Anda di halaman 1dari 2

DEMI WAKTU !!!

Allah berfirman : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada


dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kebenaran." (Al Ashr: 1-3).

Akhi….
Perlu diketahui, sesungguhnya modal bagi seorang muslim dalam mengarungi
kehidupannnya di dunia ini adalah kesempatan waktu yang sangat singkat, denyut-denyut
jantung yang terbatas, dan hari-hari yang terus berganti. Dan akan menjadi suatu
keberuntungan baginya, jikalau ia mau memanfaatkan kesempatan dan detik-detik waktu
tersebut untuk kebajikan. Pada hakekatnya waktu bagi manusia adalah usianya. Waktu
adalah inti hidupnya yang abadi. Berjalannya waktu, tak ubahnya seperti awan. Jika
waktu dimanfaatkan untuk Allah dan menyembah-Nya, maka itulah nilai yang paling
mahal untuk umurnya. Dan apabila waktunya dimanfaatkan untuk hal yang tak berguna,
maka nilai umurnya tak lebih seperti umur binatang. Dan kematian baginya lebih baik
daripada hidupnya. Dan perlu akhi ketahui pula, kalau umur manusia di dunia ini seperti
musim tanam di dunia dan memetik hasil tanaman di akherat nanti.

Akhi…
Tentunya akhi tahu, kalau Allah sesungguhnya pernah bersumpah dengan waktu.
Dan sesungguhnya sumpah yang pernah diucapkan Allah melalui firman-firman Nya,
mengisyaratkan bahwa manusia sangat akrab dengan keburukan dan malapetaka
dikarenakan terlena dari kejapan masa. Sumpah Allah pun juga mengisyaratkan tentang
kemuliaan dan ketinggian waktu. Perlu Akhi ketahui, kalau kesengsaraan dan kerugian
yang menyertai manusia dikarenakan oleh sikap menyia-nyiakan waktu. Padahal
bukankah usia manusia sangatlah pendek?. Tetapi, setiap detik usia yang dilewati akan
dipertanggungjawabkan kelak di hari kiamat nanti. Rasulullah Saw pernah bersabda :
"Kedua kaki seorang hamba tidak akan melangkah pada hari kiamat sehingga ia ditanya
terlebih dahulu tentang empat perkara yaitu; tentang umurnya, untuk apa ia habiskan,
tentang masa mudanya, untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya dari mana ia
mendapatkannya dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang ilmunya, untuk apa ia
gunakan."

Akhi…
Hari demi hari silih berganti, malam demi malam saling mengikuti, dan begitu
seterusnya. Dan manusia adalah musafir yang sedang menelusuri perjalanan yang
ditemani waktu hingga sampai pada titik akhir perjalanan. Dan setiap orang adalah
bagian dari kafilah umat yang terus berjalan silih berganti dari generasi ke generasi dan
berakhir pada suatu tempat yaitu surga dan neraka. Seorang musafir yang bijak, pastinya
menyadari bahwa perjalanan adalah tugas berat dan penuh tantangan yang tidak mungkin
untuk dapat dinikmati dengan indah. Sebab kenikmatan akan ada setelah ia sampai ke
tempat tujuan. Dan ia pun akan menyadari bahwa setiap detik yang dilaluinya dan setiap
kaki yang melangkah dalam perjalanannya tidak mungkin berhenti. Sehingga Ia pun
harus terus mempersiapkan diri dengan bekal yang cukup.

Akhi…,
Suatu ketika Ali Ra, pernah berpesan kepada para sahabatnya : "Dunia telah pergi
meninggalkanmu dan akhirat akan datang menjemputmu. Dunia dan Akhirat mempunyai
hamba saudaraku!, maka jadilah engkau hamba akhirat, dan jangan pernah kau menjadi
hamba dunia. Sebab hari ini (baca; dunia) adalah amal bakti, bukan perhitungan yang
dirinci. Sedangkan esok hari (baca;Akhirat) adalah perhitungan bukan amal bakti."

Akhi…
Ada dua saat dimana manusia menyesali dirinya, yang pertama adalah, saat
menanti ajal tiba yaitu, ketika manusia sedang berada dalam keadaan akan meninggal
dunia dan menghadapi akhirat. Dan kadangkala manusia berandai untuk diberi sekejap
waktu agar dapat memperbaiki kekurangan dan menebus apa yang terlenakan. Dan yang
kedua adalah, di akhirat kelak, dimana seluruh amal perbuatan diberi balasan.

Akhi…
Memang sering terlintas dipikiran dan di benak, untuk apa kita hidup?, dan ternyata
pertanyaan itu dijawab seorang sahabat bernama Abu Darda, "Seandainya bukan karena
tiga hal, aku tidak ingin hidup meskipun hanya satu hari. Siang hari aku dahaga pada
Allah dengan menghindari larangan-Nya, bersujud di tengah malam, dan bergaul dengan
orang-orang yang memilih tutur kata yang manis seperti memilih kurma yang baik."
Umar bin Abdul Aziz melukiskan bahwa, Kehidupan di dunia ini bukanlah suatu
keabadian. Dimana Allah menentukan kefanaan dunia dan kepergiaan makhluk-Nya
menuju satu titik perjalanan. Tetapi berapa banyak bangunan kokoh yang dihancurkan
karena alasan melenakan. Dan berapa banyak pula kesenangan hakiki ditinggalkan demi
ilusi yang tak berarti. Maka pergilah mengarungi perjalanan, dengan kesiapan dengan
kesiapan yang baik menghadapi rintangan dan berbekallah dengan ketakwaan sebab
ketakwaan adalah sumber kebaikan.

Maka dari itu Akhi…


Sebuah pesan jujur dan nasehat yang mulia pernah terlontar dari seorang Fadhil bin
Iyadh, ia berkata : "Berpikirlah dan berkaryalah sebelum datang penyesalan. Jangan
terpesona oleh gemerlap dunia, karena dunia pasti akan menipunu !"
Begitupun Umar bin Abdul Aziz berpesan : " Jadilah orang asing, di negeri asing
ini (baca; dunia), dengan itu, pikiranmu akan selalu tercurah untuk membekali diri dan
mempersiapkan diri untuk kembali lagi. Atau bersikaplah engkau dinegeri asing ini
seperti pengembara seorang diri yang tidak bermukim sama sekali. Sehingga di siang dan
malam, engkau terus berjalan menyusuri dunia ini menuju satu tujuan.

(Sumber : Jurnal MQ Vol. II/No.2/JUNI 2002)

Anda mungkin juga menyukai