Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ikadian Fransiska

NIM : 2001010055
Kelas : Akuntansi Karyawan / 5
MK : Tugas Akuntansi Forensik

SOAL!
Carilah satu artikel mengenai Audit Investigatif yang pernah dilakukan oleh KAP di Indonesia
terhadap perusahaan yang ada di Indonesia! Jawablah pertanyaan berikut :
1. Pada kasus apa audit investigatif tersebut dilakukan?
2. Masuk kategori kecurangan apa kasus tersebut?
3. Siapa tersangkanya?
4. Apa peran investigator pada kasus tersebut?
Buatlah dalam bentuk Word kemudian di convert ke Pdf dan Lampirkan artikel sebagai
referensinya

JAWAB
1. Kasus Korupsi Mega Proyek Hambalang
Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON)
yang rencananya akan di bangun di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, didalam audit
BPK, ditulis bahwa proyek senilai Rp1,2 triliun ini dibiayai oleh APBN atas dari usulan
Kementrian Pemuda dan Olahraga. Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan
Nasional hendak membangun Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat
Nasional (National Training Camp Sport Center). Pada tahun 2004 dibentuklah tim
verifikasi yang mempunyai tugas mencari lahan yang representatif untuk mensukeskan
rencana tersebut. Hasil tim verifikasi ini menjadi bahan pertimbangan pada Rapim Ditjen
Olahraga Depdiknas untuk memilih lokasi yang dianggap paling cocok bagi pembangunan
pusat olahraga tersebut. Tim verifikasi mensurvei lokasi yang dinilai layak untuk
membangun pusat olahraga itu. Lokasi yang dianggap representatif di Karawang,
Hambalang, Cariu, Cibinong, dan Cikarang. Pada akhirnya tim memberikan penilaian
tertinggi pada lokasi desa Hambalang, Citeureup, Bogor. Karena lahan di Hambalang itu
sudah memenuhi semua kriteria penilaian tersebut di atas. Sehingga lokasi tersebut dipilih
untuk dibangun. Dalam menindaklanjuti pemilihan Hambalang, Dirjen Olahraga
Depdiknas langsung mengajukan permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar
Nasional kepada Bupati Bogor. Bupati Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan
Bupati Bogor nomor 591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19Juli 2004 Tetapi, PVMBG
menyarankan untuk tidak mendirikan bangunan di lokasi tersebut karena memiliki risiko
bawaan yang tinggi bagi terjadinya bencana alam berupa gerakan tanah. Nilai proyek ini
kemudian melejit hingga Rp2,5 triliun saat Kemenpora dipimpin oleh Menteri Andi
Mallarangeng. terungkap dalam audit Hambalang, bahwa pada tanggal 8 Februari 2010
dalam Raker antara Kemenpora dengan Komisi X, Menpora menyampaikan rencana
Lanjutan Pembangunan tahap I P3SON di Bukit Hambalang hanya senilai
Rp625.000.000.000. Permintaan itu diajukan karena dalam DIPA Kemenpora TA 2010
baru tersedia Rp125 miliar. Menpora Andi Mallarangeng menyampaikan bahwa usulan
tersebut merupakan bagian rencana pembangunan P3SON di Bukit Hambalang Sentul
yang secara keseluruhan memerlukan dana sebesar Rp2,5 triliun. Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) menyebut total kerugian negara akibat Proyek Hambalang sebesar
Rp463,67 miliar. BPK menyimpulkan ada indikasi kerugian negara sebesar Rp463,67
miliar akibat adanya indikasi penyimpaangan dan penyalahgunaan wewenang wewenang
yang mengandung unsur-unsur pidana yang dilakukan pihak-pihak terkait dalam
pembangunan P3SON Hambalang. Pelanggaraan terletak pada beberapa tahapan. Pertama,
proses pengurusan hak atas kepemilikan tanah dang anti rugi tanah. Kedua, proses
pengurusan izin pembangunan. Ketiga, proses pelelangan mega proyek hambalang.
Keempat, proses persetujuan RKA-KL dan persetujuan Kontrak Tahun Jamak. Kelima,
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan keenam, pembayaran dan aliran dana dengan adanya
rekayasa akuntansi.
2. Kecurangan
Setelah membaca kasus dari artikel tersebut, sedikit opini yang bisa saya berikan menurut
dari sisi pengetahuan ilmu audit, khusus nya audit forensic yakni kasus tersebut termasuk
kedalam jenis skim kecurangan (fraud), korupsi (Corruption), kolusi dan nepotisme.
- Korupsi adalah penggelapan atau penyelewengan harta milik perusahaan ataupun milik
negara untuk kepentingan diri sendiri (pribadi) maupun untuk kepentingan orang lain.
- Kolusi Adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar-
Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.
- Nepotisme Adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum
yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara.
Jenis fraud ini memang sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain
seperti suap dan korupsi, hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara
berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata
kelola keuangan negara yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan.
Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi dikarenakan para pihak yang bekerja sama
menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan,
penerimaan yang tidak sah/illegal, dan pemerasan secara ekonomi.
3. Tersangka dalam kasus ini adalah kemenpora yang mana Kemenpora tidak pernah
memenuhi persyaratan untuk melakukan studi amdal sebelum mengajukan izin lokasi. Dan
setplant dan izin mendirikan bangunan kepada pemkab Bogor atau menyusun dokumen
evalusi lingkungan hidup mengenai proyek Hambalang. Permohonan persetujuan
Kemenpora kepada Menteri Keuangan atas proyek Pembangunan Hambalang dianggap
tidak memenuhi persyaratan sebagai mana yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.
Sehingga sudah seharusnya permohonan tersebut ditolak.
4. Peran investigator dalam kasus Hambalang dilakukan dua tahap yaiti :
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
- kasus Hambalang tahap I dilakukan pada 30 Oktober 2012. Hasilnya akan disampaikan
ke DPR. Dalam LHP tahap I, BPK menyimpulkan bahwa adanya indikasi
penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan dalam proses persetujuan
tahun jamak, proses pelelangan, proses pelaksanaan konstruksi, dan dalam proses
pencarian uang muka yang dilakukan pihak terkait dalam pembangunan Hambalang
yang mengakibatkan timbulnya indikasi kerugian negara sekurang-kurangnya Rp
263,66 miliar.
- tahap II, BPK menyimpulkan terdapat indikasi penyimpangan dan/atau
penyalahgunaan wewenang yang mengandung penyimpangan yang dilakukan pihak-
pihak terkait dalam pembangunan proyek hambalang. Penyimpangan wewenang
terjadi pada proses pengurusan hak atas tanah, proses ganti rugi tanah, proses izin
pembangunan, proses pelelangan, proses persetujuan RAK K/L dan persetujuan tahun
jamak, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pembayaran, dan aliran dana yang di ikuti
dengan rekayasa akuntasi dalam proyek Pusat Pendidiakn Pelatihan dan Sekolah
Olahraga Nasional (P3 SON), Hambalang. Dalam LHP tahap II ini BPK kembali
menemukan adanya penyimpangan dalam proses pengajuan dan kerugian negara
mencapai Rp471 miliar.
Terkait dengan persetujuan RAK K/L dan persetujuan tahun jamak, BPK juga menemukan
adanya pencabutan Peraturan Menteri Keuangan No 56/2010 yang diganti dengan
Peraturan Menteri Keuangan No 194/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan
Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Referensi Artikel :
https://www.tempo.co/topik/masalah/2808/korupsi-proyek-stadion-hambalang
http://www.kompasiana.com/fachrulkhairuddin/kronologi-kasus-korupsi-proyek-
hambalang_551fc515a333119542b65a2c
http://keepcopying.blogspot.co.id/2014/01/makalah-kasus-hambalang.html
http://www.bpkp.go.id/jambi/konten/1013/Korwas-JFA-Bidang-Investigasi.bpkp

Anda mungkin juga menyukai