Anda di halaman 1dari 240

LAPORAN AKHIR

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM : PENGUATAN LEGALITAS USAHA MASYARAKAT


PEDESAAN BERBASIS SULAM PAYET

Tahun ke I dari rencana 1 tahun

Ketua :
ANIES MARSUDIATI PURBADIRI, SH, MH (NIDN 0717096202)
Anggota :
Dr. M. HARIYADI EKO ROMADON, S.Sos.,M.Si ( NIDN 0013126602 )

UNIVERSITAS LUMAJANG
NOPEMBER, 2016
i

HALAMAN PENGESAHAN
Judul
Peneliti/Pelaksana
Nama Lengkap
NIDN
Jabatan Fungsional
Program Studi
Nomor HP
Alamat Surel (e-mail)
Anggota
Nama Lengkap
NIDN
Perguruan Tinggi
Institusi Mitra
Nama Mitra 1
Alamat
Penanggungjawab
Nama Mitra 2
Alamat
Penanggungjawab
Tahun Pelaksanaan
Biaya Tahun Berjalan
Biaya Keseluruhan

: IbM Penguatan Legalitas Usaha Masyarakat Pedesaan


Berbasis Sulam Payet
: Anies Marsudiati Purbadiri, S.H., M.H.
: 0717096202
: Lektor
: Ilmu Hukum
: 08124918515
: aniesmp@gmail.com
: Dr. M. Hariyadi Eko Romadon, S.Sos, M.Si
: 0013126602
: Universitas Lumajang
: Penjahit Arofah
: Dusun Ketewel Timur, Desa Sememu-Pasirian
: Siti Arofah
: Winie Butik
: Jalan Raya Condro Desa Condro Kec. Pasirian
: Dilah Prima Kusweni, S.Pd
: Tahun ke I dari rencana 1 tahun
: Rp 42.000.000,: Rp 42.000.000,Lumajang, 28 Nopember 2016

Mengetahui
Dekan

Soesilo, S.H., M.H.


NIDN. 0705066501

Ketua

Anies Marsudiati P., S.H., M.H.


NIDN. 0717096202
Menyetujui
Ketua LPPM
Dra. Sri Sumarliani, M.M.
NIDN. 0713116002

ii

RINGKASAN
IbM PENGUATAN LEGALITAS USAHA MASYARAKAT PEDESAAN
BERBASIS SULAM PAYET
Anies Marsudiati Purbadiri dan M. Hariyadi Eko Romadon
Seiring perkembangan jaman, dunia mode juga tak luput dari perubahan
demi perubahan, baik pada pemakaian bahan, desain model, hingga penambahan
asesorisnya. Perubahan demikian merambah di berbagai tingkatan wilayah, baik di
kota-kota besar maupun kecil, tak terkecuali di Kabupaten Lumajang. Setidaknya
ada dua kelompok masyarakat pedesaan yang melakukan usaha sulam payet, yang
hasilnya diminati oleh kalangan ekonomi menengah keatas baik di Lumajang
maupun kota-kota lainnya, hingga berpotensi menjadi industri kreatif yang
mumpuni.
Alasannya disamping ongkos jahitnya relatif murah juga desain
kebayanya up to date serta pilihan bahan payetnya memadai dari sisi harga dan
kwalitasnya. Namun sayang keduanya belum pernah mendapatkan pembinaan
dan fasilitasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat serta dinas-dinas
lain yang terkait, sehingga agak terabaikan kelengkapan legalitas usahanya.
Akibatnya seringkali keduanya dirugikan secara moril dan ekonomis ketika
produk usahanya disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Tujuan
pengabdian
ini
adalah
1)
Untuk
memfasilitasi
pendidikan/pelatihan kepada mitra tentang perlindungan hukum terhadap
operasional dan produk usahanya, 2) Untuk memberikan pendampingan kepada
mitra dalam upaya mendapatkan Ijin Usaha dan NPWP bahkan bila
memumgkinkan sampai pada penerbitan Hak Merek, serta 3) Untuk melakukan
penyadaran kepada mitra tentang tersedianya peluang koordinasi dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan serta dinas-dinas terkait lainnya di Kabupaten
Lumajang.
Metode yang diterapkan meliputi 1) Pendidikan hukum secara praktis, 2)
Pendampingan perolehan dokumen legalitas dan 3) Pemantauan terhadap
pemanfaatan dokumen yuridis serta penyadaran peluang koordinasi antara pelaku
usaha dengan pemangku kebijakan.
Indikator keberhasilannya, bahwa pelaku usaha akan diuntungkan secara
ekonomis dan prestise ketika usahanya mempunyai payung hukum dan produknya
dilindungi dengan pemasangan label tertentu secara sah, serta ditunjang adanya
bimbingan dan fasilitasi dari Dinas yang berkompeten.
Luaran yang dihasilkan, berupa Jurnal Pengabdian, Jasa
Pendidikan/Pelatihan untuk menumbuhkan kesadaran hukum dan ketrampilan
menyulam, Jasa Pendampingan hingga terbitnya Ijin Usaha, NPWP dan Register
Merek,, dan Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Adinistrasi Negara
Teknik monitoringnya, dilakukan secara berkala untuk mengetahui
perkembangan proses permohonan dokumen yuridis tersebut..
------------------------------------Kata kunci : Penguatan, Legalitas, Usaha, Berbasis, Payet.

iii

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, yang tiada henti
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat terus
mengembangkan pemikiran dan mengoptimalkan pengabdian kepada masyarakat,
dalam bentuk pendidikan, pelatihan, pendampingan maupun fasilitasi komunikasi
terhadap pihak-pihak yang memerlukannya.
Pada tahun anggaran 2016 ini, kami berkesempatan melakukan
pengabdian kepada masyarakat dengan fasilitasi dana hibah dari Kementrian Riset
dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), dengan obyek sasaran
pelaku usaha sulam payet di pedesaan. Melalui judul IbM : Penguatan Legalitas
Usaha Masyarakat Pedesaan Berbasis Sulam Payet ,kami berupaya keras untuk
mendapatkan dokumen-dokumen yuridis yang menguatkan keberadaan usaha
tersebut, antara lain : Ijin Usaha dan Hak Kekayaan Intelektual berupa Hak
Merek.
Untuk memenuhi dokumen-dokumen tersebut kami banyak mendapatkan
perhatian dan bantuan dari berbagai pihak sehingga mempermudah prosedur
pengurusannya, untuk itulah pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Dr. M. Hariyadi Eko Romadon,S.Sos, M.Si, selakuRektor Universitas
Lumajang yang telah memberikan ijin untuk melakukan pengabdian pada
masyarakat dengan fasilitasi dana dari Kementrian Riset dan Teknologi
Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti).
2. Soesilo, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lumajang,
yang telah menyetujui pelaksanaan pengabdianpada masyarakat sesuai
ketentuan Kemenristek Dikti.
3. Dra. Sri Sumarliani, M.M., selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
pada Masyarakat (LPPM) Universitas Lumajang, yang telah memberikan
arahan dan legalisasi pada laporan pertanggungjawaban IbM
4. Drs. H. Imam Supriyono, selaku Kepala Bakesbangpol, yang telah memberikan
ijin pengabdian di Lumajang.

iv

5. Drs. Agus Eko Suprayitno, M.Pd, selaku Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan yang telah berkenan memberikan arahan serta menugaskan
stafnya, yakni Ari Setiawan, ST untuk memfasilitasi pengurusan Hak Merek
di Kemenkum HAM
6. Egol Subandi, S.Ap, selaku Kasi Renbang pada Kantor Pelayanan Terpadu
yang lama dan Dadang A. Prasetiawan, SSTP, M.AP, yang telah
memfasilitasi penerbitan Ijin Usaha bagi pelaku usaha.
7. Siti Arofah selaku Penjahit Arofah dan Dilah Prima Kusweni S.Pd selaku
pemilik Butik Winie, yang telah bersedia bertindak sebagai Mitra IbM
8. Segenap rekan-rekan Dosen di lingkungan Universitas Lumajang, yang turut
memotivasi semangat dalam melaksanakan pengabdian.
9. Para mahasiswa UniversitasLumajang, yang telah bersedia menjadi bagian dari
Tim Pelaksana IbM Tahun 2016.
10. Serta berbagai pihak yang secara tak langsung turut memperlancar pelaksanaan
PPM skim IbM ini.
Sekalipun telah banyak pihak yang membantu, namun kami menyadari
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan laporan IbM ini, oleh
karena itu kami bersedia menerima kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai
pihak, agar sekiranya wujud kerja kami lebih mampu memberikan manfaat, baik
bagi para pelaku usaha, bagi lingkungan akademik maupun bagi masyarakat luas
di Kabupaten Lumajang pada khususnya serta di Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada umumnya.

Lumajang, 28 Nopember 2016


Tim Pengusul PPM skim IbM
Ketua

Anies Marsudiati Purbadiri, S.H., M.H.


NIDN : 0717096202

DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................
Halaman Pengesahan .............................................................................
Abstraksi ................................................................................................
Prakata ....................................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................
Daftar Tabel ............................................................................................
Daftar Gambar ........................................................................................
BAB 1
: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................
1.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran ..................
1.2.1. Profil Penjahit Arofah ..................................
1.2.2. Profil Winie Butik .........................................
1.3Identifikasi dan Alternatif Penyelesaian Masalah ..............................
1.3.1. Indentifikasi Masalah Mitra .........................
1.3.2. Alternatif Perumusan Masalah .....................
BAB 2
: TARGET DAN LUARAN ..........................................
2.1. Target ....................................................................
2.2. Luaran ...................................................................
BAB 3
: Metode Pelaksanaan .....................................................
3.1. Teknik Penyuluhan ................................................
3.2. Teknik Pelatihan ...................................................
3.3. Teknik Pendampingan IbM ...................................
BAB 4
: Kelayakan Perguruan Tinggi .......................................
4.1. Kualifikasi Perguruan Tinggi ...............................
4.2. Kualifikasi Tim Pengusul ......................................
BAB 5
: Hasil dan Pembahasan .................................................
5.1. Penyuluhan Hukum Sebagai Upaya
Peningkatan Kepatuhan Pelaku Usaha
Terhadap Peraturan Perundang Undangan ...........
5.1.1. Esensi Penyuluhan Hukum Bagi Pelaku
Usaha di Kabupaten Lumajang ...................
5.1.2. Substansi Penyuluhan Hukum Bagi Pelaku
Usaha di Kabupaten Lumajang ....................
5.1.3 Dampak Penyuluhan Hukum Terhadap
Kepatuhan Pelaku Usaha Pelaku USaha ......
5.2. Pendampingan Pengurusan Dokumen Yuridis
Sebagai Bentuk Dukungan Terhadap

vi

i
ii
iii
iv
vii
viii
ix
1
3
3
3
11
11
12
14
14
17
19
19
19
20
21
21
22
23

23
24
28
31

Pelaku Usaha ........................................................ 32


5.2.1.Bentuk Pendampingan Terhadap Perolehan
Ijin Usaha ................................................... 34
5.2.2. Mekanisme Pengurusan Ijin Usaha ............. 36
5.2.3 Bentuk Pendampingan Terhadap Pengurusan
Hak Merk
............................................... 40
5.2.4 Mekanisme Pengurusan Hak Merk .............. 43
5.3.Pelatihan Sulam Payet Sebagai Upaya
Pemasyarakatan Karya Dan Peningkatan
Ketrampilan Pelaku Pemula .................................. 45
5.3.1. Dampak Pelatihan Terhadap
Pengembangan Pelaku Dan Produk
Sulam Payet ................................................. 47
5.3.2. Prospek Pengembangan Produk Sulam
Payet Terkait Perkembangan Teknologi ...... 48
5.4. Peran Serta Dinas Terkait Dalam Pemanfaatan
Dokumen Yuridis Pelaku Usaha 50
5.4.1. Peran Serta Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Dalam Memfasilitasi Publikasi
Karya Pelaku Usaha Sulam Payet Yang
Telah Memiliki Legalitas . 50
5.4.2. Peran Serta Kantor Pelayanan Terpadu
Dalam Memantau Kepemilikan Legalitas
Usaha Oleh Pelaku Usaha Sulam Payet .. 54
BAB 6
: Rencana Tahap Berikutnya ......................................... 59
6.1. Rencana Jangka Pendek ....................................... 59
6.2. Rencana Jangka Panjang ...................................... 59
BAB 7
: KESIMPULAN DAN SARAN ................................... 61
7.1. Kesimpulan ........................................................... 61
7.2. Saran-Saran ........................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Pendukung
Lampiran 2 : Personalia Tim Pengusul beserta Kualifikasinya
Lampiran 3 : HAKI dan Publikasi Ilmiah

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Target Mitra IbM Penjahit Arofah


Tabel 2 : Target Mitra IbM Butik Winie
Tabel 3 : Daftar Dokumen Yuridis Yang Dimiliki Penjahit Arofah
Tabel 4 : Daftar Dokumen Yuridis Yang Dimiliki Winie Butik
Tabel 5 : Perbandingan Kondisi Mitra 1 Sebelum dan Sesudah IbM
Tabel 6 : Perbandingan Kondisi Mitra 2 Sebelum dan Sesudah IbM
Tabel 7 : Perbedaan Prosedur dan Mekanisme Pengurusan SIUP dengan IUMK

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Contoh produk kebaya payet karya Penjahit Arofah


Gambar 2 : Contoh produk gaun dan kebaya payet karya Winie Butik
Gambar 3 : Suasana Penyuluhan Hukum di Balai Desa Condro
Gambar 4

: Skema Tahapan Pengurusan Ijin di KPT

Gambar 5

: Formulir Permintaan Pendaftaran Merek Dagang

Gambar 6

: Suasana Pelatihan Sulam Payet di Butik Winie

Gambar 7

: Alternatif Pemasangan Payet pada Produk Selain Kebaya

Gambar 8

: Suasana Konsolidasi Tim IbM dengan Disperindag dan KPT

Gambar 9

: Suasana Pertemuan Pelaku Usaha Lintas Bidang Menyongsong


Berlakunya IUMK di Kab. Lumajang

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penunjang


A. Rekapitulasi dan Kwitansi Penggunaan Dana Hibah
B. Foto copy Perijinan dari KPT
C. Foto copy Register Merek dari Kemenkum HAM
D. Dokumentasi Kegiatan IbM
E. PPT IbM Sulam Payet
Lampiran 2 : Identitas Personalia Pengusul dan Kualifikasinya
Lampiran 3 : Artikel Jurnal Pengabdian

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia di dalam kehidupannya selalu memerlukan tiga
kebutuhan pokok, yakni Pangan, yang merupakan kebutuhan primer, serta
Sandang dan Papan yang termasuk kebutuhan sekunder. Pemenuhan kebutuhan
sandang, pada perkembangannya orang tidak saja memfungsikan pakaian itu
sebagai penutup badan melainkan juga sebagai pemanis atau pemantas
penampilan. Ada nilai -nilai etika dan estetika yang menjadi elemen penilaian
ketika seseorang memakai pakaian, sehingga merangsang orang lain untuk
memperhatikan dan memberikan tanggapan. Dan sebagai masyarakat Indonesia
yang dikenal lekat dengan adat ketimuran, mayoritas yang dikehendaki adalah
pakaian yang sopan, sederhana namun tetap tampak elegan.
Merujuk pada keanekaragaman adat istiadat masyarakat Indonesia yang
bercirikan Bhineka Tunggal Ika, maka Indonesia disamping memiliki beragam
suku bangsa juga memiliki beragam adat istiadat termasuk pula beragam pakaian
daerah dengan karakteristiknya masing-masing, misalnya : Baju Bodho dari
Ujungpandang, Kebaya dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta yang
lainnya.
Dari berbagai jenis pakaian daerah yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia, pada akhirnya yang lazim dipergunakan oleh kaum perempuan dalam
pergaulan nasional maupun internasional adalah jenis Kebaya . Awalnya yang
memasyarakat

adalah

model

kebaya

konvensional,

namun

dalam

perkembangannya terjadi terobosan yang luar biasa pada desain Kebaya, artinya
jika semula model Kebaya hanya serasi dipadukan dengan kain panjang (jarit),
kini Kebaya didesain lebih modern hingga serasi pula bila dipadukan dengan rok
ataupun celana panjang.
Terobosan yang terjadi bukan itu saja, melainkan merambah pula pada
pilihan bahan dan motifnya, jika dulu lebih dominan memakai bahan polos dengan
sedikit aksesoris renda/manik-manik di bagian dada dan ujung lengan bawah

ataupun memakai bahan bermotif bunga-bunga, maka kini bahan yang dipakai
lebih variatif, antara lain : kain kaca, kain tile, kain brokat, dan sebagainya.
Kemudian diatasnya diberikan tambahan sulaman payet di beberapa bagian
potongannya, seperti : bagian dada, leher, pinggang dan lengan, sehingga tampak
lebih semarak dan mewah.
Kepiawaian membuat Kebaya dengan asesoris sulaman payet tidak selalu
dimiliki oleh setiap orang karena untuk melakukannya dibutuhkan sentuhansentuhan artistik tersendiri. Dan kepiawaian demikian bukan saja ditemukan pada
masyarakat di kota-kota besar yang lebih terfasilitasi dengan adanya sekolah
formal, ataupun tempat-tempat kursus, namun ternyata ditemukan pula pada
masyarakat di kota kecil bahkan masyarakat pedesaan.
Di Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang, setidaknya ada dua
kelompok pelaku usaha yang memiliki kepiawaian membuat Kebaya Sulam
Payet, yakni Penjahit Arofah di Desa Sememu dan Winie Butik di Desa
Condro, yang hasil karyanya diminati oleh masyarakat di lingkup lokal, regional
bahkan nasional. Dari produk kebaya atau gaun bersulam payet yang dihasilkan
oleh kedua Mitra, selalu dirasakan adanya kebanggaan tersendiri ketika
memakainya, dan kondisi demikian bukan lantaran kemewahan pada gaun atau
kebayanya saja yang menjadi daya pikat, namun yang lebih menyentuh adalah
semangat dan daya juang mereka dalam menekuni usahanya, dari semakin
mempunyai prospek untuk berkembang.
Namun ironisnya kedua pelaku usaha tersebut belum memikirkan
legalitas usahanya, sehingga seringkali hasil karyanya disamarkan bahkan diakui
oleh pihak lain sebagai produknya. Terjadinya hal demikian dikarenakan
belum/tidak adanya bukti identitas pada karyanya yang berkekuatan hukum, juga
belum adanya pembinaan dan pendampingan yang dilakukan secara komprehensif
oleh pihak- pihak yang berkompeten untuk memberikan perlindungan hukum
sekaligus perlindungan ekonomis pada pelaku usaha.
Bertitik tolak dari kekaguman yang berpadu dengan keprihatinan itulah
maka terbersit keinginan untuk turut memikirkan keselamatan, keamanan dan
keberlanjutan usaha kedua penjahit tersebut, dengan cara memanfaatkan kapasitas
diri sebagai Dosen, untuk mendapatkan fasilitasi dana hibah dari Pemerintah.

Dalam hal ini institusi yang berwenang menggulirkan dana hibah adalah
Kementerian Riset dan Teknologi Perguruan Tinggi (Kemenristek Dikti), melalui
mekanisme kompetisi proposalProgram Pengabdian Pada Masyarakat. Dan pada
kesempatan Tahun Anggaran 2016 ini sengajadiajukannya melalui skim Iptek
Bagi Masyarakat (IbM), dengan judul :

IbM : Penguatan Legalitas Usaha

Masyarakat Pedesaan Berbasis Sulam Payet


1.2. Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Secara konseptual pengertian masyarakat sasaran pada umumnya dapat
mengarah pada masyarakat secara personal ataupun masyarakat secara
berkelompok yang tergabung dalam suatu komunitas tertentu hingga mempunyai
sebutan tertentu pula. Demikian pula halnya ketika sekelompok masyarakat
berkumpul menjalankan visi dan misinya di bidang jahit menjahit, tepatnya di
bidang pemasangan payet pada kebaya atau gaun dengan teknik sulam, maka
komunitas yang dibangun pada akhirnya dapat dikatakan sebagai komunitas sulam
payet.
Bila menyimak keberadaan pelaku usaha sulam payet di Kabupaten
Lumajang, tidak hanya terdapat di Kecamatan Pasirian saja, melainkan di
beberapa Kecamatan lain juga ada, akan tetapi yang berpeluang untuk
diketengahkan dalam pengabdian ini hanya kedua mitra tersebut saja. Disamping
produknya yang telah memasyarakat juga lokasi usahanya berada dalam satu area
Kecamatan,

sehingga

memungkinkan

untuk

lebih

dioptimalkan

pemasyarakatannya, khususnya dalam mendukung terbentuknya sentra-sentra


industri rumahan, yang secara spesifik juga akan dapat menjadi unsur penunjang
terbentuknya desa wisata.
Sebagai seorang Dosen yang bertindak sebagai pelaku pengabdian pada
masyarakat dengan sasaran para pelaku usaha sulam payet di pedesaan, sekaligus
sebagai masyarakat Lumajang yang berkesempatan duduk sebagai Tim Asistensi
Pembentukan dan Pembinaan Desa Wisataberdasarkan SK Bupati Nomor
188.45/75/427.12/2012, ketika melihat ada potensi masyarakat yang menonjol
maka tergerak hati untuk mengamati dan menelaahnya. Model penelaahannya
tentu tidak berdasarkan pada aspek-aspek ekonomis melainkan lebih condong
pada

aspek-aspek yuridisnya, mengingat basik keilmuan yang ditekuni adalah ilmu


hukum.
Dalam kaitannya dengan keberadaan mitra IbM yang belum memiliki
legalitas, maka terasa ada kewajiban moral untuk turut menjaga keamanan,
keselamatan dan keberlanjutan usaha para mitra tersebut. Untuk itu cara yang
ditempuh adalah melakukan pendekatan persuasif lebih dulu kepada mitra
khususnya dalam rangka menggunggah kesadaran hukumnya, serta melakukan
pendampingan pengurusan dokumen-dokumen yuridis yang selama ini belum
pernah dilakukannya. Dengan cara demikian harapannya para mitra akan terbantu
dalam hal peningkatan kualitas dirinya, karena pada dasarnya keduanya cukup
potensial untuk didorong lebih maju, yang pada saatnya akan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap pembangunan di daerahnya.
Untuk lebih jelasnya terkait keberadaan mitra saat ini, yakni Penjahit
Arofah dan Winie Butik, maka perlu kiranya diuraikan secara menyeluruh profil
masing-masing, sebagai berikut :
1.2.1. Profil Penjahit AROFAH
Penjahit Arofah adalah penjahit pakaian wanita yang berada di
wilayah pedesaan, tepatnya di Dusun Ketewel Timur RT 001 RW 006 Desa
Sememu Kecamatan Pasirian. Dinamakan demikian karena nama pemiliknya
adalah Ny. Siti Arofah, seorang ibu rumah tangga yang berhasil
mengembangkan hobinya sebagai sumber mata pencaharian.
Operasional usahanya dimulai sejak tahun 2003 lalu, dengan dibantu oleh
beberapa orang keluarganya serta tetangga disekitar rumahnya, kira-kira
berjumlah 15 orang, diantaranya ada yang bertugas sebagai penjahit,
penyulam, pemasang aksesoris hingga pengepak produk jadinya. Rekrutmen
demikian ditempuh oleh Ny. Siti Arofah disamping untuk meringankan
pekerjaannya sekaligus memberdayakan masyarakat disekitarnya agar
produktif dan berpenghasilan, sehingga secara tidak langsung telah turut
mendukung program pengentasan kemiskinan.

Ruang lingkup usahanya meliputi pembuatan pakaian wanita, rok, atasan,


hem dan kebaya, bahkan menampung juga jahitan berbahan kain kaos.
Berbagai jenis hasil jahitannya hampir memunculkan ciri tersendiri, yakni
adanya aplikasi jahitan benang besar di bagian tertentu atasan, adanya bordir
pada gaun, hingga adanya sulaman payet pada model kebaya. Dari sekian
jenis jahitan yang dihasilkan ternyata dalam perkembangannya yang
menonjol sebagai produk unggulannya adalah Kebaya Sulam Payet.
Ada suatu kondisi yang menarik dari usaha ini, selain desainnya dibuat
langsung oleh Ny. Siti Arofah, yang mampu menyelaraskan dengan keinginan
pemesannya, juga selalu mengikuti trend mode serta cenderung murah dalam
menentukan ongkos pembuatannya, sehingga hasil karyanya sangat diminati
oleh masyarakat kelas ekonomi menengah keatas. Disamping itu yang juga
membanggakan karena karya/produknya bukan saja diminati masyarakat
yang berada di wilayah Lumajang saja, melainkan ada yang berasal dari kotakota besar seperti : Malang, Surabaya dan Denpasar.

Gambar 1.Kebaya karya Penjahit AROFAH


Sebagian orang yang memesan Kebaya Sulam Payet tersebut untuk
digunakan secara pribadi tetapi lebih banyak yang memesan untuk
dikomersilkan, seperti yang dilakukan oleh para pengelola Salon Rias
Pengantin di wilayah Kabupaten Lumajang dan sekitarnya. Ironisnya, jika
yang

membeli hasil karya ini adalah para pemilik Salon Rias Penganten, biasanya
secara sengaja dan/atau tidak sengaja mengaburkan identitas si pembuatnya,
dan selanjutnya besar kemungkinan mereka mempublikasikan bahwa kebaya
sulam payet tersebut adalah produksi Garment tertentu di beberapa kota besar,
antara lain Malang, Surabaya bahkan Jakarta. Hal ini dilakukan demi untuk
meningkatkan prestise barang dimaksud serta untuk meningkatkan harga
sewa ataupun harga jualnya.
Keadaan demikian jelas sangat merugikan si pembuatnya, tetapi karena
tidak adanya alas hukum yang tepat untuk mempertahankan hak
pembuatannya, maka pihak pembuat hanya mampu memberikan himbauan
kepada para pembeli/pemesannya agar tidak berlaku curang saja. Beruntung
sejauh ini belum ada sengketa hukum yang terjadi oleh sebab adanya
kecurangan semacam itu. Namun demikian kondisi yang dapat memicu
terjadinya sengketa diantara para pihak yang berkepentingan ini tidak bisa
diacuhkan begitu saja, melainkan harus disikapi secara legal dan formal,
setidaknya melalui pembinaan dan pendampingan dari pemerintah serta
pihak- pihak tertentu yang berempati terhadap keberlangsungan operasional
Mitra.
1.2.2.Profil WINIE Butik
Winie Butik adalah salah satu butik yang sedang tumbuh dan
berkembang di wilayah Kecamatan Pasirian. Pemiliknya adalah seorang anak
muda setempat bernama Dilah Prima Kusweni, S.Pd , yang berlatar
belakang pendidikan Sarjana Tata Busana. Domisili tempat usahanya di Jalan
Raya Condro Desa Condro Kecamatan Pasirian, dengan lokasi yang strategis,
tepatnya di tepi jalan besar yang menghubungkan Kabupaten Lumajang
dengan Kabupaten Malang, serta berhadapan langsung dengan lokasi SMKN
Pasirian, sehingga amat mudah untuk diakses oleh masyarakat

yang

menginginkan produknya.
Dalam menjalankan usahanya, Ibu Dilah selaku pemilik usaha yang
sekaligus bertindak sebagai pendesain, mempekerjakan beberapa sanak
saudara, rekan sejawat, alumnus SMK Jurusan Tata Busana, maupun para

tetangga disekitarnya, kurang lebih berjumlah 9 (Sembilan) orang, sehingga


dengan demikian secara tidak langsung telah turut berpartisipasi pada
program pengentasan kemiskinan.
Operasional usahanya dimulai tahun 2010, sesaat setelah yang
berangkutan menyelesaikan studinya di Fakultas Tata Busana Universitas
Negeri Surabaya. Awalnya publikasi rintisan usahanya dilakukan melalui
media IT sehingga penyebaran informasinya cepat meluas. Meskipun menurut
hitungan waktu terbilng relatif baru namun berkat keseriusannya melakukan
promosi maka animo terus meningkat dan pelanggannya cukup banyak, baik
berasal dari dalam kota maupun luar kota, seperti Probolinggo, Surabaya
bahkan juga pernah diikutkan dalam Pameran di Malaysia, atas fasilitasi dari
almamaternya.
Produk yang dihasilkannya bermacam-macam, tetapi yang menjadi
konsentrasi utamanya adalah jenis Kebaya dan Busana Batik. Untuk produk
kebayanya yang nyaris semuanya ditambah dengan asesoris Sulam Payet,
kebanyakan dibeli oleh Salon Rias Pengantin ataupun Agency yang ada di
wilayah Kabupaten Lumajang dan sekitarnya, dengan harga yang relatif
seimbang dengan kwalitas barangnya. Lebih-lebih ketika pada tahun 2012,
disediakan ruang display disisi depan ruang jahitnya hal ini malah menjadi
daya tarik tersendiri bagi calon konsumen, bahkan berdampak pula pada nilai
jual produknya. Selanjutnya guna lebih menggairahkan konsumennya tempat
usahanya ditata sebagai Butik.

Gambar 2. Kebaya karya Winie Butik


Sebagai sebuah Butik si pemilik usaha telah mencantumkan label pada
karya/produknya, walaupun belum melengkapi dirinya dengan

Ijin Usaha,

sehingga posisi usahanya secara yuridis belum cukup kuat untuk ditempatkan
sebagai subyek hukum privat. Semisal, jika pada suatu kondisi tertentu
muncul kendala, diantaranya mendapati konsumen yang berbuat curang
memalsukan labelnya ataupun wanprestasi atas pemesanan barangnya, yang
mengakibatkan kerugian moril maupun materiil pada diri si pelaku usaha,
maka dalam hal demikian yang bersangkutan akan kesulitan untuk berproses
di depan aparat penegak hukum.
Oleh karena itu sangat perlu dilakukan pengurusan Ijin usahanya,
disamping perlu pula dilakukan promosi ataupun publikasi melalui berbagai
media, dengan tujuan

agar masyarakat luas semakin mengetahui

keberadaannya sehingga nantinya akan berdampak pada meningkatknya


volume pemasarannya. Selain itu publikasi menjadi upaya jitu untuk
mengantisipasi terjadinya persaingan bebas diantara pelaku usaha yang sama,
dalam arti mengurangi kemungkinan orang lain menduplikasi secara liar.
1.3. Identifikasi dan Alternatif Pemecahan Masalah
Bila mengamati keberadaan kedua mitra tampaknyapermasalahan yang
dihadapi tidaklah sedikit, ada yang berkenan dengan kepentingan-kepentingan
yang

bersifat eksternal ataupun internal. Secara eksternal, mitra IbM banyak


bersinggungan dengan masalah ketersediaan dokumen-dokumen yuridis yang
menguatkan eksistensi dirinya, dalam arti hampir tidak ada surat-surat formal
yang menyertai operasional usahanya, sebaliknya yang ada hanyalah pernyataanpernyataan informal yang secara terus menerus disuarakan oleh konsumennya
sehinggaq keberadaannya memasyarakat. Sedangkan secara internal, akan
bersinggungan dengan potensi sumberdaya manusianya dalam mengelola potensi
diri sekaligus potensi usahanya hingga menjadi aset yang berharga, baik bagi diri
masing-masing tempat usahanya maupun Pemerintah Daerah.
Atas dasar permasalahan yang dihadapi itu maka dipandang perlu untuk
dilakukan identifikasi secara menyeluruh terhadap beragam persoalan Penjahit
Arofah dan Butik Winie selaku Mitra IbM, agar kemudian dapat ditemukan
alternatif penyelesaiannya.
1.3.1. Identifikasi Masalah Mitra
Setelah mengamati profil kedua mitra, yaitu Penjahit Arofah dan
Winie Butik , dapat diketahui bahwa ada beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh keduanya, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Oleh
karena itu melalui program Pengabdian Pada Masyarakat skim Iptek bagi
Masyarakat (IbM) ini, pengusul merumuskan permasalahan mitra sesuai sudut
pandang aspeknya, sebagai berikut :
a. Dari Aspek Sosial
Tidak adanya promosi atau publikasi formal tentang keberadaan Penjahit
Arofah dan Winie Butik, sehingga aktivitasnya tidak terdeteksi oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta dinas-dinas terkait lainnya,
walaupun sebenarnya secara informal masyarakat Lumajang telah
mengetahui keberadaannya dan memanfaatkan hasil karyanya.
b. Dari Aspek Budaya
Masih minimnya program pembinaan dan pemberian perlindungan hukum
yang dilakukan oleh

Dinas-dinas terkait kepada kedua pelaku usaha,

khususnya menyangkut perlindungan operasionalnya, penguatan dan

pengembangan ide-ide kreatif yang dilahirkannya, yang sesungguhnya


sangat prospektif, bernilai seni serta bernilai ekonomis cukup tinggi,
meskipun hanya dilakukan oleh warga pedesaan.
c. Dari Aspek Layanan
Baik Penjahit Arofah maupun Winie Butik, bisa memberikan layanan
pembuatan Kebaya Sulam Payet secara tepat waktu, karena desain
modelnya siap dirancang sendiri serta alat dan bahan-bahan payetnya
sudah tersedia, disamping model transaksinya yang tidak berbelit-belit
hingga memudahkan konsumen untuk menngaksesnya.
d. Dari Aspek Kehidupan Bermasyarakat
Kedua pelaku usaha yang mempunyai spesifikasi produk Kebaya Sulam
Payet, terus berusaha meningkatkan mutu diri dan produknya dengan cara
mengikuti kegiatan seminar, workshop tata busana serta bersedia menerima
kritik saran yang membangun demi memberikan hasil terbaik bagi
konsumennya.
1.3.2. Alternatif Pemecahan Masalah
Beberapa masalah yang dihadapi Mitra tidak mungkin akan terselesaikan
jika tidak ada upaya dari pihak-pihak tertentu untuk turut menguraikan akar
permasalahannya, oleh karena itu Dosen yang menjadi pelaksana pengabdian
pada masyarakat melalui program Iptek bagi Masyarakat (IbM), melakukan
justifikasi permasalahan yang perlu disepakati untuk diselesaikan bersamasama antara mitra dengan pengusul, yakni sebagai berikut :
a. Mensosialisasikan keberadaan kedua Mitra agar semakin dikenal oleh
masyarakat luas dan diketahui operasionalnya oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan serta dinas-dinas terkait lainnya di Kabupaten Lumajang.
b. Menjembatani kedua Mitra untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan
Kantor Pelayanan Terpadu dalam rangka mendapatkan Ijin Usaha, dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangandalam rangka mendapatkan fasilitasi
pengurusan Hak Merek, serta jika memungkinkan berkoordinasi dengan

Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dalam rangka mendapatkan


fasilitas modal usaha.
c. Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan kepada kedua Mitra tentang
urgensi kepemilikan Ijin Usaha, pemasangan label resmi, penyusunan
kontrak pemasarannya, bahkan mungkin penyusunan draft HKI-nya,
dengan melibatkan dinas yang berkompeten ataupun pihak swasta yang
kredibel.
d. Melakukan pendampingan pada kedua Mitra dalam hal pengurusan Ijin
Usaha, termasuk memantau operasional Mitra pasca diterimanya Ijin
Usaha, tanpa mengintervensi managemen internal Mitra.
e. Membantu publikasi karya kedua mitra melalui peragaan busana,
penyebaran foto di media cetak dan di media sosial, pembuatan tas
kemasan yang bercirikan logo Mitra ataupun melalui pembuatan daftar
produk Kebaya Sulam Payet yang dihasilkannya hingga menyerupai
Katalog.

BAB 2
TARGET DAN LUARAN
2.1. Target
Sebagai penjahit pakaian wanita yang secara spesifik memproduksi jenis
Kebaya dengan asesoris sulam payet, baik Penjahit Arofah (di Desa Sememu)
dan Winie Butik (di Desa Condro) Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang,
ternyata keduanya masih mempunyai beberapa persoalan tertentu, menyangkut
legalitas operasional, pengakuan hasil usahanya, serta mekanisme pemasarannya.
Tanpa disadari tidak jarang para mitra merugi secara moril maupun materiil, dan
untuk memperkecil risiko itu pengusul IbM menginisiasi para mitra untuk
mengurus perijinan dan membuat Label serta menyediakan alat bukti otentik
berupa kwitansi atau nota pembelian berstempel, sebagai salah satu sarana
perlindungan hukumnya.
Dari upaya yang disepakati untuk dilakukan bersama-sama tersebut,
pengusul dan para mitra memberanikan diri menetapkan target sebagai berikut :
Tabel 3
Target Mitra 1 : Penjahit AROFAH
No.

Rencana
Kegiatan

Target

Capaian

1.

Penyuluhan
Hukum

Bulan Mei2016
dilaksanakan
Penyuluhan Hukum
secara sinergi dengan
Dinas Perindustrian dan
Perdagangan serta
Kantor Pelayanan
Terpadu

a. Muncul kesadaran dari


beberapa pelaku usaha yg
pernah menjadi peserta
penyuluhan hukum untuk
mengurus ijin usahanya.
b. Pengurusan ijin usaha
untuk Mitra dilakukan
dengan fasilitasi IbM
c. Pengurusan ijin usaha
untuk pelaku usaha diluar
Mitra dilakukan secara
mandiri

2.

Pengurusan
Ijin Usaha

a. Minggu IV Mei s/d


Minggu II Juni 2016
proses pemenuhan

a. Proses pengajuan ijin usaha


dilalui dengan langkah
terstruktur dan melibatkan

11

12

dokumen dari Mitra


Kades, Camat untuk
terkait pengajuan ijin
legalisasi domisili Mitra.
b. Minggu III Juni 2016 b. Instansi penerima
uji lapang secara
permohonan ijin usaha
sinergi dg beberapa
disesuaikan dengan limit
instansi terkait
modal usahanya.
c. Minggu IV
c. Dengan adanya ijin usaha,
pembayaran retribusi
pelaku berhak mendapatijin usaha berdasarkan
kan pembinaan dan
Surat Ketetapan
fasilitasi dari Disperindag
Retribusi.
Kab. Lumajang.
d. Akhir Juli 2016 Mitra d. Terbuka kesempatan
sudah memiliki Ijin
mengikuti pameran produk
home industri di tingkat
Usaha dari yang
lokal atau regional
diterbitkan oleh
(Dekranas)
Kantor Pelayanan
Terpadu (KPT)
2.

Pembinaan
dan pendampingan

a. Minggu III Juni 2016, a.


pasca penyuluhan
hukum mitra mendapat b.
pembinaan dari
Disperindag
c.
b. Minggu III dan IV Juni
2016, mitra mendapat d.
pendampingan
pengurusan Ijin Usaha
c. Pada minggu yang
sama, mitra mendapat
pendampingan
pengurusan Hak Merek.

Ada petunjuk yang tepat


dalam menjalankan usaha
Ada kepastian hak dan
kewajiban
Ada peluang menambah
modal
Meningkatnya kompetensi
tenaga kerja dan tata kelola
usaha

3.

Pencantuman a. Akhir Juli 2016 Ijin a. Ada perlindungan hukum


Usaha telah terbit
terhadap karya/barang
Label
sedangkan
Hak
produksinya.
Barang
Merek masih berupa b. Terbuka kemungkinan
Produksi
register resmi ke
meningkatkan harga jual
Kemenkum HAM,
karya/barang produksinya.
atas nama Mitra.
b. Minggu IV Juli 2016
Pelaku Usaha dapat
membuat dan
memasang Label
sebagai identitas
produknya.

4.

Pembuatan
Dokumen
Pemasaran
Barang
Produksinya

Triwulan IV Tahun 2016 a. Ada alat bukti pemesanan


Pelaku usaha dapat
secara tertulis.
memperbaiki mekanisme a. Memperkecil risiko kerugian
pemasaran barang proakibat wanprestasi ataupun
dusinya sesuai kelazimpengakuan hak oleh orang
an di dunia usaha.
lain
Tabel 4
Target Mitra 2 : WINIE Butik

No.

Rencana
Kegiatan

Target

Capaian

1.

Penerbitan
Ijin Usaha

Triwulan II Tahun 2016 a. Dengan adanya pencerahan


mendapat Ijin Usaha dari
akan meningkatkan
Disperindag Kab.
semangat berproduksi.
Lumajang
b. Terbuka peluang mengikuti
pameran produk home
industri di tingkat lokal,
regional, nasional

2.

Pembinaan
dan pendampingan

Triwulan III Tahun 2016 a. Ada petunjuk yang tepat


mendapat pembinaan dari
dalam menjalankan usaha
pendampingan dari
b. Ada peluang menambah
Disperindag dan Dinkopmodal usaha
UKM
c. Meningkatnya kompetensi
tenaga kerja dan tata kelola
usaha

3.

Pencantuman
Label Barang
Produksi

Triwulan III Tahun 2016 a. Ada alat bukti perlindungan


mendapat petunjuk
hukum terhadap
pembuatan dan
karya/barang produksinya.
pemasangan Label
b. Terbuka kemungkinan
sebagai identitas barang
meningkatkan harga jual
produksinya
karya/barang produksinya.
c. Ada pengakuan produk
unggulan Kebaya Sulam
Payet

4.

Pembuatan
Dokumen
Pemasaran
Barang
Produksi

Triwulan IV Tahun
a. Ada alat bukti pemesanan
2016ada
secara tertulis.
petunjuk/arahan/contoh b. Memperkecil risiko
memperbaiki mekanisme
kerugian akibat wanprestasi
pemasaran barang
ataupun pengakuan hak
produsinya sesuai
oleh orang lain.
kelaziman di dunia
c. Merintis pembuatan katalog
usaha.
Kebaya Sulam Payet.

2.2. Luaran
Luaran dari Pengabdian Pada Masyarakat dengan skim IbM ini
diupayakan dapat berupa :
a. Artikel atau Publikasi Ilmiah, berupa Jurnal Pengabdian
b. Jasa Pendidikan/Pelatihan Hukum secara praktis di bidang penyusunan
Dokumen Yuridis
c. Jasa pendampingan pengurusan Ijin Usaha bagi kedua Mitra, Jasa pembuatan
NPWP, Jasa pendampingan penyusunan draf HKI (Hak Kekayaan
Intelektual) bagi Mitra 1 dan 2, khususnya dalam bentuk Hak Merek.
d. Jasa pembuatan Label, Buku Nota berlogo, Tas Pengemas berlogo
e. Jasa pembuatan album foto bagi koleksi kedua mitra.
f. Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara
Dari masing-masing luaran tersebut mempunyai spesifikasi tersendiri
yakni sebagai berikut :
a. Artikel Ilmiah, berupa tulisan ilmiah di bidang ilmu hukum dan ilmu
adminisrasi

yang

memuat

aspek-aspek

yuridis,

sosiologis,

dan

memungkinkan pula diselipkan aspek ekonomis.


b. Jasa Pendidikan/pelatihan, berupa transformasi pengetahuan tentang buktibukti legalitas suatu usaha beserta konsekwensi yuridis yang melekat di
dalamnya.
c.

Jasa Pendampingan dan penyadaran berupa keikutsertaan pengusul secara


fisik/non fisik dalam proses pengurusan Ijin Usaha, NPWP, dan Hak Merek.

d. Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara, berupa tulisan


terstruktur sesuai kaidah penulisan bahan ajar untuk mata kuliah dimaksud.

BAB 3
METODE PELAKSANAAN
3.1. Teknik Penyuluhan
Sebagai salah satu metode pelaksanaan yang bersifat edukatif, maka
teknik penyuluhan dilakukan dengan tujuan untuk menyampaikan pengetahuan
tentang dokumen-dokumen yuridis yang selayaknya dimiliki oleh setiap
organisasi atau komunitas, tak terkecuali komunitas di bidang jahit menjahit agar
keberadaannya legal secara yuridis. Disamping itu melalui teknik penyuluhan,
konsepsi pemikiran para tokoh di bidang ilmu hukum, sosial kemasyarakatan, dan
ekonomi dapat tertransformasikan kepada pengelola usaha pada khususnya
maupun masyarakat luas pada umumnya, sehingga semua pihak menyadari
pentingnya pelindungan hukum bagi pelaku usaha jenis apapun.
Adapun pihak yang dilibatkan dalam penyuluhan hukum tentang urgensi
payung hukum bagi pelaku usaha sulam payet ini, yaitu Dr, M. Hariyadi Eko
Romadon,S.Sos, MS sebagai moderator, dan yang bertindak sebagai narasumber
adalah nama-nama sebagai berikut :
a. Anies Marsudiati Purbadiri, S.H., M.H, selaku akademisi di bidang hukum,
yang sehari-harinya mengampu mata kuliah Hukum Administrasi Negara
di Fakultas Hukum Universitas Lumajang.
b. Ari Setiawan, S.T., selaku pejabat dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, yang ditunjuk oleh Kepala Dinas untuk memaparkan materi
Peran dan Fungsi Disperindag Dalam Membangun Dunia Usaha
khususnya bagi masyarakat Kabupaten Lumajang.
c. Egol Subandi, S.Ap, Kasi Renbang pada Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Lumajang, yang memaparkan materi tentang Tata Cara
Pengurusan Ijin Usaha.
Konkritnya yang dilakukan oleh para narasumber melalui teknik
penyuluhan kepada para pemilik usaha selaku mitra, adalah memberikan
pendidikan tentang proses pengurusan serta urgensi kepemilikan Ijin Usahadan
Hak
Merek yang dapat hasilnya dapat menguatkan eksistensi produk usaha para Mitra.

15

16

Dampaknyabahwa hasil dari penyuluhan tersebut ternyata mampu menggugah


kesadaran para pelaku usaha untuk berpikir positif.
3.2. Teknik Pelatihan
Di dalam teknik pelatihan dilakukan bentuk-bentuk aplikatif sesuai
dengan sasaran atau obyek yang menjadi pokok kegiatan, antara lain : pelatihan
memasang payet dengan teknik menyulam yang diperuntukkan bagi

warga

masyarakat yang berminat sehingga dapat meningkatkan ketrampilannya. Selain


itu dilakukan pelatihan penulisan transasksi pemesanan produk dengan bukti
otentik berupa nota berlogo, serta pelatihan penyusunan perjanjian atau kontrak
dengan maksud agar tidak sampai terjadi pengingkaran atau penipuan berkenaan
dengan besaran nilai kontrak yang telah ditransaksikan.
Teknik pelatihan lainnya yang juga dilakukan secara sinergi antara Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang dengan Kantor Pelayanan
Terpadu adalah berkenaan dengan mekanisme pengurusan Ijin Usaha dan
pengajuan Hak Kekayaan Intelektual berupa Hak Merek. Pelatihan demikian
terasa sangat penting untuk dilakukan karena dalam prakteknya prosedur
pengurusan kedua hal tersebut tidak sesederhana teorinya.
3.3. Teknik Pendampingan Ipteks
Untuk

teknik

pendampingan

IPTEKS

dilakukan

dalam

bentuk

transformasi pengetahuan yang diperoleh dari media elektronik atau perangkat IT


lainnya untuk selanjutnya dijadikan bahan acuan atau referensi bagi pelaku usaha
dalam menentukan kebijakan-kebijakan berkenaan dengan usahanya menjadikan
produk usahanya semakin diminati masyarakat.
Pendampingan IPTEKS juga dilakukan oleh pihak pemerintah, dalam hal
ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan, khususnya dalam rangka meningkatkan
kualitas produk usahanya sehingga layak untuk direkomendasikan sebagai
perwakilan daerah dalam pameran-pameran di skala lokal,regional bahkan
nasional, misalnya Dekranas.

Harapan berikutnya pasca publikasi dan promosi melalui pameran


tersebut, mekanisme pemasaran produk usahanya menjadi lebih baik dan
pendapatan yang diperolehnya lebih meningkat. Bahkan jika omzetnya melebihi
kapasitas produksi tenaga kerja yang telah tersedia, maka pelaku usaha dapat
merekrut tenaga kerja baru, yang hal ini akan berdampak positif pada pengurangan
pengangguran atau dengan kata lain model padat karya yang dilakukannya selama
ini dapat lebih dioptimalkan.

BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Kualifikasi Perguruan Tinggi
Berkenaan dengankelayakan Perguruan Tinggi dapat dikatakan bahwa
dalam 5 (Lima) tahun terakhir lembaga sudah cukup banyak memperoleh
kesempatan guna mendapatkan dana hibah

Penelitian dan Pengabdian Pada

Masyarakat yang berasal dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, walaupun


dari sisi kwantitas masih perlu untuk ditingkatkan. Untuk itu tentunya setiap
Dosen harus berusaha mengaksesnya sekaligus memenuhi kewajibannya dalam
melaksanakan dharma kedua dan ketiga dari Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu
Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat.
Adapun data selengkapnya perihal kelayakan lembaga sebagai berikut
a. Penelitian
No.
1.

2.

Nama
Peneliti
Suharyono,
SH,MH

Anies
Marsudiati
P., SH, MH

Judul Penelitian

Tahun
Sumber/Jumlah Ket
Anggaran
Dana
Proses Asimilasi
2012
DP2M Dikti
PDP
Pada
Lembaga
Rp 8.500.000
Pemasyarakatan
Kelas II Kab.
Lumajang
Penerapan Perda
Kab. Lumajang
No. 13 Th 2012
2015
DP2M Dikti
PDP
tentang Retribusi
Rp 12.000.000
RPH Dalam
Optimalisasi PAD

b. Pengabdian Pada Masyarakat


No.
1.
2.

Nama
Peneliti
Anies
Marsudiati
P., SH, MH
Naimah,
SHi, MH

Judul
Pengabdian
IbM : Payung
Hukum Bagi
Sanggar Seni Tari
IbM Kripik
Pisang Berkulit
Sebagai Pengem-

23

Tahun
Anggaran
2015

Sumber/Jmlh
Dana
DP2M Dikti
Rp 45.000.000

Ket

2015

DP2M Dikti
Rp 43.000.000

PPM

PPM

24

3.

Irma
Sahvitri,
SH.,MH.
Kes

4.

Anies
Marsudiati
P., SH, MH

5.

Ratnaningsih, SH,MH

bangan Produk
Ciri Kas Lokal
IbM Tanggungjawab Produsen
Melalui Peningkatan Kualitas
Susu Kambing
Kec.Senduro
Kab. Lumajang
IbM Penguatan
Legalitas Usaha
Masyarakat
Pedesaan Berbasis Sulam Payet
IbM Hak Merk
Batik Sebagai
Ciri Kas Lokal
Kab. Lumajang

2015

DP2M Dikti
Rp 32.500.000

PPM

2016

DRPM
Rp 42.000.000

PPM

2016

DRPM
Rp 40.000.000

PPM

Tahun
Anggaran

Sumber/Jmlh
Dana

Ket

2014

DP2M Dikti
Rp 7.336.000

PKM
-M

2015

DP2M Dikti
Rp 10.600.000

PKM
-P

c. Program Kreativitas Mahasiswa


No.
1.

2.

3.

Nama
Peneliti
Moh.
Bakir, dkk

Judul Program
Upaya
Meminimalisir
Pernikahan Dini Di
Kalangan Remaja
Dsn Darungan
Melalui
Penyuluhan Hkm
dan Kesehatan

Nico
Valentino,
dkk

Pengaruh Pemberian Tunjangan


Kehormatan
Terhadap Kinerja
Guru di Tingkat
SLTP

Ila
Wijayanti,
dkk

Perlindungan Hak
Anak Melalui Pengurusan Akta
Kelahiran di IgirIgir Kecamatan
Yosowilangun

2015

DP2M Dikti
Rp 9.800.000

PKM
-M

4.2. Kualifikasi Tim Pengusul


Guna menentukan kualifikasi Tim Pengusul, hal yang perlu diuraikan
adalah

yang berkenaan dengan relevansi keahlian tim, sinergisme kinerja dan

pengalaman sosial kemasyarakatan Tim Pengusul, yang terdiri dari Ketua, dan 1
(satu) anggota serta 6 (enam) mahasiswa dari lintas fakultas atau lintas keilmuan.
Untuk penjelasan detailnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Ketua Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul adalah Dosen Fakultas Hukum, disamping
mempunyai tugas dan tanggungjawab menyampaikan materi ilmu hukum
sesuai kompetensi akademiknya, juga mempunyai empati yang kuat di bidang
pengabdian pada masyarakat, karenanya seringkali terlibat pada berbagai
kegiatan sosial kemasyarakatan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui
SKPD tertentu untuk menjadi bagian dari Tim Pendampingan ataupun Tim
Asistensi. Beberpa diantaranya adalah :
Menjadi pengurus Forum Lumajang Sehat (FLS) selama 3 periode, mulai
Th 2009 s/d sekarang, atas rekomendasiBadan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kabupaten Lumajang.
Menjadi pengurus Dewan Kesenian Lumajang (DKL) selama 2 periode,
mulai Th 2011 s/d/ sekarang, atas rekomendasi Tokoh Seni Lumajang.
Menjadi Tim Pendamping Pembentukan Desa Wisata dan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) di Kabupaten Lumajang pada Th 2014 s/d
sekarang,atas rekomendasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
Kab. Lumajang.

Menjadi Tim Asistensi Pengembangan Destinasi Wisata Kabupaten


Lumajang, Th 2015 dan seterusnya, atas rekomendasi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (Disbudpar) Kab. Lumajang.

Menjadi pengurus Kelompok Kerja Masyarakat Peduli Kesehatan (Pokja


MPK) pada Th 2014 s/d sekarang, atas rekomendasiDinas Kesehatan
Kabupaten Lumajang.
Menjadi Tim Advokasi Asosiasi Kepala Desa se Kabupaten Lumajang,
pada tahun 2015 s/d sekarang, atas rekomendasi Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lumajang.
Menjadi Tim Bintek Pelayanan Publik Bidang Kesehatan dengan Fasilitasi
ADB, pada tahun 2016 s/d sekarang, atas rekomendasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Lumajang.
Menjadi Pendamping Pembentukan Kelompok Posdaya pada usaha
ekonomi kreatif Sinau Andadani Ekonomi di Desa Mojosari, atas
rekomendasi LPPM Universitas Lumajang
Dari beberapa kesempatan pengabdian tersebut, diperoleh pengalaman
bermacam-macam, salah satunya memperoleh informasi tentang adanya
usaha rumahan yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan di bidang
pembuatan Kebaya Sulam Payet yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi. Uniknya walaupun tempat usaha ini berada di wilayah pedesaan
namun hasil produksinya diminati oleh banyak orang, utamanya para
pengusaha Salon Rias Pengantin di perkotaan, mulai Lumajang, Jember,
Surabaya, Bandung, Jakarta hingga Denpasar. Tetapi ironisnya terhadap
usaha ini masih banyak hal yang harus disikapi agar tidak merugi secara
moril dan ekonomi.
Terkait Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat yang didanai
Kemenristek Dikti, setidaknya telah lima kali menikmati kesempatan tersebut,
yakni di Tahun 2009 dua kali, Tahun 2014 satu kali sebagai Dosen
Pendamping PKM, tahun 2015 dua kali dan Tahun 2016 ini sedang aktif
melaksanakan pengabdian pada masyarakat dengan masyarakat sasaran
pelaku usaha sulam payet, tepatnya yang dikelola oleh Penjahit Arofah di
Desa Sememu dan Butik Winie di Desa Condro Kecamatan Pasirian.
b. Anggota Tim Pengusul

Anggota Tim Pengusul adalah Dosen pada Fakultas Ilmu Administrasi


prodi Ilmu Administrasi Publik. Sesuai bidang ilmunya maka pemahamannya
tentang kepemimpinan, sumberdaya manusia dan sosiologi budaya Indonesia
lebih kuat sehingga sangat mendukung bagi proses pemecahan masalah yang
dihadapi oleh para Mitra.
Pengalaman pengabdian pada masyarakat yang pernah dan sedang
dilakukannya sangat banyak, diantaranya adalah :

Menjadi Ketua Forum Lumajang Sehat, selama 4 periode mulai Tahun


2007 hingga sekarang, atas rekomendasi Bappeda Kabupaten Lumajang.

Menjadi Panitia Seleksi Sekertaris Daerah Kabupaten Lumajang Tahun


2015 hingga sekarang atas rekomendasi Bupati Lumajang
Menjadi Ketua Dewan Pendidkan Kabupaten Lumajang, sejak Tahun 2010
sampai dengan 2015, atas dasar Surat Keputusan Bupati Lumajang
Menjadi Direktur Bank Sampah Margi Rahayu Kel Ditotrunan Kabupaten
Lumajang, atas rekomendasi Lurah dan warga setempat.
Menjadi Tim Asistensi Pengembangan Bank Sampah di Kabupaten
Lumajang, atas rekomendasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Lumajang.
Menjadi Ketua PNPM Perkotaan Lumajang, atas rekomendasi Dinas
Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Lumajang.
Menjadi Pengurus Dewan Kesenian Lumajang (DKL) pada Tahun 2012
hingga 2014, atas rekomendasi Tokoh Seni Lumajang.
Menjadi Tim Pendamping Pembentukan Desa Wisata dan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) di Kabupaten Lumajang pada Th 2014 s/d sekarang,
atas rekomendasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kab.
Lumajang.
Menjadi Tim Asistensi Pengembangan Destinasi Wisata Kabupaten
Lumajang, Th 2015 dan seterusnya, atas rekomendasi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (Disbudpar) Kab. Lumajang.
Menjadi Penasehat Kelompok Kerja Masyarakat Peduli Kesehatan (Pokja
MPK) pada Th 2014 s/d sekarang, atas rekomendasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Lumajang.

Menjadi Sekertaris Lumajang Jeep Club, atas rekomendasi rekan sejawat


Dari berbagai pengalaman pengabdian tersebut menjadikan luasnya
wawasan

dan

arifnya

kebijaksanaan

yang dapat

diterapkan

dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat. Dan aktivitasnya


sebagai anggota masyarakat yang peduli terhadap pendidikan dan kesehatan
lingkungan, baik fisik maupun non fisik, menjadikan dirinya sebagai pionir
dalam berbagai lembaga kemasyarakatan.
Selain itu pola berpikirnya yang terstruktur dan visioner, sering
menjadi bahan pertimbangan para pemangku kebijakan di wilayah Kabupaten
Lumajang, guna menyelesaikan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan
yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Termasuk pula pola
pikir yang demikian akan sangat membantu penuntasan permasalahan Mitra.

c. Mahasiswa
Untuk

mahasiswa

yang

diikutsertakan

dalam

Tim

Pengusul

Pengabdian Pada Masyarakat kali ini sebanyak 6 (enam) orang, yang berasal
dari FH,FIA dan FP di lingkup Universitas Lumajang. Dari keenam
mahasiswa tersebut, lebih ditekankan pada kemampuannya melakukan
pendekatan-pendektan persuasif kepada mitra maupun pihak-pihak lain yang
potensial membantu kelancaran pengabdian ini. Melalui penempatan potensi
yang demikian, diharapkan kemampuan akademik mahasiswa akan terwadahi
sekaligus berkesempatan mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan
masyarakat, sesuai dengan peran dan fungsinya.
Disamping itu, kemampuan para mahasiswa dalam memanfaatkan IT
juga sangat membantu pencapaian tujuan yang dikehendaki oleh pengusul,
yang notabene juga menjadi cita-cita pihak Mitra dalam rangka memajukan
usahanya. Dan demi memberikan penghormatan yang sama maka kepada
masing-masing mahasiswa diberikan tugas yang berbeda dengan porsi yang
seimbang sehingga menepis terjadinya kecemburuan.

Bahkan kedepan para mahasiswa telah sepakat untuk membantu para


Mitra membuat web site, yang pada saatnya akan berguna sebagai media
promosi, publikasi bahkan transaksi secara on-line. Untuk itu Mitra juga
harus

mempersiapkan

diri

sebaik

mungkin,

manajemen serta sumber daya manusianya.

termasuk

memperbaiki

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.

Penyuluhan Hukum Sebagai Upaya Peningkatan Kepatuhan Para


Pelaku Usaha Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Hakekatnya tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur, merata materiil spirituil berdasarkan Pancasila
di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang merdeka,
bersatu, berdaulat dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa
yang aman, tentram, tertib dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Adapun tujuan tersebut tidak mungkin tercapai dalam waktu yang
singkat, melainkan memerlukan beberapa tahapan untuk mendekatkan kegiatankegiatan yang sedang berlangsung pada tujuan yang dikehendaki. Bahkan
bukan tidak mungkin pula dalam tahapan pelaksanaan tersebut muncul kendalakendala yang dapat menghambat pencapaian tujuan, misalnya perbedaan sudut
pandang masyarakat terhadap kebijakan, fluktuasi ekonomi yang kerap
bergejolak,

dan

sebagainya.

Untuk

tidak

menimbulkan

ekses

yang

inkonstitusional maka pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut haruslah didasarkan


pada hukum atau aturan yang berlaku dan disepakati oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Secara umum tujuan pembangunan adalah sama, yakni meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat serta meletakkan landasan yang kuat
untuk program pembangunan berikutnya. Oleh karenanya, sangat diharapkan
agar masyarakat segera memperoleh manfaat dari hasil pembangunan yang telah
dan sedang

dilaksanakan, diantaranya berupa peningkatan kesejahteraan lahir

bathinsambil sekaligus mempersiapkan proses pembangunan berikutnya.


Suatu proses pembangunan pada umumnya dikaitkan dengan pandanganpandangan yang optimistis, yang berwujud usaha-usaha mencapai taraf hidup
yang lebih baik daripada yang sudah ada. Di dalam upaya mencapai taraf hidup
itu, menurut Soerjono Soekanto, dapat ditempuh cara-cara pembenahan di
sektor
strukturil, yang meliputi perencanaan, pembentukan dan evaluasi lembagalembaga

67

30

kemasyarakatan, prosedurnya serta pembangunan secara kebendaan. Juga di


sektor spiritual yang meliputi pembangunan watak dan pendidikan di dalam
penggunaan cara-cara berpikir ilmiah.
Upaya mencapai taraf hidup yang lebih baik menjadi program dan arah
kebijakan bagi setiap manusia atau sekelompok manusia, yang seringkali
direalisasikan dalam rangkaian aktivitas yang disukainya secara seoptimal
mungkin. Namun demikian sebagai anggota masyarakat atau sekelompok
masyarakat yang terwadahi dalam lembaga sosial kemasyarakatan, lebih-lebih
sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang tata pemerintahannya menganut paham
Rechtstaat (negara berdasar atas hukum) dan bukan machtstaat (negara berdasar
atas kekuatan), maka tentunya ada aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan
agar usaha-usaha yang dilakukannya justru tidak bertentangan atau melanggar
hukum.
Pasal 28 J ayat (2) UUD 1945 pasca amandemen menyebutkan sebagai
berikut : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis
Pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar dan benar, selanjutnya diatur lebih
detail di dalam beberapa peraturan perundang-undangan, salah satunya adalah
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
5.1.1. Esensi Penyuluhan Hukum Bagi Pelaku Usaha Di Kabupaten
Lumajang
Salah satu hak manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya adalah
dengan bekerja, baik dalam lingkup lembaga formal milik Pemerintah
maupun swasta, atau dapat pula bekerja secara bebas tanpa terikat suatu
lembaga tertentu dengan dasar utama mengembangkan keahlian atau
ketrampilan

dirinya yang memungkinkan menjadi sumber penghasilan. Contohnya,


menjadi wirausahawan dengan cara mengembangkan ketrampilan menjahit
pakaian hingga berpotensi menjadi ladang usaha yang menguntungkan,
terlebih bila dipadukan dengan peningkatan keahlian di bidang-bidang
tertentu, yang pada akhirnya menjadi ciri khas dari usaha yang ditekuninya.
Ketika usaha yang dilakukan oleh masyarakat, baik yang bergerak di
wilayah perkotaan maupun pedesaan, mengalami peningkatan pada sisi
kwalitas serta kwantitas produknya, maka akan berdampak pula pada
perluasan peminat sekaligus jangkauan pemasarannya. Dalam kondisi
demikian tentu sangat diperlukan adanya perlindungan-perlindungan tertentu
terhadap produk dan aktivitas usahanya, agar terhindar dari tindakan atau
perbuatan yang merugikan, yang biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab.

Salah satu caranya adalah dengan memberikan

tambahan pengetahuan di bidang hukum, antara lain tentang pengajuan Ijin


Usaha sebagai bukti legalitas usahanya, cara membuat perjanjian atau kontrak
dengan pihak lain, cara mengantisipasi terjadinya wanprestasi, dan
sebagainya. Dan pengetahuan tersebut diantaranya dapat dilakukan melalui
kegiatan Penyuluhan Hukum, dengan melibatkan instansi yang berwenang
ataupun masyarakat yang paham secara yuridis formal mengenai peraturan
perundang- undangan yang berlaku dan relevan dengan dunia usaha.
Jika disinergikan dengan konteks pembahasan tentang dunia usaha
beserta pelakunya yang beroperasi di Kabupaten Lumajang, maka beberapa
peraturan perundang-undangan yang wajib diketahui dan dipahami, antara
lain
:
a.

Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945

b.

Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah

c.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman


Penetapan Izin Gangguan di Daerah

d.

Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 27 Tahun 2004 tentang


Surat Ijin Usaha Industri, Ijin Perluasan dan Tanda Daftar Industri

e.

Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Lumajang

f.

Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 16 Tahun 2011 tentang


Retribusi Izin Gangguan

g.

Surat Keputusan Bupati Lumajang Nomor 188.45/225/427.12/2005


tentang Pendelegasian Penandatanganan Surat Izin di Kabupaten
Lumajang
Selain itu juga masih ada beberapa peraturan perundangan lainnya

yang secara positif berlaku bagi pengurusan ijin-ijin yang berbeda tetapi tetap
menjadi kompetensi Kantor Pelayanan Terpadu untuk menerbitkannya, dan
dengan dasar hukum yang sama untuk penerbitannya, yakni Surat Keputusan
Bupati Lumajang yang menyatakan adanya pendelegasian wewenang kepada
Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang.
Sebagai upaya penghormatan terhadap hak dan kebebasan orang lain
maka menjadi penting bagi setiap orang untuk selalu dapat mengendalikan
dirinya agar tidak apriori terhadap kepentingan setiap orang serta taat
terhadap hukum yang berlaku. Dan untuk memahamkan setiap orang tentang
hal demikian diperlukan usaha-usaha yang strategis dan berkesinambungan,
diantaranya melalui pendidikan atau pembelajaran, tepatnya dalam konteks
ini berupa penyuluhan hukum.
Pada dasarnya Penyuluhan Hukum merupakan tindakan preventif yang
dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten guna mengantisipasi
terjadinya hal-hal yang bertentangan dengan hukum, dan cara konkritnya
adalah dengan memberikan penambahan wawasan/pengetahuan, arahan,
pemahaman mengenai ekses-ekses yuridis yang sewaktu-waktu dapat terjadi
terhadap operasional suatu usaha. Melalui penyuluhan hukum ini pula
diharapkan semakin tumbuh kesadaran para pelaku usaha untuk taat atau
patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyuluhan Hukum yang dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Pengabdian
Pada Masyarakat(PPM) skim Ipteks bagi Masyarakat (IbM), bertempat di
Balai

Desa Condro, pada tanggal 25 Mei 2016, merupakan salah satu upaya
mensosialisasikan cara pengurusan Ijin Usaha, yang menjadi alas hak
operasional usaha pakaian berbasis sulam payet yang dilakukan oleh Penjahit
Arofah dan Butik Winie, yang masing-masing berdomisili di Desa Sememu
dan Desa Condro, Kecamatan Pasirian. Selain itu juga mensosialisasikan
tentang cara pengurusan Hak Merek atas produk usahanya, sehingga merek
dagangnya, mendapatkan legalisasi dari Kementerian Hukum dan HAM c/q
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, yang hasilnya akan membawa
dampak positif, yakni orang lain tidak dapat mengklaim merek yang sama
sebagai haknya, kecuali dapat membuktikan sebaliknya di Pengadilan.
Selain itu, Penyuluhan Hukum tersebut sengaja dilakukan secara
terbuka artinya, selain mengkhususkan sasarannya kepada kedua Mitra IbM
juga dengan mengikutsertakan masyarakat umum, utamanya dalam hal ini
adalah para pelaku usaha baik dibidang garment, konveksi maupun bidangbidang usaha lainnya yang berminat mengikutinya. Disamping itu Tim
Pelaksana juga menghadirkan para pemangku kebijakan di wilayahnya, antara
lain : Camat dan Kepala Desa, dengan maksud agar para pejabat di daerahnya
tersebut mengetahui keberadaan pelaku usaha potensial maupun sumber daya
manusia yang mumpuni di wilayahnya. Adapun secara detail pihak-pihak
yang diundang dalam kegiatan penyuluhan hukum tersebut adalah sebagai
berikut : a. Rektor dan Pembantu Rektor I, II, III Universitas Lumajang
b. Dekan FH, FIA, FP Universitas Lumajang
c. Kaprodi FH, FIA, FP Universitas Lumajang
d. Ketua LPPM Universitas Lumajang
e. Camat Pasirian
f. Kepala Desa se Kecamatan Pasirian
g. Ketua Tim Penggerak PKK Desa Se Kecamatan Pasirian
h. Kader PKK Desa yang membidangi ketrampilan se Kecamatan Pasirian
i. Pelaku usaha salon/rias pengantin di Kecamatan Pasirian
j. Pelaku usaha sulam atau bordir dari beberapa Kecamatan.
k. Ketua Mitra IbM beserta karyawannya, masing-masing sebanyak 5 orang

l. Ketua dan 5 anggota BEM Universitas Lumajang


m. Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian Universitas Lumajang

Gambar 3.Sambutan Camat Pasirian pada acara Penyuluhan Hukum di


Balai Desa Condro
Dengan komposisi sebagaimana tersebut diatas, maka jumlah
undangan yang dihadirkan dalam acara Penyuluhan Hukum sebanyak 70
(tujuh puluh) orang, hanya Camat Pasirian, Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan serta beberapa Kepala Desa tidak dapat

mengikuti kegiatan

hingga selesai, namun demikian tidak mengurangi semangat sekitar 60 (enam


puluh) orang peserta lainnya

yang dengan setia mengikuti kegiatan

sampai berakhirnya acara.


Disamping itu, dilibatkannya berbagai pihak dalam kegiatan penyuluhan
ini, baik sebagai narasumber ataupun sekedar

peserta, dimaksudkan agar

masing-masing unsur dapat memberikan masukan yang konstruktif pada


pemangku kebijakan di Kabupaten Lumajang, khususnya dalam upaya
meningkatkan kesadaran para pelaku usaha terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku di Kabupaten Lumajang pada khususnya maupun di
Negara Republik Indonesia pada umumnya.
5.1.2. Substansi Penyuluhan Hukum Bagi Pelaku Usaha di Kabupaten
Lumajang
Kegiatan Penyuluhan Hukum dilaksanakan dalam rangka merealisasi
salah satu program pada Pengabdian Pada Masyarakat skim Ipteks Bagi
Masyarakat Tahun anggaran 2016. Acara ini dipandu oleh seorang moderator,

yakni Dr. M. Hariyadi Eko Romadhon, S,Sos, M.Si, yang juga


berkedudukan sebagai anggota Tim Pelaksana IbM, sedangkan yang
bertindak sebagai narasumber meliputi person/unsur sebagai berikut :
1. Anies Marsudiati Purbadiri, S.H., MH, selaku akademisi di bidang Ilmu
Hukum sekaligus sebagai Ketua Pelaksana IbM, dengan materi : Urgensi
Kepemilikan Ijin Usaha dan Hak Merek Bagi Pelaku Usaha Sulam Payet
Isi materinya sebagai berikut :
Bahwa sangat penting bagi Penjahit Arofah dan Butik Winie untuk
memiliki legalitas atas usaha yang dijalankannya, mengingat produk
atau karya keduanya telah dikenal dan diminati oleh masyarakat, bukan
saja di wilayah Lumajang tetapi telah meluas hingga kota-kota besar di
Indonesia, antar lain
: Surabaya, Bandung, Denpasar, Jakarta. Dengan demikian berarti
transaksi penjualan produknya telah beberapa kali

dilakukan, meskipun

bentuk perjanjiannya masih di bawah tangan, namun ke depan harus


diperbaiki yakni membuat perjanjian secara tertulis dengan mengacu pada
Pasal 1320
KUHPerdata, yang menyatakan bahwa sahnya suatu perjanjian jika
memuat
4 hal, yaitu : a) konsensus, b) prestasi, c) itikad baik dan, d) sebab yang
halal. Keuntungan dengan adanya perjanjian tertulis ini, pelaku usaha
dapat mengetahui hak dan kewajibannya serta dapat meminimalisir
kerugian yang mungkin terjadi oleh sebab kesengajaan ataupun ingkar
janji (wanprestasi). Dalam arti apabila ada bukti tertulis atas suatu
perbuatan hukum, maka mudah baginya untuk ditemukan kepastian
hukumnya.
2. Ari Setiawan, S.T, selaku karyawan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Lumajang yang direkomendasikan oleh Kepala Dinas setempat
untuk menyampaikan materi : Kompetensi Disperindag Dalam
Memfasilitasi Landasan Hukum Usaha Masyarakat
Materi yang disampaikan sebagai berikut :
a) Disperindag Kabupaten Lumajang mempunyai tugas untuk membina,
memantau, mendampingi dan sebagainya pada pelaku usaha yang
berada di lingkup wilayah Kabupaten Lumajang itu sendiri.

b) Hingga saat ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten


Lumajang dapat merekam keberadaan pelaku usaha sebanyak 13.520
unit, dan tenaga kerja yang terserap untuk usaha-usaha tersebut
sebanyak kurang lebih 55.000 orang.
c) Di Kecamatan Pasirian, sebagai salah satu kecamatan yang potensial di
Kab. Lumajang, ditemukan sentra-sentra

usaha dan rata-rata

potensinya dinamis.
d) Untuk menjaga keberlanjutan usaha, termasuk di sentra-sentra harus
diperhatikan adanya 5 unsur M yang saling berkaitan satu sama lain,
yakni : Material, Man, Metodhe, Money, Marketing.
e) Selanjutnya untuk menjaga keabsahan unit usaha maka harus
didaftarkan di KPT guna diterbitkan Ijin Usaha.
f) Dalam keadaan tertentu, Sertifikat Ijin Usaha dapat dijadikan agunan
untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga perbankan.
3. Egol Subandi, S.Ap, selaku Kepala Bidang Perencanaan pada Kantor
Pelayanan Terpadu yang diberi kewenangan oleh Kepala Kantor setempat
untuk memaparkan materi : Tata Cara Pengurusan Ijin Usaha Sebagai
Dasar Keabsahan Operasional Suatu Usaha .
Intisari materi yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
a) Prinsip program perijinan bagi pelaku usaha adalah untuk mendapatkan
:
-

Kepastian hukum (diakui atau tidaknya usaha yang dilakukan)

Kepastian biaya (ada kejelasan besarnya retribusi yang wajib


dibayar)

Waktu penyelesaian (teorinya ijin harus selesai dalam sehari)

Kepastian persyaratan (jelas dokumen yang harus dilampirkan)

b) Pemberian Ijin Usaha didasarkan pada Surat Keputusan Bupati


Lumajang No : 188.45/225/427.12/2005 tentang Pendelegasian
Penandatanganan

Surat

Izin

di

Kabupaten

Lumajang.

Dan

pendelegasian tersebut ditujukan kepada Kepala Kantor Pelayanan


Terpadu Kabupaten Lumajang.
c) Syarat-syarat pengajuan Ijin Usaha meliputi :
-

Foto copy KTP Pemohon

Foto copy surat tanah yang menjadi tempat usaha(spy tahu


statusnya)

Pas foto pemohon ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar

Foto copy Akta Pendirian Perusahaan (jika berbentuk PT harus ada


Akta tersebut, tetapi jika bentuknya UD tidak usah Akta)

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL)

Materai senilai Rp 6.000,- sebanyak 6 lembar

Mengisi formulir pendaftaran

d) Terkait persyaratan diatas, ada beberapa bagian yang memerlukan


penjelasan lebih lanjut, seperti :
-

Untuk menentukan lokasi usaha harus ada persetujuan tetangga

Untuk membuktikan status tanah, tidak harus dengan menunjukkan


Foto copy Sertifikat Tanah saja , melainkan bisa juga Pethok D,
Kitir, Letter C, dll.

Jika status tanah yang digunakan sebagai tempat usaha adalah milik
sendiri maka harus disertakan pula foto copy IMB nya.

Jika tanah dimaksud statusnya menyewa/menumpang maka harus


disertakan Surat Pernyataan Tidak Keberatan dari si pemilik tanah.

e) Dalam pengajuan permohonan Ijin Usaha terdapat klasifikasi wilayah


pengajuan yang didasarkan pada besar kecilnya modal usaha, yakni
apabila modal usaha dibawah Rp 50.000.000,- permohonan ditujukan
ke Kecamatan, sedangkan jika modal usahanya sama atau lebih besar
dari Rp 50.000.000,- permohonan ditujukan ke Kantor Pelayanan
Terpadu.
f) Terhadap permohonan yang telah masuk ke KPT akan ditindaklanjuti
dengan uji lapangan oleh Tim Verifikasi yang terdiri dari unsur KPT,
Bappeda, Disperindag, Disnakertrans, Dinas Kimpraswil serta Satpol

PP, yang selanjutnya bersinergi dalam menetapkan item-item dasar


pemungutan retribusi.
g) Pemungutan retribusi berdasarkan rumus sebagai berikut :
Retribusi = Kawasan x IL x IG x LO
Catatan : - KW = Kawasan
- IL = Lokasi
- IG = Gangguan Usaha
- LO = Luas Usaha
h) Hasil pemungutan retribusi dihimpun dalam Kas Daerah
i) Ijin Usaha yang telah terbit berlaku selamanya dan harus di
daftarulangkan setiap 3 (tiga) tahun sekali dengan membayar retribusi
sebesar 75 % dari pembayaran retribusi pengajuan awal.
Selanjutnya pada kegiatan Penyuluhan Hukum tersebut juga terjadi dialog
yang berkualitas antara narasumber dengan audiens yang mayoritas adalah
para pelaku usaha di lingkup Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang.
Pada umumnya pertanyaan mengarah pada apa manfaatnya memiliki Ijin
Usaha, bagaimana

prosedur pengurusannya, dan adakah pembiayaan

yang harus dibayar untuk keperluan perolehan ijin

itu ? Menanggapi

beberapa pertanyaan tersebut, para narasumber secara sinergis saling


memberikan respon sehingga peserta penyuluhan dapat menemukan
jawaban yang benar dari pihak-pihak yang berwenang,

baik untuk sisi

teorinya sekaligus sisi prakteknya.


Bertitik tolak dari beberapa pertanyaan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa animo pelaku usaha untuk mendapatkan dokumen
legalitas bagi usaha yang dikelolanya cukup kuat, hanya saja animo tersebut
seringkali

melemah

jika

mengetahui

mekanisme

atau

prosedur

pengurusannya yang agak panjang. Menyikapi kondisi demikian, tentu akan


sangat menguntungkan jika para pemangku kepentingan, dalam hal ini
Camat dan Kepala Desa tergerak hatinya untuk memfasilitasi, caranya
antara lain mempermudah pengurusan surat-surat pengantar atau surat-surat
keterangan, yang menjadi prasyarat pengajuan Ijin Usaha sebagaimana yang
diminta oleh

Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang, selaku instansi yang


berwenang menerbitkannya.
5.1.3. Dampak Penyuluhan Hukum Terhadap Kepatuhan Pelaku Usaha
Bagi masyarakat pada umumnya dan bagi kedua Mitra IbM pada
khususnya, kegiatan penyuluhan hukum yang telah dilaksanakan dengan
menghadirkan berbagai unsur, mulai dari Akademisi, Instansi yang
berwenang, Pelaku Usaha, Pengguna hasil usaha, Penggerak PKK hingga
Pemangku Kebijakan mulai dari Kepala Desa hingga Camat, jelas
memberikan manfaat atau keuntungan tersendiri. Setidaknya para pelaku
usaha dapat mengetahui adanya beberapa peraturan perundang-undangan
yang dapat melindungi operasional usahanya, sekaligus dapat mengetahui hak
dan kewajibannya ketika keberadaannya diakui secara yuridis formal oleh
Pemerintah.
Untuk dapat diketahui keberaannya oleh Pemerintah, setiap pelaku
usaha harus mendaftarkan diri ke instansi yang berwenang di daerahnya,
sehingga terhadapnya akan diberikan kesempatan sebagaimana layaknya.
Bagi Penjahit Arofah dan Butik Winie selaku pelaku usaha Sulam Payet di
Kabupaten Lumajang, secara yuridis ada kewajiban untuk mendaftarkan
usahanya ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang, yang dalam hal ini
dilaksanakan di Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Kabupaten Lumajang.
Dengan adanya pengakuan dari Pemerintah, maka bagi pelaku usaha
akan ada keuntungan yang dapat dirasakan, diantaranya dapat menerima
pembinaan secara rutin dari Disperindag Kabupaten dan Propinsi,
dimungkinkan menerima dana bantuan atau hibah dari pemerintah atau
sponsorship, bahkan akan terbuka pula peluang untuk lebih mempopulerkan
usahanya melalui pameran-pameran yang digelar secara kontinyu di tingkat
lokal, regional maupun nasional.
Sementara itu keuntungan lain yang bisa diperoleh kedua kedua
pelaku usaha sebagai Mitra IbM yaitu,

seluruh aktivitas pengurusan Ijin

Usahanya dilakukan secara terkoordinasi dengan Tim Pelaksana IbM,


termasuk dari sisi pendanaannya dipenuhi oleh Tim Pelaksana, dengan
memanfaatkan dana yang

diperoleh dari hibah Kemenristek Dikti pada Tahun Anggaran 2016. Dengan
demikian terkesan bahwa pengurusan Ijin Usaha bagi Mitra tidaklah rumit,
demikian pula halnya dengan pengurusan Hak Merek, juga dilakukan atas
fasilitasi dana hibah Kemenristek Dikti yang dikelola oleh Tim Pelaksana
IbM.

5.2. Pendampingan Pengurusan Dokumen Yuridis Sebagai Bentuk Dukungan


Terhadap Pelaku Usaha
Keberadaan beberapa penjahit dan pengrajin sulam payet turut
memperkaya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, disamping itu manakala karyakarya sulam payet tersebut diimplementasikan pada desain kebaya konvensional
dan dipadu dengan sentuhan nuansa-nuansa kekinian, jelas akan menjadi aset
budaya tersendiri bagi bangsa Indonesia, yang telah mensosialisasikan dan
menjadikan Kebaya sebagai busana nasional bahkan internasional.
Kehadiran beberapa desainer dan pengrajin sulam payet di suatu daerah
harus diapresiasi secara bijaksana, karena dari tangan-tangan mereka akan terjaga
keberlanjutan usaha yang menghasilkan salah satu karya artistik tersebut. Bahkan
dalam pemikiran secara konseptual terhadap aktivitas usahanya serta karya yang
dihasilkan harus diberikan perlindungan hukum, caranya dengan memberikan ijin
usaha serta Hak Merek. Untuk itu diperlukan adanya pendampingan kepada para
pelaku usaha, yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memahami tentang
mekanisme pengurusan dokumen-dokumen yuridis. Dan pihak-pihak yang dirasa
mempunyai

kompetensi

untuk

mendampingi

diantaranya

adalah

unsur

Pemerintah, dalam hal ini Dinas-dinas terkait serta para akademisi, khususnya
yang mempunyai latar belakang pendidikan ilmu-ilmu sosial, diantaranya adalah
ilmu hukum dan ilmu administrasi.
Dalam prakteknya pendampingan bisa dilakukan secara terbuka maupun
secara tertutup, dan dalam kaitannya dengan pelaku usaha sulam payet,
pendampingan dilakukan secara tertutup, maksudnya pendampingan ini tidak
diberlakukan terhadap semua masyarakat yang memerlukan payung hukum bagi
usahanya, melainkan hanya ditujukan bagi pihak-pihak yang ditunjuk sebagai
Mitra

IbM, dalam hal ini adalah Penjahit Arofah dan Butik Winie, selaku pelaku usaha
di bidang sulam payet yang beroperasi di wilayah Kecamatan Pasirian.
Maksud dilakukan pendampingan ini agar para pelaku usaha tersebut
bersedia secara aktif mengurus legalitas usahanya atas dasar kesadaran dan
kepatuhannya pada peraturan perundang-undangan. Untuk itu seyogyanya
pengurusan perijinan tersebut dilakukan oleh pemohon sendiri agar memahami
proses yang harus dilalui, namun dalam hal kedua pemilik usaha tersebut merasa
memerlukan bantuan ketika berhadapan dengan petugas yang berwenang untuk
memprosesnya, maka Tim Pelaksana IbM turut serta mendampinginya. Bahkan
seringkali Tim Pelaksana IbM disertakan dalam penyiapan dokumen-dokumen
tertentu yang menjadi persyaratan bagi pengajuan perijinan usahanya, seperti :
keterangan domisili tempat usaha, keterangan kepemilikan tanah yang menjadi
tempat usahanya, keterangan modal dan aset yang dimiliki sampai dengan
terbitnya ijin usaha yang menjadi dasar operasional usahanya.Lebih dari itu, Tim
Pelaksana IbM termasuk pula memfasilitasi pembayaran beaya-beaya yang
diperlukan bagi penerbitan dokumen-dokumen yuridis tersebut diatas.
Adapun tujuannya agar para pelaku usaha, khususnya yang menjadi mitra
IbM memiliki legalitas atas usahanya, mempunyai kejelasan hak dan kewajiban
atas usaha yang dijalaninya, sehingga tidak menyalahi ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku bagi lapangan usaha, khususnya usaha
garment, konveksi ataupun sebutan lain yang bergerak di bidang jahit menjahit.
Bahkan pada kondisi tertentu semisal membutuhkan tambahan modal usaha, maka
dokumen legalitas usaha yang telah dimilikinya tersebut oleh si pelaku usaha
dapat dijadikan agunan di Bank atau lembaga perkreditan lainnya.
Dengan identitas yang telah dimiliki, harapannya kedua Mitra akan
semakin menguatkan manajemen usahanya sekaligus melindungi karya atau
produksinya dari hal-hal yang dapat merugikan secara moril maupun materiil.
5.2.1. Bentuk Pendampingan Terhadap Perolehan Ijin Usaha
Seiring dengan semangat Pemerintah untuk memberikan perlindungan
hukum kepada para pelaku usaha, baik yang bermodal kecil, sedang bahkan

besar, maka upaya memasyarakatkan Ijin Usaha terus dilakukan secara


intensif oleh instansi yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas atau Kantor
Pelayanan Terpadu di masing-masing daerah. Di Kabupaten Lumajang
instansi yang diberikan kewenangan oleh Bupati untuk menerbitkan perijinan
adalah Kantor Pelayanan Terpadu (KPT), yang beralamat di Jalan Panjaitan
No. 89
Lumajang.
Struktur Organisasi dan Bagan Susunan JabatanKantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Lumajang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 24
Tahun
2007. Jabatan yang ada di instansi ini meliputi Kepala Kantor, Kepala Sub
Bagian, Kepala Seksi dan Karyawan. Masing-masing jabatan tersebut
diduduki oleh pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, sementara untuk
posisi karyawan disamping ada yang berstatus PNS ada pula yang masih
bersifat honorer ataupun tenaga kontrak.Masing-masing mempunyai tugas
yang berbeda-beda namun ujung-ujungnya adalah sama, yaitu memberikan
dokumen hasil pengurusan Ijin Usaha kepada pemohonnya.
Dalam konsepsi pemikiran Tim Pelaksana IbM, menginginkan adanya
kemandirian pada diri pelaku usaha khususnya dalam hal pengurusan legalitas
usahanya, tujuannya agar pelaku usaha dapat secara pasti memberikan
keterangan-keterangan yang berkaitan dengan kondisi internal usahanya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh petugas di KPT, bahwa pada berkas
pengajuan ijin usaha sangat diperlukan adanya kejelasan berapa modal
usahanya, aset apa saja yang dimiliki untuk berproduksi, bagaimana status
tanah tempat usahanya beroperasi, dan beberapa pertanyaan tekhnis lainnya.
Kesemua pertanyaan itu sangat berkaitan erat dengan penentuan jenis
perijinan apa saja yang harus dipenuhi oleh seorang pelaku usaha hingga
dinilai sah atau legal keberadaannya di mata hukum.
Bagi pelaku usaha penjahit dan pengrajin sulam payet yang menjadi
Mitra IbM, yakni Penjahit Arofah dan Butik Winie, Tim Pelaksana IbM
memfasilitasinya dengan mendampingi pengurusan Ijin Usaha di Kantor
Pelayanan Terpadu, yang diawali dengan mengajukan permohonan secara

lesan/tertulis pada bagian pelayanan kemudian diberi 4 (empat) jenis formulir


sebagai berikut :
a. Form No. 006349

FM-KPT-PEL-02-08 untuk pengurusan HO(Ijin

Gangguan)
b. Form No. 006705 FM-KPT-PEL-01-16 untuk pengurusan SIUP (Surat
Izin Perdagangan Kecil)
c. Form No. 006511 FM-KPT-PEL-01-17 untuk pengurusan TDP (Tanda
Daftar Perusahaan Perorangan)
d. Form No. 006210 FM-KPT-PEL-02-14 untuk pengurusan TDI (Tanda
Daftar Industri)
Setelah formulir-formulir tersebut diisi dan ditandatangani oleh pemohon,
maka

secara

bersama-sama

dengan

Ketua

Tim

Pelaksana

IbM,

mengembalikan lagi ke Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang.


Sampai disini pendampingan belum selesai karena Tim Pelaksana IbM
masih berkewajiban menemani para mitra untuk menghadapi uji lapangan
oleh Tim Verifikasi, yang terdiri dari unsur-unsur : 1) Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda), 2) Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag), 3) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), 4)
Dinas Lingkungan Hidup (DLH), 5) Dinas Pemukiman dan Prasarana
Wilayah,
6) Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) dan 7) Satuan Polisi Pamong Praja
(Salpol
PP).
Ketujuh unsur tersebut memeriksa ulang atau mengecek kebenaran
antara data awal yang telah dituliskan dengan fakta yang ada, selanjutnya
saling bersinergi dalam memberikan penilaian terhadap kebenaran data
pemohon, hingga kepada mitra dapat diterbitkan Surat Ketetapan Retribusi
(SKR) dan Nomor Pokok Wajib Retribusi (NPWR), sebagai berikut :
a. Penjahit Arofah : Nomor urut SKR 731601063
NPWR 2016010148 / 2016009276
b. Winie Butik : Nomor urut SKR 731601065
NPWR 2016010147 / 2016009275

Pasca terbitnya SKR dan NPWR, Tim Pelaksana IbM memberikan fasilitasi
pembayaran Retribusi atas nama masing-masing Mitra, sebesar yang telah
ditetapkan dalam SKR, yakni sebesar Rp 724.788,- (Tujuh Ratus Dua Puluh
Empat Ribu Tujuh Ratus Delapan Puluh Delapan Rupiah) untuk Penjahit
Arofah, dan sebesar Rp 388.413,- (Tiga Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu
Empat Ratus Tiga Belas Rupiah) untuk Winie Butik.
Dengan telah dibayarkannya Retribusi maka selang beberapa hari
kemudian Mitra akan menerima haknya berupa surat-surat formal yang
diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Terpadu atas
nama Bupati Lumajang berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor :
188.45/225/427.12/2016 tentang Pendelegasian Penandatanganan Surat Ijin di
Kabupaten Lumajang.
5.2.2. Mekanisme Pengurusan Ijin Usaha
Secara administratif mekanisme pengurusan Ijin Usaha dibedakan
antara pelaku usaha yang bermodal dibawah 50 juta rupiah dengan yang
diatas
50 juta rupiah. Bagi pelaku usaha dengan modal dibawah ketentuan minimal
tersebut, pengurusannya dilakukan di Kecamatan, melalui cara Pemohon
mengajukan permohonan ke Seksi Pelayanan di Kecamatan dengan
melampirkan foto copy Surat Tanah, Surat Keterangan Kedudukan Tanah, Pas
photo ukuran 3x4 sebanyak 2 lbr, foto copy formulir yang berisi informasi
tentang aset yang dimilikinya.
Sedangkan bagi pelaku usaha mekanisme pengurusannya mengikuti
alur yang berlaku di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang, yang
pada garis besarnya membagi tahapan pengurusan menjadi 3, yaitu :
a. Tahap I

: Tahap Pengajuan Berkas

Dilakukan oleh Seksi Pelayanan, dengan alur sebagai berikut :


-

Pemohon mendatangi bag. informasi untuk mendapatkan keterangan

Pemohon mendapatkan 4 jenis formulir

Pemohon harus melengkapi dengan Map yang disiapkan KPT dan


menyerahkan ke bagian pelayanan.

Pemohon mendapatkan informasi tentang kebutuhan dokumen yang


harus disertakan dalam permohonan

Pemohon melengkapi persyaratan yang diminta oleh KPT sekaligus


melampirkan :
1) Foto copy KTP Pemohon
2) Foto copy Sertifikat Tanah tempat usaha
3) Surat

Pernyataan

Pengelolaan

Lingkungan

yang

telah

ditandatangani oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup


4) Pas photo ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar
5) Meterai Rp 6000,- sebanyak 6 lembar
b. Tahap II : Tahap Pemeriksaan Berkas Usulan
-

Pemohon menyerahkan kembali berkas yang telah lengkap ke KPT

Pemohon memperbanyak berkas secara foto copy sebanyak 2 bendel

Pemohon akan mendapatkan kabar pelaksanaan uji lapangan.

Pelaksanaan uji lapang secara lintas sektoral oleh unsur dari KPT,
Bappeda, Disperindag, Disnakertrans, Kimpraswil dan Satpol PP.

Tim verifikasi akan menyusun Berita Acara hasil uji lapang dan
merumuskan retribusi yang harus dibayar oleh Pemohon

c. Tahap III : Tahap Penetapan


-

Pemohon mendapat Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan Nomor


Pokok Wajib Retribusi (NPWR)

Pemohon membayar Retribusi pada Bendahata KPT dengan jumlah


sesuai yang telah ditetapkan dalam SKR

Pemohon mendapatkan bukti pembayaran Retribusi

Pemohon mendapatkan SK Izin Gangguan (HO), SK Tanda Daftar


Industri (TDI), Tanda Daftar Perusahaan Perorangan (TDP) dan Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil, yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Terpadu atas nama Bupati Lumajang.

Gambar 5. Tahapan Pengurusan Ijin Usaha


Dari seluruh rangkaian tahapan yang telah dilalui, maka pada kedua
Mitra akan menerima dokumen-dokumen yuridis sebagaimana tertera
dalam Tabel dibawah ini :
Tabel 5.
Daftar Dokumen Yuridis Yang Telah Dimiliki Penjahit Arofah
No.
1.

2.
3.

4.

Bentuk Dan Nomor


Dokumen
SK Kepala Kantor Pelayanan
Terpadu Kab. Lumajang No :
503/01063/427.73/HO/2016
SK Kepala Kantor Pelayanan
Terpadu Kab. Lumajang No :
503/00035/427.73/TDI/2016
Surat Kepala Kantor
Pelayanan Terpadu Kab.
Lumajang Nomor :
503/00504/427.73/TDP/2016

Jenis
Tanggal
Pengaturan Terbit
Izin
18 Juli
Gangguan
2016
(HO)

Tanda Daftar Industri


(TDI)
Tanda
Daftar
Perusahaan
Perorangan
(TDP)
Surat Kepala Kantor
Izin Usaha
Pelayanan Terpadu Kab.
Perdagangan
Lumajang Nomor :
(SIUP)
503/00470/427.73/SIUP/2016 Kecil

27 Juli
2016
27 Juli
2016

27 Juli
2016

Masa
Berlaku
Selama
Perusahaan
melakukan
usahanya
11-7-2016
s/d
11-7-2021
11-7-2016
s/d
11-7-2021
11-7-2016
s/d
11-7-2021

Tabel 6.
Daftar Dokumen Yuridis Yang Telah Dimiliki Winie Butik

No.
1.

2.
3.

4.

Bentuk Dan Nomor


Dokumen
SK Kepala Kantor Pelayanan
Terpadu Kab. Lumajang No :
503/01065/427.73/HO/2016

Jenis
Tanggal
Pengaturan Terbit
Izin
28 Juli
Gangguan
2016
(HO)

SK Kepala Kantor Pelayanan


Terpadu Kab. Lumajang No :
503/00036/427.73/TDI/2016
Surat Kepala Kantor
Pelayanan Terpadu Kab.
Lumajang Nomor :
503/00505/427.73/TDP/2016

9
Agustus
2016
9
Agustus
2016

4-8-2016
s/d
4-8-2021
4-8-2016
s/d
4-8-2021

9
Agustus
2016

4-8-2016
s/d
4-8-2021

Tanda Daftar Industri


(TDI)
Tanda
Daftar
Perusahaan
Perorangan
(TDP)
Surat Kepala Kantor
Izin Usaha
Pelayanan Terpadu Kab.
Perdagangan
Lumajang Nomor :
(SIUP)
503/00471/427.73/SIUP/2016 Kecil

Masa
Berlaku
Selama
Perusahaan
melakukan
usahanya

Surat Keputusan yang telah diterbitkan oleh KPT, pada prinsipnya


berlaku selamanya sepanjang si pelaku usaha bersedia melakukan registrasi
setiap 5 (lima) tahun sekali, kecuali tentang Izin Gangguan (HO) berlaku
selama pelaku usaha atau perusahaan melakukan usahanya.Dan pada saat
pelaku usaha melakukan registrasi akan dikenakan beaya retribusi lagi
sebesar
75% dari jumlah retribusi awal yang telah dibayarkan. Selanjutnya retribusi
yang telah terkumpul dari pemohon tersebut oleh Bendahara KPT disetorkan
dan dihimpun dalam Kas Daerah untuk dialokasikan bagi kepentingankepentingan pembangunan di daerah.
Apabila pelaku usaha melanggar ketentuan-ketentuan yang telah
dikuatkan dengan SK tersebut diatas, maka akan berdampak pada keberadaan
Izin, dalam arti Izin dianggap tidak berlaku lagi, jika :
a. Usahanya dipindahtangankan kepada orang lain (ganti pemilik)
b. Merubah jenis usaha dan/atau menambah mesin/tenaga penggerak.
c. Pemegang izin tidak melaksanakan ketentuan yang berlaku.
Oleh karenanya supaya Izin yang telah diberikan dapat terus
aktif berlaku maka pemegangnya harus mematuhi ketentuan yang telah
tertulis,

termasuk pula turut menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, ketertiban


dan ketenteraman umum, menjaga kelestarian lingkungan serta pencegahan
pencemaran lingkungan, sebagaimana yang telah disepakati dalam Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPL).
5.2.3. Bentuk Pendampingan Terhadap Perolehan Hak
Merek
Hasil usaha sulam payet merupakan salah satu produk usaha yang
bersifat handmade dan bernilai ekonomis cukup tinggi, demikian pula dari sisi
artistiknya juga mempunyai nilai yang tidak dapat dipandang rendah. Oleh
karena itu terhadap produk usaha sulam payet tersebut menjadi lebih tepat
jika diberikan identitas tersendiri yang mencerminkan ciri khas masingmasing kreatornya, dan cara yang tepat menurut sisi yuridis adalah dengan
diberikannya Merek Dagang tertentu.
Untuk mendapatkan merek dagang, pelaku usaha harus mengajukan
permohonan penerbitan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di
Jakarta, yang pada tataran prakteknya dapat bersinergi dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan di Tingkat Kabupaten/Kotamaupun Tingkat
Propinsi, mengingat instansi inilah yang bersinggungan langsung dengan para
pelaku usaha di daerahnya.
Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang,
dalam menyikapi keinginan pelaku usaha untuk mendapatkan Hak Merek
tersebut, telah disikapi dengan baik yaitu meretas beberapa cara, antara lain :
mengadakan penyuluhan, meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan
Disperindag Propinsi Jawa Timur, bahkan interaksi dengan Dirjen HKI di
Jakarta. Harapannya agar dapat memudahkan mekanisme pengurusan Hak
Merek tanpa harus melanggar ketentuan yang telah termaktub dalam
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Perlakuan yang demikian itu diberikan pula kepada Penjahit Arofah
dan Winie Butik yang memang sedang berjuang untuk mendapatkan hak
tersebut.Terhadap
Kabupaten

keduanya,

Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan

Lumajang, dalam hal ini menugaskan Sdr. Ari Setiawan, S.T., menganjurkan
kedua mitra untuk membuat Etiket sesuai kemauan atau konsepsinya
masing-masing.

Selanjutnya

Etiket

tersebut

akan

dijadikan

obyek

permohonan, sambil dilengkapi dengan surat-surat resmi dari Disperindag


Kabupaten Lumajang.
Sementara itu, posisi Tim Pelaksana IbM disamping menjadi mediator
antara pelaku usaha dengan Disperindag, sekaligus juga memberikan fasilitasi
pendampingan atas pembuatan etiket berikut pengajuannya ke Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, melalui kompetensi Konsultan yang
berpengalaman di bidang itu. Penunjukan Sdr. Arfan Fathoni, S.S. dari
Kantor BMPDELTA Consultan, yang beralamat di Jalan Desa Karangtanjung
RT 016 RW 004 Candi-Sidoarjo, didasarkan pada ketentuan yang tersurat
pada Undang-undang Hak Merek, tepatnya pada :
a. Pasal 7 ayat (7) UU Nomor 15 Tahun 2001
Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan
melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak
yang berhak atas Merek tersebut .
b. Pasal 7 ayat (8) UU Nomor 15 Tahun 2001
Kuasa sebagaimana disebut pada ayat (7) adalah Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual
Selain

itu

pemanfaatan

jasa

Konsultan

dimaksudkan

untuk

memperlancar proses pengajuan Hak Merek bagi Penjahit Arofah dan Winie
Butik. Hasilnya pada tanggal 13 Juni 2016, kedua mitra mendapatkan kembali
dokumen berupa Lembar Permintaan Pendaftaran Merek, yang didalamnya
telah termuat pula Etiket dengan cap/stempel Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual.

Gambar 6. Dokumen Permintaan Pendaftaran Merek Dagang


Adapun ciri-ciri atau identitas yang terbaca pada Etiket kedua Mitra,
adalah sebagaimana tertulis dalam Tabel dibawah ini :
Tabel 7.
Ciri-Ciri Merek Dagang Mitra IbM
No. Tempat
Merek
Usaha
Dagang
1.
Penjahit Arofah
Arofah

Warna
Etiket
abu-abu,
oranye

2.

coklat,
kuning

Butik
Winie

winie

Kelas
Jenis
Barang/Jasa Barang/Jasa
26
Renda-renda,
Sulamansulaman, Payet
(Sulaman
Baju)
26

Renda-renda,
Sulamansulaman, Payet
(Sulaman
Baju)

Hingga disini proses pengurusan Hak Merek belum selesai, melainkan


masih harus menunggu tahap verifikasi yang dilakukan oleh para pejabat
Kementerian Hukum dan HAM c/q Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.
Menurut keterangan Sdr. Ari Setiawan, S.T., proses verifikasi biasanya akan
berlangsung selama 1 hingga 2 tahun, adapun faktor-faktor yang menjadi
penyebab lamanya proses tersebut, diantaranya adalah :
a.

Perlu ada pengecekan secara detail terhadap Etiket yang telah


diajukan/didaftarkan, agar tidak sampai ada kesamaan dengan Merek
Dagang lain untuk produk yang sama.

b.

Jika terindikasi ada kesamaan maka Etiket yang diajukan belakangan


harus ditambahkan/dikurangi identitasnya khususnya terkait ciri-ciri
yang menunjukkan kekhasan produk dimaksud.

c.

Masihbanyaknya produk usaha yang sedang memasuki tahap verifikasi


dan sebagian besar belum tertangani maka mengakibatkan lamanya
waktu tunggu penerbitan atas permohonan Hak Merek yang diajukan
belakangan.
Sehubungan dengan masa pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat

(PPM) dengan fasilitasi dana hibah dari Kemenristek Dikti hanya berlaku
selama Tahun Anggaran 2016, maka untuk pendampingan perolehan Hak
Merek bagi Penjahit Arofah dan Butik Winie, setelah tahun ini sudah tidak
relevan lagi untuk diterapkan. Dengan demikian kedua pelaku usaha tersebut
harus menyelesaikannya sendiri atau setidaknya harus ada pendampingan dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang.
Namun demikian berkaitan dengan kepentingan akademik, khususnya
bagi Dosen yang menjadi Tim Pelaksana IbM : Penguatan Legalitas Usaha
Masyarakat Pedesaan Berbasis Sulam Payet , pengakuan atas proses
perolehan Hak Merek yang akan didapatkan oleh Penjahit Arofah dan Winie
Butik selama-lamanya 2 tahun mendatang, harus tetap diakui sebagai
pelaksanaan kewajiban Dosen yang bersangkutan sebagai pelaksana
Pengabdian Pada Masyarakat Tahun 2016,bahkan untuk menguatkan maksud
tersebut, secara yuridis formal para Ketua Mitra perlu membuat Surat
Pernyataan bermeterai, sehingga ada kepastian untuk tidak terlupakan.
5.2.4. Mekanisme Pengurusan Hak Merek
Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian
seksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini dan kecenderungan yang
masih akan berlangsung di masa yang akan datang adalah semakin meluasnya
arus globalisasi, baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidangbidang

kehidupan

lainnya.

Perkembangan

teknologi

informasi

transformasi telah menjadikan kegiatan di sektor perdagangan meningkat.

dan

Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim


persaingan yang ketat, dan dalam hal ini Merek memegang peranan yang
sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat dan
untuk itu diperlukan sistim pengaturan yang memadai.
Pengertian Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,
huruf- huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang dan jasa. Makna tersebut adalah sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek.
Sedangkan yang dimaksud dengan Merek Dagang menurut Pasal 1
ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 adalah Merek yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang-barang sejenisnya . Bertitik tolak dari penegrtian ini berarti Merek
Dagang lebih spesifik daripada Merek itu sendiri.
Berkaitan dengan upaya melakukan penguatan yuridis terhadap pelaku
usaha sulam payet di Desa Sememu dan Desa Condro Kecamatan Pasirian,
Tim Pelaksana IbM telah berusaha mengarahkan dan mendampingi keduanya
untuk bisa mendapatkan Merek Dagang atas produk atau karyanya, dan untuk
itu sepakat menggunakan jasa Konsultan Hak Kekayaan Intelektual yang
bernama Sdr. Arfan Fathoni, S.S. dari bmpdelta consultan.
Perihal Syarat dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Merek dan/atau
Merek Dagang yang dijadikan acuan oleh kedua Mitra adalah sebagaimana
ketentuan yang termaktub dalam Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (4) UndangUndang Nomor 15 Tahun 2001, yakni sebagai berikut :
(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan :
a. tanggal, bulan dan tahun
b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon
c. nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui
Kuasa

d. warna-warna apabila Merek yang dimohonkan pendaftarannya


menggunakan unsure-unsur warna
e. nama Negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam
hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas
(2) Permohonan ditandatangani Pemohon dan Kuasanya.
(3) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu
orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
(4) Permohonandilampiri dengan bukti pembayaran biaya.
Setelah persyaratan tersebut dipenuhi maka Direktorat Jenderal akan
melakukan pemeriksaan, dalam hal seluruh persyaratan administratif dinilai
lengkap maka terhadap permohonan akan diberikan Tanggal Penerimaan dan
dicatat di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu
dapat diperpanjang.
Demikian pula halnya yang dapat diaplikasikan pada Penjahit Arofah
dan

Butik

Winie,

bahwa

Permohonan

Merek

Dagang

yang

sedangdiajukannyapada Tahun 2016 akan berlaku selama rentang waktu


hingga Tahun 2026, bahkan dapat diperpanjang lagi. Adapun sekarang
keduanya pada posisi sedang menunggu terbitnya Hak Merek dengan tanggal
penerbitan yang sah serta teregister di Kementerian Hukum dan HAM c/q
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Dengan demikian nantinya akan
semakin memberikan kepastian hukum bagi kedua pelaku usaha tersebut.
5.3.

Pelatihan Sulam Payet Sebagai Upaya Pemasyarakatan Karya dan


Peningkatan Ketrampilan Pelaku Pemula
Bidang usaha sulam payet, cenderung merupakan bidang usaha yang

bersifat konvensional, artinya bidang ini telah ada sejak dulu walaupun untuk
teknik, bahan serta desainnya secara bertahap mengalami perubahan, seiring
dengan perkembangan peradaban manusia. Disamping itu secara artistik, produk
sulam payet selalu mempunyai keunikan tersendiri, diantaranya pengerjaannya

yang sepenuhnya menggunakan media tangan pengrajinnya, sehingga hasil atau


produknya disebut handmade atau buatan tangan. Dengan statusnya yang
handmade itu pula menyebabkan nilai jual produknya tergolong tinggi, bahkan
barang produksinya atau hasil karyanya seringkali hanya diproduksi sesuai
pesanan dari konsumen saja.
Selain alasan diatas, dari sisi lain memang ada unsur kesengajaan dari
para pelaku usaha sulam payet untuk tidak memperbanyak stok kebaya jadi,
lantaran beaya produksinya cukup tinggi, sekitar 1 hingga 1,5 juta rupiah untuk
sepotong kebaya sulam payet. Dikhawatirkan jika modal yang dimiliki terserap
banyak untuk beaya produksi kebaya sulam payet tersebut, maka akan
berpengaruh pada keberlanjutan proses produksi berikutnya.
Untuk mendukung peningkatan kwalitas sumberdaya manusia serta produk usaha
di bidang sulam payet ini perlu dilakukan pelatihan-pelatihan, dengan melibatkan
pelatih yang mempunyai kelayakan secara formal dan/atau secara faktual
berpengalaman di bidangnya, dalam hal ini adalah pelatih yang ahli menjahit
dan/atau menyulam.
Hakekat Pelatihan itu sendiri merupakan tindakan edukatif sekaligus
aplikatif sehingga secara langsung para pesertanya dapat mempraktekkan teori,
arahan, petunjuk yang disampaikan oleh pelatih atau tutornya, hingga pihak yang
dilatih dapat menghasilkan sebentuk benda sebagaimana yang dikonsepsikan.
Dalam hal obyek yang dituju untuk dilatihkan berkenaan dengan jahit
menjahit, sulam menyulam dan adi busana, maka pelatih atau tutor yang ditunjuk
sedapat mungkin adalah mereka yang telah berpengalaman di bidangnya.
Sehubungan dengan itu, untuk kegiatan Pelatihan Sulam Payet

yang

diselenggerakan oleh Tim Pelaksana Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) skim


Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Tahun 2016, pada tanggal 25 Mei dan 2 Juni 2016
yang bertempat di Butik Winie ini, sengaja dipilih 2 (dua) orang yang potensial
sebagai Tutor, yakni:
1. Ny. Dilah Prima Kusweni, S.Pd, selaku pendesain, pelaku sulam payet
sekaligus pemilik Winie Butik

2. Ny. Siti Arofah, selaku pendesain, pelaku sulam payet sekaligus pemilik
usaha
Penjahit Arofah
Disamping itu, pada pelaksanaan pelatihan tersebut, kedua Tutor dibantu oleh
beberapa karyawan dari kedua pelaku usaha, yang memang secara praktek lebih
terbiasa mengerjakan pekerjaan semacam itu. Adapun untuk media latihan, para
tutor sepakat tidak menggunakan sepotong kebaya melainkan memakai satu set
bantalan kursi dengan teknis sulam yang sama dengan penerapannya pada kebaya.
Hal ini dilakukan semata-mata untuk mempermudah peserta pelatihan sekaligus
untuk meringankan beaya penyediaan bahan latihan.

Gambar 6. Suasana Pelatihan Sulam Payet di Winnie Butik


Pelatihan Sulam Payet tersebut dilakukan secara terbuka,maksudnya
dengan menghadirkan masyarakat yang mempunyai minat dan bakat di bidang
jahit menjahit maupun sulam menyulam, khususnya yang berdomisili di lingkup
wilayah Kecamatan Pasirian, bahkan yang berada di lingkup Kabupaten
Lumajang pada umumnya. Dalam pelatihan yang dipandu oleh kedua Tutor
kepada peserta pelatihan diberikan pengetahuan tentang :
a. cara memasang payet dengan teknik sulam
b. nama beberapa teknik menyulam
c. jenis-jenis payet yang biasa digunakan dalam usaha garment
d. desain sulaman payet pada kebaya konvensional dan modern
Keempat jenis pengetahuan tersebut disampaikan secara jelas oleh para tutor
sehingga dapat menjadi bekal yang cukup untuk dikembangkan lebih lanjut oleh
mereka yang memang berpotensi di bidang sulam payet.

5.3.1. Dampak Pelatihan Terhadap Pengembangan Pelaku dan Produk


Sulam Payet
Keberadaan beragam suku bangsa, adat-istiadat dan budaya merupakan
salah satu ciri yang melekat pada bangsa Indonesia. Pada setiap suku bangsa
selalu memiliki pakaian khas daerahnya masing-masing, dan hampir sebagian
besar memakai aksesoris manik-manik atau payet sebagai pemanis
penampilan pakaian tersebut. Teknik pemakaiannya tidak selalu sama, ada
yang menggunakan teknik sulam, teknik tempel, ada pula dengan teknik
ronce. Penerapan berbagai teknik itupun bukanlah hal sangat mudah, tetap
dibutuhkan proses pembelajaran tersendiri untuk sekedar bisa bahkan jika
untuk mahir di bidang itu. Bentuk pembelajarannya ada yang dilakukan
secara formal di lembaga-lembaga pendidikan, ada pula yang sifatnya
parsial, seperti pelatihan- pelatihan, bahkan mungkin juga dilakukan secara
mandiri (otodidak) berdasarkan bakat menyulam yang dimiliki oleh
seseorang.
Pelatihan Sulam Payet yang diselenggarakan oleh Tim Pelaksana IbM
dari Universitas Lumajang, merupakan salah satu bentuk proses pembelajaran
informal, walaupun demikian cukup memberikan andil bagi pengembangan
potensi pelaku usaha yang sudah berjalan, pelaku pemula maupun mahasiswa
khususnya yang berminat di bidang seni sulam menyulam.
Disamping itu juga memberikan andil bagi realisasi program kerja
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang, khususnya untuk
bentuk Pelatihan Bagi Masyarakat. Diakui oleh Disperindag, bahwa pelatihan
dengan obyek kegiatan sulam payet memang belum pernah dilaksanakan, hal
ini dikarenakan belum banyak informasi atau data yang diperoleh berkenaan
dengan aktivitas usaha sulam payet tersebut. Dengan adanya program yang
berjalan secara sinergi antara akademisi dengan Disperindag ini jelas
memberikan keuntungan pada masing-masing pihak, antara lain Disperindag
mendapatkan data pelaku usaha sulam payet di wilayah Kecamatan Pasirian
pada khususnya maupun wilayah Kabupaten Lumajang pada umumnya,

sementara akademisi mendapatkan materi yang cukup untuk dituangkan


dalam tulisan yang bersifat ilmiah.
Setelah mengetahui potensi pelaku sulam payet beserta produk atau
karyanya, lebih jauh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Lumajang memberikan kesempatan kepada Penjahit Arofah dan Winie Butik
untuk diikutsertakan dalam Pameran Dekranas, baik di tingkat Kabupaten
maupun Propinsi. Dan sambil menunggu momentum-momentum semacam
itu, pada internal masing-masing pelaku usaha akan diberikan pembinaan,
supaya

aktivitas

yang

dijalankannya

semakin

baik,

terarah

serta

berkelanjutan.
5.3.2.

Prospek Pengembangan
Perkembangan Teknologi

Produk

Sulam

Payet

Terkait

Sebagaimana disampaikan pada bahasan terdahulu bahwa usaha sulam


payet merupakan usaha yang mengandung kekhasan, karena untuk bisa
berproduksi diperlukan adanya keahlian/ketrampilan dari si pelaku usahanya
untuk memainkan jari jemarinya di atas potongan baju/kebaya yang akan
dipasangi payet secara handmade atau buatan tangan.
Seiring dengan perkembangan IT, saat ini telah tersedia konstruksi
mesin yang dapat secara cepat menyelesaikan pekerjaan sulam payet.
Setidaknya jika secara manual tenaga seorang manusia hanya dapat
mengerjakan 1 (satu) potong kebaya sulam payet selama 0,5 (setengah)
hingga
1 (satu) bulan, maka dengan menggunakan tenaga mesin sekitar 10 (sepuluh)
hingga 20 (dua puluh) potong kebaya dengan aksesoris payet hanya dapat
diselesaikan dalam waktu sehari saja.Jika dilihat dari hitungan waktu
pengerjaannya tentu sangat efisien, namun jika dinilai dari sisi estetika, terasa
kurang menarik, mengingat tidak terasa adanya permainan jemari
pengrajinnya pada produk kebaya yang dihasilkan, disamping desain atau
polanya yang cenderung bersifat masal, sehingga banyak yang menyamai.
Keadaan demikian itulah yang kurang disukai oleh penikmat adi busana,
karena terasa kurang eksklusif.

Demi menjaga eksklusivitas produk sulam payet tersebut, sangat perlu


terhadap pelaku usaha yang telah aktif beroperasi untuk diberikan payung
hukum berupa Ijin Usaha dan Hak Merek, diantaranya yang telah terealisasi
adalah perlindungan terhadap produk/karya Penjahit Arofah dan Winie Butik.
Dengan adanya payung hukum maka keuntungan yang dapat diperoleh
mencakup keuntungan di sisi yuridis, sosiologis maupun ekonomis. Adapun
penjabarannya sebagai berikut :
a. Sisi Yuridis
Operasional usahanya menjadi legal dimata hukum sehingga dapat
melakukan perhubungan hukum sebagaimana layaknya subyek hukum
perdata, misalnya

membuat kontrak perjanjian dengan pihak ketiga,

mengajukan permohonan

hibah ke lembaga atau badan hukum publik

lainnya, bahkan dapat menggugat apabila ada pihak yang merugikannya,


dan sebagainya.
b. Sisi Sosiologis
Jika pelaku usaha telah memiliki dokumen yuridis yang menguatkan posisi
dan kedudukan hukumnya maka akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap eksistensi dirinya, dan untuk dapatnya masyarakat
mengetahui tentang telah dimilikinya Ijin Usaha, pelaku usaha dapat
mencantumkannya pada papan nama tempat Usahanya, pada nota
transaksinya atau pada media pengepak produknya, semisal Tas.
c. Sisi Ekonomis
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat maka dapat
dipastikan akan ikut meningkatkan pula nilai ekonomis barang
produksinya, yang nominal harganya dapat ditentukan berdasarkan
standart harga yang berlaku du pasaran serta yang sepadan dengan patokan
harga dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dengan adanya dokumen-dokumen semacam itu, tentu akan menjadikan
usaha yang dijalankan mendapat perlindungan hukum, terjamin kepastian
haknya sekaligus kepastian hukumnya.

5.4. Peran Serta Dinas Terkait Dalam Pemanfaatan Dokumen Yuridis Pelaku
Usaha
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga yang mempunyai peran penting
dalam hal penerbitan dokumen yuridis, dua diantaranya adalah Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Kantor Pelayanan Terpadu
(KPT). Selain itu sebenarnya ada juga keterlibatan Instansi Pemerintah khususnya
dalam hal pelaksanaan uji lapang yang menjadi salah satu rangkaian prosedur
yang harus dilalui oleh setiap pemohon ijin usaha. Misalnya : Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda). Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah
(Dinas Kimpraswil), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP), serta beberapa dinas/kantor/badan lainnya yang dipandang
mempunyai keterkaitan kepentingan dengan obyek usaha yang dimintakan
legalisasi tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa untuk mengurus dokumen yuridis bagi
suatu usaha, diperlukan mekanisme yang panjang dan alokasi waktu yang tidak
sebentar, oleh karena itu pemanfaatannya juga perlu diperhatikan agar tidak
menyimpang dari ketentuan yang berlaku, yang ujung-ujungnya

dapat

mengakibatkan dicabutnya perijinan yang telah dimiliki oleh para pelaku usaha.
Untuk itu utamanya diperlukan adanya niat baik dan kejujuran dari si pelaku usaha
di dalam menjalankan usahanya, diikuti pula dengan cara

terus mengikuti

perkembangan penyelenggaraan pemerintahan yang biasanya berdampak pada


kegiatan masyarakatnya.
Upaya menjaga dan mengawasi pemanfaatan dokumen yuridis tersebut,
secara sinergi harus dilakukan bersama-sama antara pelaku usaha dengan
instansi/lembaga yang berwenang, mengingat tidak semua pelaku usaha
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap dan memahami substansi
peraturan perundang-undangan.
Bertitik tolak dari keadaan seperti itu, maka Tim Pelaksana IbM di dalam
menyelesaikan tugasnya merasa perlu secara intensif melakukan komunikasi dan
koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Lumajang, mengingat keterlibatan Tim Pelaksana IbM dalam
memfasilitasi penerbitan dokumen yuridis bagi pelaku usaha sulam payet di desa

Sememu dan desa Condro Kecamatan Pasirian, belum sepenuhnya terselesaikan


sedangkan secara yuridis formal batas waktu pengabdian Tim dibatasi hanya
sampai dengan akhir bulan Nopember ini. Menyikapi situasi dan kondisi
demikian ini, maka Tim Pelaksana IbM berinisiatif menyelenggarakan acara
Konsolidasi, dengan tujuan sebagai berikut :
a. Agar Tim Pelaksana IbM berkesempatan menitipkan program kerjanya
yang belum dapat terselesaikan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan
dengan faktor sistem yang berlaku dalam hal perolehan dan penerbitan
Hak Merek bagi kedua mitranya.
b. Agar Penjahit Arofah dan Butik Winie selaku mitra IbM mempunyai
peluang melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi pemerintah
yang menaunginya sehingga operasional dan pengembangan usahanya
berpeluang mendapat fasilitasi pembinaan serta pendampingan dari
Pemerintah Daerah.
c.

Agar Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kantor Pelayanan


Terpadu Kabupaten Lumajang memberikan perhatian yang proporsional
kepada kedua mitra IbM tersebut sekaligus memberikan ruang yang cukup
bagi keduanya untuk mengembangkan dan mengeksplorasi produknya
hingga dapat memberikan nilai lebih pada sektor perekonomian internal
maupun eksternalnya.
Beruntung pada acara Konsolisasi yang diselenggarakan di Ruang

Pertemuan Rumah Makan Pondok Asri Lumajang tersebut, dihadiri oleh semua
pihak yang diundang, yakni : Ny. Siti Arofah dan Ny. Dilah Prima Kusweni, S.Pd,
selaku pimpinan Kedua Mitra, Ibu Anies Marsudiati Purbadiri, S.H., M.H. dan
Bapak Dr. M. Hariyadi Eko Romadon, S.Sos., M.Si selaku Tim Pelaksana IbM,
Bapak Drs. Agus Eko Suprayitno, M.Pd selaku Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Lumajang, Bapak Dadang A. Prasetiawan, SSTP, M.AP
selaku Kasie Renbang Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang. Sehingga
dengan demikian para pihak tersebut dapat saling berdialog, berkonsultasi, dan
sebagainya, yang kesemuanya mengarah pada tujuan yang dimaksud sekaligus

sesuai dengan judul pengabdian yang dilakukan oleh Tim IbM, yakni Penguatan
Legalitas Usaha Masyarakat Pedesaan Berbasis Sulam Payet .
5.4.1. Peran Serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam
Memfasilitasi Publikasi Produk Pelaku Usaha Sulam Payet Yang
Telah Memiliki Legalitas
Sebagai instansi Pemerintah yang secara kelembagaan mempunyai
tugas dan kewenangan mendorong, memantau, dan mengawal operasional
pelaku usaha, tentu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Lumajang menyambut baik terhadap adanya perlakuan kearah yang lebih
maju pada pelaku usaha. Tidak terkecuali perlakuan yang ditujukan kepada
Penjahit Arofah dan Butik Winie, yang banyak mendapatkan fasilitasi
pengurusan dokumen yuridisnya, sehingga secara de yure aktivitas usaha
serta produk usahanya saat ini telah memiliki legalitas.
Selain itu, secara de facto kedua pelaku usaha tersebut telah pula
memiliki beberapa sarana pendukung yang dapat menguatkan eksistensinya,
seperti : Papan Nama yang mencantumkan nomor SIUP-nya, label yang
terpasang pada setiap produknya, Kwitansi berlogo yang merupakan alat
transaksinya, dan Tas berlogo yang dijadikan pembungkus /pengepak
produknya. Kesemuanya itu didapatkan oleh kedua pelaku usaha pasca
dirinya menjadi Mitra dari Tim Pelaksana Pengabdian Pada Masyarakat skim
Ipteks Bagi Masyarakat di Tahun Anggaran 2016.
Selama proses penyediaan legalitas diri serta sarana pendukung
penguatan eksistensi kedua pelaku usaha tersebut ada banyak hal yang
dilakukan oleh Tim Pelaksana IbM, karenanya di forum Konsolidasi itu turut
pula menyampaikan materi

Esensi Perijinan Sebagai Legalitas Usaha

Penjahit Arofah dan Butik Winie.


Selanjutnya, peran serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam
hal menjaga keberlanjutan usaha yang dilakukan oleh Penjahit Arofah dan
Butik Winie, adalah dengan memberikan peluang pada keduanya untuk
mengikuti pameran-pameran yang digelar secara rutin di lingkup Kabupaten

Lumajang, Propinsi Jawa Timur bahkan bila memungkinkan hinggga ke


pameran tingkat Nasional. Pernyataan demikian adalah sebagaimana yang
diuraikan oleh Bapak Drs. Agus Eko Suprayitno, M.Pd, pada saat
dilaksanakannya Konsolidasi antara Tim Pelaksana IbM, Kedua Mitra dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kantor Pelayanan Terpadu,
tepatnya pada tanggal 9 Nopember 2016 lalu.
Perihal pemberian peluang mengikuti pameran sebagaimana yang
dijelaskan diatas sebenarnya memang telah tersusun dalam rangkaian tugas
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang. Hal ini sesuai
dengan materi yang disampaikan oleh Kepala Dinasnya, pada acara
Konsolidasi yang menyatakan bahwa tugas Dinas Perindustrian dan
Perdagangan adalah melaksanakan Program Pengembangan Industri Kecil
dan Menengah (IKM) di Kabupaten, yang terdiri atas :
a. Pelatihan dan Bimbingan Teknis IKM
b. Fasilitasi Standarisasi Produk, meliputi : HAKI, Merek Halal, Barcode,
Batik Mark, SNI dan fasilitasi lainnya.
c. Promosi atau Pameran Bersifat Lokal, Regional maupun Nasional.
d. Uji Coba Pasar
e. Misi Dagang
f. Temu Wicara
Mengacu pada rangkaian tugas tersebut, kiranya mengawal dan
memantau operasional Penjahit Arofah dan Butik Winie adalah bukan hal
yang salah untuk dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Lumajang, bahkan akan sangat besar manfaatnya bagi kedua
pelaku usaha tersebut, mengingat nantinya bukan hanya peluang pameran
yang akan bisa diraih tetapi meluas pada peluang-peluang lainnya.
Khusus dalam hal mengawal terbitnya Hak Merek bagi kedua pelaku
usaha tersebut, Tim Pelaksana IbM menggantungkan harapan yang lebih,
dalam arti memohon perhatian dan bantuan yang serius dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang untuk meluangkan
waktu berkomunikasi dengan Kementerian Hukum dan HAM c/q Direktorat
Jenderal

HAKI, agar nantinya permohonan Hak Merek yang saat ini sudah teregister,
benar-benar berujung pada terbitnya Sertifikat Hak Merek yang telah
dilegalisasi oleh Pejabat yang berwenang di Indonesia.
Di akhir paparannya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Lumajang juga menyarankan agar kedua pelaku usaha bersedia
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
b. Berusaha dan Serius untuk Perkembangan Usaha yang lebih maju
c. Mempertahankan kualitas dan mutu produk yang sudah ada
d. Selalu mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah
e. Mengikuti Perkembangan Teknologi
Dengan mengikuti alur yang telah dirancang oleh Pemerintah tersebut,
harapannya kedepan Penjahit Arofah dan Butik Winie akan semakin maju,
yang dampaknya bukan saja akan membawa keuntungan bagi internal dirinya
melainkan dapat pula memberikan kontribusi kebanggaan secara eksternal,
tepatnya pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang.
5.4.2. Peran Serta Kantor Pelayanan Terpadu Dalam Memantau
Kepemilikan Legalitas Usaha Oleh Pelaku Usaha Sulam Payet
Ketika membahas masalah legalitas bagi pelaku usaha maka
pemikiran akan mengarah pada perolehan perijinannya, dan ketika berbicara
tentang perijinan maka logika akan mengarah pada keberadaan instansi
pemerintah yang berwenang menanganinya, dalam hal ini adalah Kantor
Pelayanan Terpadu (KPT).
Sebagaimana diketahui bahwa Kantor Pelayanan Terpadu mempunyai
kewenangan menerbitkan perijinan yang dimohon oleh pelaku usaha, dan
kewenangan tersebut mempunyai landasan hukum yakni Surat Keputusan
Bupati Lumajang Nomor 188.45/225/427.12/2005 tentang Pendelegasian
Penandatanganan Surat Ijin di Kabupaten Lumajang.
Pasca diterbitkannya perijinan, para pelaku usaha mempunyai
kewajiban

untuk

pengurusannya

memanfaatkannya

sebaik

mungkin

mengingat

tidaklah mudah, rentang waktu penerbitannya tidak sebentar bahkan


diperlukan sejumlah dana untuk mendapatkannya. Disamping itu, perijinan
itu

sendiri

secara

yuridis

formal

mewakili

eksistensi

suatu

kelompok/badan/lembaga usaha yang memegangnya, dalam arti apabila


terjadi kecurangan atau penyimpangan terhadap operasional usaha suatu
kelompok/badan/lembaga, maka bisa saja terjadi dicabutnya perijinan yang
telah ada.
Bagi pelaku usaha sulam payet yang berdomisili di Desa Sememu dan
Desa Condro, tepatnya Penjahit Arofah dan Butik Winie, tindakan menjaga
keberadaan perijinan yang telah dimilikinya saat ini, dilakukan dengan
sungguh-sungguh. Hal ini dikarenakan keduanya sangat menghormati histori
perolehannya, disamping telah pula terbangun tekad untuk memanfaatkannya
secara profesional. Dengan cara demikian, harapannya laju perkembangan
usaha kedua pelaku usaha tersebut semakin pesat, dengan didasari landasan
hukum yang kuat pula.
Pada acara Konsolidasi Tim Pelaksana IbM dengan kedua pelaku
usaha bersama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang, tanggal 9 Nopember 2016 lalu,
Bapak Dadang A. Prasetiawan, SSTP, M.AP selaku Kasie Renbang pada
instansi tersebut, berkata bahwa : Dalam waktu dekat Pemerintah akan
menerbitkan Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) sebagai pengganti Surat Ijin
Usaha Perusahaan (SIUP) . Dasar hukum yang digunakan untuk melakukan
penggantian tersebut adalah :
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
b. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perijinan Untuk Usaha
Mikro dan Kecil
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil.
Berkaitan dengan banyaknya peraturan perundang-undangan yang
mendasari penerbitan perijinan itulah maka terbersit pemikiran dalam diri
Tim Pelaksana IbM untuk mengadakan pertemuan pelaku usaha di lintas
bidang

dengan maksud agar yang mengetahui dan memahami keberadaan,


perundang- undangan lebih meluas. Lebih-lebih ketika Kasie Renbang KPT
menjelaskan tentang akan adanya kebijakan

baru dalam hal bentuk

dokumen perijinan, maka dirasa tepat menghadirkan mereka sekaligus


memberikan materi Kebijakan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
Tentang Perijinan Untuk Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Ditinjau Dari
Kemanfaatan Yuridisnya
Selanjutnya pada momen pertemuan tersebut, Kasie Renbang KPT
menguraikan perbedaan bentuk, prosedur dan mekanisme diantara SIUP
dengan IUMK, yakni sebagai berikut :
Tabel 6.
Perbedaan antara SIUP dengan IUMK
Sebagai Perijinan Bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil
SIUP
Diberikan pada pelaku usaha dg
modal :
- dibawah 50 juta
- 50 juta keatas
Pihak yang menerbitkan :
- Camat (untuk modal dibawah
50 Juta)
- KPT (untuk modal 50 juta
keatas)
Masa pengurusannya sekitar 1 s/d
2 minggu
Bentuk naskahnya terdiri atas 4
lembar, yakni TDI, TDP, HO dan
SIUP
Dikenakan
Retribusi
sesuai
ketentuan yang berlaku
Masa berlakunya selamanya dg
kewajiban
pelaku
usaha
melakukan her registrasi setiap 5
tahun
disertai
pembayaran
retribusi 75 % dari retribusi awal

IUMK
Diberikan kepada pelaku
usaha dg modal :
- dibawah 50 juta
- antara 50 hingga 500 juta
Pihak yang menerbitkan
untuk kategori permodalan
tersebut diatas adalah Camat
(KPT hanya menerbitkan
untuk usaha makro)
Masa pengurusannya selesai
dalam 1 hari
Bentuk naskahnya hanya
terdiri dari 1 lembar IUMK
saja
Tidak dikenakan retribusi
apapun
Masa berlakunya selamanya
namun
akan
dicabut
manakala pelaku usaha Mikro
Kecil (PUMK)
melanggar
ketentuan
perundangundangan

Pengertian IUMK adalah tanda legalitas kepada seseorang atau pelaku


usaha/kegiatan tertentu dalam bentuk izin usaha mikro dan kecil dalam
bentuk

satu lembar. Maksud penerbitannya adalah untuk memberikan kepastian


hukum dan sarana pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil dalam
mengembangkan usahanya. Sedangkan tujuan pengaturan IUMK bagi
PUMK, adalah untuk :
a. Mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha di lokasi yang
telah ditetapkan.
b. Mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha.
c. Mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan
bank dan non bank.
d. Mendapatkan

kemudahan

dalam

pemberdayaan

dari

Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan/atau lembaga lainnya.


Namun saat ini model IUMK itu sendiri belum berlaku efektif di
Kabupaten Lumajang, bahkan dijelaskan pula oleh Kasie Renbang Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang, bahwa pada akhir bulan Nopember
2016 ini baru akan dilakukan sosialisasi terhadap Camat se Kabupaten
Lumajang,
Februari

sedangkan

berlakunya

diperkirakan

efektif

mulai

bulan

2016. Dipilihnya Camat sebagai orang pertama yang harus diberikan


pengetahuan tentang IUMK ini dikarenakan nantinya Camatlah yang akan
mendapatkan pendelegasian kewenangan dari Bupati/Walikota untuk
menerbitkan

IUMK

tersebut

melalui

landasan

yuridis

Peraturan

Bupati/Peraturan Walikota.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengurusan
perijinan, khususnya SIUP bagi Penjahit Arofah dan Butik Winie berada pada
masa akhir penerapan pola lama untuk penerbitan perijinan bagi pelaku usaha
mikro dan kecil, sehingga konsekwensinya terhadap keduanya masih berlaku
ketentuan yang lama pula, yakni wajib melakukan daftar ulang atau her
registrasi dalam rentang waktu 5 (lima) tahun kedepan dengan membayar
retribusi sebesar 75 % dari retribusi awal yang telah dibayarnya.
Akhirnya dapat pula dikatakan bahwa peran serta nyata yang perlu
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang di masa
transisi
pemilik

ini

adalah

memberikan

penjelasan

secara

intens

kepada

perijinan yang terbitnya menurut pola lama, agar mereka tetap memenuhi
kewajiban melakukan daftar ulang dengan membayar retribusi, termasuk di
dalamnya adalah Penjahit Arofah dan Butik Winie yang telah memperoleh
SIUP dan lain-lainnya pada bulan Juli 2016. Dan kewajiban lainnya yang
harus secara kontinyu disuarakan oleh Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Lumajang adalah Sosialisasi Penerapan Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK)
kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat yang berpotensi menjadi
pelaku usaha mikro dan kecil di Kabupaten Lumajang.

BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1. Rencana Jangka Pendek
Rencana jangka pendek yang akan dilakukan adalah menyelesaikan
beberapa luaran yang dapat dicukupi selama berlangsungnya waktu pengabdian
masyarakat, antara lain :
a.

Ijin Usaha berupa beberapa Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Terpadu atas nama Bupati Lumajang, yang diperuntukkan bagi
Penjahit Arofah di Desa Sememu (Mitra 1) dan Butik Winie di Desa
Condro (Mitra 2)

b.

Hak Merek berupa sertifikat yang diterbitkan oleh Kementerian Hukum


dan Hak Asasi Manusia c/q Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual,
meski untuk sementara ini yang sudah terpegang di tangan adalah Surat
Pengajuan Permohonan Merek Dagang yang telah ditandatangani oleh
pejabat dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

c.

Nomor Pokok Wajib Retribusi (NPWR) atas nama Penjahit Arofah dan
Butik Winie
d.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diterbitkan oleh Kantor


Pelayanan

Pajak Pratama di Probolinggo.


e.

Papan Nama Penjahit Arofah, sebagai penunjuk arah lokasi usaha.

f.

Etiket, Logo, Nota berlogo dan Tas berlogo sebagai identitas pengenal
keberadaan masing-masing Mitra.

g.

Draft Jurnal Pengabdian dengan judul : Kedudukan Yuridis Ijin Usaha


Bagi Pelaku Usaha Sulam Payet di Kabupaten Lumajang, yang
didaftarkan ke Jurnal Pengabdian IPTEKS milik Unmuh Jember.

h.

Konsep Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara, yang


dikerjakan oleh Ketua Tim Pelaksana IbM.

i.

Konsep Bahan Ajar Mata Kuliah SDM dan Sistim Budaya Indonesia, yang
dikerjakan oleh Anggota Tim Pelaksana IbM.

67

68

6.2. Rencana Jangka Panjang


Berkaitan dengan rencana jangka panjang yang akan dilakukan pasca
pelaksanaan pengabdian pada masyarakat, adalah sebagai berikut :
a. Oleh Pengusul Pengabdian Pada Masyarakat skim IbM
1) Merealisasi draft Jurnal Ilmiah menjadi Jurnal Pengabdian dan
mendaftarkannya pada pengelola Jurnal terakreditasi dan/atau ber-ISBN,
baik yang ada di Kopertis atau di lembaga pengelola Jurnal lainnya,
dalam hal ini yang dituju adalah Jurnal Pengabdian IPTEKS milik
Universitas Muhammadiyah Jember.
2) Merealisasi konsep Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara
menjadi Diktat dan difungsikan sebagai acuan pembelajaran.
3) Memantau pemanfaatan Ijin Usaha sebagai alat bukti otentik dalam hal
pencarian tambahan modal dari lembaga perbankan
4)

Mengkomunikasikan tentang terbitnya Sertifikat Hak Merek dengan


Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yang diperkirakan akan terealisasi
satu hingga dua tahun kedepan.

5) Mendokumentasikan hasil pengabdian pada masyarakat ini dalam


kumpulan tulisan dan gambar sebagai bahan referensi pengajuan proposal
pada jenjang yang lebih tinggi.
6)

Menginisiasi terselenggaranya kolaborasi adi busana berbasis sulam


payet dengan pementasan kesenian tradisional.

7) Merancang Rekayasa Sosial berupa Pertemuan Pelaku Usaha Lintas


Bidang Dalam Menyongsong Berlakunya Ijin Usaha Mikro Dan Kecil
(IUMK) di Kabupaten Lumajang.
b. Oleh Penjahit Arofah dan Winie Butik selaku Mitra IbM
1) Memohon penjelasan, pendampingan dan pengawasan kepada Kantor
Pelayanan Terpadu terkait pemberian perijinan.
2) Mengajukan permohonan pembinaan kepada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan

Kabupaten

Lumajang secara periodik demi untuk

meningkatkan kualitas usaha sulam payet yang ditekuninya.

3) Memanfaatkan kepemilikan dokumen yuridis sebagai bahan acuan


mendapatkan fasilitas bantuan, pinjaman lunak dari lembaga perbankan,
baik milik Pemerintah ataupun swasta.
4) Merencanakan pameran dan peragaan busana secara mandiri atau dengan
fasilitasi Pemerintah sebagai ajang promosi dan publikasi karyanya, di
tingkat lokal maupun regional.
5) Mempersiapkan diri guna memenuhi ajakan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan untuk terlibat pada Dekranasda, sebagai media promosi dan
publikasi yang bersifat nasional.
6) Mempertahankan

Merek Dagang yang telah teregister atas nama

produknya agar menjadi Hak Merek yang berkekuatan hukum tetap.

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran dan uraian pada bab-bab terdahulu maka pada
akhirnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwasanya kegiatan Penyuluhan Hukum merupakan langkah strategis
yang dapat dilakukan oleh pihak pelaksana Pengabdian Kepada
Masyarakat, yakni dalam hal ini Anies Marsudiati Purbadiri, S.H., M.H.
dan Dr. M. Hariyadi Eko Romadon, S,Sos., M.Si, khususnya

dalam

rangka memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya


memiliki dokumen yuridis atas usaha yang dijalankan, tidak terkecuali
bagi Penjahit Arofah dan Butik Winie, sehingga keberadaannya legal
dimata hukum yang berlaku di Indonesia serta pelaku usahanya berhak
mendapatkan perlakuan sebagaimana layaknya subyek hukum privat
dalam lapangan Hukum Perdata pada umumnya maupun Hukum Dagang
pada khususnya.
2.

Dokumen yuridis yang dimiliki oleh Penjahit Arofah dan Winie Butik
yang merupakan pelaku usaha sulam payet di wilayah pedesaan sekaligus
selaku Mitra IbM,meliputi :
a. Izin Gangguan
b. Tanda Daftar Perusahaan Perorangan
c. Tanda Daftar Industri
d. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil
e. Merek Dagang
f. Nomor Pokok Wajib Pajak
Yang masing-masing diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Terpadu (point a
s/d d), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia c/q Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (point e) dan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama
(point f).

70

71

3. Pemantauan terhadap pemanfaatan dokumen yuridis yang telah dimiliki


oleh pelaku usaha harus dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten,
diantaranya adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang, supaya kegiatan usahanya
konsisten dan berkelanjutan serta aktivitasnya tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Dalam hal terjadi
pelanggaran harus dikenakan sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
4. Pemberian bantuan atau pinjaman lunak dari Pemerintah ataupun lembaga
perbankan swasta kepada pelaku usaha sulam payet di pedesaan, termasuk
kepada Penjahit Arofah dan Winie Butik, yang disertai dengan dokumen
yuridis sebagai agunan, dapat menjadi daya dukung bagi keberlanjutan
proses produksi suatu usaha.
7.2. Saran
Oleh karena kelengkapan dokumen yuridis yang dimiliki oleh para
pelaku usaha dapat menjadi payung hukum yang tepat, maka ada beberapa saran
sebagai berikut :
1. Untuk menumbuhkan gairah berwirausaha pada lingkup masyarakat desa,
perlu ada pembinaan dan pendampingan secara intens dari Dinas-dinas
terkait serta perlu digalakkan model-model Penyuluhan Hukum yang
dilakukan oleh para akademi secara lintas keilmuan.
2. Agar pelaku usaha semakin dapat menempatkan dokumen yuridis yang
telah dimikinya secara baik maka perlu ada pembinaan dan pendampingan
secara intens dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, bahkan jika
memungkinkan dengan Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lumajang
3. Pembinaan dan pendampingan yang dilakukan secara sinergi antara Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dengan Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Lumajang terutama dalam menjaga ketaaqtan para pelaku
usaha terhadap ketentuan hukum yang mengaturnya,

4. Perlu kiranya dilakukan identifikasi terhadap pelaku-pelaku usaha yang


memerlukan bantuan modal oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Lumajang,untuk kemudian dibantu berkomunikasi dengan
lembaga perbankan, baik negeri maupun swasta, dengan memperhatikan
serta mempertimbangkan dokumen yuridis yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA
Jerome R. Ravertz, 2009, Filsafat Ilmu, Sejarah dan Ruang Lingkup
Bahasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cetakan IV.
Joko Tri Prasetyo, dkk, 1998, Ilmu Budaya Dasar, PT Rineka Cipta,
Jakarta, cetakan II
M. Sarmuji, Ichsan Firdaus, Melki Laka Lena, 2013, Demokrasi Untuk
Kesejahteraan Rakyat, Fraksi Partai Golkar DPR RI, Jakarta, cetakan I
Rafael Raga Maran, 2000, Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu
Budaya Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, cetakan Pertama
Rofiqul, Umam Ahmad, M, Ali Safaat, Rafiudin Munis Tamar, 2007, Konstitusi
dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer, The Biography Institute,
Jakarta, 2007, cetakan Pertama
R. Subekti, 1998, Pokok- Pokok Hukum Perdata, Balai Pustaka, Jakarta
ST Marbun dan Moh. Mahfud M.D., 1987, Pokok-Pokok Hukum Administrasi
Negara, Liberty, Yogyakarta, cetakan I
--------------------, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945, Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi R.I., 2009
-------------------, Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek
-------------------, Undang-Undang Nomor No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah

Lampiran 1
Instrumen Pendukung
A. Kwitansi Pembelanjaan Dana Hibah
B. Foto copy Perijinan Mitra 1 dan 2
C. Foto copy Permohonan Pendaftaran Merek Mitra 1 dan 2
D. Dokumentasi foto-foto kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat
E. Foto copy PPT Penyuluhan Hukum

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

186

187

LAMPIRAN
FOTO-FOTO KEGIATAN

Tim Pelaksana IbM Saat berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian


dan Perdagangan Kabupaten Lumajang Terkait Persiapan Pelaksanaan
Penyuluhan Hukum Bagi Pelaku Usaha Sulam Payet

Ketua dan Anggota Tim Pelaksana IbM Saat Berkoordinasi dengan Staf pada
Kantor Pelayanan Terpadu Berkenaan dengan Fasilitasi Pengajuan
Permohonan Ijin Usaha Bagi Penjahit Arofah dan Winie Butik

188

Camat Pasirian sedang memberikan sambutan sekaligus membuka acara


Penyuluhan Hukum Urgensi Perijinan Bagi Pelaku Usaha
di Balai Desa Condro Tanggal 25 Mei 2016

Kegiatan Pelatihan Sulam Payet Dalam Rangka


IbM Penguatan Legalitas Usaha Masyarakat Berbasis Sulam Payet
Bertempat Di Winnie Butik Tanggal 25 Mei 2016.

189

Penyampaian Materi Narasumber Urgensi Perijinan Bagi Pelaku Usaha


pada acara Penyuluhan Hukum dalam rangka Pelaksanaan IbM
di Balai Desa Condro Tanggal 25 Mei 2016

Tim Pelaksana IbM dan Peraga Busana Sulam Payet Phose Bersama Bupati
Lumajang, Sekda Kabupaten Lumajang, Kepala Desa Karangbendo dan
Pimpinan CIO Indonesian Arts Culture di Acara Pasinan Dengklek Festival
2016

190

Penandatanganan Berita Acara Penyerahan Bantuan Mesin Jahit


Untuk Peningkatan Produksi Penjahit Arofah dan Winie Butik

Serta Penandatanganan Dokumen Pengajuan Ijin Usaha


Dan Penerbitan Merek Dagang Oleh Ny. Siti Arofah Dan
Ny. Dilah Prima Kusweni, S.Pd

191

Kegiatan Konsolidasi Dengan Disperindag dan KPT Pasca Kepemilikan


Dokumen Yuridis Oleh Mitra IbM

192

Lampiran2
Personalia Tenaga Pelaksana Beserta Kualifikasinya
Biodata Ketua Tim Pengusul Hibah Program IbM
A. Identitas Diri
1.
Nama Lengkap (dg gelar) ANIES MARSUDIATI PURBADIRI, SH, MH
2.
Jenis Kelamin
Perempuan
3.
Jabatan Fungsional
Lektor
4.
NIP
5.
NIDN
0717096202
6.
Tempat/Tanggal lahir
Jember, 17 September 1962
7.
E-mail
aniesmp@gmail.com
8.
Nomor Telepon/HP
(0334) 885792 / 08124918515
9.
Alamat Kantor
Jalan Musi Nomor 12 Lumajang
10. Nomor Telepon/Fax
(0334) 882769 / (0334) 882769
11. Lulusan yang dihasilkan S.1 : 71 org, S.2 : - org, S.3 : - org
12. Mata Kuliah yang
1. Hukum Agraria
diampu
2. Hukum Administrasi Negara
3. Hukum Pajak
4. Filsafat Ilmu dan Etika Akademik
B. Riwayat Pendidikan
Uraian
Jenjang S 1
Nama Perguruan Tinggi Univ. Negeri Jember
Bidang Ilmu
Ilmu Hukum
Tahun Masuk Lulus
1982 - 1987
Judu
Tata Cara PembayaSkripsi/Thesis/Disertasi ran Santunan Kepada Korban Penyakit
Jabatan Pada PT Horison Syntex Di Surabaya Menurut Ketentuan PT ASTEK
Nama Pembimbing/
Soenarjati, S.H.
Promotor
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Penelitian

1.

2009

Implementasi Hak Normatif


Pekerja Wanita Di Kabupaten
Lumajang Berdasarkan Undangundang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Ketua)

Jenjang S 2
Jenjang S 3
UPB Surabaya
Ilmu Hukum
2002 2005
Wewenang Camat
Terhadap Pemerintahan Desa
Menurut UndangUndang Nomor
32 Tahun 2004
M. Huron, SH,
MH

Pendanaan
Jumlah
Sumber
( Juta Rp)
DP2M DIKTI

8,5

193

2.

3.

2009

2015

Penyelesaian Yuridis Terhadap


Sengketa Yang Timbul Akibat
Diterbitkannya Sertifikat Atas
Tanah Berdasarkan Akta Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) di
Wilayah Kabupaten Lumajang
(Anggota)
Penerapan Perda Kabupaten
Lumajang Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Retribusi R.P.H. Dalam
Kaitannya Dengan Peningkatan
P.A.D.

DP2M DIKTI

DP2M DIKTI

12

D. Pengalaman Pengabdian Pada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
Jumlah
No. Tahun
Judul Pengabdian
Sumber
(Juta Rp)
1.
Workshop Seni : Koreografi
Jaranan, Macapat, Musik Kreatif,
2012
Hibah
30
Desain Batik, Keaktoran dan
Pemkab ke
Penyutradara-an. (Inisiator, Ketua
DKL
Panitia)
2
2014
PKM-M : Upaya Meminimalisir
Pernikahan Dini Di Kalangan
DIPA
Remaja Darungan Melalui
Kopertis VII
7,336
Penyuluhan Hukum dan Kesehatan
Jatim
(Dosen Pendamping)
3.
2015
IbM : Payung Hukum Sanggar Seni
DIPA
Tari
Kopertis VII
45
Jatim
4.
2016
IbM : Penguatan Legalitas Usaha
Hibah
Masyarakat Pedesaan Berbasis
Kenenristek
42
Sulam Payet
Dikti
E. Publikasi Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Judul Artikel Ilmiah
Volume/Nomor/Tahun
1. Urgensi Perlindungan Hukum
Terhadap Perempuan Korban
Kekerasan Dalam Rumah
Vol. 3, No. 2, 2011
Tangga Menurut UU Nomor
23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan KDRT
2. Wewenang Camat Terhadap
Tata Pemerintahan Desa
Vol.11, No. 2, 2012
Berdasarkan UU Nomor 32

Nama Jurnal
MUWAZAH
Jurnal Kajian
Gender

Jurnal Hukum
ARGUMENTUM

194

Tahun 2004 tentang


Pemerintah Daerah
3.

4.

5.

Penerapan Hak Reproduksi


Pekerja Perempuan
Berdasarkan UU Nomor 13
Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Korelasi Antara Penerapan
Perda Nomor 13 Tahun 2011
tentang Retribusi RPH
Dengan Peningkatan PAD
Kab. Lumajang
Urgensi Payung Hukum Bagi
Sanggar Seni Tari di
Kabupaten Lumajang

Vol.12, No. 1, 2012

Jurnal Hukum
ARGUMENTUM

Vol. 10, No. 2, 2015

Jurnal Hukum
ARGUMENTUM

Vol. 1, No. 2, 2015

Jurnal Pengabdian
IPTEKS

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir


No. Nama Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
1. Diskusi Publik
Mencermati Potensi Wisata
2011, Balai Desa
Kabupaten Lumajang dan
Purwosono Kec.
Elemen Pendukungnya
Sumbersuko
(Narasumber)
2. Workshop Seni
Workshop Seni : Mengenal
2012. Pendopo
Seni Budaya Sebagai Upaya
Kabupaten
Memper-tahankan Heritage
Lumajang
Bangsa (Moderator)
3. Workshop
Norma Penjurian Bidang Seni
2014, Panti PKK
Profesionisme Juri Menuju Pembentukan Sikap
Kab. Lumajang
Profesionalisme Juri
(Moderator)
4. Penyuluhan
Pembentukan Pokdarwis
2011, Balai Desa
Sebagai Elemen Pendukung
Purwosono Kec.
Desa Wisata (Narasumber)
Sumbersuko
5. Latihan Dasar
Pengenalan Teknik Retorika
2015, Mts/MI Putri
Kepemimpinan
Bagi Pengurus OSIS MTs dan Nurul Mas yitoh
MI Putri Nurul Masyitoh
Lumajang
(Pemateri)
6. Penyuluhan
Sinergisme Pelaku Seni
2015, Gedung
Hukum
Dengan Pemangku Kebijakan
Pertemuang Jl
Dalam Upaya Penerbitan
Veteran 55
Payung Hukum Sanggar Seni
Lumajang
7. Latihan Dasar
Job Discription Dalam
2016, MTs/MI Putri
Kepemimpinan
Organisasi Kesiswaan
Nurul Masyitoh
Lumajang

195

G. Karya Buku Dalam 5 Tahun Terakhir


No.
Judul Buku
Tahun
-

Jumlah Halaman
-

H. Perolehan HKI Dalam 5 10 Tahun Terakhir


No.
Tahun
Judul / Tema HKI
-

Jenis
-

Penerbit
Nomor P / ID
-

J. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya


Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Judul/Tema/Jenis Rekayasa
Tahun
Tempat
Respon
Sosial Lainnya Yang Telah
Penerapan
Masyarakat
Diterapkan
1. Pembentukan Kelompok Kerja
2014
Kabupaten Disetujui dan
Masyarakat Peduli Kesehatan
Lumajang ditindaklanjuti
(Pokja-MPK) Sebagai Wadah
dg penerbitan
Aplikasi Pelayanan Publik di
SK Bupati
bidang Kesehatan
2. Penyusunan Kajian Akademik
2015
Kabupaten Ditindaklanjuti
Tentang Kesenian Jaran Kencak
Lumajang dg pengajuan
Warisan Budaya Tak Benda di
Hak Paten via
Kabupaten Lumajang
Balai Arkeologi Yogyakarta
K. Penghargaan Yang Pernah Diraih Dalam 10 Tahun Terakhir
No.
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi Penghargaan
1
Juara 1 Lomba Pidato
Gabungan Organisasi Wanita
Tingkat Kabupaten
Kabupaten Lumajang

Tahun
2013

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program IbM.
Lumajang, 24 Nopember 2016
Pengusul

ANIES MARSUDIATI PURBADIRI, SH, MH


NIDN : 0717096202

196

Biodata Anggota Tim Pengusul 1.


A. Identitas Diri
1.
Nama Lengkap (dg gelar)
2.
Jenis Kelamin
3.
Jabatan Fungsional
4.
NIP
5.
NIDN
6.
Tempat/Tanggal lahir
7.
E-mail
8.
Nomor Telepon/HP
9.
Alamat Kantor
10. Nomor Telepon/Fax
11. Lulusan yang telah
dihasilkan
12. Mata Kuliah yang diampu

B. Riwayat Pendidikan
Uraian
Nama Perguruan Tinggi

Dr, M. Hariyadi Eko Romadon, S.Sos, M.Si


Laki-laki
Lektor
196612132005011001
0013126602
Lumajang, 13 Desember 1966
omeko_moharero@yahoo.com
0811356172
Jalan Musi Nomor 12 Lumajang
(0334) 882769 / (0334) 882769
S.1 : 52 org, S.2 : 0 org, S.3 : 0 org
1.
2.
3.
4.

Antropologi Budaya
Kepemimpinan
Ssumber Daya Manusia
Sistim Sosiologi Budaya Indonesia

Jenjang S 1
Univ. Diponegoro

Bidang Ilmu

Ilmu Pemerintahan

Tahun Masuk Lulus


Judul Skripsi/Tesis/
Disertasi

1986 - 1994
Kepemimpinan
Masyarakat
Tengger di Daerah
Bromo

Nama Pembimbing/
Promotor

Drs. H. Mardoyo
Yudho Adinoto,
S.H.

Jenjang S 2
Univ.
Airlangga
PSDM

Ilmu Sosial /
Sosiologi
Pemerintahan
2001 2004
2005-2012
Kepemimpinan Negara Dalam
dan Lapisan
Kekerasan Pada
Strata
Tragedi G 30 S
Masyarakat
(Studi Memoria
Tengger
Passionis Pada
Perempuan Ex
Tapol)
Dr. Harijadi,
Prof. Dr. Romo
dr, DOR, APU Armada
Riyanto, CM

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir


No.

Tahun

Judul Penelitian

Jenjang S 3
Univ. Airlangga

Pendanaan
Jumlah
Sumber
( Juta Rp)

D. Pengalaman Pengabdian Pada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


No.
Pendanaan
Tahun
Judul Pengabdian
Sumber
Jumlah

197

2012

Ketua Forum Lumajang Sehat

2.

2013

Ketua Dewan Pendidikan Kab.


Lumajang

3.

2014

Ketua Komunitas Belajar


Perkotaan

4.

2014

Bidang Litbang DKL

5.

2014

Penasehat Pokja-MPK Kab.


Lumajang

Bappeda Kab.
Lumajang
Dinas Pendidikan Kab.
Lumajang
Dinas P.U.
Kab.
Lumajang
Pemkab
Lumajang
Dinas Pendidikan Kab.
Lumajang

E. Publikasi Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir


No.

Judul Artikel Ilmiah

Volume/Nomor/Tahun

50 juta/th
75 juta/th
50 juta/th
30 juta/th
30 juta/th

Nama
Jurnal

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir


Nama Pertemuan
Waktu dan
No.
Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/Seminar
Tempat
1 Seminar dan Workshop Optimalisasi dan Peran
Tentang P4GN
Ormas Dalam P4GN
Lumajang, 2014
kerjasama dg BNN
Kab. Lumajang
2. Seminar Regional
Peran dan Fungsi Ormas
kerjasama dg
Dalam Menjaga Keutuhan
Lumajang, 2013
Bakesbangpol
NKRI
3. Seminar dan Pelatihan
Pemberdayan Masyarakat
kerjasama dengan
Melalui Pembentukan Bank
Lumajang, 2013
Dunas LH
Sampah dan Pemanfaatan
Sampah Daur Ulang
G. Karya Buku Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Judul Buku
Tahun
H. Perolehan HKI Dalam 5 10 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul / Tema HKI
-

Jumlah Halaman
Jenis
-

Penerbit
Nomor P / ID
-

198

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya


Dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun
Tempat
Respon
Lainnya Yang Telah Diterapkan
Penerapan Masyarakat
1. Membuat Program Masyarakat Sadar
2010
Kab.
Positif
Lingkungan kerjasama dg Dinas LH
Lumajang
Kabupaten Lumajang
2. Membuat Program Satu padu peduli
2012
Kab.
Posistif
pendidikan kerjasama dg Dindik
Lumajang
3. Membuat Program Bank Sampah di
2011
Kab.
Posistif
Kab. Lumajang kersama dg Dinas
Lumajang
LH
K. Penghargaan Yang Pernah Diraih Dalam 10 Tahun Terakhir
No.
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi Penghargaan
1. Juara I Keluarga Harmonis
Pemkab Lumajang
Dalam Rangka BBGRM
2. Juara I Keluarga Harmonis dan
Pemprop Jatim
Sejahtera Dalam Rangka
Harganas
3. Juara II Nasional Pembina
Menteri Perikanan dan Kelautan
Budidaya Ikan Karambah Air
RI
Tawar
3. Tokoh Penggerak Masyarakat
Pemkab Lumajang
di Bidang Kesehatan
4. Kalpataru kategori Tokoh
Pemprop Jatim
Pemibina Lingkungan
6. Juara I Pembina Kampung Anti
Pemprop Jatim
Narkoba

Tahun
2008
2008
2009
2010
2012
2012

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program IbM.
Lumajang, 24 Nopember 2016
Pengusul

Dr. M. HARIYADI EKO ROMADON, S.Sos, M.Si


NIDN : 0013126602

Lampiran 3
Draft Jurnal Ilmiah

JURNAL ILMIAH
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM : PENGUATAN LEGALITAS USAHA MASYARAKAT


PEDESAAN BERBASIS SULAM PAYET

Oleh :
ANIES MARSUDIATI P., SH, MH (Ketua NIDN 0717096202) DR.
M. HARIYADI EKO R, S.Sos,M.Si (Anggota -NIDN 0017096702)

UNIVERSITAS LUMAJANG
AGUSTUS, 2016

KEDUDUKAN YURIDIS IJIN USAHA DAN HAK MEREK DALAM


OPERASIONAL USAHA SULAM PAYET DI PEDESAAN
Anies Marsudiati Purbadiri dan M. Hariyadi Eko Romadon
Universitas Lumajang
AB ST R AK S I
Seiring perkembangan jaman, dunia mode juga tak luput dari perubahan
demi perubahan, baik pada pemakaian bahan, desain model, hingga penambahan
asesorisnya. Perubahan demikian merambah di berbagai tingkatan wilayah, baik di
kota-kota besar maupun kecil, tak terkecuali di Kabupaten Lumajang. Setidaknya
ada dua kelompok masyarakat pedesaan yang melakukan usaha sulam payet, yang
hasilnya diminati oleh kalangan ekonomi menengah keatas baik di Lumajang
maupun kota-kota lainnya, hingga berpotensi menjadi industri kreatif yang
mumpuni.
Alasannya disamping ongkos jahitnya relatif murah juga desain
kebayanya up to date serta pilihan bahan payetnya memadai dari sisi harga dan
kwalitasnya. Namun sayang keduanya belum pernah mendapatkan pembinaan
dan fasilitasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat serta dinas-dinas
lain yang terkait, sehingga agak terabaikan kelengkapan legalitas usahanya.
Akibatnya seringkali keduanya dirugikan secara moril dan ekonomis ketika
produk usahanya disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Tujuan
pengabdian
ini
adalah
1)
Untuk
memfasilitasi
pendidikan/pelatihan tentang perlindungan hukum terhadap operasional dan
produk usaha sulam payet di wilayah pedesaan, 2) Untuk memberikan
pendampingan kepada mitra guna mendapatkan Ijin Usaha dan perijinan lainnya,
bahkan bila memumgkinkan sampai pada penerbitan Hak Merek, serta 3) Untuk
melakukan penyadaran kepada mitra tentang tersedianya peluang koordinasi
dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta dinas-dinas terkait lainnya di
Kabupaten Lumajang.
Metode yang diterapkan meliputi 1) Pendidikan hukum secara praktis, 2)
Pelatihan kewirausahaan, 3) Pendampingan perolehan dokumen legalitas dan 4)
Penyadaran peluang koordinasi antara pelaku usaha dengan pemangku kebijakan.
Indikator keberhasilannya, bahwa pelaku usaha akan diuntungkan secara
ekonomis dan prestise ketika usahanya mempunyai payung hukum dan produknya
dilindungi dengan pemasangan label tertentu secara sah, serta ditunjang adanya
bimbingan dan fasilitasi dari Dinas yang berkompeten.
Luaran yang dihasilkan, berupa Artikel atau Publikasi Ilmiah lainnya,
Jasa Pendidikan/Pelatihan, Jasa Pendampingan dan Bahan Ajar Mata Kuliah
Hukum Adinistrasi Negara dan SDM serta Sistim Budaya Indonesia.
Teknik monitoringnya, dilakukan secara berkala untuk mengetahui
perkembangan proses permohonan Ijin Usaha, NPWP dan Hak Merek, aktivitas
produksinya, bahkan mekanisme pemasarannya.
------------------------------------Kata kunci : Penguatan, Legalitas, Usaha, Berbasis, Payet.

A. PENDAHULUAN
Setiap manusia di dalam
kehidupannya selalu memerlukan
tiga kebutuhan pokok, yakni Pangan,
yang merupakan kebutuhan primer,
serta Sandang dan Papan yang
termasuk
kebutuhan
sekunder.
Pemenuhan kebutuhan sandang, pada
perkembangannya orang tidak saja
memfungsikan pakaian itu sebagai
penutup badan melainkan juga
sebagai pemanis atau pemantas
penampilan. Ada nilai-nilai etika dan
estetika yang menjadi elemen
penilaian ketika seseorang memakai
pakaian, sehingga merangsang orang
lain untuk memperhatikan dan
memberikan tanggapan. Dan sebagai
masyarakat Indonesia yang dikenal
lekat dengan adat ketimuran,
mayoritas yang dikehendaki adalah
pakaian yang sopan, sederhana
namun tetap tampak elegan.
Merujuk pada keanekaragaman
adat istiadat masyarakat Indonesia
yang bercirikan Bhineka Tunggal
Ika, maka Indonesia disamping
memiliki beragam suku bangsa juga
memiliki beragam adat istiadat
termasuk pula beragam pakaian
daerah
dengan
karakteristiknya
masing-masing, misalnya : Baju
Bodho dari Ujungpandang, Kebaya
dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur, serta yang lainnya.
Dari berbagai jenis pakaian
daerah yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia, pada akhirnya yang lazim
dipergunakan oleh kaum perempuan
dalam pergaulan nasional maupun

internasional adalah jenis Kebaya.


Awalnya yang memasyarakat adalah
model kebaya konvensional, namun
dalam perkembangannya terjadi
terobosan yang luar biasa pada desain
Kebaya, artinya jika semula model
Kebaya hanya serasi dipadukan
dengan kain panjang (jarit), kini
Kebaya didesain lebih modern hingga
serasi pula bila dipadukan dengan rok
ataupun celana panjang.
Terobosan yang terjadi bukan
itu saja, melainkan merambah pula
pada pilihan bahan dan motifnya, jika
dulu lebih dominan memakai bahan
polos dengan sedikit aksesoris
renda/manik-manik di bagian dada
dan ujung lengan bawah ataupun
memakai bahan bermotif bungabunga, maka kini bahan yang dipakai
lebih variatif, antara lain : kain kaca,
kain tile, kain brokat, dan sebagainya.
Kemudian
diatasnya
diberikan
tambahan sulaman payet di beberapa
bagian potongannya, seperti : bagian
dada, leher, pinggang dan lengan,
sehingga tampak lebih semarak dan
mewah.
Kepiawaian membuat Kebaya
dengan asesoris sulaman payet tidak
selalu dimiliki oleh setiap orang
karena
untuk
melakukannya
dibutuhkan
sentuhan-sentuhan
artistik tersendiri. Dan kepiawaian
demikian bukan saja ditemukan pada
masyarakat di kota-kota besar yang
lebih terfasilitasi dengan adanya
sekolah formal, ataupun tempattempat kursus, namun ternyata
ditemukan pula pada masyarakat di

kota kecil bahkan masyarakat


pedesaan.
Di
Kecamatan
Pasirian
Kabupaten Lumajang, setidaknya ada
dua kelompok pelaku usaha yang
memiliki
kepiawaian
membuat
Kebaya Sulam Payet, yakni Penjahit
Arofah di Desa Sememu dan Winie
Butik di Desa Condro, yang hasil
karyanya diminati oleh masyarakat di
lingkup lokal, regional bahkan
nasional. Dari produk kebaya atau
gaun bersulam payet yang dihasilkan
oleh kedua pelaku usaha tersebut,
selalu dirasakan adanya kebanggaan
tersendiri ketika memakainya, dan
kondisi demikian bukan lantaran
kemewahan
pada
gaun
atau
kebayanya saja yang menjadi daya
pikat, namun yang lebih menyentuh
adalah semangat dan daya juang
mereka dalam menekuni usahanya.
Namun ironisnya kedua pelaku
usaha tersebut belum memikirkan
legalitas
usahanya,
sehingga
seringkali hasil karyanya disamarkan
bahkan diakui oleh pihak lain sebagai
produknya. Terjadinya hal demikian
dikarenakan belum/tidak adanya
identitas pada karyanya yang
mengandung kekuatan hukum, juga
belum adanya pembinaan dan
pendampingan yang dilakukan secara
komprehensif oleh pihak-pihak yang
berkompeten untuk memberikan
perlindungan hukum.
Bertitik tolak dari kekaguman
yang berpadu dengan keprihatinan
itulah maka terbersit keinginan untuk
turut
memikirkan
keselamatan,
keamanan dan keberlanjutan usaha
kedua penjahit tersebut, dengan cara
memberikan tambahan pengetahuan
di bidang hukum, melakukan
pendampingan mengurus dokumendokumen
yuridis
dan
terus

menstimulasi kedua pelaku usaha


untuk gigih menjalankan usahanya
meski operasionalnya di wilayah
pedesaan, dengan tidak mengabaikan
peraturan-perundangan-undangan
yang berlaku secara nasional. Dan
untuk meruntut langkah-langkah
yang akan diambil itu, maka perlu
terbangun konsepsi ilmiah yang
dikemas dalam judul : Kedudukan
Yuridis Ijin Usaha dan Hak Merek
Dalam Operasional Usaha Sulam
Payet di Pedesaan .
A. PERMASALAHAN
Bertitik tolak dari paparan
diatas
dapat
diidentifikasi
permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Dokumen yuridis apa sajakah yang
dapat menguatkan keberadaan
pelaku usaha sulam payet bagi
operasionalnya ?
2. Dampak yuridis apakah yang
dapat dirasakan oleh pelaku usaha
sulam payet di pedesaan atas
kepemilikan Ijin Usaha dan Hak
Merek ?
3. Langkah bagaimanakah yang
harus dilakukan
oleh
para
pemangku kebijakan agar pelaku
usaha sulam payet di pedesaan
kooperatif pada upaya penegakan
hukum ?
B. METODOLOGI
C.1. Pendekatan Masalah
Penelitian
yang
menggunakan
metode
pendekatan diskriptif, berarti
penelitian
hanya
mendeskripsikan
atau
melukiskan obyek atau masalah
tanpa
bermaksud
untuk

mengambil kesimpulan yang


berlaku umum. 1
Penulisan
Laporan
Penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif
dan
sosiologis,
yaitu
pendekatan melalui kebijakankebijakan dan atau peraturanperaturan yang diberlakukan
untuk mengatur masalah yang
menjadi topik pembahasan ini,
yakni dalam hal ini mencakup
peraturan yang berada dalam
lapangan hukum perdata. Dan
yang utama adalah peraturan
perundang-undangan yang kini
berlaku sebagai hukum positif.
D.2. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum yang
dipergunakan adalah sumber
bahan hukum primer, sumber
bahan hukum sekunder dan
sumber bahan hukum tersier.
Bahan hukum primer
adalah bahan-bahan hukum
yang mengikat, terdiri dari
norma atau kaidah dasar yang
melekat pada setiap subyek dan
obyek hukum, antara lain
Undang-Undang Dasar Tahun
1945, Undang-Undang Hak
Merek, dan beberapa peraturan
perundang-undangan lainnya.
Sedangkan bahan hukum
sekunder adalah bahan hukum
yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer,
seperti misalnya buku-buku
literature, hasil penelitian para
peneliti, hasil karya tulisan

kalangan
praktisi
hukum,
keterangan-keterangan pihakpihak yang berkompeten dan
lain-lain.
Serta yang dimaksud bahan
hukum tersier adalah bahan
hukum
yang
memberikan
petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan-bahan hukum
primer dan sekunder, misalnya
kamus hukum, ensiklopedia,
dan lain-lain.
Selanjutnya
bahan-bahan
hukum tersebut dikumpulkan
berdasarkan
teknis
pengumpulan
yang
lazim
dilakukan, guna ditemukan
pokok-pokok
aturan
yang
relevan
dengan
topik
pembahasan.
C.3. Teknik Pengumpulan
Bahan Hukum
Teknik
pengumpulan
bahan hukum yang digunakan
adalah
Interview
atau
wawancara, Observasi dan/atau
dokumentasi.
Interview adalah proses
tanya jawab lisan dengan dua
orang atau lebih berhadaphadapan secara fisik, yang satu
dapat melihat muka, yang lain
mendengarkan.
Dalam
penelitian
ini
interview
dilakukan ke pihak pelaku
usaha dan beberapa orang yang
mempunyai korelasi dengan
usaha yang ada.
Observasi
merupakan
salah satu tekhnik utama

R.H.Soemitro,
Metodologi Penelitian Hukum,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988,


hlm 16

pengumpulan data penelitian


kualitatif, dan observasi dapat
digunakan untuk memeriksa
aktivitas individu, kelompok
individu, orang yang berperan
serta dalam suatu aktivitas.
Dokumentasi
adalah
suatu cara meneliti terhadap
buku-buku
catatan,
arsip
tentang suatu masalah yang ada
hubungannya dengan hal-hal
yang akan diteliti, sehingga
data-data yang ditemukan dapat
dijadikan salah satu rujukan
untuk pengambilan konklusi
pada suatu kegiatan penelitian.
C.4. Analisa Bahan Hukum
Untuk menganalisa bahan
hukum
digunakan
metode
deskriptif kualitatif artinya metode
analisis yang dilakukan dengan
cara memberikan uraian dan
gambaran
atas
bahan-bahan
hukum yang diperoleh dari studi
literatur
atau
kepustakaan,
dokumenter, maupun fakta empiris
yang terjadi di lapangan.
Pendeskripsian bahan-bahan
hukum yang telah diperoleh
tersebut
dilakukan
dengan
berdasarkan pada norma-norma,
kaidah-kaidah
hukum
dan
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku serta berkaitan
dengan masalah yang dibahas.
C. PEMBAHASAN
D.1.

Dokumen Yuridis Bagi


Penguatan
Operasional
Usaha Sulam Payet di
Pedesaan Dalam Wilayah
Kabupaten Lumajang

Pada hakekatnya tujuan


pembangunan nasional adalah
untuk mewjudkan masyarakat
yang adil dan makmur, merata
materiil spirituil
berdasarkan
Pancasila di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat
dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa
yang aman, tentrm, tertib dan
dinamis, serta dalam lingkungan
pergaulan
yang
merdeka,
bersahabat, tertib dan damai.
Adapun tujuan tersebut tidak
mungkin tercapai dalam waktu
yang
singkat,
melainkan
memerlukan beberapa tahapan
untuk mendekatkan kegiatankegiatan yang sedang berlangsung
pada tujuan yang dimaksudkan.
Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
tersebut haruslah didasarkan pada
hukum atau atauran yang berlaku
dan disepakati oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Secara
umum
tujuan
pembangunan adalah sama, yakni
meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh rakyat serta
meletakkan landasan yang kuat
untuk program pembangunan
berikutnya. Dengan demikian
diharapkan
agar masyarakat
segera memperoleh manfaat dari
hasil
pembangunan
berupa
peningkatan kesejahteraan lahir
bathin
sambil
sekaligus
mempersiapkan
proses
pembangunan berikutnya.
Suatu
proses
pembangunan pada umumnya
dikaitkan dengan pandanganpandangan yang optimistis, yang
berwujud usaha-usaha mencapai
taraf hidup yang lebih baik

daripada yang sudah ada. Di


dalam upaya mencapai taraf hidup
itu, menurut Soerjono Soekanto,
dapat
ditempuh
cara-cara
pembenahan di sektor strukturil,
yang
meliputi
perencanaan,
pembentukan
dan
evaluasi
lembaga-lembaga
kemasyarakatan,
prosedurnya
serta
pembangunan
secara
kebendaan. Juga di sektor spiritual
yang
meliputi
pembangunan
watak dan pendidikan di dalam
penggunaan cara-cara berpikir
ilmiah.
Upaya mencapai taraf
hidup yang lebih baik menjadi
program dan arah kebijakan bagi
setiap manusia atau sekelompok
manusia,
yang
seringkali
direalisasikan dalam rangkaian
aktivitas yang disukainya secara
seoptimal
mungkin.
Namun
demikian
sebagai
anggota
masyarakat atau sekelompok
masyarakat yang terwadahi dalam
lembaga sosial kemasyarakatan,
lebih-lebih sebagai bagian dari
bangsa Indinesia yang tata
pemerintahannya
menganut
paham Rechtstaat (negara berdasar
atas hukum) dan bukan machtstaat
(negara berdasar atas kekuatan),
maka tentunya ada aturan-aturan
tertentu yang harus diperhatikan
agar usaha yang dilakukannya
justru tidak bertentangan atau
melanggar hukum.
Pasal 28 J ayat (2) UUD
1945
pasca
amandemen
menyebutkan sebagai berikut :
Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya setiap orang wajib
tunduk
kepada
pembatasan2

.., Undang-Undang
Dasar Negara R.I. Tahun 1945,

pembatasan
yang
ditetapkan
dengan undang-undang dengan
maksud
semata-mata
untuk
menjamin
pengakuan
serta
penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain untuk
memenuhi tuntutan yang adil
sesuai
dengan
pertimbangan
moral,
nilai-nilai
agama,
keamanan dan ketertiban umum
dalam
suatu
masyarakat
2
demokratis
Pengakuan
dan
penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya
secara
wajar
dan
benar,
selanjutnya diatur lebih detail di
dalam
beberapa
peraturan
perundang-undangan,
salah
satunya adalah Undang-undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
D.1.1.

Esensi
Kepemilikan
Dokumen Yuridis Bagi
Pelaku Usaha Sulam
Payet Di Pedesaan

Seiring dengan semangat


Pemerintah untuk memberikan
perlindungan hukum kepada para
pelaku
usaha,
baik
yang
bermodal kecil, sedang bahkan
besar,
maka
upaya
memasyarakatkan Ijin Usaha
terus dilakukan secara intensif
oleh instansi yang berwenang,
dalam hal ini adalah Dinas atau
Kantor Pelayanan Terpadu di
masing-masing
daerah.
Di
Kabupaten Lumajang instansi
yang diberikan kewenangan oleh

Bupati
untuk
menerbitkan
perijinan
adalah
Kantor
Pelayanan Terpadu (KPT), yang
beralamat di Jalan Panjaitan No.
89 Lumajang.
Untuk dapat diketahui
keberaannya oleh Pemerintah,
setiap pelaku usaha harus
mendaftarkan diri ke instansi
yang berwenang di daerahnya,
sehingga
terhadapnya
akan
diberikan kesempatan sebagai
layak subyek hukum. Bagi
Penjahit Arofah dan Butik Winie
selaku pelaku usaha Sulam
Payet di Kabupaten Lumajang,
secara yuridis ada kewajiban
untuk mendaftarkan usahanya ke
Pemerintah Daerah Kabupaten
Lumajang, yang dalam hal ini
dilaksanakan
di
Kantor
Pelayanan
Terpadu
(KPT)
Kabupaten Lumajang.
Dengan
dilakukannya
pendaftaran maka akan diikuti
dengan adanya pengakuan dari
Pemerintah,
sehingga
bagi
pelaku
usaha
akan
ada
keuntungan
yang
dapat
dirasakan, diantaranya dapat
menerima pembinaan secara
rutin
dari
Disperindag
Kabupaten dan Propinsi, bahkan
dimungkinkan dapat menerima
dana bantuan atau hibah dari
pemerintah atau sponsorship
dengan menjadikan dokumen
legalitas
yang
dimilikinya
sebagai agunan di lembaga
perbankan
pemerintah
atau
swasta yang akan memfasilitasi.
D.1.2.

Bentuk
Dokumen
Yuridis Yang Dapat
Dimiliki Pelaku Usaha

Sulam
Payet
Pedesaan

di

Bentuk dokumen yuridis


yang seharusnya dimiliki oleh
setiap pelaku usaha pada
umumnya berupa Perijinan dan
Hak
Kekayaan
Intelektual,
sementara aplikasinya pada tiaptiap usaha tidak sama karena
sangat tergantung pada jenis
bahan atau produk yang menjadi
obyek usaha itu sendiri. Sebagai
contoh unsure perijinan untuk
usaha garment tidaklah sama
unsur
perijinan
konstruksi
bangunan, mengingat bahan baku
dan produknya berbeda bahkan
ekses dari produksinya berbeda
pula. Namun demikian untuk
menertibkan
mekanisme
penerbitan perijinan tersebut,
Pemerintah
Kabupaten
Lumajang menempatkan Kantor
Pelayanan
Terpadu
secagai
sentra pengurusannya, dan untuk
legalisasi perijinan dimaksud
diberlakukanlah Surat Keputusan
Bupati
Nomor
:
188.45/225/427.12/2016 tentang
Pendelegasian Penandatanganan
Surat
Ijin
di
Kabupaten
Lumajang. Dengan demikian
Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu secara legal formal
berwenang mendatangani setiap
jenis perijinan yang diterbitkan,
atas nama Bupati Kabupaten
Lumajang.
a. Perijinan Bagi Pelaku
Usaha
Kantor Pelayanan Terpadu
sebagai institusi yang mendapat
pendelegasian kewenangan dari
Bupati
Lumajang
untuk

menandatangani
jenis-jenis
perijinan yang diterbitkannya.
Dari 22 jenis perijinan yang bias
ditangani, berkaitan dengan
kepentingan pelaku usaha sulam
payet di Desa Sememu dan Desa
Condro, hanya 4 jenis yang
dibutuhkan
bagi
legalitas
operasinal usahanya.
Secara
administratif
mekanisme pengurusan Ijin
Usaha dibedakan antara pelaku
usaha yang bermodal dibawah 50
juta rupiah dengan yang diatas
50 juta rupiah. Bagi pelaku usaha
dengan
modal
dibawah
ketentuan minimal tersebut,
pengurusannya dilakukan di
Kecamatan,
melalui
cara
Pemohon
mengajukan
permohonan ke Seksi Pelayanan
di
Kecamatan
dengan
melampirkan foto copy Surat
Tanah,
Surat
Keterangan
Kedudukan Tanah, Pas photo
ukuran 3x4 sebanyak 2 lbr, foto
copy formulir yang berisi
informasi aset yang dimilikinya.
Sedangkan bagi pelaku
usaha dengan modal usaha diatas
50
juta,
mekanisme
pengurusannya mengikuti alur
yang
berlaku
di
Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten
Lumajang, yang garis besarnya
membagi 3 tahapan, yaitu :
Tahap I
: Tahap Pengajuan
Berkas
- Pemohon mendatangi bag.
informasi
untuk
mendapatkan keterangan
- Pemohon mendapatkan 4
jenis formulir
- Pemohon harus melengkapi
dengan Map yang disiapkan
KPT dan menyerahkan ke
bagian pelayanan.

Pemohon
mendapatkan
informasi tentang kebutuhan
dokumen
yang
harus
disertakan
dalam
permohonan
Pemohon
melengkapi
persyaratan yang diminta
KPT dan melampirkan :
1) Foto copy KTP Pemohon,
2) Foto copy Sertifikat
Tanah tempat usaha, 3) Surat
Pernyataan
Pengelolaan
Lingkungan yang telah
ditandatangani oleh Kepala
Dinas Lingkungan Hidup, 4)
Pas photo ukuran 4x6
sebanyak 6 lbr, 5) Meterai
Rp 6000,- sebanyak 6 lbr.

Tahap II : Tahap Pemeriksaan


Berkas Usulan
- Pemohon
menyerahkan
kembali berkas yang telah
lengkap ke KPT
- Pemohon
memperbanyak
berkas secara foto copy
sebanyak 2 bendel
- Pemohon akan mendapatkan
kabar
pelaksanaan
uji
lapangan.
- Pelaksanaan
uji
lapang
secara lintas sektoral oleh
unsur dari KPT, Bappeda,
Disperindag, Disnakertrans,
Kimpraswil dan Satpol PP.
- Tim
verifikasi
akan
menyusun Berita Acara hasil
uji lapang dan merumuskan
retribusi yang harus dibayar
oleh Pemohon
Tahap III : Tahap Penetapan
- Pemohon mendapat Surat
Ketetapan Retribusi (SKR)
dan Nomor Pokok Wajib
Retribusi (NPWR)

Pemohon
membayar
Retribusi pada Bendahata
KPT dengan jumlah sesuai
yang telah ditetapkan dalam
SKR
- Pemohon
mendapatkan
bukti pembayaran Retribusi
- Pemohon mendapatkan SK
Izin Gangguan (HO), SK
Tanda Daftar Industri (TDI),
Tanda Daftar Perusahaan
Perorangan (TDP) dan Surat
Izin Usaha Perdagangan
(SIUP)
Kecil,
yang
diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Terpadu atas
nama Bupati Lumajang.
Dari seluruh rangkaian
tahapan yang telah dilalui, maka
pada kedua Mitra akan menerima
dokumen-dokumen
yuridis
sebagaimana tertera dalam Tabel
dibawah ini :
Tabel 5.
Daftar Dokumen Yuridis Yang
Telah Dimiliki Penjahit Arofah
N
o
.
1
.

2
.

Bentuk
Dan
Nomor
Dokumen
SK Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
No :
503/01063/
427.73/HO/
2016
SK Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
No :
503/00035/

Jenis
Per
aturan

Tgl
Ter
bit

Masa
Berla
ku

Izin
Ganggu
an
(HO)

18
Juli
201
6

Selam
a
Perus
ahaan
melak
ukan
usaha
nya

Tanda
Daf-tar
Industri
(TD)

27
Juli
201
6

11-72016
s/d
11-72021

3
.

4
.

427.73/TDI
/2016
Surat
Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
Nomor :
503/00504/
427.73/TD
P/2016
Surat
Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
Nomor :
503/00470/
427.73/SIU
P/2016

Tanda
Daftar
Perusah
aan
Peroran
gan
(TDP)

27
Juli
201
6

11-72016
s/d
11-72021

Izin
Usaha
Perdag
angan
(SIUP)
Kecil

27
Juli
201
6

11-72016
s/d
11-72021

Tabel 6.
Daftar Dokumen Yuridis Yang
Telah Dimiliki Winie Butik
N
o
.
1
.

2
.

Bentuk
Dan
Nomor
Dokumen
SK Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
No :
503/01063/
427.73/HO/
2016
SK Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
No :
503/00035/
427.73/TDI
/2016

Jenis
Per
aturan

Tgl
Ter
bit

Masa
Berla
ku

Izin
Ganggu
an
(HO)

18
Juli
201
6

Selam
a
Perus
ahaan
melak
ukan
usaha
nya

Tanda
Daf-tar
Industri
(TDI)

27
Juli
201
6

11-72016
s/d
11-72021

3
.

4
.

Surat
Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
Nomor :
503/00504/
427.73/TD
P/2016
Surat
Kepala
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kab.
Lumajang
Nomor :
503/00470/
427.73/SIU
P/2016

Tanda
Daftar
Perusah
aan
Peroran
gan
(TDP)

27
Juli
201
6

Izin
Usaha
Perdag
angan
(SIUP)
Kecil

27
Juli
201
6

11-72016
s/d
11-72021

11-72016
s/d
11-72021

Surat Keputusan yang


telah diterbitkan oleh KPT, pada
prinsipnya berlaku selamanya
sepanjang si pelaku usaha
bersedia melakukan registrasi
setiap 5 (lima) tahun sekali,
kecuali tentang Izin Gangguan
(HO) berlaku selama pelaku
usaha
atau
perusahaan
melakukan usahanya. Dan pada
saat pelaku usaha melakukan
registrasi akan dikenakan beaya
retribusi lagi sebesar 75% dari
jumlah retribusi awal yang telah
dibayarkan. Selanjutnya retribusi
yang telah terkumpul dari
pemohon
tersebut
oleh
Bendahara KPT disetorkan dan
dihimpun dalam Kas Daerah
untuk
dialokasikan
bagi
kepentingan-kepentingan
pembangunan di daerah.
b. Hak Merek Bagi Pelaku
Usaha
Hasil usaha sulam payet
merupakan salah satu produk

usaha yang bersifat handmade


dan bernilai ekonomis cukup
tinggi, demikian pula dari sisi
artistiknya juga mempunyai nilai
yang tidak dapat dipandang
rendah. Oleh karena itu terhadap
produk usaha sulam payet
tersebut menjadi lebih tepat jika
diberikan identitas tersendiri
yang mencerminkan ciri khas
masing-masing kreatornya, dan
cara yang tepat menurut sisi
yuridis
adalah
dengan
diberikannya Merek Dagang
tertentu.
Untuk
mendapatkan
merek dagang, pelaku usaha
harus mengajukan permohonan
penerbitan ke Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual di
Jakarta, yang pada tataran
prakteknya dapat bersinergi
dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
di
Tingkat
Kabupaten/Kota maupun Tingkat
Propinsi, mengingat instansi
inilah
yang
bersinggungan
langsung dengan para pelaku
usaha di daerahnya.
Bagi Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Kabupaten
Lumajang, dalam menyikapi
keinginan pelaku usaha untuk
mendapatkan
Hak
Merek
tersebut, telah disikapi dengan
baik yaitu meretas beberapa cara,
antara lain : mengadakan
penyuluhan,
meningkatkan
komunikasi dan interaksi dengan
Disperindag
Propinsi
Jawa
Timur, bahkan interaksi dengan
Dirjen
HKI
di
Jakarta.
Harapannya
agar
dapat
memudahkan
mekanisme
pengurusan Hak Merek tanpa
harus melanggar ketentuan yang

10

telah termaktub dalam peraturan


perundang-undangan
yang
mengaturnya.
Perlakuan yang demikian
itu diberikan pula kepada
Penjahit Arofah dan Winie Butik
yang memang sedang berjuang
untuk mendapatkan hak tersebut.
Terhadap
keduanya,
Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten
Lumajang,
mengarahkan agar kedua mitra
untuk membuat Etiket sesuai
kemauan
atau
konsepsinya
masing-masing.
Selanjutnya
Etiket tersebut akan dijadikan
obyek
permohonan,
sambil
dilengkapi dengan surat-surat
resmi
dari
Disperindag
Kabupaten Lumajang.
Guna
memperlancar
langkah
pengajuannya
ke
Direktorat
Jenderal
Hak
Kekayaan
Intelektual,
Disperindag
mengarahkan
pelaku usaha untuk menunjuk
Konsultan HKI, dalam hal ini
Sdr. Arfan Fathoni, S.S. dari
Kantor BMPDELTA Consultan,
yang beralamat di Jalan Desa
Karangtanjung RT 016 RW 004
Candi-Sidoarjo.
Penunjukkan
konsultan ini mengacu pada
Pasal 7 ayat (7) dan ayat (8) UU
Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Hak Merek.
Sebagaimana diketahui
dalam Era perdagangan global
Merek memegang peranan yang
sangat penting, terutama dalam
menjaga persaingan usaha yang
sehat. Sedangkan Pengertian
Merek itu sendeiri adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata,
huruf-huruf,
angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi

dari unsur-unsur tersebut yang


memiliki daya pembeda dan
digunakan
dalam
kegiatan
perdagangan barang dan jasa.
Makna
tersebut
adalah
sebagaimana yang disebutkan
dalam Pasal 1 ayat (1) UndangUndang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek.
Selain itu dalam Pasal 1
ayat (2) Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 dikenal pula
istitah Merek Dagang, yaitu
Merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau
badan
hukum
untuk
membedakan dengan barangbarang sejenisnya . Bertitik
tolak dari penegrtian ini berarti
Merek Dagang lebih spesifik
daripada Merek itu sendiri.
Perihal Syarat dan Tata
Cara Pengajuan Permohonan
Merek dan/atau Merek Dagang
yang dijadikan acuan oleh kedua
Mitra
adalah
sebagaimana
ketentuan yang termaktub dalam
Pasal 7 ayat (1) sampai dengan
(4) Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001, yakni sebagai
berikut :
(1) Permohonan diajukan secara
tertulis
dalam
bahasa
Indonesia kepada Direktorat
Jenderal
dengan
mencantumkan : a). tanggal,
bulan dan tahun, b). nama
lengkap, kewarganegaraan,
dan alamat pemohon, c)
nama lengkap dan alamat
Kuasa apabila Permohonan
diajukan melalui Kuasa, c)
warna- warna apabila Merek
yang
dimohonkan
pendaftarannya

11

menggunakan unsure-unsur
warna, d) nama Negara dan
tanggal permintaan Merek
yang pertama kali dalam hal
Permohonan diajukan dengan
Hak Prioritas
(2) Permohonan ditandatangani
Pemohon dan Kuasanya.
(3) Pemohon
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat
terdiri dari satu orang atau
beberapa
orang
secara
bersama, atau badan hukum.
(4) Permohonan
dilampiri
dengan bukti pembayaran
biaya.
Setelah
persyaratan
tersebut
dipenuhi
maka
Direktorat
Jenderal
akan
melakukan pemeriksaan, dalam
hal
seluruh
persyaratan
administratif dinilai lengkap
maka terhadap permohonan akan
diberikan Tanggal Penerimaan
dan dicatat di Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual.
Merek terdaftar mendapat
perlindungan hukum untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
sejak Tanggal Penerimaan dan
jangka waktu perlindungan itu
dapat diperpanjang.
Demikian pula halnya
yang dapat diaplikasikan pada
Penjahit Arofah dan Butik
Winie, yang terhitung pada
tanggal 13
Juni 2016, kedua mitra telah
mendapatkan dokumen berupa
Lembar Permintaan Pendaftaran
Merek. Selanjutnya Permohonan
Merek Dagang yang sedang
diajukannya pada Tahun 2016
akan berlaku selama rentang
waktu hingga Tahun 2026,
bahkan dapat diperpanjang lagi.
Adapun sekarang keduanya pada

posisi
sedang
menunggu
terbitnya Hak Merek dengan
tanggal penerbitan yang sah serta
teregister di Kementerian Hukum
dan HAM c/q Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual.
D.2. Dampak Yuridis Atas Kepemilikan Perijinan Terhadap
Keberlanjutan Operasional
Suatu Usaha
Pada bentuk Pengabdian Pada
Masyarakat
dikenal
adanya
pendampingan pengurusan dokumen
yuridis, dan pendampingan ini
dimaksudkan agar para pelaku usaha
bersedia secara aktif mengurus
legalitas usahanya
atas dasar
kesadaran dan kepatuhannya pada
peraturan
perundang-undangan.
Untuk itu seyogyanya pengurusan
perijinan tersebut dilakukan oleh
pemohon sendiri agar memahami
proses yang harus dilalui, sekaligus
dapat mempersiapkan secara tepat
hal-hal yang menjadi persyaratan
bagi pengajuan perijinan usahanya,
seperti
: keterangan domisili tempat usaha,
keterangan kepemilikan tanah yang
menjadi tempat usahanya, keterangan
modal dan aset yang dimiliki sampai
dengan terbitnya ijin usaha yang
menjadi dasar operasional usahanya.
Tujuan memiliki perijinan
tersebut agar para pelaku usaha,
memiliki legalitas atas usahanya,
mempunyai kejelasan hak dan
kewajiban
atas
usaha
yang
dijalaninya, sehingga tidak menyalahi
ketentuan
peraturan
perundangundangan yang berlaku bagi lapangan
usaha, khususnya usaha garment,
konveksi ataupun sebutan lain yang
bergerak di bidang jahit menjahit.
Bahkan pada kondisi tertentu semisal

12

membutuhkan
tambahan
modal
usaha, maka dokumen legalitas usaha
yang telah dimilikinya tersebut oleh
si pelaku usaha dapat dijadikan
agunan di Bank atau lembaga
perkreditan lainnya.
Dengan identitas yang telah
dimiliki, harapannya kedua Mitra
akan
semakin
menguatkan
manajemen
usahanya
sekaligus
melindungi karya atau produksinya
dari hal-hal yang dapat merugikan
secara moril maupun materiil.
Berkaitan dengan itu peningkatan
kepatuhan atau ketaatan para
peraturan- perundang-undangan yang
menaunginya turut menjadi factor
penentu bagi peningkatan manajemen
usahanyaq.
Di dalam operasional suatu
usaha yang telah memiliki legalitas,
apabila pelaku usahanya melanggar
ketentuan-ketentuan
yang
telah
dikuatkan dengan SK tersebut diatas,
maka
akan
berdampak
pada
keberadaan Izin, dalam arti Izin
dianggap tidak berlaku lagi, jika :
a. Usahanya dipindahtangankan
kepada orang lain (ganti pemilik)
b. Merubah jenis usaha dan/atau
menambah mesin/tenaga penggerak.
c. Pemegang izin tidak melaksanakan
ketentuan yang berlaku
Oleh karenanya supaya Izin
yang telah diberikan dapat terus aktif
berlaku maka pemegangnya harus
mematuhi ketentuan yang telah
tertulis, termasuk pula turut menjaga
kebersihan
dan
keindahan
lingkungan,
ketertiban
dan
ketenteraman
umum,
menjaga
kelestarian lingkungan
serta
pencegahan pencemaran lingkungan,
sebagaimana yang telah disepakati
dalam
Surat
Pernyataan
Kesanggupan

Pengelolaan
dan
Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL).
D.3.

Langkah
Kooperatif
Pemangku
Kepentingan
Terhadap Ketaatan Pelaku
Usaha
Pada
Peraturan
Perundang-undangan

Jika disinergikan dengan


konteks pembahasan tentang dunia
usaha beserta pelakunya yang
beroperasi di Kabupaten Lumajang,
maka beberapa peraturan perundangundangan yang wajib diketahui dan
dipahami oleh para pelaku usaha,
antara lain :
a. Undang-Undang Dasar Negara RI
Tahun 1945
c. Undang-Undang RI Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
d. Undang-Undang RI Nomor 15
Tahun 2001 Tentang Merek
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman
Penetapan
Izin
Gangguan di Daerah
f. Peraturan
Daerah
Kabupaten
Lumajang Nomor 27 Tahun 2004
tentang Surat Ijin Usaha Industri,
Ijin Perluasan dan Tanda Daftar
Industri
g. Peraturan
Daerah
Kabupaten
Lumajang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Lumajang
h. Peraturan
Daerah
Kabupaten
Lumajang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Retribusi Izin Gangguan
i. Surat Keputusan Bupati Lumajang
Nomor 188.45/225/427.12/2005
tentang
Pendelegasian
Penandatanganan Surat Izin di
Kabupaten Lumajang

Selain itu juga masih ada


beberapa peraturan perundangan
lainnya yang secara positif berlaku
bagi pengurusan ijin-ijin yang
berbeda
tetapi
tetap
menjadi
kompetensi
Kantor
Pelayanan
Terpadu untuk menerbitkannya, dan
dengan dasar hukum yang sama
untuk penerbitannya, yakni Surat
Keputusan Bupati Lumajang yang
menyatakan adanya pendelegasian
wewenang kepada Kepala Kantor
Pelayanan
Terpadu
Kabupaten
Lumajang.
Dalam
rangka
menjaga
konsistensi kepatuhan pelaku usaha
terhadap
berbagai
peraturan
perundangan-undangan
tersebut,
Bupati hingga para Kepala Dinas
sangat perlu untuk melakukan
pembainaan secara intensif. Bentuk
pembinaan yang diberikan bervariasi,
diantaranya pertemuan personal yang
bersifat
insidentil
ataupun
pertemuan- pertemuan yang bersifat
masal dan waktunya tentatif.
Pada pertemuan masal tersebut
bias saja dihadirkan berbagai instansi
dan penggerak masyarakat yang
dipandang layak, dan dengan
dilibatkannya berbagai pihak dalam
pertemuan semacam ini, baik sebagai
narasumber ataupun sekedar peserta,
dimaksudkan agar masing-masing
unsur dapat memberikan masukan
yang konstruktif bagi peserta
pertemuan pada umumnya, bahkan
bagi
pemangku
kebijakan
di
Kabupaten
Lumajang
pada
khususnya. Masukan-masukan itu
semua tentunya yang mengarah pada
upaya meningkatkan kesadaran para
pelaku usaha terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di
Kabupaten
Lumajang
pada
khususnya

maupun
di
Negara
Republik
Indonesia pada umumnya.
E. Kesimpulan dan Saran
E.1. Kesimpulan
1. Bahwasanya dokumen yuridis
yang dapat dimiliki oleh pelaku
usaha di Kabupaten Lumajang
pada
khususnya,
dengan
mengacu pada program kerja
Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Lumajang, ada
sekitar 22 jenis, namun potensi
untuk tiap-tiap jenis usaha tidak
sama, dan berkenaan dengan
operasioonal usaha sulam payet
di Desa Sememu dan Desa
Condro,
bentuk
dokumen
yuridis yang dibutuhkan dan
telah diperoleh saat ini adalah :
a. SIUP, TDI, TDP, HO
b. Merek Dagang (walaupun
masih berupa tanda terima
dan
sedang
menunggu
terbitnya Sertifikat Hak
Merek).
2. Di dalam operasional suatu
usaha yang telah memiliki
legalitas,
apabila
pelaku
usahanya melanggar ketentuanketentuan yang telah dikuatkan
dengan SK tersebut diatas,
maka akan berdampak pada
keberadaan Izin, dalam arti Izin
dianggap tidak berlaku lagi,
jika
:
a.Usahanya dipindahtangankan
kepada orang lain (ganti
pemilik)
b.Merubah jenis usaha dan/atau
menambah
mesin/tenaga
penggerak.

c.Pemegang
izin
tidak
melaksanakan
ketentuan
yang berlaku
3.

Dalam
rangka
menjaga
konsistensi kepatuhan pelaku
usaha
terhadap
berbagai
peraturan
perundanganundangan tersebut, Bupati
hingga para Kepala Dinas
sangat perlu untuk melakukan
pembainaan secara intensif.
Bentuk
pembinaan
yang
diberikan
bervariasi,
diantaranya pertemuan personal
yang bersifat insidentil ataupun
pertemuan-pertemuan
yang
bersifat masal dan waktunya
tentatif.

E.2. Saran-saran
1. Untuk
menumbuhkan
gairah berwirausaha pada
lingkup masyarakat desa,
perlu ada pembinaan dan
pendampingan
secara
intens dari Dinas-dinas
terkait
serta
perlu
digalakkan model-model
Penyuluhan Hukum yang
dilakukan
oleh
para
akademi
secara lintas
keilmuan.
2. Agar pelaku usaha semakin
dapat
menempatkan
dokumen yuridis yang
telah dimikinya secara baik
maka perlu ada pembinaan
dan pendampingan secara
intens
dari
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan, bahkan jika
memungkinkan
dengan
Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Lumajang

3. Pembinaan
dan
pendampingan
yang
dilakukan secara sinergi
antara Dinas Perindustrian
dan Perdagangan dengan
Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten
Lumajang
terutama dalam menjaga
ketaaqtan para pelaku
usaha terhadap ketentuan
hukum yang mengaturnya,
D. PENUTUP
E.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran dan
uraian pada bab-bab terdahulu
maka pada akhirnya dapat
ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kegiatan
penyuluhan
hukum merupakan langkah
strategis
yang
dapat
dilakukan
oleh
pihak
pengusul pengabdian pada
masyarakat, dalam rangka
memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang
pentingnya payung hukum
bagi sanggar seni tari, tidak
terkecuali sanggar tari Ayu
Langgeng dan Nindya
Laksita,
sehingga
keberadaannya
legal
dimata
hukum
yang
berlaku di Indonesia serta
berhak
mendapatkan
perlakuan
sebagaimana
layaknya subyek hukum
privat dalam lapangan
Hukum Perdata.
2. Kepemilikan
dokumen
yuridis bagi sanggar seni
tari, antara lain berupa :
NIOK, Akta Pendirian,

NPWP Sanggar dan


Nomor Rekening Bank
atas nama Sanggar,
merupakan aset berharga
bagi sanggar yang dapat
menjadi bukti otentik
tentang
keberadaannya
sekaligus menjadi modal
untuk berkompetisi secara
kekaryaan, serta modal
untuk
mengajukan
permohonan
bantuan
dan/atau hibah kepada
pihak-pihak
yang
berkompeten
memfasilitasinya.
3. Pemberian
bantuan
dan/atau
hibah
dari
Pemerintah atau pihakpihak
lain
yang
berkompeten
memfasilitasi,
dapat
menjadi
pemicu
meningkatnya
kinerja
sanggar hingga mampu
melahirkan
karya-karya
tari yang prospektif dan
berpotensi
untuk
direkomendasikan sebagai
warisan budaya tak benda,
yang dikelola oleh Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia.
E. DAFTAR PUSTAKA
H. Mohammad Adib, M.A., 2011,
Filsafat Ilmu, Ontologi,
Epistemologi, Aksiologi dan
Logika Ilmu Pengetahuan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
cetakan II,
Jerome R. Ravertz, 2009, Filsafat
Ilmu, Sejarah dan Ruang

Lingkup Bahasan, Pustaka


Pelajar, Yogyakarta, cetakan
IV.
Joko Tri Prasetyo, dkk, 1998, Ilmu
Budaya Dasar, PT Rineka
Cipta, Jakarta, cet. II
--------------------, Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun
1945, Sekertariat Jenderal
dan
Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi R.I.,
2009
-------------------,
Undang-Undang
No.35 Tahun 2010 Tentang
Kepariwisataan,
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia, 2000
-------------------,
Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Hak Merek
Philipus, M. Hadjon, dkk, 2006,
Metode Penelitian Hukum,
Universitas Merdeka Malang,
Malang
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990,
Metodologi Penelitian
Hukum, Aksara Baru,
Jakarta
Subekti, Prof., S.H., 1980, PokokPokok Hukum Perdata, PT
Internusa, Jakarta
Subekti dan Tjitrosudibyo, 1987,
Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai