lainnya Kasus Hambalang
a. PT Metaphora Solusi Global (PT MSG)
Perusahaan yang bergerak dibidang arsitektur dan memenangkan konsep masterplan
dari proyek Hambalang.
b. Mahyuddin NS
Menjabat sebagai ketua komisi X DPR RI. Ia juga pernah menjabat sebagai wakil
gubernur Sumatera Selatan periode 2003-2008 dan dilantik menjadi gubernur
Sumatera Selatan pada 11 Juli 2008.
c. Angelina Sondakh
Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 sebagai Badan Anggaran
(Banggar) dari partai Demokrat. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Visa
Officer, Australia First (1999-2000), dan mantan Puteri Indonesia tahun 2001 asal
Sulawesi Utara.
d. Mirwan Amir
Sukses menduduki Anggota DPR untuk periode 2009-2014 sebagai anggota Banggar.
Pertengahan 2012 ia tercatut dalam kasus dugaan suap Dana Penyesuaian
Infrastruktur Daerah (DPID) sebagai Dewan yang memiliki transaksi mencurigakan
berdasarkan laporan PPATK.
e. Wayan Koster
Sebagai anggota komisi X dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP).
f. Kahar Muzakir
Anggota DPRD komisi X wilayah Sumatera Selatan II yang menangani masalah
Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan.
g. Juhaeeni Alie
Sebagai anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat. Dia Fraksi Partai
Demokrat sendiri, Alie menjabat sebagai Sekretaris Departemen Pendidikan Nasional
di bawah kepemimpinan Anas Urbaningrum.
h. Mardiyana Indra Wati
Sebagai anggota komisi X DPR RI dan anggota Kelompok Kerja (Pokja) Proyek
Hambalang.
i. Saul Paulus David Nelwan
Seorang pengusaha dalam kasus hambalang hanya menjadi saksi karena meminta
uang Rp 600 juta dari PT Adhi Karya atas perintah dari Wafid Muharam.
j. Ida Bagus Wirahadi
Anggota dari Fraksi Partai Amanat Nasional
k. Poniran
l. PT Adhi Karya
Pihak konstruksi BUMN untuk proyek Hambalang dengan pihak yang terkait :
1) Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi Konstruksi Jakarta I)
2) M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus Fasilitator dari
Teuku Bagus Mokhamad Noor)
3) Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor dan M Arief
Taufiqurahman)
4) Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
m. PT Wijaya Karya (Wika)
Perusahaan BUMN yang bergerak dibidang konstruksi yang bekerja sama (KSO)
dengan PT Adhi Karya.
n. Mohammad Fakhruddin Sebagai staf
khusus Menpora
o. Mahfud Suroso
Direktur PT Dutasari Citralaras
p. PT Grup Permai
Perusahaan milik M Nazaruddin
q. PT Global Daya Manunggal (GDM)
Perusahaan subkontraktor untuk pekerjaan struktur, arsitektur asrama junior putra-
putri dan Gedung Olah Raga (GOR) Serbaguna.
r. PT Duta Graha Indah (DGI)
Perusahaan milik Nazaruddin yang bergerak dibidang konstruksi
s. Mindo Rosalina Manulang
Direktur Marketing PT Anak Negeri yang kemudian menjadi rekanan PT Duta Graha
Indah (DGI)
t. Munadi Herlambang
Direktur PT MSONS Capital sekaligus Wakil Sekretaris Bidang Pemuda dan
Olahraga DPP Partai Demokrat.
u. Ketut Darmawan
Direktur Operasi PT Pembangunan Perumahan
v. Muchayat
Adalah Wakil Presiden Komisaris Utama Bank Mandiri yang pernah menjabat
sebagai Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
w. Ignatius Mulyono
Merupakan salah satu anggota Fraksi Partai Demokrat yang menduduki kursi di
Komisi II DPR RI. Dalam tugasnya, ia membidangi proses pengaturan kebijakan
negara khususnya, Pemerintahan Dalam Negeri, Aparatur Negara, Otonomi Daerah,
dan Agraria.

3. Pihak-Pihak Yang Diduga Terkait


a. Dalam proses pemberian izin-izin
1) Rahmat Yasin alias RY

Selaku Bupati Bogor yang menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan
P3SON berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.
2) Syarifah Sofiah alias SS
Selaku Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor atas nama Bupati yang
menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

3) Burhanudin alias Bu
Selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor yang
membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan
P3SON Hambalang.

4) Yani Hasan alias YH


Selaku Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten Bogor yang
membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan
P3SON berlokasi di Desa Hambalang.

5) Achmad A Ardiwinata alias AAA


Selaku PPK kegiatan studi Amdan tahun 2007.

6) Inisal DN
Selaku Direktur PT CKS

b. Dalam proses pensertipikatan tanah


1) Joyo Winoto alias JW
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait sertifikasi tanah Hambalang.
Menandatangani SK Hak Pakai untuk Kemenpora atas tanah Hambalang.

2) Managam Manurum alias MM

Selaku Sestama sekaligus Plt Deputi II BPN Memerintahkan LAW untuk menyerahkan SK Hak
Pakai kepada orang yang tidak berhak menerima dan tidak menandatangani RPD mutakhir
meskipun merubah RPD dengan memasukkan pernyataan pelepasan hak.
3) Binsar Simbolon alias BS
Selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN
memerintahkan staf untuk menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang
diduga palsu dalam RPD.

4) Erna Widayati alias EW


Selaku staf pengolah data Deputi II BPN atas perintah Kasie, Kasubdit, dan
Direktur menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu, dalam
RPD sehingga SK Hak Pakai dapat ditandatangani.

5) Luki Ambar Winarti alias LAW


Selaku Kabagian Persuratan BPN menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang
tidak berhak menerima.

c. Dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dan penyusunan anggaran


1) Agus DW Martowardojo alias ADWM Selaku
Menteri Keuangan

2) Anny Ratnawati alias AR


Selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan

3) Mulia P Nasution alias MPN


Selaku Sekjen Kementerian Keuangan

4) Dewi Pudjiastuti Handayani alias DPH


Selaku Direktur Anggaran II Kementerian Keuangan

5) Sudarto alias S
Selaku Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.

6) Rudi Hermawan alias RH


Selaku Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
7) Ahmad Maliq alias AM
Selaku staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.

8) Guratno Hartono alias GH


Selaku Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU.

9) Dedi Permadi alias DP


Selaku Pengelola teknis Kementerian PU.

d. Dalam proses pemilihan rekanan


1) Wisler Manulu alias WiM
Selaku Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora

a) Memerintahkan BaS selaku Sekretaris untuk melakukan verifikasi secara


formalitas hasil evaluasi prakualifikasi dan penawaran lelang pekerjaan
P3SON Hambalang, dan membuat berita acara setiap tahap hasil pekerjaan
lelang pekerjaan P3SON Hambalang
b) Memerintahkan J untuk mengadministrasikan seluruh dokumentasi lelang,
mendistribusikan pemberitahuan perubahan anggaran dari Rp 262M menjadi
Rp 1,2T kepada peserta lelang
c) Membuat pemberitahuan perubahan nilai pekerjaan yang sebelumnya Rp
262M menjadi Rp 1,2T
d) Memeirntahkan J untuk memberikan nomor surat pemberitahuan PPK
mengenai perubahan nilai pekerjaan dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T

e) Memerintahkan J mendistribusikan surat perubahan nilai pekerjaan dari RP


262M menjadi Rp 1,2T kepada peserta lelang
2) Jaelani alias
Selaku Anggota Panitia Pengadaan Kemenpora

a) Memberikan nomor surat pemberitahuan PPK yang dibuat oleh WiM


mengenai perubahan nilai pekerjaan dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T
b) Mendistribusikan surat pemberitahuan PPK mengenai perubahan nilai
pekerjaan sebelumnya senilai Rp 262M menjadi Rp 1,2T kepada peserta
lelang
c) Menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum layak menjadi
dasar aanwijzing dan dokumen lelang untuk pekerjaan tahun
jamak(multiyears) senilai Rp 1,2 T
3) Bambang Siswanto alias BaS
Selaku Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora

a) Melakukan verifikasi seluruh hasil evaluasi baik prakualifikasi maupun


penawaran sesuai dengan arahan dan perintah Ketua Panitia Lelang
b) Membuat seluruh berita acara tahap pelelangan dari hasil prakualifikasi dan
penwaran
4) Rio Wilarso alias RW
Selaku Staf Biro Perencanaan Kemenpora

a) Membantu menyusun data pendukung RKA-KL tanpa memperhatikan hasil


perhitungan Kementerian Pekerjaan Umum
b) Membantu menyusun Konsep Surat Keluar untuk permohonan revisi RKA-
KL tanpa didukung data yang cermat

c) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi Teknis Fungsional


yang tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang profesional
d) Membantu menyusun desain pelaksanaan tanpa dasar penetapan dan
kebutuhan yang ditentukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga
5) M Arifin alias MA
Selaku Komisaris PT MSG memerintahkan AW untuk mengkoordinasikan
pertemuan para pihak yang terkait dengan proyek P3SON Hambalang

6) Asep Wibowo alias AW


Selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan pertemuan pihak-
pihak terkait yaitu konsultan perencanaan, manajemen konstruksi, pemborong
konstruksi, Panitia Pengadaan, dan PPK proyek P3SON sebelum proses
pelelangan dimulai

7) Husni Al Huda alias HaH


Selaku staf PT Yodya Karya mengkoordinasikan tim staf PT Yodya Karya untuk
melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT
Yodya Karya

8) Aman Santoso alias AS


Selaku direktur PT Ciriajasa Cipta Mandiri (CCM) meminta stafnya (Mul dan
RS) untuk melanjutkan proses teknis penawaran setelah bertemu dengan MA
dalam rapat kantor di kantor Kemenpora dan memastikan bahwa yang akan
bertindak sebagai rekanan manajemen kontruksi adalah PT CCM

a) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi Teknis Fungsional


yang tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang profesional
b) Membantu menyusun desain pelaksanaan tanpa dasar penetapan dan
kebutuhan yang ditentukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga
9) M Arifin alias MA
Selaku Komisaris PT MSG memerintahkan AW untuk mengkoordinasikan
pertemuan para pihak yang terkait dengan proyek P3SON Hambalang

10) Asep Wibowo alias AW


Selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan pertemuan pihak-
pihak terkait yaitu konsultan perencanaan, manajemen konstruksi, pemborong
konstruksi, Panitia Pengadaan, dan PPK proyek P3SON sebelum proses
pelelangan dimulai

11) Husni Al Huda alias HaH


Selaku staf PT Yodya Karya mengkoordinasikan tim staf PT Yodya Karya untuk
melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT
Yodya Karya

12) Aman Santoso alias AS


Selaku direktur PT Ciriajasa Cipta Mandiri (CCM) meminta stafnya (Mul dan
RS) untuk melanjutkan proses teknis penawaran setelah bertemu dengan MA
dalam rapat kantor di kantor Kemenpora dan memastikan bahwa yang akan
bertindak sebagai rekanan manajemen kontruksi adalah PT CCM

13) Mulyatno alias Mul


Selaku Manajer Pemasaran PT CCM

a) Memerintah AG bersama timnya untuk menyiapkan kebutuhan dokumen


dalam rangka pelelangan di Kemenpora
b) Menghubungi beberapa perusahaan lain untuk dapat membantu mendukung
penawaran sebagai perusahaan pendamping pelelangan
14) Aditya Gautama alias AG
Selaku staf PT CCM mengkoordinasikan tim staf PT CCM untuk mengurus
seluruh proses penawaran termasuk melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis
terhadap dokumen penawaran PT CCM dan perusahaan-perusahaan pendamping

15) Rudi Hamarul alias Rha Selaku staf


PT CCM

a) Melakukan evaluasi prakualifikasi dan evaluasi teknis terhadap penawaran


yang disusun PT CCM sendiri
b) Membuat dokumen penawaran atas naman perusahaan- perusahaan lain
sebagai pendamping bagi PT CCM untuk mengikuti pelelangan
c) Menyerahkan hasil evaluasi penawaran beserta kertas kerjanya kepada Panitia
Pengadaan
16) RM Suhartono alias RMS
Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen penawaran perusahaan-perusahaan
pendamping untuk mengikuti pelelangan.

17) Yusuf Sholikin alias YS


Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen prakualifikasi dan mengisi daftar
hadir pemasukkan dokumen prakualifikasi atas nama perusahaan-perusahaan
pendamping.

18) Malemteta Ginting alias MG


Selaku staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen Konstruksi menerima
hasil evaluasi rekanan konstruksi dari KS dan menyerahkan hasilnya kepada
Panitia Pengadaan untuk dibuatkan Berita Acara.
19) Teguh Suhanta alias TS
Selaku PT Adhi Karya mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi prakualifikasi
dokumen penawaran pekerjaan konstruksi yang memenangkan PT AK

20) Kushadi alias KS


Selaku staf PT Adhi Karya bersama Da membawa dokumen penawaran peserta
lelang konstruksi untuk dievaluasi di Hotel Aston, dan kemudian memberikan
hasil evaluasinya kepada MG.

e. Dalam proses pencairan uang muka R Isnanta


alias RI
Selaku Kabag Keuangan Kemenpora menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)
sebesar Rp 217.137.547.103 untuk pembayaran uang mukan oleh KPPN melalui
SP2D kepada rekanan pelaksana meskipun pekerjaan belum dilaksanakan oleh
rekanan dan bukti pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan belum diverifikasi
oleh pejabat yang berwenang.

f. Dalam proses pelaksanaan pembangunan konstruksi R Isnanta


alias RI
Selaku pantia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada Pembangunan
Lanjutan P3SON Hambalang melalaikan kewajibannya memeriksa pekerjaan fisik
dan infrastruktur proyek untuk pembayaran tahun 2010.
a) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi Teknis Fungsional
yang tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang profesional
b) Membantu menyusun desain pelaksanaan tanpa dasar penetapan dan
kebutuhan yang ditentukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga
2) M Arifin alias MA
Selaku Komisaris PT MSG memerintahkan AW untuk mengkoordinasikan
pertemuan para pihak yang terkait dengan proyek P3SON Hambalang

3) Asep Wibowo alias AW


Selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan pertemuan pihak-
pihak terkait yaitu konsultan perencanaan, manajemen konstruksi, pemborong
konstruksi, Panitia Pengadaan, dan PPK proyek P3SON sebelum proses
pelelangan dimulai

4) Husni Al Huda alias HaH


Selaku staf PT Yodya Karya mengkoordinasikan tim staf PT Yodya Karya untuk
melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT
Yodya Karya

5) Aman Santoso alias AS


Selaku direktur PT Ciriajasa Cipta Mandiri (CCM) meminta stafnya (Mul dan
RS) untuk melanjutkan proses teknis penawaran setelah bertemu dengan MA
dalam rapat kantor di kantor Kemenpora dan memastikan bahwa yang akan
bertindak sebagai rekanan manajemen kontruksi adalah PT CCM

6) Mulyatno alias Mul


Selaku Manajer Pemasaran PT CCM

a) Memerintah AG bersama timnya untuk menyiapkan kebutuhan dokumen


dalam rangka pelelangan di Kemenpora
b) Menghubungi beberapa perusahaan lain untuk dapat membantu mendukung
penawaran sebagai perusahaan pendamping pelelangan
7) Aditya Gautama alias AG
Selaku staf PT CCM mengkoordinasikan tim staf PT CCM untuk mengurus
seluruh proses penawaran termasuk melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis
terhadap dokumen penawaran PT CCM dan perusahaan-perusahaan pendamping

8) Rudi Hamarul alias Rha Selaku staf


PT CCM

a) Melakukan evaluasi prakualifikasi dan evaluasi teknis terhadap penawaran


yang disusun PT CCM sendiri
b) Membuat dokumen penawaran atas naman perusahaan- perusahaan lain
sebagai pendamping bagi PT CCM untuk mengikuti pelelangan
c) Menyerahkan hasil evaluasi penawaran beserta kertas kerjanya kepada Panitia
Pengadaan
9) RM Suhartono alias RMS
Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen penawaran perusahaan-perusahaan
pendamping untuk mengikuti pelelangan.

10) Yusuf Sholikin alias YS


Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen prakualifikasi dan mengisi daftar
hadir pemasukkan dokumen prakualifikasi atas nama perusahaan-perusahaan
pendamping.

11) Malemteta Ginting alias MG


Selaku staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen Konstruksi menerima
hasil evaluasi rekanan konstruksi dari KS dan menyerahkan hasilnya kepada
Panitia Pengadaan untuk dibuatkan Berita Acara.
12) Teguh Suhanta alias TS
Selaku PT Adhi Karya mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi prakualifikasi
dokumen penawaran pekerjaan konstruksi yang memenangkan PT AK

13) Kushadi alias KS


Selaku staf PT Adhi Karya bersama Da membawa dokumen penawaran peserta
lelang konstruksi untuk dievaluasi di Hotel Aston, dan kemudian memberikan
hasil evaluasinya kepada MG.

g. Dalam proses pencairan uang muka R Isnanta


alias RI
Selaku Kabag Keuangan Kemenpora menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)
sebesar Rp 217.137.547.103 untuk pembayaran uang mukan oleh KPPN melalui
SP2D kepada rekanan pelaksana meskipun pekerjaan belum dilaksanakan oleh
rekanan dan bukti pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan belum diverifikasi
oleh pejabat yang berwenang.

h. Dalam proses pelaksanaan pembangunan konstruksi R Isnanta


alias RI
Selaku pantia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada Pembangunan
Lanjutan P3SON Hambalang melalaikan kewajibannya memeriksa pekerjaan fisik
dan infrastruktur proyek untuk pembayaran tahun 2010.
E. Pasal yang Dilanggar Dalam Kasus Hambalang
1. Pasal yang Dilanggar Berdasarkan Temuan BPK atas Penyimpangan
a. Penyimpangan dalam pemberian izin lokasi, site plan, dan Izin Mendirikan, pasal
yang dilanggar adalah:
1) Pasal 22 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa setiap kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan wajib memiliki Amdal.
2) Perda Kab Bogor Nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010 tentang
Bangunan Gedung pasal 25 yang menyatakan bahwa persyaratan tata bangunan
meliputi adanya pengendalian dampak lingkungan.

3) DN selaku rekanan PT CKS tidak melaksanakan pekerjaan berupa studi Amdal


meskipun telah menerima pembayaran.
b. Penyimpangan Dalam Penerbitan SK Hak Pakai dan Sertipikat Hak Pakai atas Tanah
Hambalang sebagai berikut:
1) Kepala BPN (JW) menandatangani SK Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah
seluas 312.448 m2 dengan didukung dokumen yang tidak sesuai kenyataan
berupa: (i) surat pelepasan hak dari Probosutedjo selaku pemegang hak
sebelumnya yang diduga palsu; dan (ii) Surat Pernyataan Ses Kemenpora yang
menyatakan bahwa pada pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi kerugian negara
berdasarkan LHP BPK RI adalah tidak sesuai kenyataan. Pernyataan bahwa
dalam pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi kerugian negara, ternyata tidak
pernah dimuat dalam LHP BPK RI dimaksud.
2) Melanggar prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005
yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala BPN No. 1 tahun 2010 yang
menyatakan bahwa SK tersebut hanya dapat diserahkan kepada instansi pemohon
atas kuasa yang ditunjuknya.
c. Penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak sebagai berikut:
1) Ses Kemenpora (WM) mengajukan surat permohonan persetujuan kontrak tahun
jamak dengan mengatasnamakan Menpora tanpa memperoleh pelimpahan
wewenang dari Menpora.
2) Ses Kemenpora (WM) bersama Kepala Biro Perencanaan Kemenpora/PPK (DK)
menyajikan data dan dokumen yang tidak benar sebagai syarat kelengkapan
persetujuan kontrak tahun jamak dan revisi RKA-KL tahun 2010 yaitu sebagai
berikut:
Menafsirkan secara sepihak pernyataan Direktur PBL Kementerian PU bahwa
“pembangunan tersebut dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran
untuk beberapa bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan
lebih dari 12 bulan”. Tanpa konfirmasi kepada Kementerian PU, Ses
Kemenpora menafsirkan bahwa yang dimaksud pernyataan tersebut adalah
seluruh pembangunan fisik gedung dan lapangan serta infrastruktur
dilaksanakan melalui satu kontrak tahun jamak.

a) Dalam rangka revisi RKA-KL, menyajikan data volume keluaran yang tidak
sesungguhnya yaitu yang seharusnya volume yang akan dibangun turun dari
semula 108.553 m2 menjadi 100.398 m2, tetapi justru menyajikan volume itu
seolah-olah naik dari semula 108.553 m2 menjadi 121.097 m2.
3) Direktur Jenderal Anggaran (AR) setelah melalui proses berjenjang dari Kasie II
E-4 (RH), Kasubdit II E (S) dan Direktur II (DPH) memberikan masukan, data
dan informasi yang tidak benar kepada pejabat di atasnya dalam proses pemberian
dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora tahun
2010 dan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak. Pemberian masukan
dilakukan dengan cara menyampaikan Nota Dinas. Nota Dinas tersebut berisi
antara lain: “Mengingat permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak
(multiyears contract) tersebut telah dilengkapi data pendukung dan dalam
rangka menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka
pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun senior, maka persetujuan kontrak
tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan
volume kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena
pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun
jamak, maka dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.”
Nota Dinas dengan isi yang sama juga disampaikan secara berjenjang dari
Kasubdit II E kepada Direktur Anggaran II, dari Direktur Anggaran II kepada
Dirjen Anggaran dan dari Dirjen Anggaran kepada Menteri Keuangan.
4) Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang, mulai
dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran,menyetujui
pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL
Kemenpora 2010, meskipun Pasal 20 (1) PMK 180/2010 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun 2010 menetapkan bahwa “Batas akhir penerimaan usul revisi
anggaran untuk APBN TA 2010 ditetapkan tanggal 15 Oktober 2010 untuk revisi
anggaran pada DJA.” Sebagai syarat pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak
kepada Menteri Keuangan, RKA KL P3SON harus diubah untuk menunjukkan
adanya kegiatan lebih dari satu tahun anggaran. Atas dasar itu, Ses Kemenpora
harus mengajukan usulan perubahan RKAKL. Namun karena batas waktu
pengajuan revisi telah dilampaui, maka Ses Kemenpora meminta dispensasi
keterlambatan pengajuan revisi RKA KL dimaksud pada tanggal
16 November 2010. Menteri Keuangan menyetujui permintaan dispensasi ini
pada tanggal 1 Desember 2010 dengan disposisi “Selesaikan” pada surat usulan
dimaksud.
Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui hal tersebut setelah mendapat masukan
secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan Dirjen Anggaran
berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat revisi perubahan volume
kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena
pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun
jamak,maka dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui”.
5) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen
Anggaran, menyetujui kontrak tahun jamak meskipun
persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 5, dan Pasal 12 PMK 56/2010 tidak
terpenuhi.
a) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak meskipun
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak ditandatangani oleh WM selaku
Ses Kemenpora dengan mengatasnamakan Menpora tanpa ada pendelegasian
wewenang dari Menpora.
b) Menteri Keuangan (ADWM) tidak mengetahui dan tidak membaca surat
permohonan persetujuan kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora
karena surat tersebut didisposisi oleh Sekjen Kementerian Keuangan (MPN)
langsung kepada Dirjen Anggaran.
c) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan
Kemenpora meskipun: (i) tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam
Pasal 5 (2) PMK 56/2010 yaitu adanya rekomendasi dari instansi teknis
fungsional yang menyatakan kelayakan atas kontrak tahun jamak yang akan
dilakukan; (ii) tidak memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45
tahun 2007 pada BAB III.A.1.f yang mensyaratkan bahwa “Pembangunan
Gedung Negara yang pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus
menerus lebih dari satu tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak
(multiyears contract), program dan pembiayaannya harus mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari
Menteri Pekerjaan Umum”. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, yang ada
hanyalah pendapat teknis yang ditandatangani oleh pejabat yang tidak
berwenang yaitu Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum
45/PRT/M/2007 pejabat yang berwenang memberikan
Pendapat Teknis adalah Menteri Pekerjaan Umum.
d) Pada tanggal 1 Desember 2010, Menteri Keuangan (ADWM)
menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora sebelummemastikan
bahwapersyaratan revisi RKA-KL sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 12 (2) PMK 56/2010 dan sejalan dengan pasal 14 UU
No. 17/2003, telah terpenuhi. Revisi RKA-KL yang menunjukkan bahwa
pekerjaan yang diajukan akan dibiayai lebih dari 1 (satu) tahun anggaran baru
disetujui oleh Dirjen Anggaran pada tanggal 6 Desember 2010. Menteri
Keuangan (ADWM) memberikan persetujuan kontrak tahun jamak setelah
mendapat masukan secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II,
dan Dirjen Anggaran, berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: “Mengingat
permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut
telah dilengkapi data pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit
(olahragawan) yunior maupun senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak
dapat dipertimbangkan untuk
disetujui.”
6) Melanggar ketentuan dalam Pasal 7 butir (1) huruf c PMK 180/2010 tentang Tata
Cara Revisi Anggaran Tahun 2010 bahwa revisi anggaran tidak boleh mengurangi
volume keluaran (output) Kegiatan Prioritas Nasional atau Prioritas Kementerian
Negara/Lembaga.
7) Tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007 pada
BAB III.A.1.f yang menyatakan bahwa “Pembangunan Gedung Negara yang
pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu
tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan
pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan
Umum”.
Direktur PBL Kementerian PU (GH) menerbitkan Pendapat Teknis pembangunan
P3SON Hambalang dengan pelaksanaan pembangunan lebih dari satu tahun
anggaran pada tanggal 22 Oktober 2010, yang tidak menjadi kewenangannya dan
tidak pernah ada pelimpahan wewenang dari Menteri PU.
8) Tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No
45/PRT/M/2007 tahun 2010, yaitu: (a) Pada BAB III, Bagian A angka 1 huruf e :
Penyusunan pembiayaan bangunan gedung Negara didasarkan pada standar harga
per-m2 tertinggi bangunan gedung negara yang berlaku. Untuk penyusunan
program dan pembiayaan pembangunan bangunan gedung Negara yang belum
ada standar harganya atau memerlukan penilaian khusus, harus dikonsultasikan
kepada Instansi teknis setempat. (b) Pada BAB IV, Bagian B : Standar harga
satuan tertinggi pembangunan gedung Negara ditetapkan secara berkala untuk
setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI
ditetapkan oleh Gubernur.
Direktur PBL (GH) menyampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan Kemenpora
(DK) pada tanggal 23 November 2010 berupa analisa perhitungan biaya
pembangunan P3SON Hambalang yang rekap-nya sebesar Rp1.129 Miliar telah
diparaf oleh Pengelola Teknis (DP). Perhitungan analisa biaya tersebut diminta
oleh DK dalam rangka menanggapi Surat Dirjen Anggaran tanggal 15 November
2010 yang antara lain menyampaikan bahwa dalam rangka persetujuan kontrak
tahun jamak dibutuhkan antara lain analisa biaya komponen terhadap bangunan
yang mengalami perubahan dari instansi teknis fungsional. Perhitungan analisa
biaya pembangunan konstruksi P3SON Hambalang sebesar Rp1.129 Miliar
ternyata disusun oleh KS dari PT AK yang tidak
mengikuti standar harga satuan tertinggi per m bangunan gedung negara sesuai
Keputusan Bupati Bogor yang berlaku, tetapi dengan terlebih dahulu
menambahkan inflasi sebesar 2,95%.
d. Penyimpangan dalam proses persetujuan RKA-KL tahun 2011 yaitu Dirjen Anggaran
(AR) menetapkan RKA-KL APBN Murni Kemenpora tahun 2011 untuk proyek
P3SON meskipun tidak memenuhi persyaratan. Hal ini melanggar ketentuan yang
diatur dalam PMK nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-KL TA 2011.
Dalam APBN Murni tahun 2011 proyek P3SON Hambalang mendapatkan alokasi
sebesar Rp500 Miliar yang terdiri dari Rp400 Miliar untuk pekerjaan konstruksi dan
Rp100 Miliar untuk pengadaan peralatan. SP-RKAKL tahun 2011 menetapkan bahwa
alokasi anggaran untuk pengadaan peralatan sebesar Rp100 Miliar tersebut diblokir
oleh Ditjen Anggaran, sedangkan pekerjaan konstruksi sebesar Rp400 Miliar tidak
diblokir, padahal dokumen pendukung berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ada adalah untuk skema pembiayaan tahun
jamak, sementara itu persetujuan kontrak tahun jamak belum disetujui.
e. Penyimpangan dalam proses pelelangan perencanaan konstruksi, pelelangan
pekerjaan konstruksi dan pelelangan manajemen konstruksi yaitu Panitia Pengadaan
Barang dan Jasa Kemenpora (WiM dkk) bersama-sama dengan staf perusahaan calon
rekanan mengatur pelelangan dengan cara sebagai berikut:
1) Lelang Perencanaan Konstruksi
a) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga ahli terdapat
ketidaksesuaian antara pengalaman pekerjaan yang diajukan dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
b) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak akurat dan tumpang
tindih.
2) Lelang Konstruksi

a) Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi dokumen


prakualifikasi antara dokumen penawaran dari KSO AW dengan dokumen
penawaran dari rekanan yang lain. Standar penilaian untuk mengevaluasi
penawaran dari KSO AW menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp1,2T,
sedangkan standar penilaian untuk mengevaluasi penawaran dari rekanan lain
menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp262M. Evaluasi Tim BPK terhadap
kertas kerja Panitia Pengadaan menyangkut penilaian dokumen prakualifikasi
peserta lelang menunjukkan bahwa seluruh peserta prakualifikasi semestinya
tidak dapat dinyatakan lulus prakualifikasi sehingga pelelangan seharusnya
diulang. Hasil evaluasi adalah sebagai berikut: (rincian terlampir Lampiran
1)
(1) KSO AW seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 68,42
(lebih kecil dari Passing Grade 75) dan aspek Kemampuan Dasar (KD)
yang diperkenankan adalah sebesar Rp880.590.000.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T).
(2) PT JK seharusnya gugur karena aspek KD yang diperkenankan adalah
sebesar Rp947.922.889.372 (lebih rendah dari ambang batas Rp1,2T) dan
aspek Personil mendapat nilai 4 (lebih rendah dari ambang batas 5).
(3) PT NK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 69,35
(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang
diperkenankan adalah sebesar Rp192.200.900.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T) dan aspek Sisa Kemampuan Keuangan (SKK)
adalah sebesar Rp405.005.989.172 (lebih rendah dari ambang batas
Rp960 Miliar).
(4) PT HK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 64,32
(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang
diperkenankan adalah sebesar Rp168.321.694.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,27 (lebih
rendah dari ambang batas 30).
(5) PT WK seharusnya gugur karena mendapat nilai total
merit point 64,25 (lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD
yang diperkenankan adalah sebesar Rp354.514.000.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,81 (lebih
rendah dari ambang batas 30).
(6) KSO IL seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 52
(lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang
diperkenankan adalah sebesar Rp518.761.000.000 (lebih rendah dari
ambang batas Rp1,2T) dan aspek Personil mendapat nilai 3,75 (lebih
rendah dari ambang batas 5).
b) Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap.
Hal tersebut melanggar ketentuan Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 4 huruf h dan
Penjelasannya pada Lampiran Bab II, Point A.1.a.2), Point A.1.a.3).b yang
menetapkan bahwa panitia/pejabat pengadaan harus mengumumkan secara
luas tentang adanya pelelangan umum yang memuat di antaranya perkiraan
nilai pekerjaan.
Dalam pengumuman pelelangan yang dimuat dalam Koran Tempo tanggal 18
Agustus 2010, Panitia menyatakan bahwa nilai pagu anggaran untuk
pekerjaan yang hendak dilelang adalah sebesar Rp262.784.797.000.
Disebutkan pula bahwa anggaran sedang dalam proses persetujuan kontrak
tahun jamak
dari Kementerian Keuangan. Pada saat yang bersamaan, Kemenpora sedang
mengajukan persetujuan kontrak tahun jamak dengan nilai pekerjaan sebesar
Rp1.129.296.256.000. Setelah mendapatkan konsep dari WiM selaku Ketua
Panitia Pengadaan, DK selaku PPK secara sepihak lalu menandatangani surat
pemberitahuan nomor No.01-SP-PPK-8- 2010 yang ditujukan kepada calon
penyedia jasa pemborongan. Isinya menginformasikan bahwa nilai pekerjaan
yang saat ini sedang diajukan persetujuan kontrak tahun jamak adalah sebesar
Rp1,2T. Namun, surat pemberitahuan tersebut hanya disampaikan kepada
sebagian peserta yang telah mengambil dokumen lelang. Adapun PT DGI dan
KSO IL tidak menerima pemberitahuan tersebut sehingga memasukkan
penawaran dengan asumsi nilai pekerjaan sebesar Rp262M.
c) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak disepakati untuk mengevaluasi
Kemampuan Dasar (KD) Peserta Lelang. Sesuai ketentuan dalam PP No. 29
tahun 2000 Pasal 14 ayat (1), (2) dan (3), Keppres 80 tahun 2003
Lampiran 1 Bab
II.A.1.b : (1).j), dan Permen PU No 43 Tahun 2007 pada L3, penilaian KD = 2
NPt (nilai pengalaman tertinggi). Untuk perusahaan yang menjalin kerja sama
operasi, NPt yang dipakai adalah NPt dari perusahaan yang menjadi Lead-
firm. Peserta dianggap lulus jika memiliki KD lebih besar atau sama dengan
nilai pekerjaan/kontrak yang hendak dilelang. Panitia meluluskan KSO AW
karena dianggap memenuhi syarat nilai KD. Untuk mengevaluasi KSO AW,
Panitia menetapkan nilai kontrak yang hendak dilelang adalah Rp1,2 T.
Sedangkan untuk peserta lainnya, Panitia menetapkan nilai kontrak yang
hendak dilelang adalah Rp262 M. Untuk menaikan nilai KD KSO AW,
Panitia menggabungkan 2 proyek terbesar yang pernah dikerjakan oleh PT
AK yaitu proyek pembangunan
stadion Surabaya Barat (Rp440M) dan proyek pembangunan jembatan
Suramadu (Rp443M) sehingga total NPt-nya menjadi sebesar Rp883M
(=Rp440M + Rp443M). Dengan demikian, nilai KD = 2 x Rp883 = Rp1,7T
atau melebihi ambang batas Rp1,2T. Seharusnya Panitia hanya menghitung
satu proyek saja yang sesuai dengan bidang pekerjaan sejenis, sehingga
maksimal NPt-nya adalah Rp440M, dan score KD-nya = 2xRp440M =
Rp880M.
3) Lelang Manajemen Konstruksi
a) Menyusunkan dokumen penawaran perusahaan pendamping dan
memasukkannya untuk mengikuti pelelangan.
b) Menggunakan nama-nama tenaga ahli dengan bukti dokumen SKA yang tidak
benar.
f. Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi yaitu Ses Kemenpora
(WM) telah melampaui wewenangnya dengan menetapkan pemenang lelang untuk
pekerjaan bernilai di atas Rp 50 Miliar tanpa memperoleh pelimpahan wewenang dari
Menpora sebagai pejabat yang berwenang menetapkan.
Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 26 bahwa pejabat
yang berwenang menetapkan penyedia barang/jasa adalah Menteri untuk pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dari APBN yang bernilai di atas Rp 50 Miliar.
g. Penyimpangan dalam proses pembayaran dan pencairan uang muka yaitu RI selaku
Kabag Keuangan Kemenpora tetap menyusun dan menandatangani SPM, meskipun
Pejabat Penguji Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Bendahara belum
menandatangani dokumen SPP dari PPK yang berarti belum menguji kelengkapan
dan kebenaran tagihan sesuai tugasnya. SPM itu bersama dengan surat
Pertanggungjawaban Belanja dari WM selaku Ses Kemenpora diajukan ke KPPN
untuk penerbitan SP2D.
h. Penyimpangan dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi berupa rekanan
KSO AW mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamanya kepada perusahaan
lain yaitu di antaranya kepada PT DC dan PT GDM. Hal tersebut melanggar
ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 32 (3) bahwa Penyedia barang/jasa
dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan
mensubkontrakkan kepada pihak lain. Juga pasal 32 (4) bahwa Penyedia
barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama
dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun,
kecuali disubkontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.
2. Pasal yang dilangggar terkait hukuman yang diterima pelaku
a. Pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana
diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi tentang perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara; sedangkan pasal 3 mengenai perbuatan
menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi, menyalahgunakan
kewenangan karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan negara.
Ancaman pidana dari pelanggaran pasal tersebut adalah maksimal 20 tahun
penjara dengan denda paling banyak Rp1 miliar.
b. pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 UU no 31 tahun 1999 sebagaimana
telah diubah menjadi UU no 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan tindak
pidana korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Pasal tersebut mengatur tentang
penyelenggara negara yang menerima suap atau gratifikasi dengan ancaman
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4-20 tahun dan
pidana denda Rp200-Rp1 miliar.
c. Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi junto Pasal 64
ayat 1 KUHP dan dia diganjar hukuman 4,5 tahun penjara, denda Rp 250 juta
atau diganti dengan 6 bulan kurungan.

Anda mungkin juga menyukai