2009 :36-43
36
Dina Lesmana
Program Studi Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda 75123
ABSTRACT
This study aimed at assessing financial feasibility of keprok orange in Kutai Timur. Data was
analyzed by income analysis, B-C Ratio and sensitivity analysis. The result of study showed that business
of keprok orange obtained was Rp. 606.890.880,00 which was accepted from 400 tree/ha. Benefit from
this business was Rp 337.207.425,00,-. Based on analysis of B/C ratio obtained value was 1,52. this
matter indicated that keprok orange development in Kutai Timur Regency was feasibility and
profitability.
diketahui bahwa luas panen jeruk di Kalimantan bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial
Timur adalah 75 ha dengan produksi sebesar usahatani jeruk keprok di Kalimantan Timur
2.887 ton (Suyamto et al., 2005). Sampai khususnya di Kabupaten Kutai Timur.
sekarang, secara nasional perkebunan jeruk
masih diusahakan dalam skala kecil secara METODE PENELITIAN
terpisah dalam luasan 1-5 ha. Jeruk mulai
dilirik sebagai komoditas hortikultura yang Data dikumpulkan berupa data sekunder
potensial di Kalimantan Timur karena yang diperoleh dari hasil penelitian, dan
permintaannya terus meningkat. Jeruk yang laporan-laporan lembaga dan instansi
paling banyak dibudidayakan dan dipasarkan di pemerintah yang menangani komoditas
Kalimantan Timur adalah jeruk siem, sedangkan pertanian dan hortilkultura, yaitu Dinas
jeruk keprok baru sedikit sekali. Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura,
Mulai tahun 2007 ini, petani jeruk di Badan Pusat Statistik (BPS), BAPPEDA, dan
Kalimantan Timur dikenalkan dengan varietas lembaga lain di Kabupaten Kutai Timur. Selain
baru jeruk keprok lokal yang dapat tumbuh dan itu secara khusus data juga diambil dari Balai
menghasilkan buah dengan warna orange pada Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
dataran rendah (± 50 m diatas permukaan laut), (Balitjestro) yang berada di Kota Malang.
tidak seperti biasanya jeruk keprok dataran Pengambilan data dilakukan dengan wawancara
rendah yang berwarna hijau. Daerah asal jeruk langsung dengan petani jeruk yang ada di
keprok, yang diberi nama Borneo Prima, Kecamatan Rantau Pulung. Data primer
tersebut adalah Kecamatan Rantau Pulung, diperoleh dari petani jeruk keprok kemudian
Kabupaten Kutai Timur (Warta Prima, 2007). dikompilasi dan ditabulasi serta dipetakan
Jika dibandingkan jeruk siem yang hanya secara kualitatif dan kuantitatif.
berasa manis, jeruk keprok mempunyai rasa Metode analisis yang diterapkan untuk
khas, yaitu rasa manisnya terasa lebih segar mengetahui tingkat kelayakan usaha
karena terdapat campuran rasa asam. Dari pengembangan jeruk keprok secara sederhana
penampilannya, jeruk ini juga lebih menarik dihitung dengan beberapa metode analisis, yaitu
karena lebih mudah dikupas dan tidak terasa Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (B/C
pahit. Kulit jeruk yang pahit biasanya ratio), Titik Impas Produksi (TIP) atau Braek
mempengaruhi rasa jeruk karena rasa pahitnya Even Point (BEP), serta metode analisis
akan masuk ketika pengupasan kulit (jeruk siem sensivitas/kepekaan.
biasanya sulit dikupas). tempat asal Imbangan penerimaan dan biaya (B/C
ditemukannya jeruk keprok Borneo Prima ini, Ratio) untuk mengetahui tingkat efesiensi
Kecamatan Rantau Pulung di Kabupaten Kutai usahatani jeruk keprok digunakan analisis
Timur dipilih sebagai daerah pengembangan imbangan penerimaan dan biaya (B/C Ratio)
perkebunan jeruk yang diusahakan dalam skala dengan rumus (Kadariah, 1988).
besar. Melalui koordinasi dengan Dinas B/C ratio = Penerimaan/Pengeluaran Total
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dengan mempelajari hubungan antara biaya
Provinsi Kalimantan Timur, di Kecamatan produksi dengan volume penjualan serta
Rantau Pulung akan dikembangkan luasan penerimaan, maka dapat diketahui tingkat
produksi untuk jeruk keprok ini sampai 500 ha keuntungan serta kelayakan suatu usaha. Titik
(Kompas, 2007). Bahkan dalam arah kebijakan impas produksi dan harga diketahui dengan
pengembangan jeruk nasional oleh Departemen menggunakan rumus yang disajikan pada
Pertanian, luas areal perkebunan jeruk nasional Gambar 1.
ditargetkan menjadi hampir 28.000 ha dengan Q = BTT : (P-BVR)
target di Kalimantan Timur sekitar 365 ha pada P = BTT : Q
tahun 2010 (Suyamto et al., 2005).
Keberhasilan pengembangan suatu Harga
komoditas akan ditentukan oleh tiga faktor PT
utama, yaitu kelayakan teknis, kelayakan BT
ekonomis dan kelayakan secara politis. P
Komoditas yang dikembangkan dalam hal ini BTT
jeruk keprok harus dapat memberikan
keuntungan dan dapat berkembang dengan
mempertimbangkan faktor ekternalitas. Dengan Q Output
kata lain petani akan menanam dan
mengembangkan usahatani jeruk keprok jika
secara finansial menguntungkan. Tulisan ini keterangan :
EPP.Vol.6 No.1. 2009 :36-43
38
tahap kurang sampai cukup adalah tanahnya pemeliharaan terutama teknik pemupukan dan
yang kurus (kurang unsur hara), seperti pengendalian hama dan penyakit.
umumnya lahan di Kalimantan Timur. Hal ini Bibit jeruk keprok yang cocok
dapat diatasi dengan melakukan pengolahan dikembangkan di Kalimantan Timur yang
tanah yang baik. Sedangkan untuk faktor yang lahannya termasuk dataran rendah adalah
tidak dapat dimanipulasi seperti cuaca, varietas jeruk keprok yang berasal dari
tergolong sangat sesuai, sehingga kondisi Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai
tersebut tetap menjadikan daerah Rantau Pulung Timur, dengan nama jeruk keprok Borneo
sebagai sentra jeruk yang potensial. Prima. Harga per bibitnya dItingkat binaan PT
KPC adalah Rp 1.500,-, tetapi bila telah
Tabel 3. Analisa kesesuaian lahan untuk dilempar di pasaran harganya sekitar Rp2.500,-.
tanaman jeruk pada desa Rantau Diperkirakan pada pertengahan tahun
Makmur, Kecamatan Rantau Pulung, depan (2008) perbanyakan bibit telah dapat
Kabupaten Kutai Timur. dilakukan di Rantau Pulung setelah tersedia
Parameter Lokasi A Lokasi B Lokasi C Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) Jeruk
Lokasi :
o o
Keprok Borneo Prima di Kecamatan Rantau
BT 117 16.910’ 117 18.135’ 117o16.905’
LU 0o35.125’ 0o34.286’ 0o34.716 Pulung menyusul telah telah tersedianya Blok
Curah
(mm/thn)
hujan
2055 (S1) 2055 (S1) 2055 (S1)
Fondasi dari jeruk tersebut di Kebun Pembibitan
Bulan kering (bulan) 1 (S1) 1 (S1) 1 (S1) (KP) Tlekung Balitjestro, Batu, Malang. Baru
Elevasi (m dpl) 97 (S1) 69 (S1) 83 (S1)
Kemiringan (%) 0-10 (S1) 0-5 (S1) 0-5 (S1) tersedianya bibit jeruk keprok Borneo Prima
100 (S2) >150 (S1) > 150 (S1)
Jeluk tanah (cm)
Batu permukaan (%) 0 (S1) 0 (S1) - (S1)
pada pertengahan 2008 disebabkan jenis jeruk
Potensi genangan ini merupakan varietas yang baru ditemukan
(hari) 0 (S1) 0 (S1) 0 (S1)
Permukaan air tanah dan baru pertengahan tahun 2007 berhasil
>150 (S1) - (S1) 120 (S2)
(cm)
Tekstur silty c (S2) silty c (S2) sandy c.(S2)
disediakan bibit jeruk bebas penyakit untuk
Drainase sedang (S2) sedang (S2) buruk (S3) jenis jeruk keprok borneo prima ini oleh Balai
Kimia tanah :
pH 4.8 (S3) 4.8 (S3) 5.3 (S2) Penelitian Jeruk dan Buah-buahan Tropis
0.92 (S3) 0.92 (S3) 0.91 (S3)
C-organik (BALITJESTRO) di Batu, Malang.
KPK
(me/100g) 9.77 (S3) 9.77 (S3) 6.77 (S3) Pembersihan bibit jeruk dari 7 penyakit tanaman
N (%) 0.1 (S2) 0.1 (S2) 0.08 (S3)
P2O5 (%) 0.0007 (S3) 0.0007 (S3) 0.0013 (S2) jeruk disebut sebagai indeksing, dan ini telah
0.0094 (S3) 0.0094 (S3) 0.0094 (S3)
K2O (%) selesai dilakukan.
Toksisitas :
49.23 (S3) 49.23 (S3) 29.99 (S3)
Kejenuhan Al (%)
digunakan untuk investasi tanaman dan non diperoleh adalah 1,05 kali lipat dari cost yang
tanaman adalah Rp. 56.072.524,44,-. dikeluarkan.
Biaya investasi tanaman pada tahun ke-0
(TBM 0) digunakan untuk pembukaan lahan Analisis Titik Impas Produksi dan Harga (Break
(land clearing), penanaman tanaman pelindung Even Point)
dan penanaman kebun plasma jeruk keprok. BEP (titik impas) adalah kondisi pada
Pada tahun 1 dan ke-2 digunakan untuk saat suatu usaha tidak mengalami keuntungan
perawatan tanaman, seperti penyulaman, maupun kerugian. Nilai BEP dipakai untuk
pemupukan dan pencegahan hama dan penyakit. menentukan besarnya volume penjualan dimana
Untuk membantu pendanaan dana investasi, perusahaan tersebut sudah dapat menutupi
diasumsikan mendapat fasilitas kredit bank 100 semua biaya-biayanya tanpa mengalami
%. Konsekuensi dari pinjaman bank kerugian maupun keuntungan.
dibebankan angsuran dan bunga bank dipatok Nilai BEP volume produksi jeruk
14 %. Investasi non-tanaman digunakan untuk diperoleh pada tingkat produksi sebesar
investasi infrastruktur, provisi dan asuransi, 41.298,23 buah pertahun. Artinya, dengan
PBB, manajemen fee pembangunan kebun, tingkat harga rata-rata sebesar Rp 458,1 usaha
biaya administrasi, pemeliharaan kebun bahan berkebun jeruk keprok tidak akan mengalami
dan tenaga kerja pendukung dan lain kerugian atau mendapat keuntungan (impas)
sebagainya. Peminjaman dilakukan pada bulan dengan hanya memproduksi buah jeruk segar
Januari 2005 sedangkan angsuran kepada bank (BJS) sebanyak 41.298,23 buah pertahun.
mulai dibayarkan pada tahun ke-5 (tahun 2010)
dengan jangka waktu pengembalian selama 10 Payback period
tahun. Angsuran per tahunnya adalah Rp. Payback period diartikan sebagai jangka
7.324.049,39 yang diangsur sampai tahun 2019. waktu kembalinya investasi yang telah
Selama 20 tahun umur tanaman, biaya dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh
yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman jeruk dari suatu usaha. Hasil perhitungan analisis
keprok baik biaya investasi maupun biaya kelayakan usaha diperoleh nilai payback period
operasional adalah Rp 397.293.164,24,- terjadi tahun ke 7 lebih 7 bulan.
sedangkan penerimaan dari hasil penjualan
Net Present Value (NPV)
diperoleh sebesar Rp 606.890.880,00 sehingga
NPV dari suatu proyek merupakan nilai
diperoleh laba usaha sebesar Rp
sekarang dari selisih benefit dengan cost pada
337.207.425,00,-.
discount factor (DF) tertentu. NPV
menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan
B/C Ratio
dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0
Analisis B/C ratio adalah perbandingan
berarti proyek tersebut menguntungkan dan
antara total cash inflow terhadap total cash
layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil
outflow. B/C ratio ini menunjukkan tingkat
perhitungan NPV pada discount factor 14 %
kelayakan usaha pengembangan jeruk keprok.
menunjukkan nilai NPV sebesar
Indikator yang dipakai untuk menentukan layak
Rp. 7.514.440,00 yang artinya nilai NPV > 1.
tidaknya usaha pengembangan jeruk keprok di
Hal ini berarti usaha budidaya jeruk keprok
Kabupaten Kutai Timur adalah :
layak untuk diusahakan.
B – C = 1, berarti usaha pengembangan
jeruk keprok impas Internal Rate of Return (IRR)
B – C > 1, berarti usaha pengembangan jeruk IRR adalah suatu kriteria investasi untuk
keprok layak dan menguntungkan, mengatakan persentase keuntungan dari suatu
B – C < 1, berarti usaha pengembangan proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat
jeruk keprok tidak layak dan rugi. ukur kemampuan usaha dalam mengembalikan
Hasil analisis menunjukkan nilai gross bunga pinjaman. IRR pada dasarnya
B/C ratio sebesar 1,52. Nilai ini menunjukkan menunjukkan Discount Factor (DF) dimana
bahwa benefit yang yang diperoleh 1,52 dari NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis
cost yang dikeluarkan. Sedangkan Net B/C ratio perhitungan IRR diperoleh nilai 39,15 %.
ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku
benefit akan diperoleh dari cost yang adalah 14 % maka usaha tersebut
dikeluarkan setelah dikalikan dengan discount menguntungkan dan layak untuk diusahakan,
factor (DF) sebesar 14 %. Berdasarkan karena nilai IRR jauh lebih tinggi dibandingkan
perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C dengan suku bunga pasar.
ratio adalah 1,05 yang artinya benefit yang
Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur (Dina Lesmana) 43