Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Namun
organisasi jasa tertentu persediaan merupakan aset inti dan penting dalam perusahaan. Metode
akumulasi biaya persediaan digunakan untuk mengalokasi biaya barang tersedia untuk dijual(persediaan
awal ditambah pembelian) pada harga pokok penjualan (pengurang laba) atau persediaan akhir (aset
lancar) atau persediaan akhir (aset lancar). Oleh karena itu, pengalokasian ini berdampak pada
pengukuran laba maupun aset.
FIFO (First In, First Out), dimana barang yang pertama dibeli merupakan barang pertama yang
akan dijual.
Pennjualan $24.000
Jadi biaya persediaan yang dilaporkan di necara akhir periode sebesar $41.000.
LIFO (Last in, First Out), dimana unit yang dibeli terakhir adalah unit pertama yang dijual.
Penjualan $24.000
Jadi biaya persediaan yang dilaporkan di neraca akhir periode sebesar $38.000.
Biaya Rata-rata (Average Cost), dimana unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliannya
dan menghitung HPP serta persediaan akhir sebagai rata-rata tertimbang sederhana .
Penjualan $24.000
Jadi persediaan akhir yang dilaporkan di neraca akhir periode sebesar $39.200 (70 unit x @ $560).
Analisis Persediaan
Laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan biaya perusahaan. Dimana
FIFO memberikan laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan LIFO karena biaya biaya persediaan yang
lebih rendah mempengaruhi pendapatan penjualan dengan harga pasar terkini. Yang mempengaruhi ini
terjadi, yaitu laba ekonomi (economic profit) dan laba kepemilikan (holding gain).
Laba ekonomi merupakan selisih harga jual dan biaya penggantian persediaan. Sedangkan laba
kepemilikan merupakan kenaikan pada biaya penggantian karena persediaan telah diperoleh dan sama
dengan jumlah unit terjual dikali dengan selisih biaya pengganti terkini dengan biaya perolehan awal
dimana hal ini merupakan fungsi dari perputaran persediaan. Masalah yang timbul adalah keuntungan
ini telah lama hilang pada dekade terakhir karena inflasi yang lebih rendah dan pengawasan manajemen
atas kualitas persediaan melalui proses manufaktur, serta pengendalian persediaan yang lebih baik.
Sehingga pada negara dengan inflasi yang tinggi dibandingkan Amerika Serikat, keuntungan kepemilikan
FIFO menjadi masalah.
Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi lapisan
persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan biaya penggantian sehingga neraca perusahaan yang menggunakan LIFO tidak secara akurat
mencerminkan investasi lancar yang dimiliki perusahaan dalam persediaannya.
Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO menyebabkan laba sebelum pajak lebih tinggi, oleh
sebab itu utang pajak lebih tinggi. Pada periode harga meningkat, persediaan dapat terjebak pada
pengurangan arus kas karena mereka membayar pajak yang lebih tinggi dan perlu mengganti persediaan
yang perlu dijual pada biaya penggantian yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pembelian awal.
Perusahaan diwajibkan dalam mencatat tiap tingkat biaya sebagai kelompok persediaan
terpisah . Saat terjadi pengurangan kuantitas persediaan pada metode LIFO, dan biaya persediaan
perusaahan itu menjadi mengecil maka perusahaan akan menggunakan lapisan biaya lebih awal untuk
dikaitkan pada biaya saat ini sehingga metode FIFO hal ini tidak menjadi masalah yang signifikan.
Dampak likuidasi LIFO dapat dilihat pada catatan kaki persediaan laporan tahunan Stride Rite
Corporation.
Metode LIFO menyebabkan persediaan pada neraca tidak mencerminkan harga saat ini,
seringkali dinyatakan lebih rendah. Hal ini dapat mengurangi kegunaan berbagai pengukuran seperti
rasio lancar atau perputaran persediaan. LIFO menyebabkan kemampuan perusahaan untuk membayar
utang terlalu rendah , perputaran persediaan lebih tinggi.
Berikut adalah menyesuaikan LIFO agar mendekati performa dengan mengasumsikan FIFO.
1. Bahan baku atau bahan mentah-biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk
2. Tenaga kerja-biaya tenaga langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi
3. Overhead-biaya tidak langsung pada proses manufaktur, seperti penyusuan peralatan
manufaktur, gaji penyedia, dan biaya prasarana
Dampak dari tingkat profitabilitas Overhead dialokasi pada semua unit yang diproduksi dan
biaya ini dimasukkan pada biaya persediaan, bukan menjadi beban periode berjalan dan tetap berada
nerace hingga persediaan dijual pada saat tersebut persediaan menjadi harga pokok penjualan pada
laporan laba rugi. Jika peningkatan pada produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih biaya
overhead yang tertinggal di neraca dan profitabilitas meningkat.
Penilaian ini dapat mempengaruhi secara signifikan laba berjalan dan nilai persediaan. LOCOM
(Lower of cost or market) menyatakan bahwa jika harga pasar persediaan turun melebihi biaya
perolehan persediaan untuk alasan apapun-termasuk keusangan, rusak, perubahan harga-maka nilai
persediaan diturunkan untuk mencerminkan kerugian in.
Nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kuran dari nilai realisasi bersih
dikurang margin keuntungan normal. Jika nilai persediaan diturunkan dari biaya perolehan awal menjadi
nilai pasar, angka penurunan yang terjadi telah mencakup realisasi laba kotor normal atas penjualan.