Anda di halaman 1dari 29

Disusun oleh :

A’ISAH PRATIWI 12030118410029


PROBONINGRUM 12030118410003
 FRAUD PRINCIPLES
 FRAUD SCHEME
 RED FLAGS
 FRAUD RISK ASSESMENT
 FRAUD PREVENTION
 KESIMPULAN
 Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga
Nasional (P3SON) di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, menuai
kontroversial. Berawal saat Direktorat Jenderal Olahraga
Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) RI hendak
membangun Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat
Nasional (National Training Camp Sport Center).

 Tujuan proyek hambalang : meningkatkan prestasi olahraga di


Indonesia dengan cara membangun berbagai sarana dan
prasarana untuk membina atlet-atlet elit maupun komunitas
sekolah olahraga ditingkat nasional.
 Pada Tahun 2004 dibentuklah tim verifikasi yang bertugas
mencari lahan yang representatif untuk menggolkan rencana
tersebut. Tim verifikasi mensurvei 5 (lima) lokasi yang dinilai
layak untuk membangun pusat olahraga itu. Yakni di Karawang,
Hambalang, Cariu, Cibinong, dan Cikarang. Tim akhirnya
memberikan penilaian tertinggi pada lokasi tanah seluas 312.448
m2 di Desa Hambalang, Citeureup, Bogor.

 Menindaklanjuti pemilihan Hambalang, Dirjen Olahraga


Depdiknas langsung mengajukan permohonan penetapan lokasi
Diklat Olahraga Pelajar Nasional kepada Bupati Bogor. Bupati
Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan Bupati Bogor
nomor 591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19Juli 2004.
 Namun, ternyata lokasi Hambalang itu masuk zona
kerentanan gerakan tanah menengah tinggi sesuai dengan
peta rawan bencana yang diterbitkan PusatVulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM.
Sesuai dengan sifat batuannya, PVMBG menyarankan untuk
tidak mendirikan bangunan di lokasi tersebut karena
memiliki risiko bawaan yang tinggi bagi terjadinya bencana
alam berupa gerakan tanah. Sejak itulah area tanah tersebut
diakui sebagai aset Ditjen Olahraga Depdiknas RI.
 Pada tanggal 18 Oktober 2005, aset tanah tersebut
diserahterimakan kepada organisasi baru yaitu
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)
setelah Ditjen Olahraga berubah menjadi Kemenpora.
 Diawali pembangunan fisik dimulai pada tahun 2006.
Lanjutan pembangunan P3SON mulai dilaksanakan tahun
2010.
 Perubahan master plan membuat anggaran proyek
membengkak dari Rp 125 miliar menjadi Rp 1,175 triliun.
Tahun 2012 anggaran sudah membengkak menjadi Rp 2,5
triliun.
 Proyek dikerjakan dengan kerja sama operasional (KSO) PT
Adhi Karya Tbk. dan PT Wijaya Karya Tbk. Konsultan
perencanaan proyek dilakukan oleh PT Yodya Karya
(Persero).
 Bangunan proyek amblas di tiga titik, yakni fondasi untuk
bangunan lapangan bulutangkis, bangunan gardu listrik,
dan jalan nomor 13, kerugian yang mencapai Rp 14 miliar.
 Forum Indonesia Untuk Transparancy (Fitra), Ucok
Sky Khadafi mengatakan pihaknya telah memiliki data
kerugian bangunan proyek yang rubuh. Nilai kerugian
mencapai Rp 753 miliar dari total nilai proyek
senilai Rp 1,2 triliun.

 Nazaruddin dalam kompas.com mengatakan bahwa


ada aliran dana dari proyek Hambalang ke Anas.
Dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung, Anas
membagi-bagikan hampir 7 juta dollar AS kepada
sejumlah dewan pimpinan cabang.
 Uang tersebut berasal dari Adhi Karya selaku pelaksana proyek
Hambalang. Anas membantu penyelesaian sertifikat lahan
Hambalang yang sejak lama bermasalah. Berkat jasa Anas
melobi Badan Pertanahan Nasional, sertifikat lahan selesai diurus.
 Peningkatan skala proyek Hambalang dibuat tergesa-gesa
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) 2010. Pada mulanya, anggaran proyek yg telah disetujui
DPR sebesar Rp 125 miliar di masa Adhyaksa Dault sebagai
Menpora. Namun, anggaran tidak bisa dicairkan karena
terkendala masalah kepemilikan lahan.
 Sebagian anggota Komisi Olahraga DPR mengaku tak
mengetahui peningkatan skala proyek Hambalang. Namun,
menurut Andi Mallarangeng membengkaknya dana sudah
disetujui oleh DPR.
 Lahan Hambalang yang labil dipaksakan menopang proyek
besar. Berdasarkan hasil audit BPK tahun 2009, seharusnya
pembangunan dilakukan di Sentul, tetapi pembangunan tersebut
dipindahkan ke Hambalang.

 Nilai aset tetap tanah Kemenpora per 31 Desember 2009


sebesar Rp 9.238.075.100 yang berlokasi di Sentul, Bogor
dengan luas 300.000 m2, berupa tanah kosong yang belum
digunakan dan direncanakan akan dibangun gedung pusat
pendidikan dan pelatihan olahraga tingkat nasional mulai tahun
2010.

 Nilai proyek yang mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun seharusnya


disubkontrakkan kepada perusahaan yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus
 Adhi Karya mensubkontrakkan sebagian pekerjaan ke
Dutasari untuk pekerjaan yang bukan keahlian Dutasari
sehingga Dutasari mensubkannya lagi ke PT Bestindo
Aquatek Sejahtera.

 PPATK telah menyerahkan 10 Laporan Hasil Analisis (LHA)


proyek Hambalang dan mencatat terdapat transaksi
mencurigakan yang terjadi dalam proyek tersebut.

 Data tentang PT Dutasari Citalaras sulit ditemukan.


Beberapa rekanan subkontraktor tingkat nasional pun tidak
memiliki database PT. Dutasari Citalaras. PT. Dutasari
Citalaras pun tidak memiliki website perusahaan di internet.
Andi Alfian Malarangeng
 Sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) periode 2010 – 2015,
pada Kabinet Indonesia Bersatu.
Wafid Muharram
 Sebagai Sekretraris Menpora, saat Andi Alfian Malarangeng Menjadi
Menpora.
Dedy Kusdinar
 Sebagai Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda
dan Olahraga (Kemenpora) saat A.A. Malarangeng menjadi Menpora.
Lisa Lukitawati
 Sebagai Direktur PT. Rifa Medika

Andi Zulkarnaen Malarangeng


 Sebagai Direktur PT. Fox Indonesia

Anas Urbaningrum
 Selaku Ketua Umum DPP Partai Demokrat periode 2009-2014.

M. Nazaruddin
 Selaku Bendahara DPP Partai Demokrat periode 2009 – 2014.
PT. Metapora Solusi Global (MSG)
 Selaku pemenang tender bergerak dibidang arsitektur dan
memenangkan konsep masterplan dari proyek Hambalang.
Mahyuddin NS
 Selaku Ketua Komisi X DPR RI periode 2003-2008, dari Fraksi Golkar

Angelina Sondakh
 Selaku Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan 2009-2014, sebagai
anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dari Fraksi Demokrat
Mirwan Amir
 Selaku Anggota DPR untuk periode 2009-2014 sebagai anggota Badan
Anggaran ( Banggar) DPR RI, dari Fraksi Demokrat.
Wayan Koster
 Selaku Anggota DPR untuk periode 2009-2014 sebagai anggota Badan
Anggaran ( Banggar) DPR RI, dari Fraksi PDIP.
PT. Adhi Karya
 Pihak konstruksi BUMN untuk proyek Hambalang dengan pihak yang terkait :
Teuku Bagus Mukhamad Noor : Sebagai Kepala Divisi Konstruksi Jakarta I)
M Arief Taufiqurahman : Sebagai Manajer Pemasaran sekaligus Fasilitator dari Teuku
Bagus Mokhamad Noor.
Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor dan M Arief
Taufiqurahman.
Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)

PT. Wijaya Karya


 BUMN yang bergerak dibidang konstruksi yang bekerja sama (KSO) dengan PT
Adhi Karya.

Mohammad Fakhruddin
 Selaku Staff khusus Menpora AA Malarangeng.

Mahfud Suroso
 Selaku Direktur PT Dutasari Citra Laras.

PT. Permai Grup


 Perusahaan Milik M. Nazaruddin (Bendahara Partai Demokrat)
PT Global Daya Manunggal (GDM)
 Perusahaan subkontraktor untuk pekerjaan struktur, arsitektur asrama
junior putra-putri dan Gedung Olah Raga (GOR) Serbaguna
PT Duta Graha Indah (DGI)
 Perusahaan milik Nazaruddin yang bergerak dibidang konstruksi.

Ketut Darmawan
 Direktur Operasi PT Pembangunan Perumahan, kontraktor proyek
Hambalang
Muchayat
 Wakil Presiden Komisaris Utama Bank Mandiri yang pernah menjabat
sebagai Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Ignatius Mulyono
 Selaku Anggota Komisi II DPR RI Periode 2009 – 2014 dari Fraksi
Demokrat.
 Para pelaku korupsi terorganisasi dan terstruktur atas proyek
Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga
Nasional (P3SON) di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat
diajukan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang ditangani
oleh KPK, dengan menghasilkan keputusan pengadilan sebagai
berikut :
 Andi Alfian Mallarangeng, Di vonis hukuman 4 Tahun denda 200
juta, subsider 2 Bulan
 Anas Urbaningrum, divonis hukuman 14Tahun Penjara, Denda 14
Milyar dan Hak Dipilih Dicabut.
 M. Nazarudin, divonis hukuman 6 Tahun Penjara Denda 1 Milyar
 Angelina Sondakh, divonis hukuman 12 Tahun, PK Dikabulkan
menjadi 10 Tahun Penjara, Denda 500 Juta, subsider 6 Bulan
 Andi Zulkarnaen Mallarangeng divonis hukuman 3,5 Tahun
Penjara
 Dst..
 Tekanan atau Dorongan (Pressure)
Anas Urbaningrum yang mengikuti pemilihan ketua partai Demokrat
membutuhkan dana yang cukup banyak untuk mengikuti pemilihan
tersebut. Selain itu, Anas juga memiliki keinginan untuk mendapat posisi
yang bergengsi sebagai anggota DPR.
 Kesempatan (Opportunity)
Andi dengan sengaja telah menyalahgunakan kewenangannya sebagai
Menpora dalam pengurusan proyek Hambalang dimana Andi adalah
pengguna anggaran sekaligus pemegang otoritas kekuasaan
pengelolaan keuangan negara di Kemenpora serta memiliki kewajiban
untuk melakukan pengawasan pelaksanaan anggaran.
 Rasionalisasi (Rationalization)
Adanya pembenaran bahwa tindakan yang dilakukan oleh Anas
Urbaningrum benar dan tidak akan diketahui dan yang dibantu oleh
beberapa oknum di Partai Demokrat dan statusnya sebagai anggota
Menpora. Choel ikut terlibat dalam pengurusan proyek P3SON.
Kemudahan akses yg diberikan kepada Choel seperti adanya
keleluasaan bagi Choel untuk menggunakan ruang kerja Andi di lantai
10 gedung Kemenpora untuk melakukan pertemuan dengan pejabat
Kemenpora dan calon pemenang.
 Karakteristik Skema Fraud
 Fraudster
Skema korupsi dilakukan oleh banyak pihak, baik dari pihak eksekutif,
legislatif, dan pihak-pihak lain dari perusahaan yang bekerjasama dalam
proyek.

 Ukuran Kecurangan
Kerugian mencapai Rp 463,67 miliar atau sekitar $35 juta.

 Frekuensi Kecurangan
Dari 235 kasus korupsi, 34,8% di antaranya merupakan kasus penyuapan
dan 14,8% merupakan kasus penyalahgunaan anggaran.
 Motivasi
Personal pressure : Anas Urbaningrum menggunakan hasil korupsi untuk
memuluskan jalan dalam pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat.
Bisnis : tindakan pemberian tidak sah oleh pihak KSO-AW, yaitu Teuku Bagus
Mukhamad Noor (Kepala Divisi Konstruksi Jakarta I) dan M Arief Taufiqurahman
(Manajer Pemasaran & Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor).
 Materialitas
Material dikarenakan mencapai Rp 463,67 miliar atau sekitar $35 juta.
 Benefactor
Diklasifikasikan sebagai kecurangan orang dalam terhadap organisasi. Korupsi
juga dapat menguntungkan perusahaan dalam beberapa skema, seperti suap.
Kecurangan korupsi dilakukan oleh fraudster atas nama fraudster dan
perusahaan.
 Ukuran Perusahaan Korban
Ukuran korban pada kasus Hambalang termasuk besar karena kasus ini
merugikan negara dalam jumlah yang cukup besar, serta merugikan banyak
pihak lain
 Konflik Kepentingan
 Anas mempunyai kepentingan menjadi ketua umum fraksi
demokrat
 Membatasi persaingan dengan mengatur proses pra-
kualifikasi dan memberikan informasi penting dan rahasia.
 Penyuapan (Bribery)
 Izin tanah yang semula sulit diurus, dapat diselesaikan
dengan cepat.
 Pemberian Tidak Sah (Gratifikasi)
 Anas menerima gratifikasi berupa mobil Toyota Harrier dari
Nazaruddin.
 Ditetapkannya KSO Adhi-Wika sebagai pemenang proyek
Hambalang, Andi Mallarangeng menerima gratifikasi berupa
uang sebesar Rp 4 miliar dan $550.000.
 Pemerasan Ekonomi
 Anas meminta imbalan 18% kepada PT Adhi Karya dimana
PT Adhikarya telah diuntungkan sebagai pemenang tender.
 Red Flags Umum
 Anomali dalam menyetujui vendor;
 Hubungan antara karyawan kunci dan vendor resmi;
 Anomali dalam pencatatan transaksi;
 Kelemahan Pengecekan Ulang Persetujuan.

 Red Flags Khusus


 Pemisahan tugas yang lemah dalam menentukan kontrak dan menyetujui
faktur;
 Tidak terlaksananya fungsi kontrol yang baik terhadap staf, bawahan dan
fungsi pengawasan;
 Transaksi dalam jumlah besar dengan vendor;
 Penemuan hubungan antara karyawan dan pihak ketiga yang tidak
diketahui.
 Resiko Terjadinya Fraud
 Faktor Lingkungan Perusahaan/Organisasi
Berdasarkan Laporan Tahunan KPK 2004-2011, dari 235 kasus TPK yang di berbagai
instansi, 38,7% di antaranya terjadi di Kementrian dan 11,4% terjadi di DPR RI.
 Faktor Internal
 Gagal menciptakan budaya kejujuran
 Gagal mengartikulasikan dan mengkomunikasikan standar minimum kinerja dan
perilaku pribadi.
 Ambiguitas dalam pekerjaan, tugas, tanggung jawab, dan akuntabilitas.
 Kurangnya audit, inspeksi, dan tindak lanjut tepat waktu atau periodik untuk
memastikan kepatuhan terhadap tujuan, prioritas, kebijakan, prosedur entitas,
serta peraturan pemerintah.
 Faktor Kecurangan
Untuk kecurangan laporan keuangan, para eksekutif dari entitas adalah calon pelaku yang
paling mungkin melakukan kecurangan. Untuk penyalahgunaan aset, seorang karyawan
dalam posisi yg dipercaya berpotensi pula menjadi pelaku. Begitupun dengan korupsi yang
juga mencakup seseorang di luar entitas yang bekerja dengan seseorang di dalam.
 Lingkungan Pencegahan Fraud
 Struktur Tata Kelola Organisasi
Memperbaiki tata kelola organisasi dengan pemilihan anggota dewan yang aktif, berkualitas,
dan independen terutama komite audit. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan pemimpin
menggunakan sistem yang lebih ketat, seperti (kejujuran, tanggungjawab, dan sikap yang
baik) agar setelah menjabat tidak melakukan praktik-praktik melanggar hukum seperti korupsi
dan tindakan lainnya yang merugikan negara.
 Pola di Atas
Melakukan sinergi kelembagaan yang relevan dengan segala upaya penanganan korupsi
termasuk di dalamnya penguatan BPK sebagai satu-satunya institusi negara yang memiliki
tanggung jawab melakukan pemeriksaan keuangan negara.
 Kebijakan dan Prosedur
Diminimalisir adanya sistem kerja yang melibatkan orang orang yang memiliki hubungan
terkait agar tindak kerjasama atau persekongkolan dalam melakukan tindak korupsi tidak
terjadi. Sikap pemimpin harus mempunyai integritas yang tinggi untuk tidak terlibat dan
membudayakan tindakan anti fraud.
 Persepsi Deteksi
 Pengawasan (Surveillance)
Melaksanakan pengawasan lintas instansi yang terkoordinasi dengan
efektif.
 Petunjuk Anonim
Banyaknya kejanggalan dalam pembahasan dan pelaksanaan
anggaran serta gagalnya system management design, serta
konstruksi proyek.
 Metode Pencegahan Fraud
Audit Reguler
Kontrol Internal
 Prosedur otorisasi yang tepat
 Kontrol fisik atas aset dan catatan.
 Kasus korupsi proyek Hambalang merupakan salah satu kasus korupsi yang
melibatkan banyak pejabat negara dan pihak swasta dengan metode
penyalahgunaan wewenang, aturan, dan anggaran yg mengakibatkan kerugian bagi
negara dalam jumlah yang cukup besar.
 Motif terjadinya kasus ini umumnya adalah karena tekanan ekonomi dan politik yg
terjadi pada para pelaku (fraudster) dimana sebagian besar dari pelaku didakwa
dengan tuntutan memperkaya diri pribadi dengan cara yang ilegal.
 Kasus ini melibatkan beberapa petinggi di Kemenpora dan Partai Demokrat serta
beberapa perusahaan swasta dan BUMN.
 Kerugian yang dialami negara akibat kasus ini mencapai Rp 463,67 miliar atau
sekitar $35 juta.
 Bahwa pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi
amdal maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) terhadap
proyek pembangunan P3SON Hambalang sebagaimana yang diamanatkan UU
Lingkungan Hidup. Persyaratan adanya studi amdal terlebih dahulu sebelum
mengajukan izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab Bogor tidak pernah
dipenuhi oleh Kemenpora.
 Bahwa pihak-pihak terkait secara bersama-sama diduga telah melakukan rekayasa
pelelangan untuk memenangkan rekanan tertentu dalam proses pemilihan rekanan
pelaksana proyek pembangunan P3SON Hambalang.
 Metode pencegahan yang dapat diterapkan dalam kasus semacam ini adalah:
 Memperbaiki tata kelola organisasi dengan pemilihan anggota dewan.
 Melakukan sinergi kelembagaan yang relevan.
 Meminimalisir sistem kerja yang melibatkan orang-orang yang memiliki hubungan
terkait.
 Pengawasan lintas instansi.
 Audit reguler.
 Kontrol Internal.

Anda mungkin juga menyukai