Buku ajar mata kuliah Dokumen dan Perizinan Angkutan Barang ini merupakan
salah satu mata kuliah pembelajaran pada Jurusan DIII Manjemen Logistik
Politeknik Transportasi Darat. Mata Kuliah ini ditujukan bagi civitas akademik
Politeknik Transportasi Darat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman peserta dalam mempelajari tentang logistik khususnya dalam hal
administrasinya.
Diharapkan buku ajar ini mampu memenuhi kebutuhan pengampu dan peserta
didik terutama dalam proses belajar untuk memperkaya pengetahuannya terkait
logistik. Meskipun demikian, sebagaimana peribahasa, tak ada gading yang tak
retak, maka penulis menyampaikan harapan adanya masukan dari berbagai pihak
untuk penyempurnaan modul ini. Akhir kata, selamat belajar, semoga bermanfaat.
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Syarat Dokumen Pada Sarana Transportasi Umum dan Khusus ............. 17
Tabel 2 Penanganan Kendaraan Barang Lintas Batas Negara di Terminal Barang
Umum (Ekspor)..................................................................................................... 68
Tabel 3 Penanganan Kendaraan barang Lintas Negara di Terminal Barang Umum
(Impor) .................................................................................................................. 68
Tabel 4 Penanganan Muat Barang Lintas Negara di Terminal Barang Umum
(Pengambilan Impor) ............................................................................................ 68
iv
BAB 1
DOKUMEN ANGKUTAN BARANG
1.1 Jenis Dokumen
Beberapa dokumen dalam penyelenggaraan angkutan barang, berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan No 60 Tahun 2019 menyebutkan beberapa
kebutuhan dokumen yang diwajibkan dalam menyelenggarakan angkutan barang
bagi kendaraan bermotor umum. Beberapa dokumen tersebut meliputi :
1. Surat Muatan Barang
2. Surat Perjanjian Pengangkutan Barang
1
7. Dokumen Angkutan Barang (DAB) yang digunakan operator angkutan dan
forwarder yang mengatur tanggung jawab dan kewajiban para pihak dalam
kontrak pengangkutan barang melalui jalan raya, kereta api, laut, udara.
8. Dokumen FIATA Multimodal Bill of Lading (FBL) berbentuk cetak
maupun elektronik sebagai bukti kontrak pengangkutan barang yang dalam
pengirimannya menggunakan dua atau lebih moda transportasi dan
melampaui batas negara yang diterbitkan oleh anggota Federasi Asosiasi
Forwarder Internasional (FIATA) yang ditujukan kepada eksportir, importir
dan angkutan multimoda di negara tujuan.
2
konsumen dibuat sederhana dan mudah dipahami. Tujuan utama peraturan ini
adalah menghindari kesalahpahaman akibat kesalahan penafsiran dalam kontrak
dagang.
b) Purchase Order
3
melintasi perbatasan antarnegara. Commercial invoice digunakan saat sudah ada
transaksi jual beli. Dokumen ini merupakan bagian dari transaksi komersial yang
dilakukan oleh penjual dan pembeli. Pihak pabean akan menerima commercial
invoice sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Invoice ini akan dilengkapi dengan
nama perusahaan pelayaran, alamat lengkap, nomor telepon, dan ditandatangani
oleh pengirim atau agennya. Deskripsi barang yang akurat dan lengkap diperlukan
untuk penelitian yang akan dilakukan oleh bea dan cukai.
Apabila penerima barang bukan importir sendiri, atau dalam hal ini adalah
notify party atau orang atau pihak ketiga yang ditunjuk untuk menerima dan
mengurus pengeluaran barang, maka harus dituliskan di dalam invoice. Asli dari
dokumen ini digunakan untuk lampiran dari dokumen yang diserahkan kepada
importir dan satu salinan dilampirkan pada dokumen pengapalan, apabila diminta.
e) Packing List
Dokumen ini merupakan suatu daftar kemasan yang menyertai dan harus
ada setalah commercial invoice. Di dalam packing list yang merupakan suatu
pernyataan tentang isi dari peti kemas, seperti jumalh barang, jenis barang,
ukuran, masing-masing kemasan diberikan nomor atau inisial untuk
mempermudahkan pengenalan pemesanan barang. Dalam satu peti kemas terdapat
beberapa shippers dan beberapa consignee, dan ditandatangani oleh pengirim
barang atau manufakturer.
f) Certificate of Analysis
4
tertentu seperti certificate of quarantine, sertificate of surveyor, dan lainnya, harus
dapat dilampirkan untuk kelengkapan dokumen.
Seperti halnya departemen perdagangan mewajibkan importir untuk
melengkapi sertifikasi atas barang-barang yang diimpornya, dari negara-negara
dan atas barang-barang tertentu.
a) Collection Draft
Collection draft atau yang biasa disebut wesel inkaso berarti pembayaran
baru dilakukan setelah wesel tersebut diaksep (ditandatangani di belakang wesel).
Selama belum diaksep, eksportir masih berhak atas barang-barang yang akan
diterimakan kepada importir. Hal ini dilakukan oleh eksportir yang belum
mengenal atau memahami pembeli barang-barangnya atau dapat juga terjadi kalua
importasinya dilakukan oleh indentor. Cara pembayaran dengan collection draft
ini disebut sebagai document against payment, yang dapat diartikan dokumen-
dokumen baru diserahkan apabila pembayaran sudah dilaksanakan sesuai dengan
perjanjian. Hal ini juga dapat disebut sebagai documents of acceptance, yaitu
dokumen yang diserahkan apabila impotir sudah mengakseptasi wesel.
b) Consignment atau konsinyasi
5
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan system transaksi pembayaran
dalam perdagangan internasional, seperti UCP-ICC (Uniform Customs and
Practice for Documentary Credits). UCP adalah kodifikasi kebiasaan yang sudah
diidentifikasikan seragam dalam penanganan Letter of Credit, yaitu keseragaman
transaksi kredit secara internasional dengan maksud meminimalkan perbedaan
penafsiran diantara para pihak yang mengikatkan diri pada UCUP dan dapat
dijadikan penyelesaian konflik atau sengketa. Kredit merupakan transaksi terpisah
dari underlying contracts dan harus dinyatakan dengan bank mana yang kreditnya
tersedia atau tersedia untuk setiap waktu (by sight payment atau by deffered
payment atau by negotiation atau by acceptance). Tanggal jatuh tempo
penyerahan dokumen harus dinyatakan secara tegas dalam kredit dan presentasi
harus dilakukan pada atau sebelum jatuh tempo.
Dokumen kredit berbentuk letter of credit tunduk kepada peraturan dari
International Chamber of Commerce, yang menerbitkan peraturan yang mengatur
mengenai cara pembayaran dalam perdagangan internasional. Mulai tanggal 1 Juli
2007, Uniform Custom Practices for Documentary Credit atau UCP-600 yang
merupakan kodifikasi kebiasaan yang sudah diidentifikasikan seragam berupa
seperangkat ketentuan yang berlaku terhadap setiap kredit berdokumen
(documentary credit)-termasuk didalamnya adalah perluasan UCP-600 dapat
diberlakukan. UCP-600 mengikat semua pihak kecuali dengan tegas
dimodifikasikan atau tidak diberlakukan dalam kredit. UCP diperlukan mengingat
bahwa hukum dan aturan mengenai L/C berbeda. Padahal kredit merupakan
instrument perdagangan internasional yang lazim diterapkan. UCP meskipun
bukan undang-undang, tetapi dapat menjadi sumber hukum bagi para pihak yang
mengikatkan diri pada UCP dan dapat dijadikandasara penyelesaian sengketa.
6
maupun perhitunganjumlah pajak atas lalu lintas barang yang harus dibayar.
Dokumen pengangkutan tersebut antara lain adalah:
a) Manifest
Sumber : https://www.scribd.com/document/397404943/Form-Cargo-Manifest
B/I dan AWB merupakan suatu dokumen kontrak antara pengangkut dan
pengirim barang, terdiri atas 3 (tiga) original dan lainnya merupakan copy,
memuat nama pengirim (shipper), penerima (consignee), notify party (orang atau
badan hukum yang diberikan kuasa untuk menerima, mengurus, dan membayar
kepengurusan barang yang diimpor), nama sarana pengangkut, Pelabuhan muat
7
dan tujuan, jumlah barang/container dan berat barang. Dokumen transportasi ini
sebenarnya merupakan perjanjian tertulis, tentang penyerahan barang dari
pengirim kepad sarana pengangkut dengan tujuan untuk diangkut ke pelabuhan
tujuan dan memuat mengenai:
1) Nama pengirim barang dan penerima barang atau notify, yaitu orang atau badan
hukum yang diberi kuasa oleh penerima barang dan untuk kepentingannya
menerima dan mengurus barang yang dikirimkan oleh eksportir atau supplier.
Nama ini dinotifikasikan oleh perusahaan pengangkutan pada saat barang tiba
dipelabuhan.
2) Nama pengangkut (carrier), selain untuk kepentingan pemenuhan procedural
kepabeanan, juga asuransi dan pembayaran/perbankan (pelabuhan muat harus
sesuai dengan yang ditulis dalam L/C)
3) B/L ditandatangani oleh carrier, master atau agen yang ditunjuk oleh perusahaan
sarana pengangkut. Dalam hal ini ditandatangani oleh agen, secara khusus harus
dinyatakan penandatanganan atas nama carrier atau master.
4) Tanggal pemuatan barang (selesai dimuat) dan tanggal penerbitannya harus sama
dengan barang selesai dimuat (date of shipment)
5) B/L boleh mengindikasikan bahwa barangakan atau mungkin dilakukan
transhipment sepanjang pelayaran dilindungi dengan satu B/L, jika barang
dikapalkan dengan peti kemas, trailer atau LASH barge. B/L yang diterbitkan
oleh perusahaan sarana pengangkut diindikasikan tunduk pada satu charter party,
ditandatangani oleh master, pemilik sarana pengangkut, orang yang mencarter
atau agen yang ditunjuk (secara khusus dinyatakan atas nama master, pemilik
atau orang yang mencarter). Nama pelabuhan bongkar menunjuk sebagai
rangkaian pelabuhan atau wilayah geografis sebagaimana dinyatakan dalam L/C.
Selain itu dokumen ini juga memuat mengenai apakah biaya pengangkut
sudah dibayar di pelabuhan muat (freight prepaid) atau belum dibayar, sehingga
harus dibayar di pelabuhan bongkar (freight collect). Perlu diperhatikan oleh
importir adalah persyaratan atau perjanjian yang diterapkan dalam B/L atau AWB
dan keabsahan dokumen dengan penandatangan oleh pegawai perusahaan sarana
pengangkut di bawah kolom tempat dan tanggal diterbitkannya. Selain itu,
diperhatikan juga adalah mengenai kondisi barang, ukuran berat, mark, jumlah,
8
kualitas, isi, dan harga harus sesuai dengan commercial invoice. Terakhir,
keabsahan B/L dapat dibuktikan dengan tanda tangan pengangkut.
Airway bill merupakan Surat Muatan Udara (SMU) yang disediakan oleh
perusahaan jasa ekspedisi kargo untuk mengirimkan barang via udara, atau
pesawat. Airway bill digunakan khusus untuk penerbangan internasional
sedangkan SMU khusus untuk penerbangan domestik. Data-data dalam dokumen
ini meliputi indentitas pengirim, identitas penerima, jumlah dan berat barang,
tanggal transaksi, nomor resi, berat barang, tarif per kg, yang dibubuhi tanda
tangan pengirim, tanda tangan penerima, dan tanda tangan admin pengirim atau
pihak penyedia layanan pengiriman, pernyataan bahwa pengangkutan kargo ini
tunduk pada ketentuan dalam undang-undang.
Kadangkala Airway bill difungsikan sebagai resi pengiriman. Dalam UU
No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan disebutkan secara rinci mengenai airway
bill. Di pasal 1 ayat 28 disebutkan bahwa SMU sebagai dokumen berbentuk cetak
melalui proses elektronik atau bentuk lainnya yang merupakan salah satu bukti
adanya perjanjian pengangkutan udara antara pengirim kargo dan pengangkut, dan
hak penerima kargo untuk mengambil kargo.
Biasanya yang mengeluarkan airway bill adalah pengirim kargo atau
penyedia jasa pengiriman barang sebagai tanda terima barang dari pengirim
kepada penyedia jasa pengiriman. Airway bill ini wajib dibuat sekurang-
kurangnya rangkap 3, dengan lembar asli diserahkan pada saat pengangkut
menerima barang untuk diangkut. Jika SMU tidak diisi dengan keterangan
lengkap atau tidak diserahkan kepada pengangkut, maka pengangkut tidak berhak
menggunakan ketentuan dalam undang-undang untuk membatasi tanggung
jawabnya. Selain itu, pengangkut juga wajib menandatangani SMU sebelum
barang dimuat ke dalam pesawat udara.
Dalam SMU terdapat 11 digit angka yang digunakan untuk melakukan
pemesanan, cek status pengiriman, dan posisi pengiraiman. Fungsi dari airway
bill adalah :
1. Sebagai kontrak pengiriman, yang mana dituliskan secara jelas mengenai
ketentuan kontrak sebagai dokumen pengiriman.
9
2. Sebagai bukti penerimaan barang jikalau barang yang dikirim sesuai dengan
instruksi pengiriman dan diterima dengan baik oleh konsumen.
3. Sebagai faktur pajak, karena di dalamnya menunjukkan berapa biaya yang harus
dibayarkan oleh si penerima.
4. Sebagai sertifikat asuransi, yang mana menjadi bukti jika operator pengirim
dalam posisi untuk memastikan pengiriman barang yang diminta oleh pengirim.
5. Sebagai custom declaration, yang mana SMU menjadi bukti jumlah pengiriman
yang ditagih untuk barang bawaan.
Sumber : http://jasacustomstjpriok.blogspot.com/2017/12/pengertian-airway-bill-awb-sebagai.html
10
Gambar 3 Contoh Dokumen Surat Muatan Udara (SMU)
Sumber : http://arvinnabil24.blogspot.com/2019/03/
11
tersebut. D/O dapat diterimakan dengan menunjukkan atau menyerahkan bill of
ladding. Peraturan yang mengatur mengenai D/O secara internasional adalah UCC
atau Uniform Comercial Code. Yang perlu menjadi perhatian oleh importir atas
D/O, yaitu tanggal dan masa berlakunya. Hal ini menunjukkan bahwa jika waktu
pengurusan barang melewati masa berlaku yang telah ditentukan, akan dikenakan
sewa gudang ditambah dengan denda yang dihitung harian.
Sumber : https://www.paper.id/blog/tips-dan-nasihat-umkm/template-surat-jalan/
d) Cargo Policy
12
Gambar 5 Contoh Dokumen Cargo Policy dari B/L
Sumber : https://www.akademiasuransi.org/2015/05/bill-of-lading.html
13
diharuskan oleh departemen tersebut. Selain itu izin untuk importasi barang-
barang bekas, meskipun pada prinsipnya dilarang, namun jika departemen
perdagangan menganggap dalam batas-batas tertentu dibutuhkan, masih diizinkan
untuk diimpor. Izin-izin, seperti untuk impor hewan tau tanaman, masing-masing
harus mendapatkan izin departemen pertanian.
b) Surat Keterangan Asal (SKA)
14
Gambar 6 Contoh Dokumen Surat Keterangan Asli (SKA)
Sumber : https://misterexportir.com/pengertian-coo-dan-kegunaannya/
15
tarif dan nomor referensi form D yang ditransfer ke dalam system EDI, petugas
pabean akan mengenakan tarif umum sesuai denganBTBMI.
• Model atau form E, merupakan surat keterangan asla barang dari Cina yang
dalam rangka kerja sama dengan negara-negara ASEAN atas barang-barang
tertentu diterapkan prefernsi tarif. Barang-barang impor yang berasal dari Cina
dan menggunakan fasilitas ini, wajib melampirkan dalam PIB saat proses
pengeluaran barang di pelabuhan bongkar.
• Model/form AK-FTA, merupakan dokumen yang harus melengkapi pengajuan
PIB saat barang-barang impor dari Republik Korea akan dimasukkan ke dalam
daerah pabean.
• Model IJ-EPA, dalam rangka persetujuan ekonomi Indonesia-Jepang
Dalam model atau form di atas, dicantumkan nama instansi yang menerbitkan,
nama penerima/consignee, tanggal keberangkatan sarana pengangkut, pelabuhan
muat, pelabuhan tujuan, nama sarana pengangkut, nomor voyage, jumlah
kemasan, deskripsi barang, dan sebagainya dan dibubuhi tandatangan yang
berwenang menerbitkan.
c) Incoterm
Incoterm adalah kependekan dari International Commercial Terminology yang
diciptakan oleh ICC dan digunakan dalam dunia perdagangan internasional merupakan
rangkaian peristilahan mengenai penjualan dan penyerahan barang. Dalam incoterm
diatur mengenai biaya transaksi dan tanggung jawab masing-masing pihak (penjual dan
pembeli). Demikian juga mengenai praktik-praktik transportasi yang didasarkan atas
aturan-aturan United Nation Convention on Contracs for the Internationla Sale of Goods.
Terminologi ini digunakan sebagai sarana bagi paar pedagang untuk secara bebas
melakukan negosiasi mengenai kondisi dalam kontrak yang dibuat smeliputi harga,
kuantitas, jenis, dan karakteristik barang. Setiap kontrak dalam perdagangan internasional
akan menunjuk incoterm dan menentukan cara dan waktu pembayaran oleh pihak-pihak
yang mengikatkan diri dalam transaksi jual beli, transportasi dan risiko kerugian dan
lainnya.
Incoterm dibuat atau ditambah setiap 5 (lima) tahun sekali, dengan mengingat
bahwa perdagangan internasional perkembangannya sangat pesat seiring dengan
teknologi informasi. Terakhir incoterm diperbarui pada tahun 2005, bagi pabean
terminology ini akan berpengaruh atas dasar perhitungan nilai pabean barang yang
16
diimpor dan diekspor. Syarat penyerahan barang digolongkan sesuai dengan sarana
transportasi pengangkutan barang:
Kelompok E EXW
Kelompok F FCA
Sumber : https://w3cargo.com/international-commercial-terms/
17
didekat sarana pengangkut, biaya ditanggung oleh pemasok dan diharuskan
menyebut nama pelabuhan pemuatan.
Free on Board (FOB) barang hingga selesai dimuat di atas sarana pengangkut
menjadi tanggung jawab eksportir, untuk ini harus disebutkan nama pelabuhan
muat barang.
3) Kelompok C – Biaya Pengangkutan Dibayar
Cost and Freight (CFR) dimaksudkan bahwa biaya-biaya yang timbul untuk
penyampaian barang hingga pengangkutan telah dibayar dan nama pelabuhan
tujuan dicantumkan.
Cost Insurance and Freight (CIF) selain biaya-biaya (termasuk pengangkutan),
risiko atas barang yang ditutup dengan asuransi dan nama pelabuhan tujuan harus
disebutkan.
Carriage Paid To (CPT), klausula ini mengharuskan nama yang disebutkan
untuk membayar biaya angkutan akan dibebeni pembayarannya. Nama pelabuhan
tujuan harus jelas dituliskan.
Carriage and Insurance Paid To (CIP), biaya pengangkutan, asuransi wajib
dibayar orang yang tersebut dalam terminology tersebut.
4) Kelompok D
Delivered at Frontier (DAF), penyerahan barang dilakukan di perbatasan yang
telah ditentukan dan biasanya pengangkutan dilakukan melalui darat dan semua
biaya hingga perbatasan dibebankan kepada penjual.
Delivered ex Ship (DES), barang diserahkan di sarana pengangkut laut dengan
menyebut nama pelabuhannya.
Delivered Duty Unpaid (DDU), barang diserahkan dalam kondisi bea masuk
belum dibayar, nama pelabuhan tujuan disebutkan.
Delivered Duty Paid (DDP), barang diserahkan dan bea masuk sudah dibayar.
Pelaksanaan aturan incoterm diserahkan kepada pihak-pihak yang melakukan
perjanjian, tetapi untuk keperluan penetapan nilai pabean, tetap didasarkan
kepada terminologi Cost Insurance Freight.
18
Gambar 7 Bagan Alir Incoterm
Sumber : https://w3cargo.com/international-commercial-terms/
19
4. Aliran barang mempunyai komposisi yang heterogeny dan memerlukan perencanaan
sebelumnya (Just In Time = JIT)
5. Barang dapat merupakan B3 (Barang Berbahaya dan Beracun)
6. Angkutan barang adalah searah
7. Angkutan barang menggunakan banyak kendaraan dan peralatan spesifik penanganan
bongkar muat.
8. Modal split ditentukan oleh biaya, waktu, kualitas penghantaran.
9. Waktu seringkali tidak utama, tetapi perlu keamanan
Berdasarkan dari berbagai sifat khusus barang tersebut diatas akan berdampak
terhadap beberapa ketentuan yang harus dipenuhi sebagai berikut :
20
Sedangkan kalau penumpang, dokumen pengenal identitas biasanya atau hampir
sama selalu melekat pada barang (penumpang itu sendiri).
21
pemberian warna yang berbeda ini adalah untuk menunjukkan bahwa setiap
rangkap surat jalan memiliki fungsi yang berbeda.
1. Lembar putih
Untuk lembar berwarna putih, suart jalan berperan sebagai bukti bahwa
barang pesanan telah disediakan kepada pihak pembeli. Surat jalan
berwarna putih juga akan dipakai sebagai dokumen penagihan oleh
penjual untuk pihak pembeli di akhir bulan atau saat waktu pelunasan
tagihan tiba.
2. Lembar Merah
Lembar kedua berwarna merah adalah surat jalan yang diberikan kepada
pihak pembeli atau konsumen. Lembar inilah yang menjadi bukti dari
pemesanan yang telah ditentukan
3. Catatan Laporan Transaksi
4. Lembar ketiga dan keempat, surat jalan dijadikan sebagai catatan lapran
transaksi. Baik untuk diberikan kepada karyawan ataupun supervisor yang
menyampaikan perintah.
Jika surat jalan adalah dokumen pengantar atas barang yang dikirim ke
pembeli, delivery order adalah surat perintah mengenai pengiriman barang yang
dipesan konsumen. Delivery order hanya berisi informasi dari kesepakatan yang
dibuat oleh pihak pembeli dan penjual. Delivery order juga diberikan kepada
karyawan yang bertanggung jawab di bagian gudang perusahaan. Jadi admin
gudang dapat menyiapkan barang yang akan dikirim oleh driver perusahaan ke
lokasi pengiriman yang diminta oleh konsumen.
Sebagai dokumen yang wajib disertakan dalam kegiatan pengiriman
barang, surat jalan memiliki bebrapa fungsi penting. Dianatar funsi surat jalan
tersebut tentunya bertujuan untuk mempermudah dan memperlancarkan proses
pengiriman barang hingga sampai tujuan.
1. Dokumen yang memberi informasi
Fungsi pertama dari surat jalan adalah sebagai dokumen yang memberi
informasi dari barang yang dikirim dan dimuat dalam kendaraan. Surat
22
jalan inilah yang dijadikan acuan oleh pihak petugas lalu lintas saat
memeriksa isi muatan dalam kendaraan pengangkut barang.
2. Dokumen Resmi
Surat jalan juga berfungsi sebagai dokumen formalitas atau resmi dari
pihak yang bersangkutan dalam proses pengiriman barang tersebut.
Dengan begitu, urusan birokrasi yang seringkali terjadi saat mengirim
barang dapat dilewati dengan lebih mudah oleh karyawan yang
bertanggung jawab.
Dirangkap pertama surat jalan, karyawan dapat menjadikannya sebagai
bukti yang sah dari transaksi bahwa pengiriman barang telah selesai
dilakukan. Laporan bahwa barang sudah diterima oleh konsumen juga
tercantum pada rangkap pertama dokumen tersebut. Dengan begitu,
pembukuan akuntansi perusahaan atas kegiatan transaksi yang telah
dilakukan dapat disusun berdasarkan laporan pada surat jalan tersebut.
Rangkap kedua dari surat jalan menjadi tanda bukti atas pesanan barang
yang dilakukan konsumen. Melalui surat jalan rangkap kedua itulah
pembeli dapat mengetahui tagihan transaksi dan batas waktu
pembayarannya.
Terakhir, surat jalan rangkap ketiga dan keempat berguna sebagai arsip
atau catatan dari perusahaan yang membuat dokumen tersebut. Jadi,
keberadaan dari surat jalan tidak boleh disepelekan agar pengiriman
barang dapat berjalan dengan baik dan perusahaan memiliki arsip kegiatan
transaksi yang telah dilakukan.
Ada beberapa informasi yang wajib tercantum di dalam surat jalan. Setiap
informasi yang ada di surat jalan dapat memabntu petugas dalam melakukan
pengecekan barang bawaan kendaraan dan meminamalisir terjadinya tindak
kriminal. Pada surat jalan untik keperluan pengiriman barang, kendaraan, dan
keperluan tugas, informasi yang wajib tercantum meliputi :
1. Nama dan alamat perusahaan
2. Nomor surat
23
3. Tempat dan tanggal pembuatan surat jalan
4. Perusahaan atau institusi tujuan pengiriman
5. Rincian dari barang yang dipesan seperti nama barang, jumlahnya, dan
bila perlu harga.
Berikut ini adalah contoh-contoh dari surat jalan yang dapat dijadikan acuan atau
referensi.
Sumber : https://www.cermati.com/artikel/contoh-surat-jalan-yang-membuat-pengiriman-barang-
lebih-lancar-dijalankan#:~:text=di%20tempat%20tujuan.
,1.,muatan%20dalam%20kendaraan%20pengangkut%20barang.
24
Gambar 9 Contoh Dokmen Surat Jalan 2
Sumber : https://www.cermati.com/artikel/contoh-surat-jalan-yang-membuat-pengiriman-barang-
lebih-lancar-dijalankan#:~:text=di%20tempat%20tujuan.-
,1.,muatan%20dalam%20kendaraan%20pengangkut%20barang.
25
Gambar 10 Contoh Dokumen Surat Jalan, Invoice dan Packing List
Sumber : https://www.cermati.com/artikel/contoh-surat-jalan-yang-membuat-pengiriman-barang-
lebih-lancar-dijalankan#:~:text=di%20tempat%20tujuan.-
,1.,muatan%20dalam%20kendaraan%20pengangkut%20barang.
26
dengan pola FCL (Full Container Load) yaitu; Shipping instruction (SI), Delivery
order (DO), Booking confirmation/Booking Amandement, Packing list, Invoice,
Nota Pelayanan Ekspor (NPE), Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Bill of
lading (B/L), Sertifikat Keterangan Asal (Certificate of Origin), Kartu Ekspor,
Surat Perintah Kerja (SPK)
27
• Dokumen dalah pendamping barang yang secara fisik dapat dibaca
dan dicocokkan dengan barang yang dikirimkan.
• Dokumen yang diperlukan minimal dokumen pengiriman : DN
(Delivery Note), DO (Delivery Order), Packing List atau Surat
Jalan
• Dapat juga dilampirkan dokumen Pemesanan (PO-Purchase
Order)
3. Cara Penanganan Barang
Persyaratan penanganan: kondisi khusus yang harus disiapkan saat barang
diterima. Beberapa barang ada yang perlu untuk ditangani pada
suhu/temperature khusus atau perlu dilakukan penanganan khusus
dikarena faktor beratnya, tingkat kesulitannya atau masalah lainnya.
• Tangani barang sesuai dengan siklus hidupnya : suhu, kadaluarsa,
maksimal tumpukan
• Gunakan peralatan yang sesuai : Pallet, Drum, Forklit
• Pahami aturan keselamatannya : Kimia, Racun, Meledak
28
7. Legitimasi dokumen.
8. Keluar gudang.
29
3 jenis. Pertama adalah Conventional Liner Vesell yang merupakan jenis kapal
laut yang mengirimkan barang namun belum menggunakan container karena
memang tidak dilengkapi fitur tersebut.
Kedua Semi Container Vesell yang sudah memiliki sebagaian tempat
untuk container guna menyimpan barang atau dokumen yang diantarkan.
Terkahir, yaitu Full Container Vesell yang memiliki fungsi mengangkut peti
kemas dan alat berat lainnya karena memiliki container lengkap
Dokumen pengiriman barang yang akan dikirimkan melalui jalur laut
memiliki beberapa persyaratan. Misalnya, jenis muatan dokumen yang akan
diantarkan. Berikut ini adalah pembahasan lengkap mengenai syarat angkutan
brang berdokumen yang dapat diantarkan melalui jalur laut.
Syarat angkutan barang berdokumen yang dikirimkan melalui jalur laut
1. Bila sifat pengiriman pada level ekspor dan impor, pertama kali harus
mengurus dokumen yang dipersyaratkan melalui shipper atau forwarding
yang telah ditunjuk terlebih dahulu oleh shipper. Kemudian, pengiriman
harus dilengkapi oleh Nota Persetujuan Export. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah dokumen-dokumen muatan yang dipersyaratkan dan
harus diikutsertakan dalam pengiriman barang tersebut harus diserahkan
oleh shipper kepada jasa pengiriman barang melalui jalur laut yang telah
dipilih paling lambat 24 jam sebelum jadwal keberangkatan kapal.
2. Jika muatannya terbuat dari kayu, dokumen yang juga hasrus diantarkan
adalah Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan Kayu beserta Nota
Perusahaan. Selain itu, dibutuhkan juga Sertifikat Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari atau Setifikat Legalitas Kayu yang wajib ada dalam satu
dokumen pengiriman barang
3. Berbeda dengan barang angkut dari rotan, baik itu rotan asalan, rotan
mentah, rotan setenagh jadi, dan lain sebagainya. Dokumen yang
dipersyaratkan untuk ikut serta terbagi menjadi dua persyaratan, yang
berasal dari Kalimanantan yang luar pulau Kalimantan.
Bagi bahan yang asalnya dari Kalimantan, harud memuat dokumen
Laopran Bongkar Barang dan Lapran Muat Barang yang resmi berasal dari
30
Surveyor Independen yang sudah meiliki Surat Ijin Usaha Jasa Surveyor
yang diapatkan dari Kementerian Perdagangan. Selain itu, nota juga harus
ada dalam satu dokumen yang sama. Bagi yang bahannya berasal dari luar
pulau Kalimantan, juga harus mengikutsertakan dokumen berupa Laporan
Bongkar Barang dan Laopran Muat Barang. Bedanya dokumen Faktur
Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Daftar Hasil Hutan Bukan Kayu
juga harus diikutsertakan.
4. Bila bahan tambang yang akan dikirim, sperti muatan batu mangan,
batubara, batu warna, zircon dan bahan tambang lainnya harus
mengikutsertakan dokumen dalam pengiriman seperti Surat Keterangan
Asal Barang yang sudah dilegalisir terlebih dahulu oleh KP3. Kemudian,
harus dilengkapi juga dengan copy persetujuan ijin usaha yang dahulunya
disebut IUP& OP. Beberapa copy dokumen lainnya yabg diperlukan
antara lain KTP, NPWP, serta Clean and Clear (CNC).
31
• Notify address
• Pelabuhan Muat
• Pelabuhan Tujuan
• Nama dan Jenis barang
• Jumlah Berat dan Volume
• Shipping Mark
• Total Nett Weight
• Total Gross Weight
• Freight and charge
• B/L
• Dated
• Commercial Invoice
• No. L/C
32
Gambar 11 Contoh Dokumen SI
Sumber : https://indoforwarding.com/dokumen-dokumen-muatan-cargo-kapal/
2. Cargo Declaration
Dokumen ini merupakan dokumen yang di buat oleh shipper (pengirim)
ditujukan kepada master kapal. Dokumen ini menyatakan bahwa kargo telah
diinspeksi oleh independent surveyor yang menyatakan cargo aman untuk
diangkut (baca IMSBC CODE)
3. Resi Mualim (Mate Receipt)
Surat tanda terima barang/muatan diatas kaoal sesuai dengan keadaan muatan
tersebut yang ditanda tangani oleh mualim – I. Resi Mualim diberi catatan bila
33
terdapat hal-hal yang tidak sesuai atau perlu keterangan tambahan. Apa yang
tertera dalam Mate receipt akan tertera dalam Konosemen (Bill of Ladding)
4. Resi Gudang
Surat tanda muatan yang dikeluarkan oleh kepala Gudang yang menerima muatan
tersebut dari shipper. Biasanya shipper menyerahkan muatan yang akan
dikapalkan itu satu dua hari sebelum saat kedatangan kapal yang bersangkutan
dipelabuhan pemuatan untuk melakukan pemuatan.
Resi Gudang dibuat dalam 5 lembar (atau lebih, sesuai kebutuhan) menggunakan
warna yang berbeda-beda; masing-masing lembar mempunyai fungsi yang
berbeda sebagai berikut:
1. Lembar ke-1 (asli), warna putih, sebagai surat Muat, yaitu surat penyerahan
muatan dari Gudang ke pewira kapal.
2. Lembar ke-2, kuning, sebagai mate’s receipt (resi mualim) asli, setelah
muatan diterima oleh mualim dan segala kondisi mauatn dicatat disitu untuk
shipper.
3. Lembar ke-3, warna merah jambu, sebagai Tembusan Resi Mualim,
diserahkan kepada agen setempat sebagai dasar pembuatn bill of Lading
4. Lembar ke-4, warna hijau, untuk arsip kapal
5. Lembar ke-5 dan lembar ke-6, warna putih untuk keperluan lainnya
34
of goods), Isi & Berat (Volume&Weight) dan Keterangan jika ada. Surat ini
dibuat oleh Perusahaan Pelayaran.
7. Bill of Lading (Konosemen)
Merupakan surat persetujuan pengangkutan barang antara pengirim (Shipper) dan
Perusahaan Pelayaran (Owner) dengan segala konsekuensinya yang tertera pada
surat tersebut. Dokumen ini juga merupakan surat kepemilikan barang
sebagaimana yang tertera dalam suart tersebut dan oleh karenanya dapat
diperjualbelikan sehingga Bill of Ladding ini juga merupakan surat berharga.
8. Letter of Indemnity / Letter of Guarantee
Dokumen surat jaminan yang dibuat oleh Shipper untuk memperoleh Clean B/L,
dimana Shipper akan bertanggung jawab apabila timbul Claim atas barang
tersebut.
9. Delivery Order
Suatu surat yang menyatakan kepemilikan atas barang atau muatan. Dimana D/O dapat
diperoleh dengan menukarkan B/L miliknya.
10. Statement of Fact
Laporan pelaksanaan kegiatan bongkar / muat mulai dari awal hingga selesai kegiatan.
11. Stowage Plan
Merupakan gambaran informasi kondisi muatan yang berada di dalam ruang
muat baik mengenai Letak, Jumlah dan Berat muatan sesuai consignment mark
bagi masing-masing Pelabuhan tujuannya.
12. Hatch List
Daftar muatan yang berada dalam palka yang bersangkutan.
13. Discahrging List
Daftar bongkaran muatan pada suatu pelabuhan tertentu.
14. Damage Report
Merupakan suatu surat Berita acara kerusakan muatan yang terjadi diatas kapal
sehubungan tanggung jawab pihak carrier.
15. Marine Note of Sea Protest
Merupakan suatu Berita Acara atas kerusakan muatan diluar kemampuan manusia.
Dibuat oleh Nakhoda dan di syahkan oleh Notaris.
16. Notice of Raediness
Suatu surat yang dibuat oleh Nahkoda yang menyatakan bahwa kapal telah siap untuk
melaksanakan kegiatan pembongkaran atau pemuatan.
35
Semua dokumen diatas diperlukan dalam suatu pemberangkatan muatan
kargo dan juga menjadi sayarat kelegalan transformasi kargo.
36
Air Transport Association (IATA) Dangerous goods regulation hewan hidup
mengacu pada aturan IATA live animal regulation.
5. Labelling of package.
Label harus benar-benar terlihat dan semua label atau tanda yang sudah lama
harus diganti.
6. Shipper declaration for dangerous goods.
Dokumen ini harus ditangani dan dilengkapi seperti yang sudah pada aturan IATA
dangerous goods regulations.
7. Shipper certification for live animals.
Dokumen ini harus ditandatangani dan dilengkapai seperti yang sudah pada aturan
IATA dangerous goods regulations.
37
2. Human Remain ( HUM ) adalah mayat manusia. HUM, yang dibagi
menjadi dua yaitu:
– Uncremated in coffin adalah mayat yang masih berbentuk jasad
yang diangkut dengan menggunakan peti jenazah.
– Cremated yaitu jenazah yang sudah berupa abu ( ashes ) dan
biasanya dikirim dengan menggunakan kotak guci atau kotak kayu.
3. Perishable goods ( PER )adalah barang – barang yang mudah sekali
rusak, hancur, atau busuk, seperti buahbuahan, sayuran, daging,
bunga, ikan dan bibit tanaman.
4. Valuable goods ( VAL ) adalah barang-barang yang memiliki nilai
yang tinggi atau barang-barang berharga seperti emas, intan, berlian,
cek, platina, dll.
5. Strongly smelling goods yaitu barang yang memiliki bau yang
sangat menyengat seperti durian, minyak wangi, minyak kayu putih.
6. Live Human Organ ( LHO ) adalah barang – barang yang berupa
organ tubuh manusia yang masih berfungsi seperti bola mata, ginjal,
hati.
7. Diplomatic Pouch (DIP) yaitu barang-barang kiriman diplomatik.
3. Dangerous Cargo
Dangerous goods adalah barang-barang kiriman yang berbahaya dan dapat
menyebabkan kerusakan pada lingkungan,manusia dan keselamatan penerbangan, jenis-
jenis dangerous goods antara lain :
1. Explosive goods (REX) adalah barang-barang berbahaya yang mudah
meledak seperti mesiu, peluru, petasan, kembang api.
2. Gasses (RPG) adalah barang-barang yang mudah menguap seperti butane,
hydrogen, propane.
3. Flammable Liquids (RFL) adalah barang-barang yang bersifat zat cair dan
mudah terbakar seperti certain paints, alchohols, varnishes.
4. Flammable Solids (RFS) adalah barang-barang zat padat dan mudah
terbakar seperti matches (Korek api)
38
5. Oxidizing Substances (ROX) & Orgaic peroxide adalah barang-barang
yang mudah menguap, jika dihirup manusia mengakibatkan mengantuk
seperti calcium chlorate, ammonium nitrate.
6. Toxic (RPB) & Infectious Substances (RIS) adalah barang-barang yang
mengandung racun seperti sianida, pestisida, virus hidup, bakteri hidup,
virus HIV.
7. Radioactive Material (RFW) adalah zat yang bila terkena sinar akan
bereaksi dan dapat membahayakan bagi manusia, hewan, dan beberapa
jenis kargo.
8. Corrosive (RCM) adalah barang-barang yang mengandung karat seperti
asam bakteri dan merkuri
9. Miscellaneous Dangerous goods (RMD) adalah barang-barang lain yang
dianggap berbahaya dan mengancam keselamatan penerbangan apabila
diangkut dengan menggunakan transportasi udara seperti magnet, biang es,
kendaraan, kursi roda elektrik, dll
Demikian adalah jenis-jenis kargo yang biasa dikirim, tetapi tidak semua
barang dapat diperlakukan sama, setiap barang bisa mendapatkan perlakuan
khusus untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka dari itulah barang-
barang tersebut diklasifikasikan untuk memudahkan proses pengiriman barang.
Dengan dokumen pengiriman barang yang lengkap, tepat sesuai klasifikasi
barang, pengirim ataupun agent dapat lebih efisien dan efektif dalam
memperlakukan barang. Dokumen pendukung dalam penanganan dan pelayanan
handling kargo dapat diketahui beberapa hal :
I. DOMESTIK
a) Acceptance : CBA (cargo booking advice), PTI (pemberitahuan tentang
isi), BTB (bukti timbang barang), SMU (surat muatan udara), CN 38 (pos),
Shipper Declaration.
b) Out Going : CBA (cargo booking advice), CLP (cargo load plan), SMU
(surat muatan udara), CN 38 (pos), Checklist Buildup, Manifest Cargo
39
Outbond, NOTOC (Notification to Captain), DO (delivery order)
penarikan kargo.
c) Incoming : Manifest Cargo Inbound, SMU (surat muatan udara), NOA
(notice on arrival), DO (delivery order), DB (delivery bill), Surat Jalan,
DRSC (untuk kasir), dan Pertelaan.
40
BC 1.2 (untuk Bea & Cukai), BC 2.3 (untuk Bea dan Cukai barang
pabrik setengah jadi), DRSC, dan Pertelaan.
41
pengiriman setelah melakukan transaksi pengiriman paket, seperti :
televisi, sepeda motor, furniture, barang produksi dari perusahaan.
6. Lembar COD (Collect of Deliver)
Adalah surat bukti pengiriman dimana berisi mengenai biaya yang harus
dibayar saat barang atau paket kiriman sampai di tujuan, yang berfungsi
untuk mempermudah customer.
42
BAB 2
PERIZINAN ANGKUTAN BARANG
2.1 Perizinan
Dalam pada pasal 173 ayat (1) UU LLAJ terkait dengan hal perizinan
menyebutkan bahwa perusahaam angkutan umum yang menyelenggarakan
angkutan orang dan/atau barang wajib memiliki:
a. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek,
b. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek, dan/atau
c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat
43
barang tidak berbahaya dan tidak memerlukan sarana khusus. Sedangkan yang
dimaksud angkutan barang khusus adalah angkutan yang membutuhkan mobil
barang yang dirancang khusus untuk mengangkut benda yang berbentuk curah,
cair, gas, peti kemas, tumbuhan, hewan hidup, dan alat berat serta membawa
barang berbahaya antara lain:
a. Barang mudah meledak
b. Gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau temperature tertentu.
c. Cairan mudah menyala
d. Padatan mudah menyala
e. Bahan penghasil oksidan
f. Racun dan bahan yang mudah menular
g. Barang yang besifat radioaktif, dan
h. Baranag yang bersifat korosif
44
Gambar 12 Perbedaan Klasifikasi Angkutan
Sumber : http://hubdat.dephub.go.id/pelayanan-publik/1415-pelayanan-publik-ditjen-perhubungan-
darat
45
bahwa Driver dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai
a. Tata cara pemuatan
b. Daya angkut
c. Dimensi kendaraan, dan
d. Kelas jalan yang dilalui
46
menghalangi lampu-lampu atau pemantul cahaya, amak padang ujung-
ujung muatan tersebut ditambah, lampu-lampu dan pemantul cahaya.
3. Pemuatan barang umum dalam ruang muatan mobil barang harus disusun
dengan baik sehingga beban terdistribusi secara proporsional pada
sumber-sumber kendaraan
Sumber : http://hubdat.dephub.go.id/pelayanan-publik/1415-pelayanan-publik-ditjen-perhubungan-
darat
47
2.3 Prosedur Perizinan Angkutan Barang
Prosedur perizinan menurut informasi dari dalam halaman Kementerian
Perhubungan Direktorat Jendaral Perhubungan darat dijelaskan mengenai alur
prosedur pemberian izin bagi penyelenggaraan Angkutan barang khusus, dimana
antara lain permohonan tersebut diajukan melalui Dirjen Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan, kemudian akan dilakukan verifikasi awal dan cek
berkas dokumen yang meliputi:
1. Surat Permohonan
2. Rekomendasi Instansi Terkait
a. Barang Berbahaya dan Limbah Barang Berbahaya dari Kementerian
Lingkungan Hidup
b. Minyak dan Gas (BBM, BBG, CNG, LGV, dll) dari Kementerian
ESDM
3. Akte Pendirian Perusahaan
4. Fotokopi STNK dan Buku Uji Kendaraan
5. Foto Kendaraan (semua sisi)
6. Surat Keterangan nama, jenis dan jumlah barang berbahaya yang akan
diangkut (MSDS/Material Safety Data Sheet)
7. Prosedur penanggulangan keadaan darurat (Emergency Response)
8. Identitas dan tanda kualifikasi awak kendaraan
9. Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisisan (Khusus KPS Hilang)
48
Berikut ini terdapat bagan alir tahapan dalam memperoleh perizinan dalam
pengangkutan barang. Selain itu terdapat beberapa prosedur yang meski dilakukan
dalam memperoleh izin pengangkutan barang.
Sumber : http://hubdat.dephub.go.id/pelayanan-publik/1415-pelayanan-publik-ditjen-perhubungan-
darat
Sumber : http://hubdat.dephub.go.id/pelayanan-publik/1415-pelayanan-publik-ditjen-perhubungan-
darat
49
Gambar 16 Bagan Alir Proses Pemberian Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang
Berbahaya
Sumber : http://hubdat.dephub.go.id/pelayanan-publik/1415-pelayanan-publik-ditjen-perhubungan-
darat
50
Gambar 17 Salah Satu Bentuk Perizinan Penyelenggaraan Angkutan Barang Khusus
Sumber : http://hubdat.dephub.go.id/pelayanan-publik/1415-pelayanan-publik-ditjen-perhubungan-
darat
51
BAB 3
PROSES PENGURUSAN DOKUMEN
ANGKUTAN BARANG
52
(AWB) sebagai bukti kepemilikan barang yang telah dimuat dalam kapal
atau pesawat terbang.
7. Eksportir mendapatkan pemberitahuan ekspor barang ke bank
koresponden dengan melengkapi persyaratan yang ditetapkan.
8. Eksportir atau melalui PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan)
EMKL/EMKU meminta persetujuan muat barang (Flat Muat) kepada Bea
Cukai.
9. Eskportir atau melalui jasa PPJK mengajukan permohonan untuk
mendapatkan SKA (Surat Keterangan Asal) ke kantor wilayah
Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Kantor Departemen
Perindustrian dan Perdagangan setempat apabila diperlukan.
10. Bank koresponden menegosiasikan (membeli) wesel yang diajukan
eksportir, setelah meneliti kebenaran dokumen yang diajukan eksportir.
11. Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan dikirimkan oleh bank
koresponden kepada bank pembuka untuk mendapat ganti pembayaran
(reimbursement)
12. Bank pembuka memeriksa dokumen-dokumen tersebut apakah sesuai
dengan barang muatan
13. Importir membayar atau meminta bank pembuka untuk mendebet
rekeningnya pada bank tersebut.
14. Setelah importir membayar dokumen-dokumen tersebut, maka bank
pembuka menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada importir untuk
pengeluaran barang dari pabean
Dalam kegiatan menerima barang masuk, seperti yang dilakukan oleh PT.
Masaji Kargosentra Tama memerlukan dokumen-dokumen yang menjadi syarat
agar barang tersebut dapat diterima masuk Gudang. Dokumen-dokumen tersebut
diperlukan untuk meminimalisasi kesalahan kesalahan yang akan terjadi.
Pemeriksaan dokumen juga dilakukan untuk kelengkapan-kelengkapan yang ada
agar barang dapat segera diekspor ke luar negeri.
53
Gambar 18 Prosedur Pengurusan Dokumen Barang Masuk Gudang PT Masaji Kagosentra
Tamaama
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/13483-ID-prosedur-pengurusan-dokumen-
barang-masuk-gudang-ekspor-barang-ekspor-dan-dokumen.pdf
54
Gambar 19 Prosedur Pengangkutan Barang Ekspor pada PT Fajar Cargo Logistic
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/13483-ID-prosedur-pengurusan-dokumen-
barang-masuk-gudang-ekspor-barang-ekspor-dan-dokumen.pdf
55
Cukai. Ada beberapa respon dari Bea dan Cukai dalam pengiriman dokumen
untuk pengeluaran impor yaitu:
Ditolak
Ditolak adalah respon dari Bea dan Cukai yang menyatakan bahwa
perusahaan impor tersebut tidak dapat melakukan proses impor. Karena
perusahaan impor tersebut masuk dalam black list
Diterima
Dokumen-dokumen impor yang diterima oleh pihak Bea dan Cukai melalui
aplikasi EDI (Electronic Data Interchange) dinyatakan diterima dan
mendapatkan penentuan jalur.
56
Gambar 20 Prosedur Penanganan Dokumen Barang Impor dengan Status FCL
melalui Laut pada PT Fajar Cargo Logistic
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/13483-ID-prosedur-pengurusan-dokumen-
barang-masuk-gudang-ekspor-barang-ekspor-dan-dokumen.pdf
57
Gambar 21 Contoh Bagan Alir Angkutan Barang dan Dokumen 1
58
Gambar 22 Contoh Bagan Alir Angkutan Barang dan Dokumen 2
59
Gambar 24 Contoh Bagan Alir Angkutan Barang dan Dokumen 4
60
Pengangkut diharuskan mencantumkan barang yang diangkut dalam
manifest, bagi sarana pengangkut yang memasuki daerah pabean. Penyerahan
pemberitahuan Pabean berupa Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP).
Inward Manifest dan Outward Manifest dari Pengangkut atau kuasanya dapat
dilakukan secara elektronik melaluisistem Pertukaran Data Elektronik (PDE),
untuk Kantor Pelayanan Bea Cukai (KPBC) yang menerapkan system PDE
Kepabeanan.
Pengangkut atau kuasanya dapat menggunakan perangkat komputernya
sendiri atau melalui Perangkat Pertukaran Data Elektronik (PDE) Kepabeanan
lain yang disediakan oleh Penyelenggara Jasa Layanan PDE Kepabeanan. Yang
wajib diserahkan adalah Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut
(BC 1.0) secara tertulis dalam rangkap 2 (dua) lembar atau media elektronik
kepada Pejabat yang menangani Manifest di KKP BC tempat tujuan
pembongkaran pertama. Pemberitahuan minimal mencantumkan:
1) Nama saran pengangkut
2) Nomor pengangkutan
3) Nama pengangkut
4) Pelabuhan asal
5) Pelabuhan tujuan
6) Rencana tangal kedatangan
7) Rencana jumlah kemasan atau peti kemas yang akan dibongkar
8) Pelabuhan tujuan berikutnya dalam daerah pabean
9) Pelabuhan terakhir di luar daerah pabean
61
Manifest. Pemberitahuan RKSP tidak berlaku bagi sarana pengangkut yang dating
dari luar daerah pabean melalui darat.
3.2.2. Saat Kedatangan Sarana Pengangkut
Untuk menentukan saat sarana oengangkut tiba dan saat kewajiban pabean
berupa pemberitahuan kedatangan sarana oengangkut harus dipenuhi, terdapat
dua hal yang mendasari dalam pengertian saat kedatangan sarana pengangkut
seperti diatur dalam pasal 7A, yaitu:
• Saat lego jangkar di perariran pelabuhan, untuk sarana pengangkut melalui
laut
• Saat mendarat di landasan bandar udara untuk sarana pengangkut melalui
udara.
Barang yang diangkut dibuatkan suatu daftar dalam manifest yaitu daftar
muatan barang niaga yang diangkut sarana pengangkut dan menyerahkan
pemberitahuan pabean berisi informasi mengenai semua barang niaga yang
diangkut sarana pengangkut dan menyerahkan pemberitahuan pabean berisi
informasi mengenai semua barang niaga yang diangkut dengan sarana pengangkut
baik barang impor, barang ekspor, maupun barang asal daerah pebean yang
diangkut ke tempat lain dalam daerah pabean melalui luar daerah pabean.
Pemberitahuan atau pelaporan dilakukan paling lambat 24 (dua puluh empat) jam
sejak kedatangan sarana pengangkut yang melalui laut. Dalam hal barang
diangkut melalui udara, pemberitahuan pabean harus diserahkan dalam kurun
waktu 8 (delapan) jam.
Apabila dalam keadaan darurat seperti badai, gempa, atau bencana alam
lainnya, pengangkut wajib melaporkan kepada kantor pabean terdekat atau yang
mudah dicapai dan menyerahkan pemberitahuan paling lambat 72 (tujuh puluh
dua) jam setelah pembongkaran.
Pengangkut wajib menyerahkan Pemberitahuan Kedatangan Barang Impor
berupa:
a) Manifest (BC 1.1) barang impor (Cargo-Manifest) atau yang lebih
dikenal dengan Cargo Declaration, merupakan dokumen yang berisi
62
semua informasi yang berkaitan dengan barang-barang niaga (kargo)
yang diangkut sarana pengangkut (kapal) pada saat kedatangan
ataupun keberangkatan. Dengan demikian, semua barang ekspor dan
impor yang dibawa oleh sarana pengangkut akan terdapat (recorded)
dalam Cargo-Manifest. Dalam praktik internasional, manifest atau
cargo declaration diatur dalam Annes 8 Chicago Convention untuk
kargo yang diangkut melalui udara, dan IMO-FAL Convenstion, untuk
kargo yang diangkut melalui laut. Di dalam Kyoto Convention,
memuat aturan mengenai manifes, yaitu menjelaskan dalam dokumen
ini antara lain adalh nomor B/L atau AWB, jumlah kemasan pada
setiap B/L atau AWB, jenis barang.
Semua proses pelayanan kepabean yang dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pabean di pelabuhan bongkar, akan mengacu kepada
dokumen manifes ini. Mulai dari proses pengeluaran barang dengan
penyelesaian kewajiban pabean (PIB), pengeluaran ke Tempat
Penimbun Berikat (TPB) Kawasan Berikat (KB), Gudang Berikat
(GB), Toko Bebas Bea (TBB), pengeluran ke Kawasan Pabean/TPS
lainnya. Semua proses pelayanan kepabeanan lainnya harus menunjuk
dan rekonsiliasi dengan pos-pos yang ada dalam Inward
Manifest/Outward Manifest.
b) Daftar Penumpang dan/atau awak sarana pengangkut
c) Daftar senjata api
d) Stowage Plan atau Bay Plan untuk sarana pengangkut
e) Daftar obat-obatan termasuk narkotika yang digunakan dalam
pengobatan
f) Daftar bekal yang dibawa oleh sarana pengangkut
g) Menyerahkan daftar barang impor yang diangkutnya bagi pengangkut
yang dating dari luar daerah pabean melalui darat wajib.
h) Membuat pemberitahuan dan daftar barang impor dibuat dalam bentuk
tertulis maupun melalui media elektronik, dalam Bahasa Indonesia
atau Bahasa Inggris yang ditandatangani oleh pengangkut.
63
i) Menyerahkan pemberitahuan nihil. Dalam hal sarana pengangkut tidak
membawa barang impor.
3.2.3. Diangkut Terus dan Diangkut Lanjut
64
• Membuat pemberitahuan dan daftar barang impor dalam bentuk tertulis
maupunmelalui media elektronik, dalam bahasa Inoonesia atau bahasa Inggris
yang ditandatangani oleh pengangkut. Menyerahkan pemberitahuan nihil dalam
hal sarana pengangkut tidak membawa barang impor, pengangkut.
• Untuk sarana pengangkut yang diimpor untuk dipakai, pengangkut wajib
mencantumkan sarana pengangkut tersebut dalam Inward Manifest yang telah
diterima dan mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean merupakan
Pemberitahuan Pabean BC 1.1. dan berlaku sebagai persetujuan pembongkaran
barang.
• Kepala Kantor Pabean atau pejabat yang ditunjuknya dapat menangguhkan atau
membatalkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal
terdapat larangan pemasukan barang impor dari instansi teknis.
65
Tempat Penimbunan Sementara ke tempat Penimbunan Berikat, dengan tujuan Tempat
Penimbunan Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat lainnya.
Untuk memindahkan barang yang belum dipenuhi kewajiban pabeannya, terlebih dahulu
harus dilakukan kegiatan pembongkarandari sarana pengangkut atau dari tempat
penimbun sementara wajib dibuat pemberitahuan pabean. Pengiriman dari pelabuhan
muat ke pelabuhan tujuan dilakukan oleh supplier di luar negeri, termasuk pengemasan
dan pemasukan barang ke dalam peti kemas. Sering terjadi peti kemas atau kemasan yang
terbawa dalam pengiriman dimaksud.
Sedangkan keberadaannya tidak dituliskan dalam invoice atau packing list sebagai
dokumen pelengkap pengiriman barang. Hal ini baru diketahuisetelah di pelabuhan tujuan
dan akan dipindahkan ke lokasi lain, kejadian ini dapat mengakibatkan sanksi
administrasi berupa denda.
66
daerah pabean tidak dapat secara nyata dilihat. Untuk barang yang tidak
nyata/maya, sulit dalam pengawasan dan cara pemungutan bea masuknya, karena
dapat langsung terakses melalui computer dan dikirim tanpa melalui batas-batas
negara. Sanksi atas tidak diberitahukannya waktu keberangkatan dan kedatangan
yang menyangkut Barang Tertentu dan tanpa dokumen pengangkutan yang sah,
akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda.
67
Tabel 2 Penanganan Kendaraan Barang Lintas Batas Negara di Terminal Barang Umum
(Ekspor)
Tabel 3 Penanganan Kendaraan barang Lintas Negara di Terminal Barang Umum (Impor)
68
Tabel 4 Penanganan Muat Barang Lintas Negara di Terminal Barang Umum (Pengambilan
Impor)
69
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan dan juga yang memberikan
muatan. (Hasim Purba, 2005, hal 12)
3) Abdulkadir Muhammad menjelaskan bahwa pihak-pihak dalam perjanjian
pengangkutan niaga adalah mereka yang langsung terkait memenuhi
kewajiban dan memperoleh hak dalam perjanjian pengangkutan niaga.
Mereka adalah pengangkut yang berkewajiban pokok menyelenggarakan
pengangkutan dan berhak atas biaya angkutan, pengirim yang berkewajiban
pokok membayar biaya angkutan dan berhak atas penyelenggaraan
pengangkutan barangnya dan penumpang yang berkewajiban pokok
membayar biaya angkut dan berhak atas penyelenggaraan pengangkutan.
(Hasim Purba, 2005, hal 12)
Dari berbagai pendapat yang dikemukan oleh para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam kegiatan pengangkutan barang, akan melibatkan pihak-
pihak sebagai berikut :
1. Pengirim Barang
2. Penerima Barang
3. Pengangkut Barang
Namun dalam pelaksanaannya tetap akan melibatkan stakeholders lain yang lebih
kepada pendukung penyelenggaraan kegiatan maupun bisnis angkutan barang
seperti Pemerintah sebagai regulator dan juga perusahaan lain seperti asuransi,
pengurusan dokumen pengiriman, dan sebagainya.
70
BAB 4
BEA DAN CUKAI DALAM ANGKUTAN
BARANG
4.1 Definisi Bea dan Cukai
Bea Cukai, istilah yang cukup familiar dikenal bagi orang atau lembaga
yang berkutat dalam urusan ekspor, impor barang, bahkan bagi masyarakat
umum. Bea cukai merupakan dua istilah berbeda dan memiliki pengertian
terpisah. Bea adalah pungutan yang dikenakan pemerintah kepada barang-barang
yang di ekspor maupun diimpor. Sementara, cukai merupakan pungutan yang
dilakukan pemerintah kepada barang-barang dengan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh Undang-Undang.
Berdasarkan pengertian tersebut, bea cukai dapat diartikan pungutan-
pungutan yang dilakukan pemerinah kepad barang yang diekspor dan diimpor
serta barang yang memiliki karakteristik khusus. Lembaga yang mengatur bea
cuaki disebut kepabeanan.Kepabeanan ini memiliki fungsi mengawasi lalu lintas
barang ayang masuk atupun keluar dari daerah pabean serta melakukan pungutan
bea. Lembaga bea cukai merupakan Lembaga yang pasti ada di setiap negara dan
merupakan institusi konvensional seperti pengadilan, kepolisian dan militer.
Ditjen Bea Cukai memiliki tugas pokok Menyusun perumusan dan pelaksanaan
kebijakan yang mencakup pengawasan penegakan hukum, pelayanan dan
optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai Mengacu pada
laman resmi Ditjen Bea Cukai, Lembaga kepabeanan Indonesia ini memiliki
fungsi umum antara lain:
1. Merumuskan kebijakan dalam penegakan hukum, pelayanan dan
pengawasan serta optimalisasi penerimaan negara bidang kepabeanan dan
cukai.
71
2. Melakukan pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi
penerimaan negara bidang kepabeanan dan cukai
72
membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan
masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan
dan keseimbangan.
6. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar,
dan cukai guna menunjang pembangunan nasional.
Dalam bidang ekspor, Ditjen Bea Cukai menjalankan tugas dengan
beberapa dasar hukum, seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.010/2017 tentang Penetapan Barang Ekspor
yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar serta Peraturan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-32/BC/2014 jo. PER-29/BC/2016 tentang
Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Ekspor.
Demikian juga dengan bidang kepabeanan impor, Ditjen Bea Cukai juga
melakukan penyusunan dan pengaturan impor demi mewujudkan iklim usaha
yang bersih dan kondusif serta melindungi industri dalam negeri, melalui
beberapa dasar hukum, seperti Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor
KEP-1418/KM.4/2018 tentang Daftar Barang Yang Dibatasi Untuk Diimpor.
Kemudian ada pula Peraturan Ditjen Bea Cukai Nomor PER-5/BC/2018 tentang
Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Untuk Keperluan Industri Kecil dan
Menengah.
73
Ketentuan yang mengatur mengenai pengangkutan brang, impor, dan
ekspor atau barang yang asal daerah pabean yang diangkut ke tempat daerah
pabean lainnya adalah Pasal 7 A Undang-Undang No.17 Tahun 2007. Hal-hal
mengenai pembagian atas pengangkutan barang saling terkait dalam perdagangan
internasional dan terintegrasi dalam system pengawasan yang dilakukan oleh
kepabeanan.
Dalam pengetahuan ekspor impor terdapat hal-hal yang sangat erat
hubungannya antara pengangkutan atau transportasi (laut, udara maupun darat)
dan carapenyerahan barang, suransi, serta biaya penanganan di pelabuhan
(Terminal Handling Cost) Kaitan tersebut akan menentukan tanggung jawab atas
risiko, pemenuhan kewajiban kepabeanan dan cara pembayaran.
Pabean bertugas untuk mengawasi cara, saat, mekanisme pemindahan
barang yang dibawa oleh sarana pengangkut, pembongkaran, penimbunan hingga
pengeluaran dari kawasn pabean. Tugas pabean ini terkait dengan adanya kegiatan
pemindahan barang dengan menggunakan saran pengangkut antarnegara.
Terutama sejak barang diangkut dengan sarana pengangkut yang memasuki
daerah pabean di Kawasan pabean maupun yang berangkat dari/keluar daerah
pabean di Kawasan pebean maupun yang berangkat dari/keluar daerah pabean.
Melalui adanya pengawasan ini petugas bea dan cukai akan dapat
menganalisis dan mengantisipasi kejadian atau risiko atas kemungkinan kerugian
negara yang timbul sebagai akibat kegiatan yang dilakukan. Pada prinsipnya
pengangkutan ini merupakan perjanjian tidak tertulis para pihak agar dapat
menentukan hak dan kewajiban yang herus dipenuhi dalam pengangkutan,
sepanjang perjanjian tersebut tidak merugikan kepentingan umum. Pihak-pihak
yang ada dalam perjanjian pengangkutan ini meliputi, pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengangkutan dan mempunyai status yang diakui oleh
hukum. Objek pengangkutan adalah mengenai apa yang diangkut atau muatan
barang yang terdiri dari berbagai jenis barang dan hewan yang diakui oleh
Undang-undang.
Pelabuhan dalam proses pengangkutan barang adalah pelabuhan untuk
memuat dan membongkar barang, serta untuk memenuhi keperluan
74
pengangkutan, seperti pengisian BBM, air, dan lain sebagainya. Di dalam
pelabuhan banyak instansi yang berkepentingan yang membawa misi dan
perundang-undangan sendiri, namun kepabeanan mempunyai peranan yang
penting. Pengawasan atas barang imoor selain yang diangkut oleh sarana
pengangkut saat tiba di pelabuhan tujuan, juga dimungkinkan pengangkutan
setelah barang tersebut tiba di pelabuhan. Dokumen-dokueme yang menyertai
sarana pengankutan barang diantaranya seperti bill of ladding, manifest,
insurance, dan lainnya.
75
• Impor Kiriman Produk Elektronik hanya diperbolehkan maksimal 2
(dua) buah sebagaimana diatur di Peraturan Menteri Perdagangan;
• Produk hewan, tumbuhan dan ikan harus memperoleh ijin pemasukan
dari Badan Karantina;
• Produk senjata api, air softgun dan peralatan sejenis harus
mendapatkan ijin dari Kepolisian;
Dalam rangka penetapan nilai pabean, Pejabat Bea dan Cukai dapat
meminta informasi (Notifikasi) bukti pendukung transaksi jual beli yang obyektif
dan terukur kepada Penerima Barang melalui Penyelenggara Pos, sebagai data
pendukung untuk penetapan nilai barang, yaitu bukti bayar. Pemberitahuan barang
kiriman diajukan oleh penyelenggara Pos dengan dokumen daftar barang kiriman,
Consigment Note, PIBK (Pemberitahuan Impor Barang Khusus). Pembayaran BM
dan PDRI ke Kas Negara oleh Penyelenggara Pos dilakukan melalui Bank Devisa
Persepsi dengan menggunakan Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk,Cukai
dan/atau Pajak (SPPBMCP) paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah diterbitkan.
Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk,Cukai dan/atau Pajak (SPPBMCP) juga
berfungsi sebagai persetujuan pengeluaran barang (SPPB).
76
Gambar 25 Bea Cukai dan Diagram Alur Barang Ekspor
77
Pendaftaran PEB disertai dengan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan
dilengkapi dokumen pelengkap. PEB disampaikan paling cepat 7 hari sebelum
tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk
Kawasan Pabean. Dokumen pelengkap pabean:
1. Pelunasan pajak ekspor jika barang ekspor tersebut dikenai pajak ekspor.
Penyampaian PEB ini dapat dilakukan oleh eksportir atau dikuasakan
kepada PPJK
2. Pemeriksaan fisik barang ekspor dan penelitian dokumen
3. Persetujuan dan pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut
78
DAFTAR PUSTAKA
Hasim Purba. 2005. Hukum Pengangkutan di Laut, Medan: Pustaka Bangsa Press
Kuncoro Harto Widodo., Danang Parikesit., Dewanti, Muhammmad Pramono
Hadi, Sa’duddin, Said Basalim, Hengki Purwoto, Deni Prasetio Nugroho,
Yandra Rahardian Perdana. (2019). Logistik Perkotaan di Indonesia. Gadjah
Mada University Press.
Pelayanan Publik di Sektor Perhubungan Darat. (2019). Kementerian
Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat.
Peraturan Menteri Perhubungan No 60 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Barang Dengan Kendaraan Bermotor di Jalan
Peraturan Menteri Perhubungan No 74 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.
Titik Purwinarti. 2011. Prosedur Pengurusan Dokumen Barang Masuk Gudang
Ekspor, Prosedur Pengangkutan Barang Ekspor Dan Prosedur Penanganan
Dokumen Impor. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Volume 11 No. 1, 1-8
Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentan Lalu Lintas Angkutan Jalan
Ali Purwito M. (2010). Kepabeanan dan Cukai : Pajak Lalu Lintas Barang,
Konsep dan Aplikasi. Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia
Sumber Website :
https://www.gurupendidikan.co.id/dokumen/
3 Syarat dan Jenis Kargo Udara yang Perlu Anda Ketahui. (2019, November 12).
Kargo. https://kargo.tech/blog/syarat-dan-jenis-kargo-udara/
Bea Cukai: Sejarah, Fungsi dan Kebijakan Ditjen Bea Cukai. (2018, October 3).
OnlinePajak. www.onlinepajak.com
Dokumen-dokumen pendukung pengiriman kargo. (2012, May 21).
Https://Basiccargogroup4.Wordpress.Com/.
https://basiccargogroup4.wordpress.com/2012/05/21/dokumen-dokumen-
pendukung-pengiriman-kargo/
79
International Commercial Terms (Incoterms). (2017, October 8). W-III Cargo.
https://w3cargo.com/international-commercial-terms/
https://indoforwarding.com/dokumen-dokumen-muatan-cargo-kapal/
Tulus H. Simanjuntak. 2015. Penyelenggaraan Izin Penyelenggaraan Angkutan
Barang. www.hukumonline.com
http://hubdat.dephub.go.id/pelayanan-publik/1415-pelayanan-publik-ditjen-
perhubungan-darat
http://www.mitraconsultindo.co.id/syarat-syarat-kelengkapan-dokumen-dan-
prosedur-ekspor/
https://media.neliti.com/media/publications/13483-ID-prosedur-pengurusan-
dokumen-barang-masuk-gudang-ekspor-barang-ekspor-dan-dokumen.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10098/2016_%20present
asi%20Desain%20Dokumen%20Angkutan%20Barang%20di%20Indonesia
_Noor%20Mahmudah.pdf?sequence=3&isAllowed=y
http://bctemas.beacukai.go.id/faq/impor-barang-kiriman/
https://indonesia.go.id/layanan/kepabeanan/ekonomi/syarat-menjadi-eksportir-
dan-prosedur-kepabeanannya
80
81