A. Kasus Posisi
1. Identitas Terdakwa
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
yang memeriksa dan mengadili perkara Tindak Pidana Korupsi pada tingkat
pada kurun waktu antara tahun 2016 sampai dengan tahun 2018, bertempat
Selatan; di rumah Setya Novanto yang terletak di Jalan Wijaya XIII Nomor
19, RT.003/ RW.003, Kelurahan Melawai, Kecamatan Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan; di Hotel Fairmont yang terletak di Jalan Asia Afrika Nomor
Arcadia yang terletak di Jalan New Delhi Nomor 9, Gelora Bung Karno,
Investasi (PT PJBI) dengan BNR, Ltd. dan China Huadian Engineering
Marham akan mendapat sejumlah uang atau fee sebagai imbalan dari
Johanes Budisutrisno Kotjo, sehingga Eni Maulani Saragih selaku pegawai
negeri atau penyelenggara negara yaitu sebagai anggota Komisi VII Dewan
Natural Resources, Limited (BNR, Ltd), padahal diketahui atau patut diduga
Maulani Saragih mengetahui atau patut menduga bahwa hadiah berupa uang
Investasi (PT PJBI) dengan BNR, Ltd. dan China Huadian Engineering
kewajiban Eni Maulani Saragih selaku anggota DPR-RI periode tahun 2014
Tahun 2014 tentang Tata Tertib sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib jo. Pasal 3 angka 5 Peraturan DPR
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yang
juta empat puluh lima ribu lima ratus lima puluh dua) lembar saham
batubara;
(sembilan ratus juta dolar Amerika Serikat) dengan fee sebesar 2,5%
Amerika Serikat);
Amerika Serikat);
o PR yaitu Philip Cecile Rickard (CEO PT Samantaka
Serikat);
dan,
Serikat);
proyek Riau saja dengan kalimat “Ya sudah kamu di Riau aja,
tersebut;
PLN (Persero);
perusahaan konsorsium;
- Pada bulan Juli tahun 2017 bertempat di ruang kerja Terdakwa
CHEC, Ltd., Philip Cecile Rickard selaku CEO BNR, Ltd. dan
51%, CHEC, Ltd. 37% dan BNR, Ltd. 12%, dan pihak
MT Riau-1;
keesokan harinya;
Huadian sudah selesai, dan penting juga itu buat Bang Idrus
Pak Kotjo itu Pak Sofyan, jadi saya perlu untuk bertemu
dengan Pak Sofyan sendiri, baru setelah itu saya ajak Pak
(tujuh ratus tiga belas juta rupiah) diserahkan oleh Eni Maulani
Saragih selaku Bendahara Munaslub Partai Golkar kepada
bukti yang telah diperlihatkan baik kepada para saksi maupun kepada
Persidangan;
Kepegawaian;
Hukum Pidana;
c. Orang yang menerima gaji atau upah dari Keuangan Negara atau Daerah;
d. Orang yang menerima gaji atau upah dari satu korporasi yang menerima
e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
c. Menteri;
d. Gubernur;
e. Hakim;
barang bukti surat serta barang bukti lainnya, bahwa Terdakwa Sofyan Basir
Bali Investasi (PT PJBI) dengan BNR dan Cina Huadian Engeneering
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan apa yang didakwakan kepada
Korupsi atas nama Eny Maulani Saragih yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap sebagai anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR R.I.) periode tahun 2014 s.d. tahun 2019 berdasarkan
September 2014, dan kedudukan Eny Maulani Saragih dalam perkara a quo
nyata telah diterima oleh orang yang menerima, maka dalam tindak pidana
pada perbuatan menerima sesuatu berupa benda/ hadiah yang baru dianggap
perbuatan menerima hadiah selesai, kalau nyata-nyata benda itu telah diterima
oleh yang menerima yakni diperlukan syarat telah beralihnya kekuasaan atas
Menimbang, bahwa objek sesuatu janji yang diberikan oleh si Penyuap pada
perbuatan menerima suatu janji, haruslah secara nyata janji tersebut diterima
oleh Pegawai Negeri, bisa dengan ucapan misalnya dengan kata “baik”,
secara khusus, yang harus dibuktikan cukup adanya perbuatan menerima saja,
akan adanya kesengajaan yang diarahkan pada perbuatan itu (Adami Chazawi
Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia Cetakan kedua, April
dimaksud dengan “Hadiah” adalah menurut tata bahasa lebih mengacu pada
sesuatu yang mempunyai nilai, sedangkan yang dimaksud dengan janji adalah
tawaran sesuatu yang diajukan dan akan dipenuhi oleh si pemberi tawaran.
Sesuatu adalah baik berupa benda berwujud, misalnya uang, mobil, televisi
atau tiket pesawat terbang atau benda tidak berwujud misalnya hak yang
termasuk dalam hak atas kekayaan intelektual (HAKI) maupun fasilitas untuk
yang diajukan dan akan dipenuhi oleh si pemberi tawaran. Hal ini sejalan
dengan Putusan Hoge Raad tanggal 25 April 1916, yang menyatakan hadiah
pemberian atau penerimaan itu tidak perlu dilakukan diwaktu pegawai negeri
Menimbang, bahwa dari pengertian Unsur Menerima Hadiah atau Janji tersebut
dan barang bukti lainnya, bahwa terkait dengan belum ditanggapinya surat
2016 untuk meminta bantuan agar diberikan jalan untuk berkoordinasi dengan
Ketua Fraksi Golongan Karya (Golkar) Gedung Nusantara DPR R.I., Setya
Novanto memperkenalkannya dengan Eni Maulani Saragih yang pada saat itu
selaku anggota Komisi VII DPR R.I. yang membidangi energi, riset dan
teknologi, dan lingkungan hidup yang merupakan mitra kerja dari PT PLN
untuk mengawal Johanes Budisutrisno Kotjo dalam proyek PLTU, dan Johanes
Maulani Saragih yang rencananya akan diambilkan dari bagian fee agen yang
akan diperoleh dari China Huadian Engineering Company, Ltd. (CHEC, Ltd.)
sebesar 2,5% dan hal ini disanggupi oleh Eni Maulani Saragih;
(enam juta dolar Amerika Serikat), PR yaitu Philip Cecile (CEO PT Samantaka
juta seratus dua puluh lima ribu dolar Amerika Serikat), Rudy yaitu Rudy
sejumlah USD1.000.000,00 (satu juta dolar Amerika Serikat); dan Other yaitu
pihak-pihak lain yang membantu akan mendapatkan 3,5% dari 2,5% sejumlah
USD875.000,00 (delapan ratus tujuh puluh lima ribu dolar Amerika Serikat);
Menimbang, bahwa terkait dengan janji untuk memberikan fee atau hadiah dari
Johanes Budisutisno Kotjo kepada Eni Maulani Saragih yang total jumlahnya
yang telah diterima baik untuk kepentingan Munaslub Partai Golkar dan
Rp4.750.000.000,00 (empat miliar tujuh ratus lima puluh juta rupiah) yang
diterimanya melalui Tahta Maharaya yang merupakan tenaga ahli dari Eni
rupiah), tanggal 8 Juni 2018 sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) dan tanggal 13 Juli 2018 uang sejumlah Rp500.000.000,00 (lima
Menimbang, bahwa dari total jumlah uang yang diterima oleh Eni Maulani
Saragih Rp4.750.000.000,00 (empat miliar tujuh ratus lima puluh juta rupiah),
diserahkan kepada Muhammad Sarmudji yang pada saat itu menjabat wakil
sekretaris steering committe Munaslub Partai Golkar Tahun 2017 dan sisanya
ratus lima puluh juta rupiah) oleh Eni Maulani Saragih, dan sebesar
Muhammad Sarmudji yang pada saat itu menjabat wakil sekretaris steering
committe Munaslub Partai Golkar Tahun 2017, maka dengan demikian unsur
kekuatan hukum tetap, sehingga unsur delik “menerima hadiah atau janji” telah
kewajibannya:
Menimbang, bahwa unsur padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
pengetian alternative yaitu : “Diketahui atau Paut diduga” bahwa janji atau
pendapat A.Z Abidin dan Andi Hamzah dalam bukunya “Pengantar Dalam
(wetende dat) sebagaimana tercantum di dalam pasal 220 KUHP atau “tahu
diduga” bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
dengan kewajibannya;
Negara yang menerima hadiah atau janji harus telah benar-benar terbukti niat si
dengan kewajibannya atau tidak (Drs. P.A.F. Lamintang, S.H., dalam bukunya
Terdakwa alat bukti surat dan barang bukti lainnya, maka diperoleh fakta
pertimbangan unsur menerima Hadiah atau Janji yaitu Eni Maulani Saragih
Indonesia periode 2014 sampai dengan 2019 telah menerima pemberian dari
uang kepada Eni Maulani Saragih adalah merupakan pemegang 4,3% saham
BNR, Ltd. yaitu sebanyak 40.045.552 (empat puluh juta empat puluh lima ribu
lima ratus lima puluh dua) lembar saham, dan diketahui bahwa BNR, Ltd.
Kotjo akan mendapatkan fee sebesar 2,5% atau sekitar USD25.000.000,00 (dua
puluh lima juta dolar Amerika Serikat) dari nilai proyek USD900.000.000,00
(sembilan ratus juta dolar Amerika Serikat), dan fee tersebut akan dibagikan
bagikan yaitu :
d. Rickard Philip Cecile (CEO PT BNR, Ltd.) sebesar 12% atau sekitar
USD3.125.000,00 (tiga juta seratus dua puluh lima ribu dolar Amerika
Serikat);
Serikat).
Hulu, Riau masuk ke dalam RUPTL PT PLN (Persero), untuk itu mengarahkan
Kabupaten Indragiri Hulu, Riau yang pada pokoknya memohon agar PT PLN
menemui Setya Novanto pada awal tahun 2016 untuk meminta bantuan bisa
proyek PLTU;
Menimbang, bahwa Johanes Budisutrisno Kotjo dalam Plaksanaan Proyek
PLTU MT RIAU-1 ada menjanjikan fee kepada Eni Maulani Saragih dan
diwakili Johanes Budisutrisno Kotjo seperti BNR, Ltd. Dan CHEC, Ltd dengan
Budisutrisno Kotjo, maka pada saat rapat kerja Komisi VII DPR R.I. dengan
Pihak PT PLN (Persero) di Gedung MPR/ DPR R.I., Eni Maulani Saragih
Menimbang, bahwa atas permintaan Eni Maulani Saragih tersebut, pada tahun
2016 Terdakwa Sofyan Basir dengan didampingi oleh Supangkat Iwan Santoso
dengan Eni Maulani Saragih dan Setya Novanto di rumah Setya Novanto.
Dalam pertemuan itu, Setya Novanto meminta proyek PLTGU Jawa III kepada
pengusaha tambang yang tertarik untuk ikut menjadi investor dalam proyek
Terdakwa Sofyan Basir dengan didampingi oleh Supangkat Iwan Santoso dan
Nicke Widyawati dengan Eni Maulani Saragi dan Johanes Budisutrisno Kotjo
di Hotel Fairmont Jakarta dan pada pertemuan tersebut Eni Maulani Saragih
dan Johanes Budisutrisno Kotjo meminta kepada Terdakwa Sofyan Basir agar
Tahun 2017 s.d. 2026, kemudian Terdakwa Sofyan Basir meminta Nicke
nantinya listrik yang dihasilkan oleh perusahaan IPP tersebut akan dijual
kepada PT PLN (Persero), dengan ketentuan anak perusahaan PT PLN
Basir pada bulan Juli 2017 dan pada pertemuan tersebut Supangkat Iwan
Perpres Nomor 4 Tahun 2016, yang menjadi acuan PT PLN (Persero) untuk
bekerja sama dengan anak perusahaan PT PLN (Persero) serta akan melakukan
kerjasama juga dengan CHEC, Ltd. untuk menjadi penyedia modal dalam
masih dalam tahun 2017 melakukan petemuan dengan Terdakwa Sofyan Basir
konsorsium minimal sebesar 51%, hal ini sesuai dengan ketentuan Perpres
teknis dan administrasi untuk dilakukan proses due dilligence oleh pihak PT
Menimbang, bahwa Terdakwa Sofyan Basir dan Supangkat Iwan Santoso pada
Iwan Agung Firsantara Direktur Utama PT PJB, Suwarno Plt. Direktur utama
PT PLN Batubara, Wang Kun perwakilan dari CHEC, Ltd., Phipil Cecile
Rickard Ceo BNR, Ltd. dan Rudy Herlambang Direktur utama PT Samantaka
Batubara;
Menimbang, bahwa inti dari kontrak tersebut yaitu masing-masing pihak akan
oleh Gunawan Yudi Hariyanto Direktur utama PT PJBI, Wang Kun authorized
signatory Chec, Ltd., Philip Cecile Rickard Direktur utama BNR, Ltd. yang
PJBI, CHEC, Ltd. dan BNR, Ltd. sepakat untuk mengajukan proposal kepada
kantor perwakilan PT PJB antara Yusri Febianto Manajer Senior PT PJB, Dwi
Hartono direktur operasi PT PJBI, Rudi Herlambang dan Wang Kun, pada
saham mayoritas dimiliki oleh PT PJBI dengan komposisi saham 51% dengan
setoran tunai modal hanya sebesar 10%, CHEC, Ltd. dengan komposisi saham
37% dengan setoran tunai modal sebesar 37% ditambah 41% kewajiban PT
PJBI yaitu seluruhnya sebesar 78%, dan BNR, Ltd. dengan komposisi saham
diantaranya Direktur Utama PT PJB dan Direktur Utama PLN Batubara pihak
terkait dalam proyek pembangunan PLTU MT Riau-1, dan menghasilkan
Sofyan Basir, kemudian Terdakwa Sofyan Basir meminta agar PPA proyek
tanggal maju yaitu tanggal 6 Oktober 2017, padahal LOI Nomor 1958/
tertanggal 6 Oktober 2017, yang berisi masa kontrak 25 (dua puluh lima)
tahun dengan tarif dasar USD5,4916 (lima koma empat sembilan satu enam sen
dolar Amerika Serikat) per kWh, dan segera membentuk perusahaan proyek
Budisutrisno Kotjo, karena Idrus Marham sebagai Sekjen Partai Golkar pada
saat itu dan menyampaikan kepada Idrus Marham kalau dirinya akan
meminta uang sebesar USD2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu dolar
Menimbang, bahwa tanggal 7 Juni 2018 di kantor pusat PT PLN (Persero) Eni
konsorsium oleh PT PJBI, CHEC, Ltd. dan BNR, Ltd., yang mana dimasukkan
ketentuan tambahan diantaranya dalam Pasal 3.3 yang menyatakan para pihak
Yuen Dining and Restaurant Fairmont Hotel, Terdakwa Sofyan Basir dengan
harus jelas, dan perlu perlu difinalisasi mengenai kesepakatan kembali dengan
yang hasilnya CHEC, Ltd. sudah bersedia untuk memenuhi persyaratan PPA
dan hasil pertemuan tersebut disampaikan oleh Eni Maulani Saragih kepada
Idrus Marham;
yang diwarnai dengan pemberian sejumlah uang kepada Eni Maulani Saragih
antara PT PJBI, BNR, Ltd. dan CHEC, Ltd., dan terhadap perkara Eni Maulani
Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 79/ Pid.Sus-TPK/ 2018/
Pid.Sus-TPK/ 2019/ PT. DKI tanggal 31 Januari 2019, maka dengan demikian
Sofyan Basiir.
melakukan kejahatan”;
Demi Pasal Penerbit Politeia Bogor halaman 75-76 yaitu “Orang salah,
tersebut, pada waktu atau sebelum (jadi tidak sesudahnya) kejahatan itu
“sekongkol” atau “tadah” (heling) melanggar Pasal 480, atau peristiwa pidana
Pasal 221;
harus ada, sehingga orang yang secara kebetulan dengan tidak mengetahui
kejahatan itu tidak dihukum, sedangkan Niat untuk melakukan kejahatan harus
timbul dari orang yang diberi bantuan , kesempatan, daya upaya, atau
keterangan itu, jika niat nya timbul dari orang memberi bantuan sendiri, maka
membantu harus ada, niat mens rea pembantu muncul setelah bertemu dengan
si pelaku utama, baru muncul niatnya disitu untuk membantu, setelah orang
kedua adalah kesempatan, yang ketiga adalah keterangan, jadi kalau itu
surat dakwaan Jaksa, berarti harus dibuktikan pembantuan itu adalah sebelum
komitmen antara pemberi suap dan penerima suap, mengenai yang satu
memberikan hadiah atau janji, yang satunya punya komitmen untuk apa yang
terjadinya proses pembantuan tadi, kalau itu yang terjadi maka dia melakukan
keterangan Terdakwa dan barang bukti surat serta barang bukti lainnya, maka
diperleh fakta hukum bahwa Terdakwa Sofyan Basir adalah Direktur Utama
PJBI) dengan BNR dan Cina Huadian Engineering Company Limited (Chec
ltd);
kemudian Johanes Budisutrisno Kotjo pada sekitar tahun 2016, menemui Setya
Novanto yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar
sekaligus sebagai Ketua DPR R.I. di Gedung MPR/ DPR, agar dicarikan jalan
komisi VII DPR R.I. dan memiliki mitra kerja dengan PT PLN (Persero) guna
MT Riau-1, berasal dari 2,5% fee agent yang akan diterima oleh Johanes
Kotjo untuk memberikan Fee kepada Eni Maulani Saragih yang akan
diambilkan dari fee agent sebesar 2,5 % yang diterima Johanes Budisutrisno
Kotjo dari Pihak China Huadian Enginering Company Ltd., sebagaimana yang
rincian atau catatan dari Johanes Budisutrisno Kotjo yang sudah menjadi Fakta
Amerika Serikat), dan fee tersebut akan dibagikan bagikan yaitu : Untuk
24% atau sekitar USD6.000.000,00 (enam juta dolar Amerika Serikat), Rickard
Philip Cecile (CEO PT BNR, Ltd.) sebesar 12% atau sekitar USD3.125.000,00
(tiga juta seratus dua puluh lima ribu dolar Amerika Serikat), Rudy
BNR, Ltd) sebesar 4% atau sekitar USD1.000.000,00 (satu juta dolar Amerika
yang membantu sebesar 3,5% atau sekitar USD875.000,00 (delapan ratus tujuh
Setya Novanto tidak mengetahui tentang adanya catatan tersebut dan dirinya
Pembangkit Jawa Bali Investasi (PT PJBI) dengan BNR dan Cina Huadian
Engeneering Company Limited (Chec ltd) tidak tercantum atau bukan sebagai
pihak yang menerima fee, dan Terdakwa Sofyan Basir tidak mengetahui dan
tidak memahami akan adanya fee yang akan diterima oleh Johanes
Budisutrisno Kotjo serta kepada siapa saja fee tersebut akan diberikan, hal ini
sesuai dengan apa yang disampaikan baik oleh Eni Maulani Saragih maupun
oleh Johanes Budisutrisno Kotjo bahwa uang yang diterima oleh Eni Maulani
Saragih yang berasal dari Johanes Budisutrisno Kotjo, Terdakwa Sofyan Basir
Menimbang, bahwa sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Eni Maulani
Saragih dan Johanes Budisutrisno Kotjo yang juga perkaranya sudah diputus
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
telah mempunyai kekuatan hokum tetap tentang bahwa Terdakwa Sofyan Basir
tidak mengetahui adanya penerimaan fee secara bertahap tersebut, hal ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum
Acara Pidana yang mengatakan Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa
Menimbang, bahwa untuk menindak lanjuti apa yang diminta oleh Setya
di rumah Setya Novanto dan yang pada pertemuan tersebut adalah Eni Maulani
Santoso dan pada kesempatan tersbut Setya Novanto meminta proyek kepada
Saragih dan Johanes Budisutrisno Kotjo dengan pihak PT PLN (Persero) yang
dalam hal ini adalah Terdakwa Sofyan Basir dan Supangkat Iwan Santoso serta
yang lainnya, dimana pertemuan tersebut diinisiasi oleh Eni Malaulani Saragih
masih dalam bulan September 2017 di ruang kerja Direktur Pengadaan Strategi
kerja Terdakwa Sofyan Basir, tanggal 20 April 2018 di ruang kerja Terdakwa
didaerah Bendungn Hilir Jakarta Pusat, tanggal 7 Juni 2018 diruang kerja
Supangkat Iwan Santoso dan tanggal 3 Juli 2018 di House Of Yuen Dinning
adalah Terdakwa Sofyan Basir ada sekita 5 (lima) kali pertemuan selalu
didampingi oleh Supangkat Iwan Santoso, karena dia lebih menguasai sebagai
Direktur Pengadaan Strategi dan jika ada pertanyaan maka dia yang
memberikan jawaban, dan pada pertemuan bulan Juli 2017 Terdakwa Sofyan
Basir meminta Iwan Supangkat Santoso untuk menjelaskan mengenai
sebagaimana yang diungkapkan oleh Supangkat Iwan Santoso bahwa kalau Eni
Maulani Saragih tidak ada memberikan pendapat dan masukan lebih banyak
bersikaf pasip;
berkaitan dengan : Masa tenggang waktu control antara PT PLN (Persero) yang
10 %), memiliki hak suara yang sama dengan lainnya (10 %) sedangkan Chec,
Riau-1 karena ini merupakan program prioritas Nasional, hal ini sesuai dengan
karena keinginan Terdakwa Sofyan Basir sendiri dan bukan karena adanya
pesanan dari Eni Maulani Saragih ataupun Johanes Budisutrisno Kotjo dan
PJBI) dengan BNR dan Cina Huadian Engineering Company Limited (Chec
keinginan Terdakwa Sofyan Basir maupun keinginan dari Eni Maulani Saragih
diterima oleh Eni Maulani Saragih dari Johanes Budisutrisno secara bertahap
sebesar Rp4.750.000.000,00 (empat milyar tujuh ratus lima puluh juta rupiah)
adalah tanpa sepengetahuan Terdakwa Sofyan Basir dan tidak ada kaitan
apa yang disampaikan oleh Eni Maulani Saragih dan Johanes Budisutrisno
Kotjo bahwa Terdakwa Sofyan Basir tidak tahu menahu tentang pemberian
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa Sofyan Basir tidak terbukti secara
sebagai berikut:
3. Unsur padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
Basir tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
maka Terdakwa Sofyan Basir tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
Menimbang, bahwa oleh karena maka Terdakwa Sofyan Basir tidak terbukti
undang ini;
2. Bahwa proses penegakan hukum tindak pidana korupsi terhadap Terdakwa
2019;
Peradilan Cepat dan Biaya Ringan dan lagi Perkara a quo pemeriksaan sudah
Sofyan Basir, keluarga serta pihak terkait lainnya, oleh karena Terdakwa tidak
Hukum Terdakwa;
Terdakwa atau dari mana barang tersebut disita, sedangkan untuk barang bukti
berkas Perkara;
MENGADILI
Dakwaan;
serta martabatnya;
membuka blokir rekening bank atas nama Terdakwa Sofyan Basir dan atau
perkara;
Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada hari Kamis,
tanggal 31 Oktober 2019, oleh kami Hariono, S.H., M.H., sebagai Hakim
Anggota Dr. Anwar, S.H., M.H., dan Ugo, S.H., M.H., Hakim-Hakim Ad Hoc
tersebut diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum pada hari Senin
tanggal 04 November 2019 oleh Hakim Ketua tersebut dengan didampingi oleh
Panitera Pengganti