ANALISIS PUTUSAN
Nomor : 301/Pdt.G/2019/PN.Jkt.Sel.
Disusun Oleh:
Alamat Penggugat : Gedung East Tower lantai 17, Jl. Dr. Ide Anak
Agung Gde Agung Kav. E.3.3 No. 1, Kawasan
Mega Kuningan, RT.5/RW.2, Kuningan,
Kuningan Timur, Kota Jakarta Selatan (12950).
Berangkat dari latar belakang tersebut dikaitkan dengan putusan yang telah
kami pilih dan telaah berkaitan dengan adanya permasalahan wanprestasi
antara BPJS Ketenagakerjaan dan PT. PHINTRACO TECHNOLOGY dalam
upaya untuk meningkatkan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan untuk konsumen/
peserta BPJS menjadi hal yang menarik sebab menimbulkan suatu
permasalahan yang patut dianalisis mengenai peran BPJS Ketenagakerjaan
dalam prosesnya masih memiliki hambatan.
V. TUNTUTAN
Bahwa dalam perkara a quo ini, penggugat telah memberikan uraian dan
keterangan serta fakta fakta hukum yang terjadi, dengan itu penggugat
memohon kepada majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut :
DALAM PETITUM :
DALAM REKONPENSI :
- Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi untuk seluruhnya ;
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI:
VIII. Analisis
Mengenai Eksepsi Tergugat yang Ditolak
Dalam konvensi, dalam ekspesi: hakim menolak eksepsi yang
diajukan oleh tergugat oleh seluruhnya, sebagaimana eksepsi yang
diajukan tergugat antara lain yaitu:
Gugatan penggugat kabur. Gugatan Kabur (obscuur libel) adalah
di dalam gugatannya terdapat unsur-unsur ketidakjelasan, kabur,
sehingga gugatannya tidak dapat diterima atau bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku1 (Dudung Abdul Azis, Ayu Novita Sari, 2022).
1
Dudung Abdul Azis, Ayu Novita Sari. (2022). ANALISIS YURIDIS
TERHADAP GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM SENGKETA BPJS.
Jurnal Berkala Fakultas Hukum Universitas Bung Karno. Vol. 1, No 1.
demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menetapkan bahwa si berutang
harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”, maka
apabila telah lewat dari waktu yang ditentukan dan tergugat belum
melunasi kewajibannya, maka ia dianggap telah lalai, dan tergugat dapat
dikatakan wanprestasi.
Selain itu, penggugat mendasarkan pada Pasal 1239 KUHPerdata
yang berbunyi : “tiap tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk
tidak berbuat sesuatu, apabila si berhutang tidak memenuhi
kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban
memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga”.
Pasal 1243 memerintahkan kepada si berutang yang telah
dinyatakan lalai, penggantian biaya, rugi, dan bunga mulai diwajibkan.
Berdasarkan dasar-dasar hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa,
tergugat memiliki kewajiban membayar penggantian biaya, rugi, dan
bunga atas perbuatan tergugat yang tidak melakukan kewajibannya
kepada penggugat yaitu membayarkan sejumlah uang kepada penggugat
selama waktu yang telah disepakati dalam perjanjian, yaitu perjanjian
No. PER/64/072014 dan perjanjian No.PER/38/032015 sebagaimana
telah dijelaskan dalam duduk perkara.
Yang kedua ialah objek sengketa tidak jelas. Alasan tersebut tidak
dapat dikabulkan karena penggugat telah menyebutkan dengan jelas
objek sengketa. Objek sengketa ialah sesuatu yang diperebutkan ataupun
dipersoalkan oleh kedua belah pihak yang sedang berperkara. Dalam
perkara ini, objek sengketa yang dimaksud ialah pembayaran sejumlah
ganti rugi (Sebagian harta milik tergugat seharusnya menjadi milik
penggugat) karena tergugat telah dinyatakan wanprestasi.
Faktor yang ketiga ialah petitum gugatan yang tidak jelas. Petitum
ialah segala sesuatu yang diajukan oleh penggugat dan diharapkan dapat
dikabulkan oleh hakim. Alasan yang ketiga ini tidak dapat diterima
karena penggugat dalam gugatannya telah menyebutkan petitum yang
jelas berdasarkan alasan-alasan hukum yang sesuai.
Faktor yang terakhir ialah masalah posita wanprestasi dan PMH.
Dalam gugatan tersebut penggugat hanya mendalilkan alasan
wanprestasi dan tidak mengganungkannnya dengan Perbuatan Melawan
Hukum, maka faktor tersebut tidak dapat diterima.
Dapat diambil kesimpulan bahwa, alasan gugatan penggugat kabur tidak
dapat diterima.
2
Eti Mul Erawati. (2019). Bunga Dalam Perjanjian Hutang Piutang. Majalah
Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma. Vol. 21, No.2
Mengenai Biaya Perkara
Dalam Konvensi dan Rekonvensi, hakim menghukum tergugat
untuk membayar biaya perkara. Biaya perkara ialah segala biaya yang
timbul dalam Proses Perkara atau biaya yang dipergunakan untuk proses
penyelesaian perkara. Biaya perkara diatur dalam pasal 183 (1) H.I.R
yang menyatakan bahwa sebagai pihak yang dinyatakan kalah dalam
persidangan akan dihukum harus membayar biaya perkara dan biaya
perkara tersebut harus disebutkan dalam keputusan3 (Nino Pandu
Saputra, 2019). Maka, tergugat sebagai pihak yang dikalahkan wajib
membayar segala biaya yang timbul dalam persidangan tersebut.
3
Nino Pandu Saputra. (2019). Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan Untuk
Memeriksa Pengelolaan Biaya Perkara Di Mahkamah Agung. Jurnal Hukum
Indonesia. hal. 126
PER/64/072014 tanggal 14 Juli 2014 tentang tata cara pembayaran yang
menjadi hak Penggugat tersebut akan dilakukan oleh Tergugat secara
bertahap dengan ketentuan sebagai berikut :
WANPRESTASI
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan
kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat
antara kreditur dengan debitur4. Dalam putusan Nomor :
301/Pdt.G/2019/PN.Jkt.Sel antara penggugat yaitu PT.PHINTRACO
TECHNOLOGY dan tergugat BPJS KETENAGAKERJAAN
melakukan perjanjian dengan Ketentuan hak dan kewajiban sebagai
berikut :
pihak pertama/ tergugat:
pihak kedua/penggugat
4
Pohan, M. N., & Hidayani, S. (2020). Aspek Hukum Terhadap Wanprestasi
Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Jurnal Perspektif Hukum, 1(1), 45-58.
2. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam perjanjian
beserta lampirannya
3. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan kepada pihak pertama/tergugat
4. Memberikan laporan pekerjaan yang diperlukan untuk pemeriksaan
pekerjaan yang dilakukan pihak pertama/tergugat.
5
Sinaga, N. A., & Darwis, N. (2020). Wanprestasi dan Akibatnya Dalam
pelaksanaan perjanjian. Jurnal Mitra Manajemen, 7(2).
6
Umar, D. U. (2020). Penerapan Asas Konsensualisme Dalam Perjanjian Jual
Beli Menurut Perspektif Hukum Perdata. Lex Privatum, 8(1).
kepada tergugat BPJS KETENAGAKERJAAN sebanyak 3 kali secara
berturut-turut sebagaimana tertuang dalam surat berikut :
Sehingga berdasarkan hal tersebut tergugat BPJS KESEHATAN
telah ingkar terhadap apa yang telah diperjanjikannya sehingga
melahirkan wanprestasi, terlebih penggugat telah memberikan teguran
sebanyak 3 kali secara berturut turut namun tidak diindahkan oleh
tergugat.sehingga penggugat berhak untuk meneruskan hal ini ke
pengadilan.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Di dalam proses peradilan terhadap gugatan ini BPJS
Ketenagakerjaan juga mengajukan sebuah konvensi dengan alasan di
dalam isi gugatan tersebut tertera bahwasanya tidak jelas/ kabur serta
rekonvensi dengan alasan memang seluruh pekerjaan telah dilaksanakan
namun tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang telah ada di dalam suatu
perjanjian yang di tentukan.
SARAN
Seharusnya Ketenagakerjaan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) memenuhi tanggung jawabnya kepada PT. Phyntraco
Technology dalam pembiayaan program Sistem Informasi Jaminan
Sosial Tenaga Kerja agar program tersebut berjalan sebagaimana
mestinya serta dapat digunakan oleh Peserta Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan karena hal tersebut menyangkut
kesejahteraan bersama dan sebagai bentuk pelayanan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Ketenagakerjaan terhadap
Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Dudung Abdul Azis, Ayu Novita Sari. (2022). Analisis Yuridis Terhadap Gugatan
Obscuur Libel dalam Sengketa Bpjs. Jurnal Berkala Fakultas Hukum Universitas
Bung Karno. Vol. 1, No 1.
Eti Mul Erawati. (2019). Bunga Dalam Perjanjian Hutang Piutang. Majalah Ilmiah
Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma. Vol. 21, No.2.
Pohan, M. N., & Hidayani, S. (2020). Aspek Hukum Terhadap Wanprestasi Dalam
Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jurnal
Perspektif Hukum. 1(1), 45-58.