Anda di halaman 1dari 2

Kasus Hambalang, KPK Libatkan BPK-BPKP Hitung Kerugian Negara

nasional.vivanews.com

Komisi Pemberantasan Korupsi i (KPK) akan melibatkan Badan Pemeriksa Keuangan


(BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ii (BPKP) dalam penghitungan
kerugian negara iii dalam proyek Hambalang. Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas
menyatakan koordinasi dan komunikasi untuk meghitung kerugian negara iv telah
dilaksanakan KPK.
Kerugian negara menjadi salah satu poin penting yang menjadi faktor untuk
meningkatkan status kasus dari penyelidikan v ke penyidikan vi . Sebelumnya, KPK telah
memeriksa sejumlah pihak dalam kasus Hambalang. Mereka yang pernah dimintai
keterangan KPK dalam penyelidikan proyek bernilai Rp2,5 triliun ini, di antara yaitu Menteri
Pemuda Olahraga Andi Mallarangeng, anggota DPR dari Partai Demokrat Ignatius Mulyono,
Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat
Muhammad Nazaruddin serta istri Anas Urbaningrum, Attiyah Laila.
Selain itu, KPK juga memeriksa pengusaha Paul Nelwan, beberapa petinggi PT Adhi
Karya, rekanan proyek Hambalang, dan pejabat di Kementerian Pemuda dan Olahraga.
serta Direktur PT Dutasari Citralaras Mahfud Suroso.

KPK Akan Masuk Lebih Dulu Lewat Sektor Pengadaan barang/jasa


Rentang dugaan korupsi vii dalam kasus Hambalang begitu luas, mulai dari penerbitan
sertifikat tanah hingga pada pengerjaan proyek senilai Rp 2,5 triliun tersebut. Dari sekian
banyak titik dugaan korupsi, KPK akan lebih dulu masuk lewat sektor pengadaan
barang/jasa viii . Pada pengadaan barang/jasa terdapat indikasi paling kuat, nilai pengadaan
saja mencapai Rp 1,4 triliun, sebagaimana dinyatakan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas.
Dalam proses pengadaan barang/jasa tersebut, juga akan diusut secara meluas
mengenai proses tender ix . Seperti diketahui, PT Adhi Karya menjadi perusahaan pemenang
proyek ini, perusahaan plat merah ini kemudian mensubkontrakkan penggarapan proyek

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum 
kepada sejumlah perusahaan lain. Terkait dengan luasnya cakupan kasus ini, setidaknya
terdapat empat kelompok atau cluster yang didalami KPK, yakni pihak DPR termasuk
Banggar di dalamnya, BPN, Adhi Karya dan perusahaan penggarap lainnya, serta pihak
Grup Permai. KPK saat ini tengah mendalami kelompok-kelompok tersebut satu per satu,
beserta turunan pihak-pihak lainnya.
KPK masih memerlukan waktu untuk menaikkan kasus ini ke tingkat penyidikan,
mengingat banyaknya kelompok yang didalami.

Sumber Berita:
detiknews.com, 19 Mei 2012
detiknews.com, 19 Mei 2012
politikindonesia.com, 19 Mei 2012
                                                            
i
  Komisi  Pemberantasan  Korupsi  adalah  lembaga  negara  yang  dalam  melaksanakan  tugas  dan  wewenangnya 
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang‐Undang Nomor 30 Tahun 2002 
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). 
ii
  Badan  Pengawasan  Keuangan  dan  Pembangunan,  yang  selanjutnya  di  dalam  Keputusan  Presiden  ini  disingkat 
BPKP,  adalah  suatu  Lembaga  Pemerintah  Non  Departemen  yang  ada  dibawah  dan  bertanggung  jawab  langsung 
kepada Presiden (Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan 
dan Pembangunan). 
iii
  Penghitungan  kerugian  negara/daerah  adalah  pemeriksaan  investigatif  yang  dilakukan  untuk  menghitung  nilai 
kerugian  negara/daerah  yang  terjadi  akibat  penyimpangan  dalam  pengelolaan  keuangan  negara/daerah  (Bab  VII 
Penghitungan  Kerugian  Negara/Daerah  Keputusan  BPK‐RI  Nomor  17/K/I‐XIII.2/12/2008  tentang  Petunjuk  Teknis 
Pemeriksaan Investigatif atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah). 
iv
 Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya 
sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai (Pasal 1 angka 22 Undang‐undang Nomor 1 
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara). 
v
 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga 
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur 
dalam undang‐undang ini (Pasal 1 angka 5 Undang‐Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang‐undang 
Hukum Acara Pidana (KUHAP)). 
vi
 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang‐undang 
ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang 
terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 angka 2 Undang‐Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab 
Undang‐undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)). 
vii
 Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum,  menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau 
sarana yang ada padanya melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang 
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2 dan 3 Undang‐Undang Nomor 31 Tahun 
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). 
viii
 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan 
untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang 
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh 
Barang/Jasa (Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). 
ix
 Tender atau pelelangan umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya 
untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang 
memenuhi syarat (Pasal 1 angka 23 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa 
Pemerintah). 

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum 

Anda mungkin juga menyukai