Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Setelah perjanjian atau kontrak telah ditandatangani oleh para pihak berarti telah
terjalin hubungan hukum antar para pihak. Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh para
pihak yaitu pelaksanaan perjanjian atau kontrak, penafsiran terhadap perjanjian atau
kontrak, dan penyelesaian sengketa. Dalam hal pelaksanaan perjanjian atau konrak yang
perlu diperhatikan adalah pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Tujuannya supaya tidak menimbulkan kerugian dari salah satu pihak terhadap pihak
lainnya.
Di dalam praktik bisa saja terjadi keterlambatan pemenuhan kewajiban,
ketidakmampuan dalam memenuhi sebagian atau semua kewajiban yang diatur di dalam
perjanjian atau kontrak. Jika hal ini terjadi, sangat dianjurkan untuk segera memberitahu
kepada pihak lainnya. Dengan demikian, muncul itikad baik dari pihak yang tidak mampu
memenuhi kewajibannya. Hal ini akan sangat membantu bahkan bisa menjadi faktor
yang menguntungkan bagi dirinya saat timbul gugatan di pengadilan.
Apabila pada saat pelaksanaan perjanjian atau kontrak berlangsung ternyata
terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam perjanjian atau kontrak tersebut, maka
hal-hal yang belum cukup diatur tersebut dapat dimusyawarahkan oleh para pihak dan
setelah tercapai suatu mufakat atau kesepakatan, ketentuan-ketentuan tersebut harus
dituangkan dalam bentuk tertulis, sama seperti perjanjian atau kontrak yang telah dibuat.
Pengaturan ini umum disebut addendum atau amandemen.
Banyak pihak yang menganggap sama arti dari kata adendum dan amandemen.
Dari segi arti katanya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online Version), definisi
kata adendum dan amandemen memang terlihat mirip. Amandemen/amendemen berarti: 1.
Usul perubahan undang-undang yang dibicarakan di Dewan Perwakilan Rakyat dsb: hak -;
2. penambahan pada bagian yang sudah ada. Adendum : 1. Jilid tambahan (pada buku);
lampiran; 2. ketentuan atau pasal tambahan, misal dalam akta. Jadi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata amandemen dan adendum sama-sama mengandung arti
penambahan. Berdasarkan arti kata tersebut diatas, dapat dilihat bahwa kata amandemen
memiliki makna yang lebih luas dari adendum. Kata amandemen mengandung arti
merubah, sedangkan kata adendum (berasal dari bahasa inggris add) mengandung arti
penambahan. Addendum merupakan bagian dari amandemen, dimana jika terjadi
penambahan/pengurangan, maka terjadi perubahan.

II. Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, adapun permasalahan dari makalah ini adalah apa perbedaan
addendum dan amandemen?
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Addendum

Dilihat dari arti katanya, addendum artinya lampiran, tambahan. Addendum adalah istilah
dalam kontrak atau surat perjanjian yang berarti tambahan klausula atau pasal yang secara
fisik terpisah dari perjanjian pokoknya namun secara hukum melekat pada perjanjian pokok.
Dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian pokoknya. Meskipun jangka waktu
perjanjian tersebut belum berakhir, para pihak dapat menambahkan addendum sepanjang
disepakati oleh kedua belah pihak dan isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum. Misalnya, kebutuhan untuk
merinci lebih lanjut nilai belanja proyek pada sebuah perjanjian pembangunan jalan tol.
Pembuatan addendum semacam ini lebih praktis ketimbang membuat perjanjian baru yang
dapat memakan waktu dan biaya tambahan.

Meskipun dalam perjanjian pokoknya tidak dimasukan klausul mengenai addendum, hal tersebut
tidak menyebabkan para pihak tidak dapat membuat addendum di kemudian hari saat perjanjian
tersebut dilaksanakan. Para pihak, setiap waktu, masih dapat melakukan perubahan atau penambahan
isi perjanjian melalui addendum sepanjang para pihak menyepakatinya.

Secara fisik addendum terpisah dari perjanjian pokok, namun secara hukum suatu addendum
melekat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian utama. Berikut adalah contoh klausul
mengenai addendum dalam suatu perjanjian pokok:

Pasal 16
Addendum
Segala perubahan dan hal-hal lain yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dalam
perjanjian ini akan dimusyawarahkan lebih lanjut oleh para pihak dan hasilnya akan
dituangkan ke dalam suatu addendum yang ditandatangani oleh para pihak yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.
Contoh Addendum terpisah dari perjanjian pokok:

ADENDUM PERJANJIAN KERJASAMA

Pada hari ini Kamis tanggal 16 bulan Maret tahun 2017 telah dibuat dan diadakan Adendum
Perjanjian Kerjasama Pengangkutan limbah beracun ( B3 ) dan tidak beracun (non B3 ), atas
Perjanjian Kerjasama Nomor : 001/PKS/III/SA, tertanggal 16 Maret tahun 2016, bertempat di
Jakarta oleh dan antara :

1. PT AKU ABADI yang beralamat di Jalan Kancil Gang Buaya Metro Lampung, dalam hal
ini diwakili oleh Amir Purwaka, S.E. dalam jabatannya selaku Direktur bertindak untuk dan
atas nama perseroan, untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. PT. Segar Abadi yang beralamat di Jalan Sukses Jaya Selamanya Nomor 2 Jakarta Selatan,
dalam hal ini di wakili oleh Tumpak Siagian dalam jabatanya selaku Direktur bertindak untuk
dan atas nama perseroan untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat membuat dan mengadakan Adendum atas
Perjanjian Kerjasama Nomor : 001/PKS/III/SA, tertanggal 16 Maret tahun 2016 dengan
ketentuan dan syarat syarat sebagai berikut :

Pihak Pertama sepakat untuk melanjutkan kembali Perjanjian Kerjasama Pengangkutan


Limbah B3 dan Non B3 Nomor : 001/PKS/III/SA, tertanggal 16 Maret tahun 2016
dengan Pihak Kedua, dimana Perjanjian dimaksud oleh Pihak Pertama kepada Pihak
Kedua pada tanggal 16 bulan Februari tahun 2017 sempat dilakukan pemutusan.
Bahwa atas maksud dan tujuan Pihak Pertama sebagaimana disebutkan pada point 1
(satu) diatas, Pihak Kedua menerima dan menyetujuinya.
Dst.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Namun bila didalam sebuah kontrak/perjanjian tidak memuat atau mencantumkan klausula
mengenai Addendum, bukan berarti Addendum tidak dapat dilakukan sepanjang ada
kesepakatan dari Para Pihak didalam kontrak/perjanjian dengan mengacu pada ketentuan
Pasal 1320 KUHPerdata. Dan meskipun jangka waktu perjanjian tersebut belum berakhir,
para pihak dapat menambahkan addendum sepanjang disepakati oleh kedua belah pihak.

Dalam perkembangannya, istilah yang umum digunakan dalam kontrak konstruksi di


Indonesia adalah adendum, seperti yang disebutkan dalam Permen PU No: 07/ PRT/M/2011
Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi, Pasal
34 ayat (1). Dalam setiap proyek konstruksi sering kali terjadi perubahan atau yang biasa
disebut dengan change order. Change order tersebut bisa terjadi sejak awal, pertengahan
maupun pada akhir pekerjaan konstruksi. Menurut Fisk (2006) change order merupakan surat
kesepakatan antara pemilik proyek dan kontraktor untuk menegaskan adanya revisi-revisi
rencana, dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan
konstruksi, setelah penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan kontraktor. Pendapat
lain, yaitu menurut Schaufelbeger & Holm (2002), change order bisa didefinisikan sebagai
modifikasi dari original contract. Pengertian Change Order menurut Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departemen Pekerjaan Umum (1999) adalah pekerjaan tambah kurang untuk
menyesuaikan volume lapangan atau perubahan skedul tanpa merubah pasal-pasal kontrak.

Berdasarkan pengertian tersebut, change order dapat didefinisikan sebagai suatu


kesepakatan antara pemilik proyek dan kontraktor untuk merevisi pekerjaan (baik volume
maupun skedul) sesuai dengan kondisi lapangan. Lebih lanjut, Untung Slamet menyatakan
bahwa Adendum dan Amandemen Kontrak merupakan produk lanjutan dari CCO (Contract
Change Order). Jika terjadi CCO berarti akan terjadi Adendum atau Amandemen Kontrak,
sedangkan jika terjadi Adendum atau Amandemen Kontrak belum tentu telah terjadi CCO.
Hal ini dikarenakan Adendum atau Amandemen bisa hanya merubah atau menambah isi atau
pasal yang terdapat dalam kontrak tanpa merubah ruang lingkup pekerjaan, sehingga
Adendum atau Amandemen tidak selalu diikuti dengan CCO.

Perubahan kontrak dapat dilakukan dengan Adendum Kontrak. Artinya segala sesuatu
perubahan pada kontrak dilakukan melalui Adendum Kontrak. Jenis Adendum Kontrak
dibagi menjadi 4 (empat) jenis perlakuan, yaitu:

a. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap

b. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah

c. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap, target/sasaran berubah

d. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah, target/sasaran berubah

Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan atau sering disebut


Adendum Waktu
Adendum akibat penyesuaian harga/eskalasi atau sering disebut sebagaiAdendum
Penyesuaian Harga/Eskalasi atau sering disebut Adendum Harga/Nilai Kontrak.
Basanya adendum jenis ini untuk kontrak tahun jamak (multi year contract) atau
terdapat kenaikan harga bahan bakar minyak
Dikarenakan perbedaan bentuk fisik dari Addendum, maka dari sisi kepraktisannya,
Addendum lebih banyak digunakan dalam pengubahan/penambahan klausul didalam
kontrak/perjanjian dibandingkan membuat kontrak/perjanjian baru yang jelas memakan
waktu dan biaya.

II. Pengertian Amandemen

Pengertian Amandemen adalah perubahan resmi dokumen resmi atau catatan tertentu,
terutama untuk memperbagusnya. Perubahan ini dapat berupa penambahan atau juga
penghapusan catatan yang salah, tidak sesuai lagi. Kata ini umumnya digunakan untuk
merujuk kepada perubahan pada konstitusi sebuah negara (amandemen konstitusional).
Konstitusional merupakan prinsip-prinsip dasar politik serta hukum yang mencakup struktur,
prosedur serta kewenangan/hak serta kewajiban. Karena itu, konstitusional sangat
berhubungan erat dengan amandemen karena bertujuan untuk memperbaiki suatu
catatan/dokumen penting suatu negara yang mencangkup bentuk, struktur, prosedur, agar
lebih baik dari sebelumnya.

Karena amandemen tujuannya memperbaiki dan atau menyempurnakan, maka


amandemen lebih banyak digunakan dalam memperbaiki dan atau menyempurnakan
dokumen negara yang mencakup bentuk, struktur, prosedur, agar lebih baik dari sebelumnya.

Sedangkan contoh bentuk Amandemen yang paling mudah kita temui adalah Amandemen
UUD 1945 yang penambahan pasal dan pengubahannya tidak terpisah secara fisik dengan
UUD 1945 itu sendiri.

Dengan demikian, keduanya sama-sama merupakan perjanjian dan tunduk pada asas
kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata ("KUHPer"). Jadi, dalam membuat kontrak/perjanjian, para pihak bebas
menentukan isi kontrak sepanjang isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-
undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPer). Termasuk
dalam menentukan bentuk yang digunakan, para pihak dapat menyepakatinya.
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Adendum dan Amandemen dalam istilah kontrak adalah dua buah kata yang
berpadanan. Kedua kata berarti adanya sebuah perubahan atau penambahan. Namun,
Adendum biasanya digunakan dalam istilah perubahan pada suatu perikatan atau
perjanjian atau kontrak, sedangkan Amandemen biasanya digunakan untuk perubahan
suatu undang-undang atau dasar hukum tertulis.
Dengan demikian, dapat dikatakan adendum dan amandemen secara substantif
tidak berbeda, hanya pemakaian kedua kata tersebut lebih lazim digunakan di salah
satu topik, yaitu adendum pada suatu perikatan perjanjian atau kontrak, sedangkan
amandemen pada domain undang-undang atau dasar hukum tertulis.

II. Saran

Dalam membuat kontrak/perjanjian, para pihak bebas menentukan isi kontrak sepanjang
isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, maupun dengan
ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPer).
Daftar Pustaka

Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian, PT.Citra Aditya. Bakti, Bandung

Anda mungkin juga menyukai