Anda di halaman 1dari 8

ANOTASI PUTUSAN

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI


terdakwa PT NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING, Tbk (sebelumnya bernama
PT DUTA GRAHA INDAH, Tbk) di wakili dan bertindak atas nama terdakwa oleh
DJOKO EKO SUPRASTOWO

Oleh : .............................................

1. Identititas terdakwa
1.1. Nama Lengkap : PT NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING, Tbk (sebelumnya bernama
PT DUTA GRAHA INDAH, Tbk);
1.2. Tanggal pendirian/ nomor anggaran dasar/ akta pendirian : Akta Notaris Maria Lidwina Indriani
Soepojo, SH., Nomor 38 tanggal 11 Januari 1982;
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Duta
Graha Indah, Tbk Nomor 08 tanggal 09 Agustus 2012
1.3. Tempat kedudukan : ITS Tower (Nifarro Park), lantai 21, Jalan Raya Pasar Minggu km.
18, Jakarta Selatan

Yang diwakili dan bertindak untuk dan atas nama Terdakwa, oleh pengurus korporasi:
1.1. Nama Lengkap : DJOKO EKO SUPRASTOWO
1.2. Tempat Lahir : Bojonegoro
1.3. Umur / Tanggal lahir : 62 tahun/ 15 Agustus 1956
1.4. Jenis Kelamin : Laki – Laki

2. Posisi Kasus
- Terdakwa DJOKO EKO SUPRASTOWO selaku direktur utama PT NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING, Tbk
(sebelumnya bernama PT DUTA GRAHA INDAH, Tbk) dalam proyek pembangunan, yaitu: 1. Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata Universitas Udayana
Tahun Anggaran 2009 sampai dengan 2010; 2. Proyek Pembangunan Gedung Wisma Atlet Jakabaring
di Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2010; 3. Proyek Pembangunan Gedung
Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Surabaya; 4. Proyek Pembangunan Gedung
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram di Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat; 5. Proyek
Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Dareh di Kabupaten Dharmasraya,
Provinsi Sumatera Barat; 6. Proyek Pembangunan Gedung Cardiac di Rumah Sakit Adam Malik
Medan, Provinsi Sumatera Utara; 7. Proyek Pembangunan Paviliun di Rumah Sakit Adam Malik
Medan, Provinsi Sumatera Utara; 8. Proyek Pembangunan Rumah Sakit Tropis Universitas Airlangga,
Surabaya, Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009 dan 2010;

- Pada akhir tahun 2008, Mohamad El Idris yang saat itu menjabat sebagai Wakil Direktur Marketing
PT NKE bersama-sama Dudung Purwadi bertemu Muhammad Nazaruddin di Kantor Anugerah Grup.
Dalam pertemuan ini Muhammad Nazaruddin sempat memperkenalkan stafnya yang bernama
Mindo Rosalina Manulang sebagai Direktur Marketing Anugerah Group. Yang akan mengurus proyek-
proyek adalah Mindo Rosalina Manulang sebagai orang kepanjangan tangan Muhammad
Nazaruddin.

- Pada sekitar bulan Maret 2009, Dudung Purwadi pernah menghadiri pertemuan yang dihadiri oleh
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi seperti PT Adhi Karya, PT Pembangunan
Perumahan, PT Waskita Karya, PT Nindya Karya yang bertempat di kantor Anugerah Grup. Pada saat
itu, M. Nasir memberikan pengarahan secara umum terkait dengan adanya potensi proyek-proyek di
pemerintahan
2

- Soal fee proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata
Universitas Udayana baik untuk Tahun Anggaran 2009 maupun 2010 hanya dibicarakan dan
disepakati antara Mohamad El Idris dan Mindo Rosalina Manulang. Mindo Rosalina Manulang tidak
pernah membicarakan fee tersebut dengan Dudung Purwadi. Demikian juga, Mohamad El Idris tidak
pernah sekali pun melaporkan perihal fee dimaksud kepada Dudung Purwadi selaku Direktur Utama
PT NKE

- Terkait dengan fakta tentang adanya pertemuan-pertemuan dengan pihak Universitas Udayana, para
pegawai PT NKE hanya melaporkan atau memberitahukan tentang proses pelelangan kepada
Mohamad El Idris selaku Wakil Direktur Marketing. Sedangkan terkait pelaksanaan pekerjaan proyek
tersebut dilaporkan ke Direktur Operasional

- Terkait dengan pengaturan dalam proses perencanaan, prakualifikasi, pengajuan penawaran


maupun pelelangan, semuanya dilakukan oleh Mindo Rosalina Manulang dan rekan-rekannya dari
Anugerah Grup. Sementara itu, PT NKE sekedar mengikuti pengaturan yang dilakukan oleh pihak
Anugerah Grup.

- Dudung Purwadi selaku Direktur Utama PT NKE menandatangani kontrak bersama antara Made
Meregawa selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan PT NKE (dahulu PT DGI).
Penandatanganan tersebut tidak dilakukan secara bersamaan tetapi secara sirkulair. Di dalam
kontrak tersebut, pekerjaan pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan
Pariwisata Universitas Udayana dilaksanakan dengan sistem borongan (lumpsum)

- Pekerjaan pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata Universitas
Udayana untuk Tahun Anggaran 2009 telah diterima oleh PPK berdasarkan Berita Acara Nomor
03.10/H14.11/LK/XII/2009 tanggal 30 Desember 2009 yang ditandatangani oleh Made Meregawa
selaku PPK dan Dudung Purwadi selaku Direktur Utama PT NKE. Sedangkan untuk Tahun Anggaran
2010, pekerjaan pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata
Universitas Udayana telah diterima oleh PPK berdasarkan Berita Acara Nomor 03.11/H14.11/VI/2010
tanggal 24 Juni 2010 yang ditandatangani oleh Made Meregawa selaku PPK dan Dudung Purwadi
selaku Direktur Utama PT NKE

- Atas bantuan Muhammad Nazarudin atau Anugerah Grup dalam mendapat proyek pembangunan
Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata Universitas Udayana Tahun Anggaran
2009 dan 2010 dan proyek-proyek pemerintah lainnya, PT NKE telah memberikan commitment fee
kepada Muhammad Nazaruddin atau Anugerah Grup

- Terdakwa telah memperoleh keuntungan dari seluruh proyek yang diperoleh atas bantuan dari
Muhammad Nazarudin, dengan jumlah keseluruhan Rp240.098.133.310,00, dengan rincian:
1. Untuk kegiatan Pembangunan RSP Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata Udayana ada
keuntungan sejumlah Rp24.778.603.605,00;

2. Untuk kegiatan Proyek pembangunan Gedung di BP2IP Surabaya ada keuntung sejumlah Rp.
44.536.582.667,00;

3. Untuk kegiatan Pembangunan Gedung RS Pendidikan di Univ. Mataram ada keuntungan sejumlah
Rp. 23.902.726.864,00;
3
4. Untuk kegiatan Pembangunan Wisma Atlit Jakabaring Palembang ada keuntungan sejumlah Rp.
42.717.417.289,00;

5. Untuk kegiatan Pembangunan Gedung RSUD Sungai Dareh Kab. Dharmasraya Prov. Sumatra Barat
ada keuntungan sejumlah Rp. 20.503.587.805. 00,-

6. Untuk kegiatan Pembangunan Gedung Cardiac RSUD H. ADAM MALIK Medan ada keuntungan
sejumlah Rp. 4.015.460.587,00,-

7. Untuk kegiatan Pembangunan Gedung Paviliun RSUD H. ADAM MALIK Medan ada keuntungan
sejumlah Rp2.164.903.874,00;

8. Untuk kegiatan Pembangunan RS Tropis Airlangga ada keuntungan sejumlah


Rp77.478.850.619,00;

- Bahwa Dudung Purwadi demi kepentingan Terdakwa, menghadiri undangan Muhammad Nazarudin
yang dihadiri juga oleh perwakilan beberapa badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di
bidang konstruksi guna mengatur kerja sama antara BUMN dan Terdakwa untuk saling membantu
dalam proses pelelangan

- Dudung Purwadi yang didampingi Mohammad El Idrisbertemu dengan Muhammad Nazarudin


diakhir tahun 2008, dimana saat itu Dudung Purwadi meminta Muhammad Nazarudin agar
Terdakwa dapat diberikan pekerjaan proyek pemerintah T.A. 2009 dan untuk itu bersedia
memberikan sejumlah fee kepada Muhammad Nazarudin

- selanjutnya Mohammad El Idris menemui Mindo Rosalina Manulang di kantor Anugerah Grup,
dimana dalam pertemuan tersebut, Mindo Rosalina Manulang menyampaikan bahwa pihak
Anugerah Grup yang akan mengatur proses lelangrencana proyek pembangunan rumah sakit dan
alat-alat kesehatan pada Universitas Udayana dimana Terdakwa harus menyerahkan fee sebesar
15% dari nilai real cost kontrak proyek yang bersangkutan

- Made Meregawa selaku pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia lelang mempergunakan harga
perkiraan sendiri (HPS) atau owner estimate (OE) yang dibuat oleh Konsultan Perencana PT Arkitek
Team Empat (kenalan dari Mohamad El Idris). Di mana rincian HPS tersebut juga diberikan kepada
Terdakwa dan telah digunakan untuk membuat angka penawaran yang harganya mendekati pagu
anggaran, yang mana besaran angka penawaran telah disetujui Dudung Purwadi sebagaimana
laporan berjenjang dari Wisnu Handono melalui Mohamad el idris

- Sesuai kesepakatan sebelumnya, Terdakwa kemudian ditetapkan sebagai pemenang lelang dengan
alasan mengajukan penawaran paling rendah

- Setelah Terdakwa menandatangani Berita Acara selesainya pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan, maka Terdakwa menerima pembayaran pekerjaan tersebut sebesar100%,
padahalmenurut hasil pemeriksaan ahli ITB pekerjaan baru terealisasi sebesar 67,03%

- Sesuai kesepakatan sebelumnya, telah Terdakwa menerima pembayaran, Terdakwa menyerahkan


feekepada Muhammad Nazarudin melalui Yulianis (bagian keuangan grup Permai)dalam bentuk cek
BCA atas nama PT Bina Bangun Abadi
4
- Terdakwa juga terbukti telah menerima pembayaran sebesar100% dengan jumlah keseluruhan
Rp81.107.872.727,00 (delapan puluh satu miliar seratus tujuh juta delapan ratus tujuh puluh dua
ribu tujuh ratus dua puluh tujuh rupiah)atas pelaksanaan proyek pekerjaan lanjutan (tahap II)
Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata Universitas Udayana
T.A. 2010, karena Terdakwa menyatakan pekerjaan telah selesai 100%berdasarkanBerita Acara
Serah Terima Pekerjaan Nomor01.2/UN.1A.11/LK/BAST/2010 tanggal 29 Desember 2010 dan Berita
Acara Serah Terima II Nomor 03.11/H.14.11/VI/2010 tanggal 24 Juni 2011 yang ditandatangani oleh
Dudung Purwadi selaku wakil dari Terdakwa dan Made Meregawa selaku wakil dari
Bowheer,padahal menurut hasil pemeriksaan ahli ITB pekerjaan baru terealisasi sebesar 57,49%.

- Sesuai kesepakatan sebelumnya, setelah Terdakwa menerima pembayaran, Terdakwa menyerahkan


fee sejumlah Rp1.016.500.000,00 (satu miliar enam belas juta lima ratus ribu rupiah) kepada
Muhammad Nazarudin melalui Yulianis (bagian keuangan grup Permai)dalam bentuk cek BCA atas
nama PT Bina Bangun Abadi

- Beberapa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Dudung Purwadi dan para pengurus
Terdakwa PT. NKE lainnya tersebut telah memberikan keuntungan kepada Terdakwa sejumlah
Rp24.778.603.605,00 (dua puluh empat miliar tujuh ratus tujuh puluh delapan juta enam ratus tiga
ribu enam ratus lima rupiah) dengan rincian pada tahun 2009, keuntungannya sejumlah
Rp6.780.551.865,00 (enam miliar tujuh ratus delapan puluh juta lima ratus lima puluh satu ribu
delapan ratus enam puluh lima rupiah) dan pada tahun 2010 sejumlah Rp17.998.051.740,00 (tujuh
belas miliar sembilan ratus sembilan puluh delapan juta lima puluh satu ribu tujuh ratus empat
puluh rupiah)

- Selain proyek-proyek tersebut di atas, Terdakwa juga memperoleh keuntungan secara tidak sah
atas beberapa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Terdakwa melalui Dudung Purwadi
dan pengurus Terdakwa PT. NKE sebagai berikut :
a. Untuk proyek Gedung Wisma Atlet Jakabaring di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan,
Terdakwa telah memperoleh keuntungan Rp42.717.417.289,00 (empat puluh dua miliar tujuh
ratus tujuh belas juta empat ratus tujuh belas ribu dua ratus delapan puluh sembilan rupiah)
b. Untuk proyek Gedung Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Surabaya, Provinsi
Jawa Timur, Terdakwa telah memperoleh keuntungan Rp44.536.582.667,00 (empat puluh
empat miliar lima ratus tiga puluh enam juta lima ratus delapan puluh dua ribu enam ratus
enam puluh tujuh rupiah);
c. proyek Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram di Mataram, Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Terdakwa telah memperoleh keuntungan Rp23.902.726.864,00 (dua puluh tiga
miliar sembilan ratus dua juta tujuh ratus dua puluh enam ribu delapan ratus enam puluh
empat rupiah);
d. proyek Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Dareh di Kabupaten Dharmasraya,
Provinsi Sumatera Barat, Terdakwa telah memperoleh keuntungan Rp20.503.587.805,00 (dua
puluh miliar lima ratus tiga juta lima ratus delapan puluh tujuh ribu delapan ratus lima rupiah);
e. proyek Gedung Cardiac di Rumah Sakit Adam Malik Medan, Provinsi Sumatera Utara, Terdakwa
telah memperoleh keuntungan Rp4.015.460.587,00 (empat miliar lima belas juta empat ratus
enam puluh ribu lima ratus delapan puluh tujuh rupiah);
f. proyek Paviliun di Rumah Sakit Adam Malik Medan, Provinsi Sumatera Utara, Terdakwa telah
memperoleh keuntungan Rp2.164.903.874,00 (dua miliar seratus enam puluh empat juta
sembilan ratus tiga ribu delapan ratus tujuh puluh empat rupiah);
g. Untuk proyek Rumah Sakit Tropis Universitas Airlangga, di Surabaya, Provinsi Jawa Timur TA.
2009 dan 2010, Terdakwa telah memperoleh keuntungan Rp77.478.850.619,00 (tujuh puluh
5
tujuh miliar empat ratus tujuh puluh delapan juta delapan ratus lima puluh ribu enam ratus
sembilan belas rupiah).
- Bahwa sebagaimana kesepakatan sebelumnya, Terdakwa juga telah memberikan fee kepada
Muhammad Nazarudin dengan rincian: • Rp4.675.700.000,00 (empat miliar enam ratus tujuh puluh
lima juta tujuh ratus ribu rupiah) untuk proyek Gedung Wisma Atlet Jakabaring di Palembang,
Provinsi Sumatera Selatan, • Rp4.178.350.000,00 (empat miliar seratus tujuh puluh delapan juta
tiga ratus lima puluh ribu rupiah);untuk proyek Gedung Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu
Pelayaran (BP2IP) Surabaya, Provinsi Jawa Timur Rp7.245.801.000,00 (tujuh miliar dua ratus empat
puluh lima juta delapan ratus satu ribu rupiah); untuk proyek Gedung Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Mataram di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, • Rp6.579.880.000,00 (enam
miliar lima ratus tujuh puluh sembilan juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah);
Rp1.848.679.000,00 (satu miliar delapan ratus empat puluh delapan juta enam ratus tujuh puluh
sembilan ribu rupiah);
- untuk proyek Gedung RSUD Sungai Dareh di Kabupaten Dharmasraya,Provinsi Sumatera barat
Gedung Cardiac di Rumah Sakit Adam Malik Medan, Provinsi Sumatera Utara, dan, •
Rp928.113.000,00 (sembilan ratus dua puluh delapan juta seratus tiga belas ribu rupiah).untuk
proyek Paviliun di Rumah Sakit Adam Malik Medan, Provinsi Sumatera Utara

3. Dakwaan disusun dalam bentuk alternatif yaitu :

Dakwaan pertama :
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1
dan Pasal 64 ayat (1) KUHPidana

Atau

Pasal 3 jo pasal 18 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang – Undang RI nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo pasal 55 ayat ( 1 ) ke - 1 KUHP jo Pasal 64 ayat ( 1 ) KUHP

4. Putusan Pengadilan
4.1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 81/Pid.Sus-TPK/2018/PN Jkt.Pst,
tanggal 1 Oktober 2018
4.1.1. Amar Putusan
1. Menyatakan Terdakwa PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk. (sebelumnya bernama PT.
Duta Graha Indah, Tbk.), telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut, sebagaimana dalam
Dakwaan Pertama
2. Menyatakan Terdakwa PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk. (sebelumnya bernama PT.
Duta Graha Indah, Tbk.), telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana KORUPSI SECARA BERSAMA-SAMA DAN BERLANJUT, sebagaimana dalam
Dakwaan Pertama; 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan
pidana denda sejumlah Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah), dengan ketentuan
apabila pidana denda tersebut tidak dibayar paling lambat 1 (satu) bulan setelah
putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya disita oleh jaksa
dan dilelang untuk menutupi denda tersebut dan jangka waktu 1 (satu) bulan tersebut
dapat diperpanjang selama 1 (satu) bulan hanya dengan alasan kuat
3. Menjatuhkan pidana tambahan kepada terdakwa untuk membayar Uang Pengganti
sejumlah Rp85.490.234.737,00 (delapan puluh lima miliar empat ratus sembilan puluh
juta dua ratus tiga puluh empat ribu tujuh ratus tiga puluh tujuh rupiah) dengan
6
ketentuan apabila Uang Pengganti tersebut tidak dibayar dalam waktu 1 (satu) bulan
sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta
bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi Uang Pengganti
tersebut.
4. Menjatuhkan pidana tambahan berupa mencabut hak Terdakwa untuk mengikuti
lelang proyek Pemerintah selama 6 (enam) bulan

4.1.2. Pertimbangan hukum

Dakwaan pertama :
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55
ayat (1) ke-1 dan Pasal 64 ayat (1) KUHPidana

Atau

Dakwaan kedua :

Pasal 3 jo pasal 18 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 20
tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang – Undang RI nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat ( 1 ) ke - 1 KUHP jo Pasal 64 ayat (
1 ) KUHP

Diantara pertimbangan hakim yang dimuat dalam putusan mengenai pembuktian unsur
— unsur tindak pidana yang didakwakan tersebut, menarik untuk dikaji dengan
pendekatan teori hukum pidana adalah pertimbangan yang berbunyi sebagai berikut :
- Berdasarkan pertimbangan undang - undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2001
tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi itu sendiri bahwa untuk lebih menjamin
kepastian hukum, menghindari keragaman penafsiran hukum dan memberikan
perlindungan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, serta perlakuan
secara adil dalam memberantas tindak pidana korupsi, memang perlu diadakan
perubahan atas Undang - undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa terhadap PT NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING telah
beritikad baik dengan menyelesaikan semua kewajibannya dengan baik, mendukung
program pemerintah dalam memberantas korupsi dengan cara sukarela bersikap
koperatif untuk memberi masukan kepada penyidik mengenai enam proyek lainnya,
walaupun diakui bahwa proses untuk mendapatkan proyek proyek dimaksud adalah
merupakan tindakan sebagai di maksud dalam unsur – unsur pasal yang di dakwakan.

- Penggunaan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 Undang - Undang No. 31 tahun 1999 jo  UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi pada Dakwaan Pertama adalah
berlebihan (redundent). Karena bagaimanapun Surat Tuntutan, Penuntut Umum pada
intinya berpendapat, bahwa di dalam persidangan perkara ini, Terdakwa PT NKE
diwakili oleh Djoko Eko Suprastowo. Pada Bab V Surat Tuntutan halaman 216,
Penuntut Umum hanya menyatakan sebagai berikut “Dengan memperhatikan
pengertian setiap orang tersebut dihubungkan dengan fakta hukum yang terungkap di
persidangan maka dapat disimpulkan bahwa unsur ‘setiap orang’ yang dimaksud
dalam dakwaan pertama a quo adalah Terdakwa PT Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk.
(sebelumnya bernama PT Duta Graha Indah, Tbk.) sebagai suatu korporasi kemudian
Di dalam analisa yuridis tersebut, Penuntut Umum tidak menyebutkan fakta hukum
yang mana yang bisa menyimpulkan bahwa Terdakwa PT NKE adalah sebagai suatu
7
korporasi. Di dalam Bab V Analisa Fakta, Penuntut Umum hanya menyampaikan fakta
bahwa Terdakwa PT Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk telah memenangkan 8 (delapan)
proyek dengan bantuan dari Muhammad Nazaruddin. Fakta hukum tersebut
sebenarnya tidak ada kaitannya dengan unsur “setiap orang” dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Semestinya, Penuntut Umum menyampaikan
fakta hukum yang bisa membuktikan bahwa Terdakwa PT Nusa Konstruksi Enjiniring,
Tbk memenuhi pengertian “korporasi” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penanganan
Tindak Pidana Oleh Korporasi

- Dakwaan pertama dicantumkan Pasal 64 ayat (1) KUHP. Pasal 64 ayat (1) KUHP
menentukan: “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan
kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan
pidana; jika berbeda-beda, yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok
yang paling berat”. Maka Menurut dalam perbuatan berlanjut (voortgezette
handeling) pada dasarnya ada beberapa “tindak pidana” yang satu sama lain saling
berhubungan sehingga dipandang sebagai “satu” tindak pidana yang terjadi secara
berlajut. Untuk dapat dikatakan ada “perbuatan berlanjut” beberapa tindak pidana
tersebut harus terjadi karena satu keputusan kehendak, waktu antara perbuatan yang
satu dan yang lain tidak boleh lama, dan perbuatan-perbuatan tersebut sama atau
sama jenisnya. Dengan demikian, perbuatan-perbuatan tersebut merupakan beberapa
tindak pidana yang dilakukan dengan tempus dan locus delicti sendiri-sendiri, tetapi
karena lahir dari satu keputusan kehendak dipandang sebagai “perbuatan berlanjut”

4.1.3. Penjatuhan sanksi pidana Koorporasi

Majelis Hakim dalam perkara ini justru mengesampingkan ketentuan hukum yang ada
dan serta merta mengacu pada Yurisprudensi. Padahal menurut Prof. Purnadi
Purbacaraka dan Prof. Soerjono Soekanto, Sumber Hukum itu ada 5 dan sifatnya
bertingkat, yakni;
1. Undang-Undang Suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang
dipelihara oleh penguasa negara. Contohnya UU, PP, Perpu dan sebagainya

2. Kebiasaan Perbuatan yang sama yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi hal
yang yang selayaknya dilakukan. Contohnya adat-adat di daerah yang dilakukan turun
temurun telah menjadi hukum di daerah tersebut.

3. Keputusan Hakim (jurisprudensi) Keputusan hakim pada masa lampau pada suatu
perkara yang sama sehingga dijadikan keputusan para hakim pada masa-masa
selanjutnya. Hakim sendiri dapat membuat keputusan sendiri, bila perkara itu tidak
diatur sama sekali di dalam UU

4. Traktat Perjanjian yang dilakukan oleh dua negara ataupun lebih. Perjanjian ini
mengikat antara negara yang terlibat dalam traktat ini. Otomatis traktat ini juga
mengikat warganegara-warganegara dari negara yang bersangkutan.

5. Pendapat Para Ahli Hukum (doktrin) Pendapat atau pandangan para ahli hukum yang
mempunyai pengaruh juga dapat menimbulkan  hukum. Dalam jurisprudensi, sering
hakim menyebut pendapat para sarjana hukum. Pada hubungan internasional,
pendapat para sarjana hukum sangatlah penting.
8
Jadi secara tingkatan Sumber Hukum, ketentuan perundangundangan diatas Yurisprudensi.
Pada kasus ini, penulis melihat bahwa majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah
mengabaikan tingkatan sumber hukum ini. Sebab hakim langsung mengacu kepada
pemahaman yang ada di Yurisprudensi, tanpa menggali ketentuan perundang-undangan
lebih lanjut untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam putusannya.

Anda mungkin juga menyukai