Anda di halaman 1dari 38

WALK THROUGH SURVEY PERUSAHAAN

PT. PRIMISSIMA 9-14 DESEMBER 2019


KELAS A KELOMPOK 3
KESELAMATAN KERJA

Disusun oleh:

dr. Afifah Cholid


dr. Ni Made Hapy Kristiani
dr. Nurul Aulia Tanjung
dr. Okky Wellianasari Bahupati
dr. Oktaviarum Slamet Utama
dr. Primadita Asis Pratiwi
dr. Raditya Widyo Ananto
dr. Reyhandi Ermawan Sardjono
dr. Rizka Kharisma Putri
dr. Taufiq Hidayat
dr. Vebry Setya Putri
dr. Vrilisda Br Sitepu
dr. Wiska Habiburohman Efendi
dr. Yulia Rachmi Widiastuti
dr. Yullytia Franika Maryati

PELATIHAN HIPERKES
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 9-14 DESEMBER 2019
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja
yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif dengan mengendalikan berbagai
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri
dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana
perusahaan. Sistem manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang diatur
dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970,
Undang-undang No.13 tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996.
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak
ditemukan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah
yang masih ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari semua
pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka
kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola
usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan
untuk dapat bersaing secara global.
Keselamatan kerja adalah suatu sistemprogram yang dibuat bagi
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang
diselenggarakan oleh Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT.
Primisimma pada tanggal 11 Desember 2019 yang memiliki jenis
usaha dalam bidang tekstil yang berlokasi di Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui laporan ini kami menyampaikan
hasil inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Primisimma
beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan
terkait penerapan SMK3 khususnya mengenai keselamatan kerja di
perusahaan tersebut.
Tujuan dilakukan kunjungan atau Walk Through Survey adalah
untuk mengetahui implementasi dan efektifitas prosedur Keselamatan
Kerja pada perusahaan yang dikunjungi dengan memfokuskan pada
sistem penanggulangan kebakaran, sistem listrik, konstruksi bangunan
atau alat; bahan dan proses kerja; landasan kerja (SOP); kecelakaan
kerja; Alat Pelindung Diri (APD) yang disiapkan; serta tanggap darurat
dan jalur evakuasi.
1.2 Dasar Hukum
Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan
landasan hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang
dimaksud memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan apa dan
bagaimana K3 itu harus diterapkan. Adapun sumber hukum penerapan
K3 adalah sebagai berikut:
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
4. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja.
5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis
Pendaftaran Kepesertaan, pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan,
dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya
mengatur tentang kewajiban dan hak Tenaga Kerja terhadap
Keselamatan Kerja untuk:
• Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
• Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
• Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
• Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
• Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.

1.3 Profil Perusahaan


Nama perusahaan : PT. Primissima
Bidang dan kegiatan usaha : Produsen Kain Grey (tekstil)
Alamat perusahaan : Jl. Magelang, Km No. 15, Sebayu Triharjo,
Kec. Sleman, Kab. Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55515, Indonesia
Tanggal pendirian : 22 Juni 1971
Jumlah pekerja : 775 pekerja

1.3.1 Sejarah Perusahaan


PT. Primissima didirikan sebagai perusahaan patungan
antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Gabungan
Koperasi Batik Indonesia (GKBI) dalam rangka pelaksanaan
Undang-Undang No. 9 tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah
No. 12 tahun 1969. Penyertaan Pemerintah RI berupa mesin-
mesin pemintalan dan pertenunan serta perlengkapannya yang
merupakan grant dari Pemerintah Belanda. Grant tersebut
berasal dari para pengusaha tekstil Belanda yang ditujukan
kepada GKBI untuk melestarikan produksi mori berkualitas tinggi
(Primissima cap “Cent”), sedangkan penyertaan dari GKBI
berupa tanah, bangunan pabrik, biaya pemasangan dan modal
kerja.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 31
Oktober 1996 memutuskan pengalihan seluruh kepemilikan
saham GKBI kepada PT. GKBI Investment. Kemudian Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 13 Januari
1998 menetapkan modal dasar perusahaan sebesar Rp.
13.000.000.000 (tiga belas milyar rupiah). Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa tersebut juga menetapkan
pengalihan seluruh saham prioritas menjadi saham biasa.
Keputusan pengalihan kepemilikan saham dan perubahan
modal dasar perusahaan dituangkan dalam Akte No. 129 tanggal
28 Februari 1998 dihadapan Notaris H. Asmawel Amin, SH.
Kemudian Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 9
Desember 2005 diputuskan untuk menggunakan cadangan
sebesar Rp. 9.251.000.000,- dijadikan setoran modal, sehingga
modal disetor dan ditempatkan menjadi Rp. 13.000.000.000,-.
Keputusan ini dituangkan dalam Akte No. 5 tanggal 5 April 2006
dihadapan Notaris H. Yunardi, SH dengan komposisi sebagai
berikut:
a. Pemerintah RI (52,79%)
6.863 lembar Saham Biasa @Rp.1.000.000 =
Rp. 6.863.000.000
b. PT. GKBI Investment (47,21%)
6.137 lembar Saham Biasa@Rp.1.000.000=

Rp. 6.137.000.000

1.3.2 Jumlah dan Status Pegawai


1.3.2.1 Pegawai Tetap
1.3.2.2 Pegawai Tidak Tetap
1.3.2.3 Pegawai Anak
1.3.2.4 Masa Kerja

1.3.3 Sektor Usaha


PT. Primissima beroperasi di sektor pembuatan kain yang
berbahan dari kapas. perusahaan mempunyai produk kain tanpa
pewarnaan. adapun kapas limbah yang dapat di dijadikan
menjadi kapas kecantikan. PT.Primisima mendapat saham 51%
dari pemerintah dan sisa sahamnya di dapatkan dari GKBI.
beberapa produk yang di hasilkan oleh PT. Primissima yaitu ada
Produk grey yang terdiri dari bermacam-macam jenis konstruksi,
yang membedakan adalah :
a) Jenis anyaman
b) Tetal anyaman
c) Nomor benang
d) Lebar kain
Untuk membedakan jenis-jenis konstruksi tersebut produk
grey PT Primissima diberi kode PS dan nomor konstruksi. Saat
ini PT Primissima telah memproduksi lebih dari 200 jenis
konstruksi. Pemasaran produk grey mencakup lokal dan ekspor.
Lokal pengiriman dapat dilakukan dalam bentuk gulungan atau
bal, sedangkan pengiriman ekspor dengan standar export
packing dalam bentuk bal.
Untuk grey yang akan diputihkan di pabrik finishing
pengiriman dalam bentuk gulungan, selanjutnya setelah menjadi
cambrics dipacking dengan box karton, yang memberikan
jaminan kondisi barang utuh dan bersih saat diterima
pelanggan. selain produk Grey ada beberapa jenis produk yang
diberinama Cambrics.
a) Cambrics Kereta Kencana (PS 409) merupakan produk
unggulan PT Primissima. Produk ini sangat halus
menggunakan benang Combed Ne 60 dan diproses
Bleaching Calender, banyak dipergunakan untuk bahan
pembuatan batik tulis halus.
b) Cambrics Berkolissima (PS 219, PS 217 dan PS 420) proses
MS Benang CD 40 / CM50 Merupakan produk pilihan untuk
kebutuhan batik tulis ataupun jenis batik lainnya seperti cap
atau printing dengan berbagai pilihan sesuai selera.
c) Cambrics Voilissima (PS 318) proses MS Benang CM50
Lebar 41,5” Produk ini cenderung bertekstur tipis, hasul akhir
produk ini sangat cocok untuk asesoris pakaian.
d) Cambrics Gamelan Serimpi (PS 430 & PS 421) pelanggan
memproduksi menjadi batik sebagai hiasan untuk keperluan
rumah tangga dan di ekspor ke Amerika Serikat. Kain ini juga
sangat halus karena diproduksi menggunakan Benang
Combed Ne 50 dan proses pemutihan Bleaching Calender.

1.3.4 Jam Kerja


Pengaturan jam kerja pada PT. Primissima didasarkan pada
dua jenis karyawan yang ada yaitu day shiftdan group shift.
a. Day shift
Karyawan yang termasuk dalam day shift bekerja setiap hari
dan libur hari minggu dimana rinciannya sebagai berikut: hari
senin s/d jum'at mulai pukul 07.30 - 15.30 WIB (istirahat jam
11.00 - 12.30 WIB), sedangkan hari sabtu mulai pukul 07.30 -
13.00 WIB. Sistem ini diberlakukan bagi karyawan:
 Departemen administrasi dan keuangan.
 Departemen produksi yang memiliki jabatan
pengawasan keatas.
 Departemen teknik umum.
b. Group Shift
Karyawan yang termasuk group shift adalah karyawan
produksi mulai dari jabatan kepala regu ke bawah.
Pembagian group shift sebagai berikut:
 Tiga hari masuk shift pagi (jam 06.00 - 14.00 WIB) dengan
instirahat jam 09.00 - 10.00 WIB, libur satu hari.
 Tiga hari masuk shift siang (jam 14.00 - 22.00 WIB)
dengan instirahat jam 17.00 - 18.00 WIB, libur satu hari.
 Tiga hari masuk shift malam (jam 22.00 - 06.00 WIB)
dengan instirahat jam 01.00 - 02.00 WIB, libur satu hari.

1.3.5 Asuransi
a) BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
b) Asuransi mandiri milik perusahaan

1.3.6 Sertifikasi Perusahaan


a. UPAKARTI Jasa Pengembangan Industri Kecil dan Kerajinan
Presiden RI 1987

b. PRIMANIYARTA Penghargaan atas Prestasi Ekspor Non


Migas Tingkat Provinsi Gubernur DIY 1993
c. Penghargaan atas Perusahaan Berprestasi BKPMD DIY
d. Penghargaan Perusahaan Ekspor Berprestasi Gubernur DIY 1995
e. LKS BIPARTIT AWADS oleh Wakil Presiden RI
f. PRIMANIYARTA Penghargaan atas Prestasi Ekspor Non
Migas Tingkat Provinsi Gubernur DIY 2001
Sertifikat ISO 9001 – 2001 & 2008 TIQA - BBT Bandung

1.3.7 Kelembagaan P2K3

1.4 Alur Produksi

Gambar 1. Alur Proses Produksi

1.5 Landasan Teori

Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah


satunya yaitu perlindungan keselamatan, perlindungan tersebut
bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjanya sehari-
hari untuk meningkatkan produktivitas. Menurut Bangun Wilson,
keselamatan kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang
dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.
Secara umum keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
aman dan selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat
kerja.
Keselamatan kerja perlu untuk diterapkan sehingga langkah
promotif dan prevensi kecelakaan dapat tercapai. Adapun beberapa
ruang lingkup yang harus dicapai dalam keselamatan kerja dan tiga
langkah yang perlu dilakukan yakni : pencegahan, pelaksanaan, dan
pemantauan.
Langkah pencegahan dapat dicapai dengan adanya komunikasi
atau pengajaran tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh tenaga kerja
sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan mengetahui potensi
bahaya yang dapat terjadi kepada mereka untuk menciptakan tenaga
kerja yang dapat bekerja sekaligus memperhatikan potensi-potensi.
Adapun beberapa hal yang dapat diajarkan seperti: pencegahan
kecelakaan, pencegahan kebakaran, pencegahan ledakan, dan lain-
lain.
Langkah berikutnya setelah pencegahan dan komunikasi adalah
pelaksanaan. Pelaksanaan sangat penting untuk diterapkan oleh
tenaga kerja sehingga para tenaga kerja dapat bekerja dengan aman
dan terhindar dari kecelakaan kerja. Dalam pelaksanaannya, ada
beberapa tindakan yang perlu dilakukan seperti: Pelaksanaan P3K,
Penggunaan P3K, Pemasangan jalur evakuasi, Pemasangan ventilasi,
Pelaksanaan sanitasi perusahaan dengan baik, dan lain-lainnya.
Ketika semua tindakan yang berhubungan dengan keselamatan
kerja telah dilakukan, maka perlunya untuk melakukan pemantauan
lingkungan kerja, memperhatikan kelengkapan alat pelindung diri,
pemantauan iklim, dan pemantauan penerangan tempat kerja.
Pada saat dilakukan penerapan keselamatan kerja, perlunya untuk
memerhatikan beberapa aspek penting sebelum seorang tenaga kerja
memulai pekerjaannya yakni:
1. Memiliki surat kompetensi atau sesuai dengan landasan kerja yang
digunakan.
2. Memiliki ijin operasi atau bekerja
3. Memiliki persiapan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai
dengan bidang yang akan dikerjakan.
4. Mematuhi standar operasi yang telah ditetapkan oleh landasan
kerja yang digunakan oleh perusahaan.
5. Memiliki regu penolong yang siap untuk melakukan tugas bila
terjadi suatu kecelakaan.
Penerapan keselamatan kerja harus diperhatikan sesuai dengan
bidang yang akan dilakukan oleh pekerja itu sendiri. Adanya
Permenaker dan undang-undang sebagai persyaratan yang harus
dipatuhi oleh perusahaan dan tenaga kerja untuk tercapainya
keselamatan kerja. Beberapa Permenaker dan undang-undang
keselamatan kerja yang dibuat sesuai dengan bidang yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kepmenaker R.I. No. Kep-186/MEN/1999 sebagai persyaratan
dalam pencegahan kebakaran
2. Permenaker Per-01/MEN/1982, Undang-undang uap tahun 1930,
dan Peraturan uap tahun 1930 sebagai persyaratan dalam pencegahan
peledakan.
3. Permenaker No. Per-05/MEN/1985 dan No. Per-04/MEN/1985
sebagai persyaratan keselamatan kerja di Bidang Mekanik
4. Pemenakertrans No. Per-01/MEN/1980 sebagai persyaratan
keselamatan kerja di bidang konstruksi bangunan.
5. Permenaker No. Per-02/MEN/1989 dan Kepmenaker No. Kep-
75/MEN/2002 sebagai persyaratan keselamatan kerja di bidang listrik.
Peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan
keselamatan kerja mutlak untuk digunakan sebagai persyaratan
keselamatan kerja oleh perusahaan yang akan bekerja sesuai dengan
bidangnya.
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT PRIMISSIMA (PERSERO) dilakukan
pada hari Rabu tanggal 11 Desember 2019 pukul 09.00-12.00

2.2 Lokasi Pengamatan


PT PRIMISSIMA (PERSERO) berada di Jl. Magelang, Km No. 15,
Sebayu Triharjo, Kec. Sleman, Kab. Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55515, Indonesia

2.3 Dokumen Pengamatan


BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Mesin, Pesawat, dan Alat Kerja yang digunakan


Konstruksi : Bangunan sesuai konstruksi factory
Maintanance : Semua alat produksi dilakukan perawatan alat oleh
tenaga kerja utility yang terbagi dalam :
 Tenaga utility harian : bertugas mengecek dan memperbaiki bila ada
cacat kain yang diproduksi pada saat itu dan mengevaluasi alat
produksi untuk segera memperbaikinya. Biasanya pekerja yang
ditempatkan pada posisi ini memiliki skill yang lebih dari tenaga utility
lainnya
 Tenaga utility mingguan :mengecek beberapa alat produksi satu
minggu sekali
 Tenaga utility 6 bulan : mengecek alat-alat tertentu setiap 6 bulan
sekali
 Tenaga utility 1 tahun : mengecek hanya alat-alat tertentu saja.
Biasanya pekerja yang ditempatkan memiliki skill yang lebih sedikit dari
lainnya.
Maintanance alat-alat produksi juga rutin dilakukan pada hari libur nasional
ketika mesin sedang tidak digunakan sementara seperti pergantian
sparepart yang rusak atau aus. Sehingga untuk maintenance alat
tergolong baik.

No Jenis Sub bagian Nama Alat Kegunaan


Kegiatan produksi
Produksi
1 Departemen Proses mesin Bale Membuka dan
Spinning : blowing : membuka Opener membersihkan
memproses kapas press untuk kapas tingkat
bahan baku dikembalikan ke pertama
kapas bentuk semula dan
menjadi membersihkan dari
benang kotorannya
Waste Membuka dan
Opener membersihkan
kapas tingkat
pertama
Monocylin Membersihkan
der kotoran yang
Cleaner masih
tertinggal
Automixer Mesin
pencampur
kapas agar
kualitas merata
Erm Membersihkan
Cleaner kotoran dan
memisahkanny
a sebelum
diproses di
mesin carding
Proses Mesin Flock Membersihkan
Carding : Feeder kapas dengan
memisahkan dan silinder yang
membersihkan berpaku
Carding Mesin
serat-serat
pengurai
membentuknya
kapas
menjadi silver
Proses mesin Pre Menyejajarkan
combing : Drawing dan meratakan
menyejajarkan serat serat
Silver Lap Membuat lap
atau jajaran
silver untuk
memberikan
umpan pada
mesin Comber
Ribbon Meratakan
Lap bahan baku
pemintalan
benang
Comber Menyisir dan
memisahkan
serat panjang
dan
menghilangka
n kotoran
Proses mesin Mesin Mengubah
Drawing Roving silver menjadi
roving
Proses mesin Ring Mesin Ring Mengubah
Spinning Spinning roving menjadi
benang
dengan
kelipatan
33,33 kali
Proses Mesin Mesin Menggulung
Kelos Kelos benang dari
(Cone beberapa
Winder) bobbin
2. Departemen Bagian persiapan Mesin Pirn Mengubah
Weaving, pertenunan Winder benang kelos
yakni bagian (palet) menjadi
pertenunan benang palet
Mesin Mengubah
Warper benang kelos
(Hani) menjadi
benang lusi
Mesin Benang perlu
Sizing dikanji untuk
(Kanji) menambah
kekuatan
Mesin Memasukkan
Reaching benang lusi ke
(Cucuk) dalam mesin
dropper, gun
dan sisir
Bagian Mesin Menenun
Pertenunan tenun benang pakan
dan benang
lusi hingga
menghasilkan
grey/blacu
Bagian Grey Mesin Memeriksa
Finishing inspecting grey bila ada
cacat, diberi
tanda dan
menentukan
kualitas grey
Mesin Melipat kain
folding grey sesuai
panjang
Repairing Memperbaiki
cacat grey
3.2 Bahan dan Proses Kerja Terkait K3

Bahan baku yang digunakan adalah kapas. Sedangkan bahan


tambahan yang digunakan untuk membantu kelancaran proses produksi
yaitu compound size, prima wax, fungicide, anti statik, wetting agent.

Proses produksi dimulai dari :


 Proses spinning yakni memproses bahan baku kapas menjadi benang
 Proses pengkanjian : benang dimasukan kedalam larutan
kanji. Berfungsi untuk memberikan kekuatan pada benang, tidak mudah
terkena jamur, dan sebagai anti bakterial.
 Proses pencucukan : dengan menggunakan mesin gun.
Dengan cara menaikan benang ruji secara bergantian (proses
penyilangan benang)
 Proses Penenunan : menghasilkan kain jadi
 Proses pemeriksaan kain / definishing : pada proses ini, jika ada
kain yang cacat maka akan diperbaiki. Namun jika sudah tidak bisa
diperbaiki maka kain akan dipotong.
 Proses pemutihan

3.3 Landasan Kerja


Sumber bahaya mekanik dapat terjadi pada pekerjaan yang
menggunakan alat dan mesin produksi. Salah satu syarat yang harus
terpenuhi menurut Permenaker No. Per-05/MEN/1985 dan No. Per-
04/MEN/1985 yaitu memiliki landasan kerja yang sesuai persyaratan.
Berikut adalah daftar nama peralatan dan landasan pada PT Primissima:

No. Nama Peralatan Landasan


1 Bantalan penumpu berada pada
Flock feeder besi yang terletak diatas ubin
2 Bantalan penumpu berada pada
kayu yang dihimpit oleh beton
Carding
yang kokoh
3 Bantalan penumpu berada pada
Sliver lap kayu yang terletak diatas ubin
4 Bantalan penumpu berada pada
Mesin reborn lap kayu yang terletak diatas ubin
5 Bantalan penumpu berada pada
Mesin comber
kayu yang terletak diatas ubin
6 Bantalan penumpu berada pada
Ring Spining
besi yang terletak diatas ubin
7 Bantalan penumpu berada pada
Winding
besi yang terletak diatas ubin
8 Bantalan penumpu berada pada
Dubbling besi yang terletak diatas ubin
9 Bantalan penumpu berada pada
Mesin pembakaran atau
beton yang kokoh
penggintiran

10 Bantalan penumpu langsung diatas


Pirn winder
ubin
11 Bantalan penumpu berada pada
Warper
besi yang terletak diatas ubin
12 Bantalan penumpu berada pada
Ssizing
besi yang terletak diatas ubin
13 Bantalan penumpu berada pada
Riching besi yang terletak diatas ubin
14 Bantalan penumpu berada pada
Loom dan Ajn
besi yang terletak diatas ubin
15 Bantalan penumpu langsung diatas
Shearing ubin
16 Bantalan penumpu langsung diatas
Inspecting polding
ubin
3.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kerja

SOP kerja di PT. Primisimma sudah ada dan sudah diketahui


secara umum oleh seluruh pekerjanya. Hal ini terbukti dengan
pemasangan baik lembar SOP, job description, serta uraian instruksi
pengoperasian alat yang ditempel di setiap ruangan produksi.
Sosialisasi SOP tersebut menjadi tanggung jawab Kepala Departemen
agar setiap pekerja tahu mengenai SOP perusahaan dan
melakukannya. SOP yang berlaku saat ini dilakukan perbaikan apabila
sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan tidak mematok
waktu tertentu (waktu dinamis).
Namun dalam kenyataannya, banyak pekerja yang tidak mematuhi
SOP sehingga mengakibatkan adanya kecelakaan kerja yang
diakibatkan oleh human error. Perusahaan telah berusaha untuk
melakukan penertiban dan evaluasi untuk mencari solusi namun untuk
saat ini hanya sebatas memberikan konseling terhadap dampak dari
mengabaikan SOP dan peringatan pada pekerja.

Gambar 2. Contoh SOP yang ditempelkan pada setiap ruangan

3.5 Instalasi Listrik


Semenjak didirikan tahun 1971, PT. Primissima dalam melakukan
kegiatan produksinya menggunakan sumber listrik yang berasal dari
Generator Set (Genset) / motor diesel hingga tahun 1985. Tetapi
Genset tersebut mengalami kerusakan yang diperkirakan untuk biaya
perbaikan Genset tersebut melebihi biaya pemasangan listrik dari PLN.
Sehingga sejak tahun 1985, dibuatlah keputusan untuk menggunakan
listrik dari PLN hingga saat ini. PLN dengan kapasitas yang terpasang
sebesar 6930 kVA, kurang lebih berjarak 2 km dari pabrik terdapat gardu
listrik PLN khusus untuk menyalurkan listrik ke PT. Primissima.
Kebutuhan energi listrik PT. Primissima rata-rata sebulan sebesar
2.500.000 kwh dan dayanya sebesar 5400 kVA. Biaya yang dikeluarkan
untuk membayar listrik kurang lebih 3 milyar rupiah / bulan dimana biaya
tersebut dua kali lipat lebih besar dari gaji total pegawai pabrik per
bulan, hal ini disebabkan oleh penggunaan mesin-mesin produksi model
lama yang membutuhkan tenaga listrik lebih besar.
Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis
penerangan yaitu penerangan sumber alami seperti matahari dan
sumber buatan seperti lampu. Jumlah penerangan sudah cukup baik
terpasang merata di berbagai tempat. PT. Primissima juga memiliki
instalasi penangkal petir yang digunakan untuk menyalurkan arus petir
ke tanah (grounding) melalui kabel penyalur sesuai standar. Sistem
penangkal petir menggunakan pentanahan melalui kabel BC draad
dengan jumlah 47 buah.

Berdasarkan peninjauan kami, dapat disimpulkan bahwa


penggunaan instalasi listrik sudah baik dengan sistem keamanan dan
keselamatan yang sesuai dengan standar.
Gambar 3. Alat Penangkal Petir
Gambar 4. Mesin Listrik

Gambar 5. Layout Penangkal Petir

3.6 Prasarana Kerja Lain

PENGAMATAN STANDART
PT. Primissima juga memiliki instalasi penangkal Memiliki Penangkal
petir yang digunakan untuk menyalurkan arus petir petir
ke tanah (grounding) melalui kabel penyalur sesuai
standar. Sistem penangkal petir menggunakan
pentanahan melalui kabel BC draad dengan jumlah
47 buah. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan
instalasi listrik sudah baik, walaupun biaya yang
dikeluarkan untuk membayar listrik cukup besar.
Lift yang digunakan pada PT. Primissima dapat Lift tidak macet dan
digunakan dengan baik dan berjalan dengan baik memenuhi standart
keamanan
Memiliki Septic tank yang mana berfungsi untuk Dapat memenuhi
menguraikan limbah domestik sehingga masuk ke kebutuhan seluruh
peresapan dalam keadaan sudah terurai atau cair pekerja
dengan diameter 1 m dan tinggi 2 m
Sistem penanggulangan bahaya kebakaran juga Pegawai terlatih
sudah sesuai dengan adanya sistem manual untuk menggunakan
menggunakan pasir air dan goni, menggunakan sistem
APAR dan Hydrant. penanggulangan
kebakaran
Fasilitas masjid dengan kapasitas 500 orang beserta Masjid terawat dan
tempat wudlu terpisah antara laki – laki dengan bersih
perempuan
Fasilitas kamar mandi dan toilet di masing masing Dapat memenuhi
bagian dengan total sebanyak 51 buah kebutuhan seluruh
pekerja
Fasilitas kantin sebanyak 2 dengan kapasitas masing Dapat memenuhi
– masing 300 orang, Fasilitas bak sampah dan TPS di kebutuhan seluruh
masing masing lokasi untuk menampung sampah pekerja
sementara kemudian Dinas PU akan mengumpulkan
sampah tersebut dan diambil rutin seminggu 2 kali.
Gambar 6. Tempat sampah dan TPS sementara

Gambar 7. Septic tank dan Drainase

Gambar 8. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran


Gambar 9. Masjid

3.7 Konstruksi Tempat Kerja

KONSTRUKSI TEMPAT PENGAMATAN STANDART


KERJA
Akses keluar masuk Keluar-masuk pegawai Akses keluar masuk
melewati pintu gerbang. ruangan aman.
Kebersihan dan Terdapat banyak debu Kebersihan dan
kerapian tata ruang dan kapas di lantaidan kerapian tata ruang
dinding pabrik. tidak berantakan dan
Kebersihan dan kerapian merintangi akses jalan.
ruangan kurang terjaga.
Ruangan tidak tertata
dengan rapi.
Jaminan keselamatan Di dapatkan data Telah dijadwalkan
peralatan, bahan dan pemerliharaan atau pengecekan mesin
benda – benda di dalam perbaikan mesin pada setiap satu bulan sekali
ruangan saat ada mesin yang
rusak
Pantry Tidak terdapat ruang Terdapat ruangan
makan yang bersih dan khusus untuk makan
layak, tata ruang tidak dan istirahat, alat
rapi. Terdapat banyak makan bersih dan
debu di gelas,dispenser berada di tempat
dan meja makan tertutup agar terhindar
dari debu
Kamar Mandi Tidak terawat, terdapat Tidak terdapat jentik
jentik nyamuk, air dan nyamuk, air bersih,
lantai kurang bersih. Alat lantai dan kamar mandi
mandi dan sabun tidak bersih. Terdapat sabun
tersedia. Ada ventilasi dan alat mandi yang
sesuai. Terdapat
ventilasi.

3.8 Sarana Penanggulangan Kebakaran

PENGAMATAN STANDAR
Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat Memiliki tim
pemadam api ringan (APAR) dan cara pemakaiannya yaitu penanggulangan
tarik kunci pengaman, arahkan ke dasar api, tekan kebakaran yang
ganggang, sapukan. Oleh beberpa APAR telah diletakkan terlatih
pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga berwarna
merah.

Alat pemadam api ringan (APAR) ditempatkan di tempat Memiliki sistem


yang mudah terlihat, dan jumlahnya sudah cukup. proteksi
Namun adapun yang belum sesuai dengan kebakaran. Dan
Permenakertrans No. Per-04/MEN/1980, adalah tidak terdapat APAR
terdapat lemari atau peti untuk penyimpanan tabung yang
tersebut. pemasanganya
sesuai dengan
Permenakertrans
no. Per-
04/MEN/1980

3.9 Rambu Peringatan


3.10 Alat Pelindung Diri
Menurut Permenaker No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang perlindungan diri,
terdapat beberapa alat pelindung diri, diantaranya :
APD FUNGSI PENGAMATAN
Safety Helmet Sebagai pelindung kepala dari Pekerja tidak
benda yang bisa mengenai menggunakan safety
kepala secara langsung helmet dengan alasan
pekerja tidak memiliki
kecenderungan
ancaman cedera
terhadap kepala dalam
melakukan
pekerjaannya di pabrik
Masker Berfungsi sebagai penyaring Mayoritas pekerja
udara yang dihirup saat bekerja terlihat menggunakan
di tempat kerja dengan kualitas masker, walaupun
udara buruk (misal berdebu, masih terdapat 1-2
beracun, dsb). orang yang tidak
menggunakan masker.
Masker di pabrik
tersebut berbahan kain,
disediakan oleh
perusahaan dan dapat
dipakai berulang-ulang.
Sarung tangan Sebagai alat pelindung tangan Pekerja tidak ada yang
pada saat bekerja atau situasi menggunakan sarung
yang dapat mengakibatkan tangan.
cedera tangan.
Sepatu Berfungsi sebagai alat Para pekerja hanya
pelindung (safety pelindung kaki saat bekerja dari menggunakan sepatu
shoes/ sepatu bahaya kimia, benda tajam, biasa. Saat itu juga tidak
boots) benda panas, maupun ada proses kimia
lingkungan kerja yang sehingga tidak ada
berair/basah/berlumpur pekerja yang
menggunakan sepatu
boots
Kacamata Sebagai pelindung mata ketika Para pekerja tidak
Pelindung bekerja dan mencegah mata menggunakan kacamata
(safety glasses) dari terkena benda asing pelindung. Hanya
pekerja dibagian mesin
las yang menggunakan
kacamata pelindung
Earplug Sebagai pelindung telinga ketika Hampir seluruh
bekerja dan mengurangi karyawan menggunakan
kebisingan di tempat kerja earplug. Earplug yang
digunakan para pekerja
hanya berupa kapas
yang dimasukkan ke
telinga.
3.11 Tanggap Darurat dan Jalur Evakuasi

Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi
Fire Alarm Terdapat alarm kebakaran baik di Terdapat di semua
dalam maupun di luar ruangan. ruangan, dan juga
terdapat di luar
ruangan, di setiap
lorong
Emergency Terdapat Emergency Lamp. Terdapat Emergency
Lamp Lamp di semua
ruangan
Jalur Evakuasi Tangga darurat dan tangga umum Tangga darurat dan
hanya terdapat pada gedung kantor. tangga umum, Pintu
Namun dikarenakan gedung pabrik – pintu jalur evakuasi
bukan merupakan bangunan tingkat mudah terlihat dan
maka tidak terdapat tangga darurat semuanya tidak ada
maupun tangga umum. yang ditemui dalam
Terdapat pintu-pintu evakuasi keadaan terkunci.
maupun jalur evakuasi sebanyak 2 Jalur cukup terawat
pintu masing di lantai atas dan dengan baik, terbuka,
bawah. tidak terdapat benda
yang membahayakan
disekitar area
evakuasi, cukup
lebar, dan untuk
menuju titik area
evakuasi dapat
menggunakan jalur
yang sudah ditandai
dengan garis- garis
kuning.
Rambu – Terdapat rambu-rambu yang Rambu – rambu yang
Rambu Jalur menunjukan lokasi jalur evakuasi menunjukan lokasi
Evakuasi berwarna hijau yang menunjukkan jalur evakuasi cukup
jalur evakuasi. jelas, berwarna
Tak terlihat peta jalur evakuasi di merah dengan
setiap ruangan. kondisi yang cukup
Terdapat rambu tempat titik kumpul baik.
di lahan kosong. Peta jalur evakuasi
juga jelas terdapat di
setiap ruangan.
Tempat berkumpul
Titik Point berada
pada lahan yang
kosong.
APAR ( Alat Terdapat APAR di setiap ruangan Terdapat di setiap
Pemadam Api dari masing-masing departemen dan lorong, dalam
Ringan) dilengkapi tata cara penggunaannya. keadaan cukup baik,
Letak APAR cukup baik dan mudah dijangkau.
strategis. Terdapat cara
penggunaan,
perawatan
dilaksanakan sesuai
aturan, sesuai
dengan seharusnya
pengecekan
dilakukan 6 bulan
sekali

PT. Primissima juga terdapat tim evakuasi P2K3 yang terlatih dan
bersertifikasi yang siap dalam memimpin evakuasi ketika terjadi
kecelakaan dan bencana alam.
PENGAMATAN
Angka kejadian kecelakaan Menurut PT. Primissima kejadian kecelakaan
kerja kerja diantaranya dapat terjadi di dalam area
(saat ditanyakan ke pihak PT perusahaan maupun luar area perusahaan.
Primissima) Kejadian kecelakaan kerja di dalam perusahaan
biasanya terjadi saat buruh sedang bekerja
biasanya disebabkan oleh human error yaitu
dikarenakan para pekerja yang lalai atau kurang
patuh dalam menggunakan alat pelindung diri
(APD) selama bekerja. Sedangkan kecelakaan
kerja di luar seringnya karena kecelakaan lalu
lintas saat sedang berangkat kerja.
Angka kejadian kecelakaan Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data
kerja bahwa angka kejadian kecelakaan kerja pada
(setelah dilakukan kunjungan tahun 2019 sebanyak 14 kejadian. Terdapat 6
perusahaan) kecelakaan terjadi di dalam area perusahaan
yang berkaitan dengan pengoperasian mesin
dan penggunaan APD pekerja. Disamping itu, 8
kecelakaan terjadi diluar perusahaan terkait
kecelakaan lalu lintas saat pekerja berangkat
atau pulang kerja.
Pihak perusahaan berusaha melakukan evaluasi
dengan memperketat penggunaan APD pada
karyawan dengan melakukan patroli P2K3 yang
rutin, melakukan sosialisasi K3 dan memperketat
ketaatan pada SOP seperti pengecekan mesin
produksi sebelum beroperasi.
3.12 Kejadian Kecelakaan Kerja
3.13 Personil Keselamatan Kerja

No Unit Kerja Dasar Saran


Permasalahan hukum
Personil Personil Peraturan Masukan untuk
keselamata Keselamatan perundangan perusahaan yang
n kerja kerja pada UU No. 1 terkait dengan
perusahaan ini tahun 1970 masalah personil
terdapat (Pasal 10 keselamatan kerja
pembagian divisi ayat 1, 2) ini, yaitu diharapkan
pada bidang P3K yang bagian personil ini
dan mewajibkan tidak hanya siaga
beranggotakan perusahaan untuk
15 orang untuk menanggulangi
bersertifikat yang membentuk kecelakaan kerja tapi
siap untuk P2K. juga menyusun
menanggulangi pembagian divisi
kecelakaan di pada bidang K3
lapangan kerja. terkait dengan
masalah
keselamatan kerja
dan membuat
penyusunan
program
keselamatan kerja
dan juga lebih
meningkatkan
upayaupaya promosi
tentang keselamatan
kerja pada tenaga-
tenaga kerja di
perusahaan
tersebut.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
No Unit Permasalahan Dasar Saran
Kerja hukum
1. Konstruksi Belum terdapat Undang- Perlunya
tempat adanya informasi undang pemasangan tulisan
kerja mengenai tanda dasar No. 1 bagi alat-alat dan
bahaya peralatan, tahun 1970, bahan-bahan
bahan, dan benda- Undang- berbahaya di dalam
benda dalam Undang No. 18 ruangan sehingga
ruangan. dapat meningkatkan
tahun 1999
keselamatan para
tentang jasa
pekerja.
konstruksi.
2 Tanggap Sudah terdapat No. 18 tahun Pemasangan rambu
darurat tanda penunjuk 1999 tentang evakuasi yang lebih
dan jalur jalur evakuasi jasa mudah terlihat dan
evakuasi menuju titik kumpul konstruksi, mudah dipahami
bila terjadi Undang- oleh pekerja
keadaan darurat Undang sehingga tanggap
namun lokasi dasar No.1 darurat apabila ada
penempatan dan tahun 1970, suatu tanda bencana
ukuran rambu Undang- dapat segera
terlalu kecil Undang diamankan.
sehingga tidak No.28 tahun
mudah terlihat 2002 tentang
bangunan
gedung

3. Sarana Semua APAR tidak Permenkes Perlunya penyediaan


Penanggul ditempatkan dalam No.48 tahun APD yang sesuai
angan lemari/peti (box) 2016 standard dan hazard
kebakaran yang tidak dikunci. Peraturan yang ada di
menteri lingkungan tempat
tenaga kerja kerja.
dan
transmigrasi
RI
No.PER.08/
MEN/VII/201
0 tentang
Alat
Pelindung
Diri
4. Alat Masih banyaknya Peraturan Perlumya dilakukan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Dari hasil pengamatan, secara keseluruhan pabrik ini
belum memenuhi standar dan angka kejadian kecelakaan kerja
tercatat masih banyak.

B. Saran
Perlunya peran serta pabrik dalam hal meningkatkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dalam hal ini
tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para
pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan
dan produktivitas nasional. Penerapan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja PT PRIMISSIMA (Persero) saat
ini masih perlu ditingkatkan.

C. Kritik
Kekurangan dari pabrik PT Primissima adalah tidak adanya box
APAR (alat pemadam api ringan) dan kurangnya jalur evakuasi
dan lokasi titik kumpul apabila ada kejadian yang tidak diinginkan.
Pada tempat produksi, kami hanya melihat plang peringatan
mengenai keselamatan kerja tanpa kesehatan kerja, terutama
pada lokasi-lokasi yang berisiko tinggi. tanggap darurat dan jalur
evakuasi, serta personil keselamatan kerja juga belum sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
BAB VI
PENUTUP

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan


upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko
kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
mental, psikologis, dan emosional juga bisa menjadi masalah
kesehatan dan keselamatan kerja.
Banyak perusahaan yang masih belum menerapkan standar
kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Faktor lain yang dapat menyebabkan hal ini adalah
bahaya kerja dan bahaya nyata. Oleh karena itu, kesehatan dan
keselamatan kerja menjadi hal penting untuk diatur dalam peraturan
perundang-undangan demi mencapai. peningkatan mutu kehidupan
dan produktivitas nasional.
Peran berbagai pihak diperlukan melalui sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan.
Kombinasi ini diharapkan mampu menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai