Anda di halaman 1dari 19

LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN

TINDAK PIDANA KORUPSI


PENGADAAN BARANG/JASA

Oleh :
ADI NURYADIN SUCIPTO, S.H., M.H
Koordinator pada Kejati Bengkulu

KEJAKSAAN TINGGI BENGKULU


www.kejati-bengkulu.go.id
CURRICULUM VITAE
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : ADI NURYADIN SUCIPTO, S.H., M.H
2. Tempat/Tanggal Lahir : TASIKMALAYA, 18 DESEMBER 1966
3. Jabatan : KOORDINATOR PADA KEJAKSAAN TINGGI
BENGKULU
4. Agama : ISLAM
5. Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
6. Pendidikan : S-2 (MAGISTER HUKUM)
7. Kewarganegaraan : INDONESIA
8. Alamat : JL S PARMAN NO. 02 PADANG JATI KOTA
BENGKULU
B. RIWAYAT PEKERJAAN
1. 1993 : Staff Tu Pada Jampidsus Kejaksaan Agung Ri
2. 1994 : Staff Tu Pada Kejati Jawa Barat
3. 1996 : Jaksa Fungsional pada Kejati Jawa Barat
4. 1997 : Kasubsi Tindak Pidana pada Kejaksaan Negeri Buol, Toli-Toli
5. 1998 : Kasubsi Sospol Pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung
6. 2001 : Kasubsi Penuntutan pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung
7. 2002 : Pemeriksa pada Kejaksaan Negeri Ciamis, Jawa Barat
8. 2004 : Kasubagbin pada Kejaksaan Negeri Ciamis
9. 2005 : PLT Kasipidsus pada Kejaksaan Negeri Tasikmalaya
10. 2007 : Kepala Seksi Perdata pada Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
11. 2009 : Kepala Seksi Intelijen pada Kejaksaan Negeri Pekalongan
12. 2012 : Satgas Tipikor pada Jampidsus Kejaksaan Agung RI
13. 2015 : Koordinator pada Kejaksaan Tinggi Bengkulu
Pengertian korupsi Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, yaitu “Korupsi adalah
setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara”
3 (tiga) unsur untuk dapat
dikategorikan sebagai tindak
pidana korupsi :

MENYALAHGUNAKAN KEWENANGANNYA,

MEMBERIKAN KEUNTUNGAN BAIK KEPADA DIRI


SENDIRI MAUPUN ORANG LAIN,

MENIMBULKAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA.


PENGADAAN
BARANG DAN JASA
PENGADAAN
BARANG DAN JASA
Pengadaan barang dan jasa ataupun
pembangunan infrastruktur yang baik
diperlukan dalam menunjang
berjalannya roda perekonomian bangsa.
Berbagai temuan dan laporan dari
aparat pemeriksa banyak menunjukkan
penyimpangan dalam pengadaan
barang dan jasa ini. Penyimpangan ini
ditandai dengan banyaknya kasus
penanganan tindak pidana korupsi yang
ditangani oleh aparat hukum.
Ada beberapa praktik yang memicu
tindak pidana korupsi dalam
pengadaan barang dan jasa antara
lain :
1. penyuapan,
2. memecah atau menggabung paket,
3. penggelembungan harga (mark-up
harga),
4. mengurangi kualitas dan kuantitas
barang dan jasa,
5. penunjukan langsung, dan
6. kolusi antara penyedia dan pejabat
pengadaan barang dan jasa.
Titik rawan penyimpangan di sektor
PBJ selama ini telah dimulai dari
tahap perencanaan pengadaan.
Pada tahap ini, cenderung terjadi
penggelembungan (mark-up)
anggaran yang merugikan keuangan
negara. Kerawanan penyimpangan
juga terjadi pada tahap
pembentukan lelang, pra kualifikasi
perusahaan, penyusunan dokumen
lelang, tahap pengumuman
dokumen lelang, dan tahap
penyusunan harga perkiraan
sendiri.
Terhadap upaya pencegahan
korupsi pada pengadaan barang
dan jasa pemerintah ditemukan
bahwa korupsi PBJ paling banyak
terjadi pada 5 (lima) tahapan atau
proses. Antara lain:
(1) tahap perencanaan anggaran;
(2) tahap perencanaan-persiapan
PBJ Pemerintah;
(3) tahap pelaksanaan PBJ
Pemerintah;
(4) tahap serah terima dan
pembayaran; dan
(5) tahap pengawasan dan
pertanggungjawaban
PIHAK-PIHAK YANG BERPOTENSI
TERLIBAT KORUPSI DALAM PBJ
TAHAPAN PROSES PIHAK-PIHAK YANG BERPOTENSI TERLIBAT
PROSES PERENCANAAN 1.DPR/DPRD,
ANGGARAN DAN PERSIAPAN PBJ 2.Kepala di Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah,
PEMERINTAH 3.Kementerian Keuangan (Kemenkeu),
4.Pejabat Pembuat Kontrak (PPK),
5.Pimpinan Proyek/Kelompok Kerja Pemilihan ,
6.Pengusaha/ Vendor.

PROSES PELAKSANAAN PBJ 1.PPK,


PEMERINTAH DAN PROSES SERAH 2.Pimpro/Pokja Pemilihan,
TERIMA DAN PEMBAYARAN 3.Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE),
4.Panitia Penerima Barang,
5.Pengusaha/Vendor.

PROSES PENGAWASAN DAN 1.PPK,


PERTANGGUNGJAWABAN 2.Pimpro/Pokja Pemilihan,
3.BPK/BPKP,
4.Penegak Hukum
MODUS OPERANDI KORUPSI
DALAM PBJ
(1) suap pihak swasta kepada
pejabat publik;
(2) pejabat OPD menggunakan
perusahaan boneka/
perusahaan tertentu untuk
diajak kerjasama menjalani
korupsi; dan (3)
(3) kolusi antar peserta tender,
penetapan harga, kartel, dan
praktik yang tidak kompetitif
AKIBAT KORUPSI
PADA SEKTOR PBJ

1. Rendahnya kualitas
barang dan jasa
pemerintah,
2. Kerugian keuangan
negara, dan
3. Rendahnya nilai manfaat
yang didapatkan.
LANGKAH-LANGKAH
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA
KORUPSI DALAM PBJ
1.Keterbukaan Informasi Publik di Sektor Pengadaan Barang/Jasa Sesuai
5 Tahapan tersebut diatas
2.Mendorong perbaikan aplikasi “SIKAP” (Panduan Sistem Informasi
Kinerja Penyedia) oleh LKPP, sehingga mampu :
 Menampilkan perbaikan kualitas penyedia barang dan jasa
 Mencegah keikut sertaan kembali vendor yang wanprestasi, blacklist,
tersangkut KKN, dsb
 Mencegah persekongkolan vertical dan horizontal
3.Perbaikan dan Optimalisasi LPSE
 Mewajibkan dilakukannya pemeriksaan lapangan terhadap penyedia
barang/jasa yang mendaftar di LPSE
 Audit Server LPSE
4.Optimalisasi Whistle Blower System
5.Optimalisasi Support LPSE.
PENEGAKAN HUKUM
Berbasis Pencegahan
(PREVENTIF)
Melalui TP4D
(TIM PENGAWAL DAN
PENGAMANAN
PEMERINTAHAN DAN
PEMBANGUNAN DAERAH)
TUGAS DAN FUNGSI TP4D
1
Pencegahan Penerangan 3)
3 Koordinasi dgn APIP utk

Hukum, penyuluhan hukum, mencegah penyimpangan


diskusi, pembahasan bersama

4)
4
Monitoring & Evaluasi utk
2 Pendampingan memantau & menilai hasil yg
hukum dari awal sampai akhir telah dicapai serta kendala yg
 Pembahasan hukum dari sisi dihadapi
penerapan regulasi atas
permasalahan penyerapan 5
anggaran 5) Penegakan Hukum Represif jk
 Pendapat hukum dalam ditemukan bukti permulaan
pengadaan barang/jasa terjadinya Tipikor
DATA PENINDAKAN / REPRESIF
MELALUI PENYELIDIKAN & PENYIDIKAN TPK
KEJATI/KEJARI PROV BENGKULU TAHUN 2017-2018-September 2019

17
Penyelamatan Keuangan Negara

Pada Tahun 2018 Kejaksaan Tinggi


Bengkulu telah berhasil menyelamatkan
keuangan negara sebesar :

Rp. 27.949.539.268,-
(Dua Puluh Tujuh Milyar Sembilan Ratus
Empat Puluh Sembilan Juta Lima Ratus
Tiga Puluh Sembilan Ribu Dua Ratus
Enam Puluh Delapan Rupiah)
TERIMA KASIH

KEJAKSAAN TINGGI BENGKULU

Anda mungkin juga menyukai