org
Abstract - The model of participation is now a new paradigm in planning a system (Geertman, 2006).
Community participation can now be accommodated by the Information and Communication Technology
(ICT) continues to grow. This article is a preliminary study of a participatory approach to investigate how
this approach is used in generating an information system. Various levels of participation from various
sources are also discussed in this article, along with the advantages and disadvantages of participation
models. In the final section describes some methods and tools that can be used in a participatory
approach.
Keywords: participation, public, level, information technology
Abstrak – Model partisipasi saat ini merupakan paradigma baru dalam perencanaan suatu sistem
(Geertman, 2006). Partisipasi masyarakat kini dapat diakomodasi oleh Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang terus berkembang. Artikel ini merupakan studi pendahuluan dari pendekatan
partisipatoris untuk menginvestigasi bagaimana pendekatan ini digunakan dalam menghasilkan suatu
sistem informasi. Berbagai level partisipasi dari berbagai sumber juga dibahas dalam artikel ini, beserta
kelebihan dan kekurangan model partisipasi. Pada bagian akhir dibahas mengenai beberapa metode dan
tool yang bisa digunakan dalam pendekatan partisipatoris.
Kata kunci: partisipasi, publik, level, teknologi informasi
perumusan kebijakan, pengambilan keputusan komunitasnya saja. Selain itu, para pemangku
dan evaluasi program (Hetifah, 2003). kepentingan yang berpartisipasi dalam proses
Model partisipasi masyarakat ini pengambilan keputusan memiliki latar belakang
mengalami perubahan dari yang sebelumnya pengetahuan dan pengalaman yang berbeda satu
terfokus hanya pada masyarakat selaku penerima sama lain. Hal ini menimbulkan perbedaan
manfaat, menuju bentuk pelibatan warga negara pendapat antar partisipan, sehingga sulit untuk
yang lebih luas di bidang-bidang yang membuat keputusan yang memuaskan semua
mempengaruhi kehidupan mereka secara pihak (Tundjungsari et al., 2011).
langsung. Proses deliberatif seperti ini bertujuan Kesuksesan partisipasi publik dapat
agar dapat menampung aspirasi-aspirasi baru dinilai dari dua hal, yaitu: hasil dan proses (Chess
dari warga yang selama ini tidak tersalurkan. dan Purcell, 1999). Tinjauan dari perspektif hasil,
Proses ini juga bisa menjadi cara baru untuk adalah: diterimanya suatu keputusan dengan
melibatkan sebanyak mungkin kelompok lebih baik, tercapainya konsensus,
masyarakat dalam perumusan kebijakan, berlangsungnya proses pembelajaran, dan
pelaksanaan program dan evaluasi hasil, serta meningkatnya kualitas suatu keputusan (Kangas
mengatasi krisis kepercayaan pada pemerintah et. al., 2008). Proses partisipasi juga memiliki efek
maupun legitimasi negara. Partisipasi warga tidak terhadap kesuksesan, karena prosedur yang baik
saja merupakan cara untuk membangun menghasilkan penerimaan keputusan yang lebih
kepercayaan baru pada institusi politik, namun baik pula serta membuat para stakeholder berpikir
juga untuk mengangkat suara-suara yang positif mengenai proses yang berjalan tersebut
terabaikan. Karenanya, metode partisipatoris (Kangas et. al., 2008). Proses partisipasi memiliki
digunakan dalam proses pemerintahan dan tujuh prinsip dasar yang menentukan kesuksesan
dihubungkan dengan desentralisasi. proses partisipasi (Tuler dan Webler, 1999), yaitu:
Dari sudut pandang perencanaan suatu (1) akses terhadap proses, (2) kemampuan untuk
sistem, model partisipatoris juga merupakan mempengaruhi proses dan hasil, (3) karakteristik
paradigma perencanaan yang marak digunakan struktural untuk mendukung interaksi yang
sejak 1990an hingga saat ini. Tradisi suatu membangun, (4) dukungan untuk membangun
perencanaan dan informasi apa saja yang perilaku personal, (5) akses menuju informasi, (6)
dibutuhkan telah mengalami perubahan sejak era tersedianya analisis yang cukup, (7) membentuk
1950 hingga kini, dimulai dari rasionalitas, kondisi sosial yang cukup untuk proses
prosedural, strategis, hingga partisipatoris berikutnya.
(Geertman, 2006). Model partisipatoris dibentuk
secara aktif melalui interaksi sosial para aktor
yang terlibat dalam suatu proses perencanaan, 4 Metode dan Teknologi dengan Pendekatan
sehingga meningkatkan komitmen dan Partisipatoris
kesepahaman bersama. Ada banyak metode dalam model
Namun demikian, metode partisipatoris partisipasi, namun tidak ada metode yang dapat
juga memiliki kelemahan, sebagai berikut: (1) memuaskan untuk semua tujuan. Dengan
bersifat unik untuk setiap kasus, karena demikian penggunaan metode dan tool harus
melibatkan banyak orang dan institusi yang disesuaikan berdasarkan tujuan dan situasi
berbeda sehingga tidak ada satu daerah pun yang perencanaannya. Penggunaan beberapa metode
persis sama (Puri, 2003; Byrne dan Alexander, dan tool yang berbeda dalam satu skenario yang
2006); (2) membutuhkan eksperimen untuk sama juga sangat dimungkinkan dalam model
mendorong partisipasi dan good governance yang partisipasi.
menghabiskan waktu yang lebih lama dan Janse and Konijnendijk (2007)
perhatian khusus. Hal ini bahkan bisa menjadi mengusulkan beberapa tool berdasarkan tujuan
bumerang dan berefek counter productive partisipasi untuk perencanaan hutan di perkotaan
(Hetifah, 2003); (3) membutuhkan waktu (urban forest planning), sebagaimana ditunjukkan
perencanaan dan pelaksanaan yang lama dan pada tabel 4.1 berikut. Beberapa tool yang dapat
kurang dapat diprediksi hasilnya, sehingga digunakan untuk kebutuhan mendapatkan
melibatkan proses pembelajaran yang cukup lama informasi (information provision), misalnya adalah:
(Hetifah, 2003; Peixoto, 2008); (4) komunitas newsletter, website, public exhibitions. Beberapa
yang berpartisipasi memiliki minat yang tool menggunakan dukungan komputasi dan
heterogen, sehingga mereka cenderung teknologi informasi (TI), seperti misalnya: website,
memperjuangkan kepentingan untuk GIS, multi-criteria analysis.