Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No.

38
STRATEG I PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GARUT
1 2
Tintin Febrianti , Efita Fitri Irianti
1 2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Garut
Staf Bidang Ekonomi Bappeda Kab. Garut

e-mail : tintin_febrianti@uniga.ic.id

ABSTRAK
Pengembangan agribisnis melalui agropolitan merupakan salah satu cara mewujudkan pembangunan
secara merata di wilayah perdesaan. Kabupaten Garut sebagai daerah agraris melalui perencanaan
daerahnya telah menetapkan beberapa kecamatan sebagai wilayah agropolitan . Kecamatan yang
dimaksud yaitu Kecamatan Cikajang, Bayongbong, Cigedug, Cisurupan, Sukaresmi, dan Pasirwangi.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui strategi pengembangan beberapa komoditas agribisnis
unggulan yang berasal dari masing- masing kecamatan tersebut. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metode SWOT untuk diidentifikasi faktor- faktor internal dan eksternalnya meliputi :
Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (Peluang), Threath (hambatan) serta
selanjutnya ditentukan masing- masing perumusan strateginya.

Kata Kunci : Agribisnis, Hortikultura

ABSTRACT
Agribusiness development through agropolitan is one way to achieve development evenly in rural
areas. Garut Regency as an agrarian region through regional planning has determined several sub-
districts as an agropolitan area. The districts referred to are Cikajang, Bayongbong, Cigedug,
Cisurupan, Sukaresmi and Pasirwangi Districts. This research conducted to determine the
development strategy of several superior agribusiness commodities originating from each of these sub-
districts. The data obtained analyzed using the SWOT method to identify internal and external factors
including: Strength, Weakness, Opportunity, Threat and then determined by each strategy formulation.

Keywords: Agribussiness, Horticulture


Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

39

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA


Pembangunan pertanian di perdesaan Agropolitan berasal dari kata ‘agro’
melalui pengembangan agropolitan (pertanian) dan ‘politan’ (kota) yang
diharapkan dapat memberikan solusi yang diartikan sebagai kota pertanian atau kota
tepat untuk mengatasi dan menjawab di wilayah pertanian atau pertanian di
berbagai permasalahan tersebut. Di kawasan kota (Friedman and Douglas,
Kabupaten Garut sendiri, kontribusi sektor 1975). Lengkapnya, agropolitan adalah
pertanian mengalami penurunan terhadap kota pertanian yang tumbuh dan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut. berkembang seiring berjalannya sistem dan
Akan tetapi, secara sosial, ekonomi dan usaha agribisnis yang mampu melayani,
budaya, masyarakat Garut masih banyak mendorong, menarik, dan menghela
masyarakat yang menggantungkan kegiatan pembangunan pertanian
penghidupannya pada pertanian. (agribisnis) wilayah sekitarnya (Suwandi,
Berdasarkan perencanaan wilayah 2005).
Kabupaten Garut, terdapat Kawasan Nasution (1998) mendeskripsikan
Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan karakteristik agropolitan atas lima kriteria.
yang memiliki kriteria sektor unggulan Kelima kriteria tersebut adalah:
yang dapat menggerakan pertumbuhan 1. Agropolitan meliputi kota-kota
ekonomi; memiliki fungsi untuk berukuran kecil sampai sedang
mempertahankan tingkat produksi pangan (berpenduduk paling banyak 600 ribu
dalam rangka mewujudkan ketahanan jiwa dengan luas wilayah maksimum 30
pangan. Kawasan tersebut berlokasi di ribu hektar).
Kecamatan Cikajang, Cisurupan, Cigedug, 2. Agropolitan memiliki wilayah belakang
Sukaresmi, Pasirwangi dan Bayongbong. / pedesaan (hinterland) penghasil
Kawasan Agropolitan tersebut perlu komoditas utama atau unggulan dan
dikembangkan baik segi pengembangan beberapa komoditas penunjang sesuai
kawasan maupun pengembangan produk kebutuhan yang selanjutnya
hasil pertanian dari kawasan tersebut. dikembangkan berdasarkan konsep
Pengembangan dapat berupa perwilayahan komoditas.
pengembangan kawasan agro industri dan 3. Agropolitan memiliki wilayah
memanfaatkan hasil pertanian sebagai inti/perkotaan (central land) tempat
bahan olahan industri yang dikembangkan. dibangunnya agroindustri (terdiri dari
beberapa perusahaan) pengolahan
komoditas yang dihasilkan wilayah
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

40

perdesaan yang pengembangannya merupakan basis perekonomian wilayah


disesuaikan dengan kondisi alamiah perdesaan.
produksi komoditas utama (unggulan) Kemudian meneliti wilayah wilayah
4. Agropolitan memiliki pusat potensial untuk mengembangkan
pertumbuhan yang harus dapat pertanian. Hubungannya dengan
memperoleh manfaat ekonomi internal agropolitan adalah bertitik tolak dari
bagi perusahaan serta sekaligus pengembangan sektor dasar (pertanian)
memberikan manfaat eksternal bagi dalam rangka pembangunan wilayah.
pengembangan agroindustri secara Sebagai tindak lanjut dikembangkan
keseluruhan. industri-industri pengolahan dan jasa-jasa
5. Agropolitan mendorong wilayah penunjang yang sesuai dengan lingkungan
perdesaan untuk membentuk satuan- perdesaan. Hal ini sesuai dengan prinsip
satuan usaha secara optimal melalui pembangunan berimbang antara sektor
kebijakan sistem intensif ekonomi yang pertanian dan industri (Mubyarto, 1993
rasional. dalam Muhammad Iqbal.,dkk ,2009).
6. Tujuan pengembangan kawasan Dengan dikembangkannya sektor-sektor
agropolitan adalah untuk meningkatkan pendukung tersebut disamping akan
pendapatan dan kesejahteraan meningkatkan sektor pertanian melalui
masyarakat melalui percepatan mekanisme keterkaitan sekaligus akan
pembangunan wilayah dan peningkatan menambah lapangan kerja baru (Todaro,
keterkaitan desa dengan kota (Deptan, 1994 dalam Muhammad Iqbal., dkk, 2009).
2002). Wujudnya yaitu dengan Friedman (1975) mengatakan bahwa
mendorong berkembangnya sistem dan konsep agropolitan merupakan siasat
usaha agribisnis yang berdaya saing, pembangunan perdesaan yang dipercepat
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan dilakukan melalui kerangka tata ruang
(tidak merusak lingkungan), dan untuk pembangunannya. Selain itu, Ernan
terdesentralisasi (wewenang berada Rustiadi (2006) menjelaskan bahwa
pada pemerintah daerah dan agribisnis merupakan bisnis yang berbasis
masyarakat). usaha pertanian yang mengedepankan
Whitby (1984) dan Fledman (1996) kekuatan pasar (market driven) yang terdiri
dalam Muhammad Iqbal., dkk (2009) atas sub sistem hulu, sub sistem usaha tani,
mengemukakan bahwa dalam proses sub sistem hilir dan sistem penunjang.
pembangunan perdesaan yang utama perlu Pembangunan wilayah dan desa
diperhatikan adalah sektor pertanian yang
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

41

merupakan upaya yang dilakukan oleh ancaman (threats). Analisis SWOT


pemerintah, pemerintah daerah dan merupakan salah satu instrumen analisis
masyarakat dengan tujuan untuk lingkungan internal dan eksternal
mewujudkan perdesaan yang maju, adil, perusahaan yang dikenal luas.
makmur dan sejahtera. Adapun tujuan dan Analisis ini didasarkan pada asumsi
keberhasilan pembangunan desa bahwa suatu strategi yang efektif akan
diantaranya adalah peningkatan meminimalkan kelemahan dan ancaman.
pendapatan masyarakat desa (kesejahteraan Bila diterapkan secara akurat, asumsi
masyarakat), pengurangan sederhana ini mempunyai dampak yang
pengangguran masyarakat desa, besar atas rancangan suatu strategi yang
penyediaan lapangan kerja di pedesaan, berhasil. (Robinson, 1997).
pengurangan kemiskinan masyarakat desa, Kekuatan (strength) adalah
dan pengurangan kesenjangan wilayah. sumberdaya keterampilan atau
Pada wilayah agropolitan, masyarakat keunggulan- keunggulan lain relatif
diharapkan berperan aktif, sementara terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang
fungsi pemerintah adalah sebagai penyedia dilayani oleh perusahaan atau organisasi.
fasilitas (fasilitator) dengan fokus Kekuatan adalah kompetensi khusus yang
pemberdayaan (Deptan, 2003). memberikan keunggulan komparatif bagi
perusahaan di pasar. Faktor- faktor
3. METODE PENELITIAN kekuatan yang dimaksud dengan faktor-
Perumusan strategi pengembangan faktor yang dimiliki oleh suatu perusahaan
agribisnis komoditas hortikultura di atau organisasi adalah antara lain
kawasan agropolitan Kabupaten Garut kompetensi khusus yang terdapat dalam
menggunakan analisis SWOT. Menurut organisasi yang berakibat pada pemilikan
Kotler (2009) analisis SWOT diartikan keunggulan komparatif oleh unit usaha di
sebagai evaluasi terhadap keseluruhan pasaran. Dikatakan demikian karena satuan
kekuatan, kelemahan, peluang dan bisnis memiliki sumber keterampilan,
ancaman. Sedangkan menurut Rangkuti produk andalan dan sebagainya yang
(2013) analisis SWOT diartikan sebagai membuatnya lebih kuat daripada pesaing
analisa yang didasarkan pada logika yang dalam memuaskan kebutuhan pasar yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) sudah direncanakan akan dilayani oleh
dan peluang (opportunities) satuan usaha yang bersangkutan. (Siagian,
namun secara bersamaan dapat 1995).
meminimalkan kelemahan (weakness) dan Kelemahan (weakness) adalah
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

42

keterbatasan atau kekurangan dalam memberikan peluang bagi perusahaan atau


sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas organisasi. Faktor peluang adalah berbagai
yang secara serius menghambat kinerja situasi lingkungan yang menguntungkan
efektif perusahaan atau organisasi. bagi suatu satuan bisnis.
Fasilitas, sumber daya keuangan, Ancaman (threaths) adalah situasi
kapabilitas manajemen, keterampilan, penting yang tidak menguntungkan dalam
pemasaran, citra merk dapat merupakan lingkungan perusahaan atau organisasi.
sumber kelemahan. Faktor- faktor Ancaman merupakan pengganggu utama
kelemahan ialah keterbatasan atau bagi posisi sekarang yang diinginkan
kekurangan di dalam hal sumber, organisasi. Masuknya pesaing baru,
keterampilan dan kemampuan yang lambatnya pertumbuhan pasar,
menjadi penghalang serius bagi meningkatnya kekuatan tawar menawar
penampilan kinerja organisasi yang pembeli atau pemasok penting, perubahan
memuaskan. Dalam praktek, berbagai teknologi serta peraturan baru atau yang
keterbatasan dan kekurangan kemampuan direvisi dapat menjadi ancaman bagi
tersebut bisa terlihat dari sarana dan keberhasilan perusahaan. Ancaman
prasarana yang dimiliki, kemampuan merupakan kebalikan pengertian peluang,
manajerial yang rendah, keterampilan dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pemasaran yang tidak sesuai dengan ancaman adalah faktor- faktor lingkungan
tuntutan pasar, produk yang kurang atau yang tidak menguntungkan suatu satuan
tidak diminati oleh para pengguna atau bisnis, jika tidak diatasi, ancaman akan
calon pengguna dan tingkat perolehan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang
keuntungan yang kurang memadai. bersangkutan baik untuk masa sekarang
(Robinson,1997). maupun masa depan.
Peluang (opportunity) adalah situasi
penting yang menguntungkan dalam 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan perusahaan atau organisasi. Lingkungan Strategis Internal a.
Kecenderungan- kecenderungan penting Identifikasi Faktor Kekuatan :
merupakan salah satu sumber peluang. 1. Kondisi geografis yang sesuai
Identifikasi segmen pasar yang tadinya sebagai syarat tumbuh komoditas
terabaikan, perubahan pada situasi unggulan agribisnis dengan rata-rata
persaingan atau peraturan, perubahan ketinggian antara 1000-1500 mdpl,
teknologi, serta membaiknya hubungan rata-rata curah hujan > 200
dengan pembeli atau pemasok dapat m3/tahun, kategori iklim agak basah.
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

43

2. Ketersediaan lahan kering untuk 2. Pemasaran masih sangat tergantung


ekstensifikasi komoditas unggulan pada bandar lokal sehingga margin
agribisnis cukup besar dengan rata- pasarnya cukup besar.
rata luas lahan kering > 60% 3. Standarisasi produk dalam grade
(Cikajang >90%). tertentu sebagian besar belum
3. Ketersediaan ladang pengembalaan dilakukan.
dan areal penanaman pakan ternak 4. Rata-rata luasan lahan pertanian
cukup luas. 0,47 Ha.
4. Pertaniansecarakulturturun 5. Kualitas SDM agribisnis yang
temurunmerupakansandaran masih rendah baik rata-rata
penghidupan sebagian besar pendidikan formal maupun non
masyarakatnya. formal (60% rata-rata SD).
5. Rata-rata produktivitas pertanian 6. Penggunaan pupuk dan pestisida
cukup tinggi memberi kontribusi kimia sangat besar.
besar terhadap produksi sayuran di 7. Pengetahuan dan keterampilan
Provinsi Jawa Barat, rata-rata lebih masyarakat dalam pengolahan hasil
dari 40%. pertanian masih rendah.
6. Rata-rata jumlah usia produktif 8. Penyuluhan agribisnis baik
cukup besar (40-50 tahun). kuantitas maupun kualitas belum
7. Rata-rata pengalaman usia tani lama memadai.
(> 15 tahun). 9. Manajemen keuangan sebagian
8. Sebagian besar lahan usaha statusnya besar (lebih dari 90%) belum
milik sendiri (>60%). dilakukan, masih tercampur antara
9. Kemajuan bidang informasi modal usaha dengan kepentingan
teknologi. keluarga.
10. Terdapatnya berbagai program 10. Promosi produk olahan belum
pembinaan pengembangan agribisnis dilakukan secara gencar dan
dari pihak-pihak terkait seperti massif.
pemerintah, perusahaan, dan Lingkungan Strategis Eksternal
akademisi. a. Identifikasi Faktor Peluang :
b. Identifikasi Faktor Kelemahan : 1. Berkembangnya beberapa tempat
1. Kemiringan lahan curam rentan sebagai destinasi wisata di
erosi dan banjir, khususnya di Kabupaten Garut.
Kecamatan Pasirwangi.
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

44

2. Tumbuh kembangnya aktifitas 7. Sarana prasarana berupa


agribisnis kentang industri di TTP ketersediaan dan kualitas jalan
Cikajang. masih rendah.
3. Terdapatnya sarana dan prasarana 8. Sarana dan prasarana pengolahan
dan kelembagaan berupa STA di berupa alat dan mesin serta
Bayongbong, Aspartan. bangunan belum memadai.
4. Tumbuh kembangnya berbagai 9. Peran lembaga penyuluhan belum
UKM olahan agro. signifikan baik kuantitas maupun
5. Volume impor komoditas sayuran kualitas.
seperti cabai masih tinggi 10. Peran akademisi dan lembaga
menunjukkan peluang pasar penelitian pemerintah belum
domes tik baik tradisional maupun signifikan.
modern yang masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil identifikasi faktor
6. Banyak bermunculan hotel dan internal dan eksternal yang menjadi
restoran yang membutuhkan hasil kekuatan, kelemahan, peluang serta
pertanian. ancaman dalam pengembangan agribisnis
b. Identifikasi Faktor Kendala : komoditas unggulan di Kawasan
1. Degradasi kesuburan lahan Agropolitan Kabupaten Garut seperti yang
pertanian, khususnya di Kecamatan tercantum di atas, maka diperoleh beberapa
Cikajang. alternatif strategi yang dapat
2. Pemasaran hasil olahan yang masih dipertimbangkan, antara lain :
bersifat rentan. STRATE GI S-O
3. Serangan hama penyakit, rata-rata Strategi SO (Strenghth Opportunities)
biaya pestisida di KSK Agropolitan adalah strategi dengan menggunakan
> 30%. kekuatan internal untuk memanfaatkan
4. Jumlah penangkar benih komoditas peluang eksternal. Alternatif strategi yang
hortikultura mengalami penurunan. dapat dirumuskan antara lain :
5. Sebagian besar petani (>70%) 1. Perluasan lahan dan areal tanam
sumber permodalannya berupa untuk meningkatkan jumlah
pinjaman. produksi.
6. Ketersediaan air untuk usaha tani 2. Peningkatan daya saing komoditas
yang tidak menentu (tergantung air unggulan hortikultura di kawasan
hujan). agropolitan sehingga memiliki
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

45

kuantitas, kualitas dan kontinyuitas 1. Perlu adanya prioritas dukungan


yang lebih baik. program dan kegiatan lanjutan
3. Pembinaan dan pemberdayaan secara tuntas terhadap kelompok-
kelompok tani dengan spesialisasi kelompok tani yang telah
keterampilan pengolahan hasil mendapatkan bantuan fasilitasi
pertaniannya menuju permodalan kegiatan pengolahan
penumbuhkembangan agroindustri dari pemerintah sebelumnya
perdesaan. 2. Perlu adanya kegiatan revitalisasi
4. Revitalisasi fungsi TTP dan fungsi dan peran kelompok tani
Aspartam sebagai lembaga sebagai cikal bakal tumbuh
inkubasi usaha masyarakat kembangnya koperasi sebagai
khususnya petani di kawasan bandingan terhadap peran Bandar
agropolitan. yang dominan
5. Peningkatan kemitraan antara STRATEGI W-O
kelompok- kelompok tani dengan Strategi WO (Weakness
dunia usaha dan dunia industri. Opportunities) bertujuan untuk
6. Pemanfaatan teknologi informasi memperbaiki kelemahan internal dengan
untuk mendukung pengembangan memanfaatkan peluang eksternal.
kegiatan agribisnis dari mulai hulu Alternatif strategi yang dapat dirumuskan
sampai hilir. antara lain :
7. Peningkatan kerjasama berupa 1. peningkatan dan penguatan
diskusi dan rumusan program di manajemen usaha pengolahan hasil
antara petani, pemerintah, pertanian di kawasan agropolitan.
perusahaan serta perguruan tinggi 2. dukungan terhadap peningkatan
dalam proses adopsi teknologi tepat jumlah penangkar bibit komoditas
guna. hortikultura di kawasan
STRATEGI S-T agropolitan.
Strategi ST (Strenghth Threats) adalah 3. Pembinaan untuk memperbaiki
strategi dengan menggunakan kekuatan teknis budidaya komoditas
untuk menghindari atau mengurangi hortikultura di kawasan agropolitan
pengaruh dari ancaman/ kendala eksternal. menurut kaidah- kaidah GAP.
Alternatif strategi yang dapat dirumuskan 4. Sosialisasi prospek agroindustri
antara lain : pertanian kepada generasi muda
sehingga mereka bisa menyadari
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

46

manfaat besar pertanian sebagai 5. KESIMPULAN DAN


sumber penghidupan. SARAN Kesimpulan
5. Kebijakan berupa fasilitasi 1. Pengembangan kawasan agropolitan
dukungan lembaga keuangan merupakan perpaduan tiga konsep
kepada generasi muda yang yaitu konsep produktifitas dan
bergerak dalam bidang agribisnis. pemberdayaan masyarakat perdesaan
6. Peningkatan kuantitas dan kualitas khususnya petani, konsep
program pembinaan, pelatihan dan pengembangan wilayah serta konsep
bimbingan teknis kelompok tani kelestarian sumberdaya alam.
dalam manajemen subsistem 2. Pemberdayaan masyarakat petani di
pascapanen. kawasan agropolitan dilakukan dengan
STRATEGI W-T menumbuhkembangkan sistem
Strategi WT (Weakness Threats) agribisnis berbasis komoditas unggulan
adalah taktik defensif yang diarahkan pada di Kawasan Agropolitan.
pengurangan kelemahan internal dan Saran
menghindari ancaman eksternal. Alternatif 1. Penguatan kelembagaan dalam
strategi yang dapat dirumuskan antara lain pertanian untuk mendukung
: pengembangan agropolitan berbasis
1. Perlu dorongan dan fasilitasi agroindustri dikarenakan prosesnya
melalui dinas terkait supaya petani masih harus didahului oleh penataan
bisa menjalin kemitraan dengan serta penumbuhkembangan agribisnis
pihak lain semisal asosiasi komoditas unggulan dari hulu sampai
pengusaha dan sebagainya. dengan hilirnya.
2. Perlu kebijakan revitalisasi peran 2. Peningkatan kuantitas serta kualitas
penyuluh pertanian yang sarana prasana dan fasilitas umum yang
menyampaikan pesan manajemen dapat mendorong berkembangnya
usaha modern. kawasan agropolitan.
3. Peningkatan program dan kegiatan 3. Pengkajian lebih mendalam mengenai
dinas terkait dalam melaksanakan pemanfaatan lahan- lahan di kawasan
GAP, GMP. agropolitan sesuai dengan
peruntukannya baik untuk pertanian
maupun non pertanian sehingga
keberlanjutan pembangunan pertanian
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

47

berbasis integrasi sistem agribisnis dari Dataran Tinggi Kabupaten Garut.


Pengkajian Teknologi Pertanian.
mulai hulu sampai hilir dapat terwujud.
Lembang
4. Pengkajian mengenai arah Fajar, Laksana. 2008. Manajemen
Pemasaran. Graha Ilmu. Yogyakarta
pengembangan masing- masing
Faqih, Achmad. 2011. Manajemen
komoditas unggulan secara lebih Agribisnis. De Publish. Yogyakarta
Friedmann, John and Mike Doglass. 1975.
teknis, mendalam dan spesifik.
Pengembangan Agropolitan : Sebuah
Siasat Baru Perencanaan Regional di
Asia. Jakarta: Lembaga Penerbit
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Ekonomi Indoesia.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Hernanto, Fadholi. 1989. Ilmu Usaha Tani.
Barat. 2015. Statistik Harga Produsen Penerbit Swadaya. Jakarta.
Pedesaan Jawa Barat 2012-2014 http://www.garutonline.8k.com/komoditas/
[Internet]. [diunduh 16 Mei 2017]. jeruk.htm
Tersedia pada: Istanto, Wiludjeng Roessali, dan Agus
http://www.jabar.bps.go.id Setiadi. 2016. Analisis Pemasaran
Badan Pengujian Mutu Konstruksi dan Kubis (Brassica oleracea L.) di Sub
Lingkungan (2015) pada Terminal Agribisnis (STA) Jetis
www.garutkab.go.id [16 Mei 2017] Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmu-
Bambang Trihartanto Suroyo, dan Ilmu Pertanian Vol 12 No.2.
Wiwandari Handayani. 2014. Jayadinata, Johara. 1992. Tata Guna Tanah
Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam Perencanaan Perdesaan dan
di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Perkotaan dan Wilayah. ITB.
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Bandung
Perencanaan Wilayah dan Kota vol. Juraemi. 2003. Hubungan Antara
25, no.3, hlm, 243-261 Keragaan Sistem Agribisnis Dengan
Deptan. 2002. Pedoman Umum Subsistemnya dan Tingkat Pendapatan
Pengembangan Kawasan Agropolitan Petani Kelapa Sawit. Desertasi.
dan Pedoman Program Rintisan Universitas Padjajaran. Bandung
Kawasan Agropolitan. Badan Kartasapoetara,AG, dkk. 1985.
Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pertanian (Agribisnis).
Pertanian. Departemen Pertanian. Bumi Aksara Jakarta.
Jakarta Kotler, Philip. 2009. Manajemen
Dinas Perkebunan Kabupaten Garut. 2014. Pemasaran Jilid I. Edisi Milenium.
Luas Areal Dan Produksi Perkebunan Jakarta: Prehalindo
Kopi. Garut Kurnia, G. 1999. Modernisasi dan
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Penguatan Ekonomi Rakyat di
www.garutkab.go.id [19 Mei 2017] Perdesaan; Pembangunan Ekonomi
Programa Penyuluhan Desa Tahun Rakyat Perdesaan. Bina Rena
2016 oleh BP3K Pariwara. Jakarta.
Downey, WD., dan Steven. P. Ericson. Melani. 2017. Efisiensi Pemasaran
1992. Managemen Agribisnis. Edisi Kentang di Desa Cikandang
Kedua. Alih Bahasa : Rochidayat Kecamatan Cikajang Kabupaten
Ganda. S dan Alfonsus Sirait. Penerbit Garut. SKRIPSI. IPB: Institut
Erlangga. Jakarta. Pertanian Bogor. Bogor
Endjang Sujitno, Taemi Fahmi, dan I. Mila Jamilah. 2010. Analisis Risiko
Djatnika. 2015. Usahatani Tumpang Produksi Wortel dan Bawang Daun di
Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa
Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1

48

Barat. SKRIPSI.IPB : Institut


Pertanian Bogor. Bogor Saragih, 2003. Membangun Pertanian
Mosher, A.T. 1987. Menggerakan dan Perspektif Agribisnis. Penebar
Membangun Pertanian. Terjemahan Swadaya. Jakarta.
Krisnandhi, A, dan B. Samad. Silmi Tsurayya, dan Lindawati Kartika.
Yasaguna .jakarta. 2015. Kelembagaan dan Strategi
Nasution, L.I. 1998. Pendekatan Peningkatan Daya Saing Komoditas
Agropolitan dalam Rangka Penerapan Cabai Kabupaten Garut. Jurnal
Pembangunan Wilayah Perdesaan. Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No.
Institut Pertanian Bogor. Bogor 1.
Pradhan, P.K. 2003. Manual for Urban Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan
Rural Lingkage and Rural Aplikasinya. Rajawali Press Jakarta.
Development Analysis. New Hira Soenarno. 2003. Pengembangan Kawasan
Books Enterprise. Nepal Agropolitan dalam Rangka
Pranadji, Tri. 1998. Diagnosa Kerapuhan Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Kelembagaan Perekonomian Departemen Permukiman dan
Pedesaan. Pusat Penelitian dan Prasarana Wilayah.
Pengembangan Sosial Ekonomi Suwandi, R. Rosliani, N. Sumarni, dan W.
Pertanian. Setiawati. 2003. Interaksi Tanaman
Pranoto, S. 2002. Reformasi Kebijakan pada Sistem Tumpang Sari Tomat dan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Cabai di Dataran Tinggi. J.Hort. 13
Perdesaan untuk Mendukung (4): 244-250
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Suwandi. 2005. Agropolitan: Merentas
Karya Tulis Prestasi Perorangan Jalan Menepi Harapan. PT. Duta
(KTP2). Diklatpim Tk. I. Angkatan Karya Swasta
III. LAN-RI. Jakarta Tri Basuki, Agus. 2012. Pengembangan
Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT: Kawasan Agropolitan. Fakultas
Teknik Membedah Kasus Bisnis. Ekonomi Universitas Muhammadiyah.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Yogyakarta
Rustiadi, Ernan. 2006. Kawasan Trihartanto, Bambang Suroyo dan
Agropolitan: Konsep Pembangunan Wiwandari Handayani. 2014.
Desa-Kota Berim bang. Bogor: Pengembangan Kawasan Agropolitan
Cresstpent Press di Kabupaten Kulonprogo, Daerah
Said, Gumbira E., dan A. Harizt Intan. Istimewa Yogyakarta. Magister Teknik
2000. Manajemen Agribisnis. Ghalia Pembangunan Wilayah dan Kota,
Indonesia Jakarta. Universitas Diponerogo.
Trimaijon. 2015. Pengembangan Kawasan
Saptana. 2012. Pemantapan Model Kota Pertanian (Agropolitan)
Pengembangan Kawasan Agribisnis Kecamatan Rambah Samo. Jurusan
Sayuran Sumatera (KASS). Pusat Teknik Sipil, Fakultas Teknik.
Penelitian Pengembangan Sosial Universitas Riau
Ekonomi Pertanian. Departemen
Pertanian

Anda mungkin juga menyukai