Anda di halaman 1dari 5

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak.

Satu pihak sebagai


pewawancara (interviewer) atau pihak yang mengajukan pertanyaan. Pihak lain sebagai orang
yang diwawancarai (interviewee) atau yang menjawab pertanyaan. Wawancara merupakan
salah satu cara untuk memperoleh informasi dari manusia. Cara lain adalah dengan
pengamatan (tingkah laku, kebiasaan), pengukuran (tinggi, berat), serta pengujian (kecakapan).

Abdurrahman

Kegiatan wawancara dilakukan untuk kepentingan: 1) interviewer, misalnya dilakukan pihak


perusahaan terhadap calon karyawan, untuk menentukan apakah calon pantas menduduki posisi
yang dibutuhkan; 2) interviewee, misalnya oleh dokter kepada pasein, untuk menentukan jenis
obat paling tepat agar pasein cepat sembuh; 3) dua pihak: interviewer dan interviewee, misalnya
dilakukan pengacara kepada klien untuk menyusun pembelaan atau penuntutan; dan 4) untuk
pihak lain, misalnya yang dilakukan oleh peneliti dan wartawan.

Wawancara Jurnalistik

Wawancara jurnalistik adalah wawancara yang dilakukan wartawan dengan sumber berita untuk
mendapatkan informasi yang menarik dan penting bagi khalayak. Dengan demikian, wawancara
jurnalistik bukan untuk kepentingan wartawan maupun kepentingan sumber berita, tapi untuk
kepentingan khalayak. Maka pemilihan topik wawancara maupun penentuan sumber yang akan
diwawancarai harus berdasarkan pertimbangan untuk kepentingan khalayak.

Itulah mengapa hasil wawancara jurnalistik selalu menarik bagi khalayak, karena memang
dirancang untuk kepentingan mereka. Apalagi kalau sumber yang dipilih adalah sumber yang
sangat kompeten dan menarik, pasti hasil wawancaranya akan menarik meski ditulis oleh
wartawan yang tidak terkenal. Sebab hasil wawancara tersebut akan memberi informasi
sekaligus menghibur mereka.

Ragam wawancara jurnalistik sebagai berikut:

1. Wawancara dengan perjanjian, biasanya dilakukan dengan sumber sudah dikenal luas
(wellknow subject). Kelebihannya, informasi yang didapat sangat ekslusif, tidak
diketahui oleh wartawan lain. Namun wawancara seperti ini perlu persiapan matang agar
mendapat hasil maksimal.
2. Konferensi Pers, yaitu beberapa wartawan memenuhi undangan seseorang atau lembaga
untuk mendengar penjelasan, lalu diberi kesempatan mengajukan pertanyaan. Biasanya
waktu wawancara sangat singkat sehingga pertanyaan sangat terbatas. Juga informasinya
bersifat terbuka, semua wartawan memperoleh informasi yang sama.

3. Wawancara on the spot, yaitu wawancara di tempat kejadian, misalnya kecelakaan atau
bencana. Kelemahannnya, pertanyaan diajukan secara spontan kepada orang yang tidak
dikenal. Wawancara dilakukan dalam situasi psikologis yang sangat tidak kondusif bagi
sumber yang diwawancara, misalnya masih sangat emosional akibat bencana tersebut.

4. Wawancara cegat pintu (door stop), yaitu wawancara dengan cara mencegat tokoh di
tempat acara. Keuntungannya, bisa mendapatkan jawaban spontan karena sumber tanpa
persiapan sebelumnya. Kelemahannya, wawancara kadang berlangsung di tempat ramai
dalam suasana terburu-buru.

5. Wawancara telepon, yaitu wawancara jarak jauh memanfaatkan media telepon. Kelebihan
wawancara ini, bisa dilakukan kapan saja dengan biaya murah. Istilahnya, kita bisa
masuk ke dapur orang tanpa harus mengetuk pintu. Kelemahannya, tidak semua sumber
bersedia diwawancarai dengan cara ini. Juga tidak bisa melihat nuansa (roman muka dan
gerak-gerik) orang yang diwawancarai.

6. Wawancara on line, yaitu memanfaatkan media internet untuk menghubungi sumber.


Persoalannya di Indonesia, masih sedikit yang sudah akrab dengan teknologi ini,
sehingga jarang ada yang bersedia melakukan wawancara seperti ini.

7. Wawancara tertulis, yaitu mengajukan pertanyaan tertulis agar sumber menjawab secara
tertulis. Kelebihannya, wartawan bisa menyusun pertanyaan secara lengkap dan sumber
bisa menjawab dengan menyertai data. Kelemahannya, belum tentu si sumber mau dan
memiliki cukup waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Kalaupun kita memperoleh
jawabannya, belum tentu berasal dari sumber yang dimaksud.

Persiapan Wawancara

Pada dasarnya semua jenis wawancara perlu persiapan, utamanya untuk wawancara dengan
perjanjian. Persiapan sebelum wawancara, sebagai berikut:

1. Tentukan topik. Topik yang dipilih haruslah yang penting dan menarik bagi khalayak,
terutama masalahnya harus aktual di masyarakat (view).

2. Tentukan subjek (sumber). Subjek tersebut haruslah kompeten, yang diyakini bisa
memberikan informasi lengkap dan benar berkaitan dengan topik. Kompetensitas
tersebut ditentukan oleh salah satu indikator berikut: a) mengalami suatu peristiwa layak
berita, b) menyaksikan peritiwa yang mengandung nilai berita, c) menangani suatu
peristiwa yang diberitakan, d) ahli tentang suatu hal/peristiwa yang layak diberitakan, dan
e) orang terkenal (name makes news). Selain itu, subjek hendaknya kredibel, dapat
memberikan informasi layak dipercaya.
3. Pelajari topik secermat mungkin. Baca semua publikasi yang berhubungan dengan topik.
Ingat, bukan hanya sumber saja yang harus kompeten, si pewawancara juga harus
kompeten. Kompetensitas seorang wartawan dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan
dan bagaimana dia mengajukan pertanyaan tersebut. Apakah pertanyaan yang diajukan
dapat menggali informasi yang diperlukan? Apakah cara dia bertanya bisa mendorong
subjek agar mengemukakan jawaban lengkap dan benar?

4. Kenali subjek sebaik mungkin. Maksudnya, sebelum melaksanakan wawancara haruslah


mengenal lebih dulu identitas subjek: wajah (foto), identitas pribadi, gelar,
pangkat/jabatan, karya, kebiasaan, hobi, dan sebagainya. Pengenalan terhadap subjek
sangat penting karena saya pernah melihat seorang wartawan memanggil sutradara Mira
Lesmana, Mbak Riri. Saya yakin maksudnya sutradara Riri Reza, karena dia
menyangka, Riri itu nama perempuan. Semakin detail pengetahuan tentang subjek makin
baik, karena akan membantu dalam menentukan pendekatan terhadap subjek.

5. Bila perlu bentuk tim. Bicaralah dengan anggota tim tentang fokus perhatian masing-
masing (agar pertanyaan yang diajukan tidak tumpang tindih).

6. Susun pertanyaan sebanyak mungkin. Pertanyaan yang disusun harus mencakup semua
persoalan yang ingin diketahui, lalu urutkan pertanyaan tersebut berdasarkan prioritas.
Baca sekali lagi satu persatu rumusan pertanyaan, lalu perbaiki susunan kata yang masih
belum sempurna

7. Hubungi sumber. Minta kesediaan sumber untuk diwawancara. Catatlah secara cermat
kapan dan dimana dia bersedia ditemui. Jangan lupa memperkenalkan diri: nama dan dari
media mana. Jika si sumber tersebut menyatakan bersedia diwawancara, informasikan
juga siapa saja yang akan menemuinya saat wawancara

8. Siapkan diri sebaik-baiknya. Siapkan semua peralatan yang diperlukan (tape, kamera,
peralatan tulis lainnya). Juga siapkan kondisi fisik dan mental untuk melakukan
wawancara.

Pelaksanaan Wawancara

Sebaik apapun persiapan, kalau pelaksanaannya kurang baik, tentu hasilnya tidak mungkin
sempuna. Maka dalam pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Datanglah lebih awal dan usahakan jangan terlambat, sebab ada sumber sangat ketat
dengan jadual mereka.

2. Mulailah dengan pertanyaan ringan dan menarik perhatian sumber, misalnya tentang
kesibukan, hobi, atau subjek lain yang menarik baginya. Usahakan agar proses
komunikasi tidak terlalu formal.

3. Carilah kesempatan paling tepat untuk mengajukan pertanyaan yang disiapkan. Usahakan
menghapalnya agar tidak bolak-balik melihat daftar pertanyaan.
4. Jangan terlalu kaku dengan urutan pertanyaan, yang penting semua informasi yang
diperlukan bisa didapatkan.

5. Sesuaikan pendekatan dengan sumber, termasuk di sini cara duduk, cara menyapa, dan
cara mengajukan pertanyaan harus disesuaikan dengan etika dan budaya yang dianut oleh
nara sumber. Misalnya jangan mengajukan pertanyaan terlalu agresif dengan sumber
yang jiwanya sedang tertekan. Jangan menyapa dengan panggilan Mas kalau dia lebih
senang disapa Abang.

6. Selalu ingat, tugas wartawan berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Maka
jangan tergoda dengan basa basi berlebihan. Kadang wartawan bertemu sumber yang
sangat falimiar, mengajak wartawan berbicara mengenai hal lain di luar topik wawancara.

7. Selalu ingat waktu yang tersedia sangat terbatas, maka gunakan seefektif mungkin untuk
memperoleh tujuan wawancara. Jangan gunakan waktu untuk hal-hal di luar tujuan
wawancara. Pernah penulis temui, murid penulis yang baru jadi wartawan, ketika
mewawancarai Iwan Fals, dia malah sibuk minta berfoto dengan Iwan dan lupa
mengajukan beberapa pertanyaan penting yang sudah disiapkan. Dia mengaku
penggemar berat Iwan Fals sejak lama.

8. Jadilah pendengar yang baik agar bisa melaporkan hasil wawancara secara lengkap dan
akurat. Kalau menggunakan rekaman, pastikan bahwa alat perekam tersebut berfungsi.
Pernah penulis menyaksikan alat rekaman wartawan tidak berfungsi sehingga tidak dapat
merekam seluruh pembicaraan. Mau meminta wawancara ulang sudah tidak mungkin,
akhirnya wawancara tidak jadi dimuat karena kesalahan wartawan yang bersangkutan.

9. Jagalah agar jangan sampai sumber memberi jawaban yang tidak relevan atau
mengalihkan pembicaraan. Jika ini terjadi, ingatkan sumber tapi dengan cara sopan.
Paling baik adalah dengan mengajukan pertanyaan lain yang relevan.

10. Konfirmasi mengenai hal yang vital, misalnya tentang data statistik, nama, alamat, umur,
pendidikan, gelar, pekerjaan, pangkat, jabatan, dan sebagainya.

11. Konfirmasi kutipan yang bisa menimbulkan pro kontra di masyarakat. Apalagi kalau
pernyataan itu bisa mengakibatkan keresahaan bagi sebagian masyarakat. Yakinkan
bahwa pernyataan tersebut benar demikian dan benar diucapkan oleh sumber. Hal ini
penting agar jangan justru wartawanlah yang dipersalahkan, misalnya dituduh mengutip
pernyataan secara tidak akurat.

12. Konfirmasi ulang setiap pernyataan off the record, sebab menurut Kode Etik Jurnalistik,
pernyataan off the record tidak boleh disiarkan. Maka ajukan pertanyaan lain yang
senada agar sumber bisa memberikan pernyataan on the record.

13. Konfirmasi setiap pernyataan yang kurang jelas, namun jangan terkesan sebagai orang
yang sangat tidak kompeten.Maka sejauh menyangkut ketentuan kitab suci, pasal
undang-undang, kode etik, sebaiknya baca langsung di sumbernya.
14. Jangan lupa mengucapkan terima kasih. Berilah kesan bahwa dia telah menyampaikan
informasi sangat berharga untuk khalayak.

15. Jangan lupa menanyakan dan mencatat nomor telepon sumber yang paling gampang
dihubungi lagi. Mintalah juga kesediaannya untuk dihubungi kembali jika ada hal-hal
yang perlu dikonfirmasikan.

16. Selalu menjaga hubungan baik. Usahakan selalu menghubunginya di lain waktu, meski
hanya untuk sekedar menyapa, mengucapkan selamat ulang tahun dan selamat hari raya.

Referensi:

1. Frauenrath, Maria dan Yonis Ali Nur, Jadi, bagaimana menurut pendapat anda?
Buku panduan praktis bagi wartawan, alihbahasa Menuk Suwondo, BBC Word Service
Trust, London, 2003.

2. Hester, Albert dan Wailan J. To (Edi), Pedoman Untuk Wartawan, Terj. A. Alamudi,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1997.

3. Maeseneer, Paul De, Heres The News; A Radio News Manual, Unesco, 1986.

Tags: door stop, interview, kompeten dan kredibel, konferensi pers, off the record, on the spot,
sumber berita, teknik wawancara, wawancara jurnalistik

This entry was posted on Thursday, November 22nd, 2012 at 7:01 am and is filed under Mencari dan Menulis Berita. You can follow any
responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

Aku dan Matahari


Beda Hemat dan Pelit

Anda mungkin juga menyukai